Anda di halaman 1dari 4

Nama : Herryudha

NIM : 1941912018
Prodi : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas : Fakultas Ushulludin Adab dan Dakwah
Semester :2
Dosen : Anis Komariah, M. Pd
Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam

SEJARAH DAULAH UMAYAH

Daulah Umayyah adalah negara Islam yang memiliki sejarah besar dan pengaruh
yang luas dalam penyebaran agama Islam. Daulah ini berhasil mempersatukan wilayah dari
Cina hingga Prancis bagian Selatan di bawah satu naungan kekhalifahan Islam, Kekhalifahan
Bani Umayyah.

Masa ini adalah masa keemasan Islam, masa dimana generasi terbaik Islam hidup
bahkan di antara mereka menduduki kursi pemerintahan. Masa ini adalah masa dimana para
sahabat Nabi masih hadir membimbing umat. Masa ini adalah masa berkumpulnya tiga
generasi terbaik; sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,

‫اس قَرْ نِي ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ يَلُوْ نَهُ ْم ثُ َّم الَّ ِذ ْينَ يَلُوْ نَهُ ْم‬
ِ َّ‫خَ ْي ُر الن‬

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian


generasi berikutnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).

Dari negeri-negeri taklukkan, Daulah Umayyah lahirlah putra-putra terbaik Islam


semisal Imam Bukhari, Muslim, an-Nasa-i, Tirmidzi, Ibnu Khaldun, ath-Thabari, adz-
Dzahabi, dan tokoh-tokoh lainnya.

Semestinya hal ini cukup membuat orang-orang setelah mereka memuji mereka dan
mendoakan kebaikan untuk mereka atas jasa yang telah mereka usahakan untuk Islam dan
kaum muslimin.

Wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Terbentang dari sebagian wilayah Cina hingga
Selatan Prancis. Artinya, Bani Umayyah telah menyebarkan Islam ke berbagai negara di
belahan dunia.
Wilayah kekuasaan Bani Umayyah. Terbentang dari sebagian wilayah Cina hingga Selatan
Prancis. Artinya, Bani Umayyah telah menyebarkan Islam ke berbagai negara di belahan
dunia.
Namun, orang-orang lebih pandai melihat cela kemudian jasa-jasa besar itu pun seolah-olah
tiada artinya. Beberapa kejadian buruk di masa pemerintahan inilah yang selalu diangkat dan
diulang-ulang, terutama oleh kalangan musuh-musuh Islam. Sehingga hal itu cukup
berpengaruh di sebagian umat Islam.
Munculnya Daulah Umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan pada tahun 41 H dengan penyerahan
kekuasaan oleh cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, al-Hasan bin Ali, kepada
Muawiyah bin Abu Sufyan. Al-Hasan radhiallahu ‘anhu melakukan hal itu untuk menjaga
persatuan dan terjaganya darah kaum muslimin setelah sebelumnya terjadi perpecahan.

Munculnya daulah ini membuat posisi orang-orang penyebar fitnah perpecahan


terpojok dan membuat cita-cita mereka pupus. Karena mereka hanya menginginkan kejelekan
untuk umat Islam. Mereka menginginkan peperangan dan perpecahan umat ini terus
berlangsung.

Penyerahan kekuasaan yang dilakukan oleh cucu Rasulullah menunjukkan bahwa


berdirinya kekhalifahan ini tidak dengan cara-cara yang tidak disyariatkan seperti
memberontak dan lain sebagainya.

Periodesasi
Daulah Umayyah dibangun dan diperkuat pondasinya pada masa pemerintahan dua
khalifah, yakni pada masa Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan dan anaknya Yazid bin
Muawiyah. Proses tersebut berlangsung dari tahun 41 H sampai 64 H.

Periode berikutnya adalah periode fitnah. Berlangsung antara tahun 64 H sampai 86


H, yakni pada masa Khalifah Muawiyah bin Yazid, Marwan bin Hakam, dan Abdul Malik
bin Marwan. Pada masa ini terjadi pemberontakan terhadap penguasa dan peperangan sesama
umat Islam.

Perideo berikutnya adalah periode kekuatan, sama halnya dengan periode Muawiyah
dan Yazid. Berlangsung antara tahun 86 H sampai 125 H. Yaitu pada masa Khalifah al-Walid
bin Abdul Malik bin Marwan, Sulaiman bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz bin Marwan,
Yazid bin Abdul Malik, dan Hisyam bin Abdul Malik.

Periode kemunduran hingga jatuhnya kekhalifahan Bani Umayyah terjadi antara


tahun 125 H hingga 132 H. Pada masa ini banyak terdapat khalifah dalam satu negara.

Dengan demikian periode keemasan Daulah Bani Umayyah terbagi menjadi dua fase,
antara tahun 41–64 H dan 86–125 H. Begitu pula masa kemundurannya terbagi menjadi dua
fase, antara tahun 64–86 H (tidak sampai menyebabkan kekhalifahan runtuh) dan 125–132 H
ditandai dengan runtuhnya kekhalifahan.

