Anda di halaman 1dari 6

Nama : Herryudha

NIM : 1941912018
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Fakultas Ushulludin Adab dan Dakwah
Semester :2
Dosen : Anis Komariah, M. Pd
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

Dinasti Umayyah II diandalusia

Berdirinya Daulah Umayyah II

Islam masuk di Andalusia


Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi
merupakan wilayah kekuasaan Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada
awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa Gothia ke Andalusia memerangi bangsa
Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat sekali tapi kemudian
banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.

Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan
Roderick ini tidak disukai oleh putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja
sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah
di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang
berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah
pimpinan Tharif bin Malik untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa
mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian
terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.

Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan


penyerangan terhadap Spanyol. Jika Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa
menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan setelah keduanya
bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga
ke pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.
Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan
terdapat enam orang gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus,
mereka adalah :
a. Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada
masa ini dapat dikuasai beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga,
dan Ellira.
b. Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat
pemerintahan.
c. Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)
d. Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721 M)
e. Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah
Gallia, Setpimia dan terus ke lembah sungai Rhone.
f. Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom
dan Aquitania yang termasuk wilayah kekuasaan Prancis.

Perkembangan Islam di Spanyol


Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan
Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung
selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu
dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu :
1. Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan di
beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi
Islam di Spanyol. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang
tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan masih di bawah Daulat Umayyah
di Damaskus.
2. Periode Kedua (755-912 M)
Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar
amir (panglima atau gubernur), tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam,
yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-
Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil
lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani Abbas berhasil menaklukkan Bani
Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di
Spanyol.

Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan,


baik dalam bidang politik, peradaban serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan
mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Kemudian
penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan
hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran,
sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pada
masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang
para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
3. Periode Ketiga (912-1013 M)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang
bergelar “An-Nasir” sampai munculnya muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada
periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar ‘Khalifah”. Pada periode
ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
Daulat Abbasiyah di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova.
Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor
buku dan pendiri perpustakaan.
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah
pimpinan raja-raja golongan atau al-muluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah
di Sivilie.
5. Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil
Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M). dinasti Murabbitun pada mulanya
adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyifin.
Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesh. Ia masuk ke Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah
mempertahankan kekuasaannya dari serangan raja-raja Kristen

Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika


Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti
Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun’im sekitar tahun
1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada
jatuh di bawah kekuasaannya. Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak
kemajuan.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti
Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di
zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya berkuasa di
wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol.
Menurut Harun Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.

Masa Kejayaan Daulah Umayyah II


Perkembangan Kota dan Seni Bangun
Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun
kembali kota ini dan memperindahnya, serta membangun benteng di sekeliling kota dan
istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan menjadi salah satu kota
terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami
Cordova.
a. Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh
al-khaulani, di samping menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang
indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b. Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Mu’ayyah yang merupakan perkembangan paling
pesat yang terjadi pada saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok
dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada di tengah, karena
berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1) Al-Qashr al-Kabir
adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh
beberapa orang penggantinya.
2) Al-Rushafah
Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang
dibangun al-Dakhil disebelah barat laut Cordova.Istana ini mencontoh bentuk
istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di
Syria.
3) Masjid Jami’ Cordova
4) Jembatan Cordova
5) Al-Zahrar
Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena
sekitar tiga mil di sebelah utara Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir
menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolam-
kolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian
diantarannya berlapis emas.

Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang


menembus gunung sepanjang 80 km, karena Wadi al-Kabir yang mengaliri al-
Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum
6) Al-Zahirah
Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari
Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah tempat kediaman al-
Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang
senjata, tempat tinggal para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi
lainnya.

Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman


indah, pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya.
Perkembangan al-Zahirah begitu pesat, sehingga pada satu sisinya kemudian
bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn al-
Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota
Cordova.

Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab


Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan
itu.Syalibi yang mengutip keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX
M bahasa arab sudah menjadibahasa resmi di Andalusia. Sejalan dengan perkembanga
bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti sempit, disebut adab, baik
dalam bentuk puisi maupun prosa.

Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut
Amer Ali”Orang –arang Arab Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan
bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah:
1) Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih
Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih
banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa dengan empat orang khalifah
Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair, sehingga ia
memperoleh kedudukan terhormat di istana.
2) Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa
potong saja yang ditemukan
3) Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta. Isi-
puisi yang dihimpun dalam antologi Permata seorang dara, berisi gambaran
aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang
lain
4) Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masa itu.
Seirama dengan perkembangan syair, berkembang pula music dan seni
suara.Hasan Ibn Nafi’ yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab
mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih
membekas sampai sekarang, bahkan dia dianggap peletk dasar dari musik
Spantol modern.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi
keilmuan dan peradaban antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di
negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit pula paa ulama dari timur yang
mengembangkan ilmunya di Andalusia.

Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya
adalah hadits. Perhatian muslim Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada
waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad
al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih ialah Abu
Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.

Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qira’at, yaitu ilmu yang
membahas fadh-lafadh Al-Qur’an yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said
adalah ulama ahli Qira’at kenamaan dari Andalusia yang mewakili generasinya.

Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti
yang banyak digemari bangsa Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.

Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas
kaitannya dari kerjasama yang harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di
Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan bahwa memajukan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umumnya, merupakansalah satu kewajiban pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan
dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu telah
menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun
perpustakaan pribadi, banyak dibangun di berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota
besar hingga ke desa-desa.

Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju,
sehingga hampir tidak ada seorang pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu
pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negara-negara Eropa Kristen, melalui
kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas Cordova,
Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
Runtuhnya Daulah Umayyah II
Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-
faktor tersebut antara lain:
1) Konflik Islam dengan Kristen
Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka
sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerejaan – kerajaan Kristen
taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan adat mereka,
termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun
demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang – orang
Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak
pernah berhenti dari pertentangan tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat
Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami
kemunduran.
2) Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di tempat – tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang
islamyang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah
di Damaskus, orang – orang Arab tidak pernah menerima orang –orang pribumi.
Setidak –tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ‘ibad
danmuwalladun kepada para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibatnya, kelompok – kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan
merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosio-
ekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan tidak adanya ideologi yang dapat
memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.
3) Kesulitan Ekonomi
Di paruh ke dua masa islam di Spanyol,para penguasa membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat “serius”, sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan
mempengaruhi kondisi politik dan militer.
4) Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena
inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang
merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ketangan Ferdinan dan
Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5) Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan
Kristen disana.

Anda mungkin juga menyukai