Khalifah Pertama: Muawiayah bin Abi Sufyan


Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu memeluk Islam pada tahun 7 H. Ia
adalah saudara ipar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena istri Nabi, Ummu
Habibah binti Abi Sufyan, merupakan saudari dari Muawiyah. Ia juga penulis wahyu Alquran
dan periwayat hadits-hadits Nabi. Dari sini kita bisa ketahui, orang yang mencela Muawiyah
adalah mereka yang menghendaki batalnya apa yang diriwayatkan Muawiyah yakni Alquran
dan hadits.
Muawiyah adalah seorang yang ahli dalam kepemimpinan. Tidak heran sedari zaman
Rasulullah hingga zaman Utsman bin Affan, ia diberikan amanat yang besar. Rasulullah
mengamanitinya sebagai penulis wahyu, Umar dan Utsman menjadikannya sebagai gubernur
Syam. Ibnu Taimiyah mengatakan, “Tidak ada penguasa kaum muslimin yang lebih baik
dibanding Muawiyah, jika dibandingkan dengan masa setelahnya. Adapun jika dibandingkan
dengan masa Abu Bakar dan Umar, barulah terlihat ada penguasa yang lebih utama”.
(Minhajussunnah, 6: 232). Demikian juga pendapat ahli sejarah semisal al-Ya’qubi dan al-
Mas’udi.

Kebaikan di sini termasuk dalam kepiawaian dalam kepemimpinan. Muawiyah lebih


baik dari Umar bin Abdul Aziz, Shalahuddin al-Ayyubi, Muhammad al-Fatih, dll.

Abdullah bin Mubarok – gurunya Imam Bukhari – (w. 181 H) pernah mengatakan,

‫تراب في أنف معاوية أفضل من عمر بن عبد العزيز‬

“Debu yang masuk ke hidungnya Muawiyah, lebih baik dari pada Umar bin Abdul Aziz.”

Khalifah Kedua: Yazid bin Muawiyah


Setelah Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu wafat, putranya Yazid
menggantikan kedudukannya sebagai khalifah. Muawiyah memilih Yazid karena menurutnya
pengangkatan Yazid akan meredam gejolak dan fitnah. Ia menyadari di saat itu ada orang-
orang yang utama semisal Husein bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Zubair, Abdullah bin
Umar, dll. Namun memilih mereka dikhawatirkan akan terjadi pemberontakan dari kalangan
Bani Umayyah yang memiliki kekuatan di saat itu.

Singkat cerita, pengangkatan Yazid memang dipandang kontroversial namun


kenyataannya tidaklah seperti penilaian orang-orang pada saat ini. Mari kita serahkan
penilaian terhadap Yazid kepada seseorang yang shaleh yang hidup sezaman dengan Yazid,
bukan kepada orang-orang yang hidup setelah Yazid dan diperparah seandainya mereka
bukan orang yang shaleh. Penilaian itu kita serahkan kepada salah seorang anak Ali bin Abi
Thalib, saudara beda ibu dari Hasan dan Husein, dan ulama di masa tabi’in, yakni
Muhammad al-Hanafiyah.

Ibnu Muthi` berkata kepada Muhammad al-Hanafiyah, “Sesungguhnya Yazid itu


meminum khamr dan meninggalkan shalat”. Ia mengajak Muhammad al-Hanafiyah untuk
memberontak kepada Yazid. Lalu Muhammad al-Hanafiyah menjawab, “Aku tidak melihat
pada dirinya seperti apa yang kalian katakan. Aku datang di majlisnya dan tinggal
bersamanya, kulihat ia adalah seorang yang tekun dalam shalat, semangat mengerjakan
kebaikan, bertanya tentang fikih, dan memegang erat sunnah”.

Ibnu Muthi’ dan orang-orang yang bersamanya menjawab, “Hal itu ia buat-buat
dihadapanmu”. Muhammad menjawab, “Apa yang ia takutkan dan harapkan dariku? Apakah
kalian bisa memperlihatkan kepadaku apa yang kalian katakana terhadapnya?” Tantang
Muhammad al-Hanafiyah.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya kabar yang kami dengar itu bagi kami adalah
kenyataan, walaupun kami belum pernah melihatnya”. Kata Muhammad, “Demi Allah,
penilaian seperti itu hanyalah hak bagi orang-orang yang benar-benar melihatnya.” (Huqbah
min at-Tarikh, Hal: 138-139).

Syaikh Utsman al-Khomis mengatakan, “Kefasikan yang dinisbatkan kepada pribadi


Yazid seperti meminum khamr, mempermainkan hukum, kejal, dll. Tidaklah bersumber dari
berita yang shahih” (Huqbah min at-Tarikh, Hal: 139). Berita-berita demikian dibuat-buat
oleh orang-orang yang membenci Yazid lalu kemudian menjadi santapan para orientalis
untuk menyerang bobroknya kekhalifahan Islam, meskipun masanya tidak jauh dari zaman
Nabi. Sangat disayangkan hal ini ditelah mentah-mentah oleh generasi Islam yang
belakangan.

Setelah Yazid diangkat seluruh sahabat yang hidup saat itu termasuk Abdullah bin
Abbas dan Abdullah bin Umar membaiat Yazid membaiat Yazid kecuali Husein bin Ali dan
Abdullah bin Zubair. Dan pada masa pemerintahannya Yazid sangat memuliakan ahlul bait
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam

Anda mungkin juga menyukai