Anda di halaman 1dari 8

BANI UMAYYAH II : PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL

ANDALUSIA
Monday, 3 February 20140 komentar

Oleh : Syafieh, M. Fil. I

A.

PENDAHULUAN

1.

Latar belakang Masalah

Spanyol adalah sebuah negara yang pernah ditaklukkan oleh Islam untuk mengembangkan agama Islam di negeri
tersebut. Ketika Islam masuk ke negeri Spanyol, negeri ini banyak mengalami perkembangan peradaban yang pesat
baik dari kebudayaan maupun pendidikan Islam, karena Spanyol didukung oleh negerinya yang subur dengan
penghasilan ekonomi yang cukup tinggi sehingga menghasilkan para pemikir hebat. Spanyol mengalami
perkembangan pesat dalam kebudayaan dan pendidikan Islam yang dimulai dengan mempelajari ilmu agama dan
sastra, kemudian meningkat dengan mempelajari ilmu-ilmu akal. Karena dalam waktu relatif singkat Cardova dapat
menyaingi Baghdad dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan. Karena itu kehadiran Islam di Spanyol
banyak menarik perhatian para sejarawan.
2.

Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah sebagaimana tertuang dalam kata pengantar, meliputi:
1.

Bagaimana kemunculan daulah Umayyah II, serta cara-cara yang ditempuh hingga daulah Umayyah II ini

berdiri?
2.

Masa kejayaan daulah Umayyah, yaitu membahas mengenai pada masa khalifah siapakah masa kejayaan itu

terjadi dan prestasi apa saja yang pernah diraih?


3.

Runtuhnya daulah Umayyah II, yaitu menjelaskan sebab-sebab mengapa daulah Umayyah II runtuh?

B.

PEMBAHASAN

1.

Berdirinya Daulah Umayyah II

a.

Islam masuk di Andalusia

Andalusia yang semula bernama Vandal pada abad ke-2 sampai ke-5 Masehi merupakan wilayah kekuasaan
Romawi, tapi kemudian ditaklukan oleh bangsa Vandal pada awal abad ke-5 Masehi. Setelah itu datanglah bangsa

Gothia ke Andalusia memerangi bangsa Vandal dan menguasai Andalusia. Pada Awalnya bangsa Gothia ini kuat
sekali tapi kemudian banyak perpecahan dan menyebabkan kemunduran kerajaan itu.
Kemudian setelah Witiza, raja Gothia meninggal digantikan oleh Roderick. Kenaikan Roderick ini tidak disukai oleh
putra Witiza, dan untuk merebut kekuasaan mereka bekerja sama dengan Graf Julian yang meminta bantuan pada
Musa bin Nushair, gubernur Muawiyah di Afrika. Musa kemudian minta ijin pada Khalifah walid bin Abdul Malik yang
berkedudukan di Damascus, dan segera dikirmlah pasukan sebanyak 500 orang dibawah pimpinan Tharif bin Malik
untuk menyerbu Spanyol. Setelah kemenangan pasukan ini, Musa mengirimkan pasukan gerak cepat di bawah
komando Thariq bin Ziyad, yang kemudian terkenal dengan selat Gibraltar atau Jabal Thariq.[1]
Mendengar kemenangan Thariq, Musa akhirnya tertarik untuk melakukan penyerangan terhadap Spanyol. Jika
Thariq menaklukan kota bagian barat maka Musa menaklukan bagian timur seperti Sevilla, Marida, dan Toledo. Dan
setelah keduanya bergabung mereka menaklukan Aragon, Castilia, Katalona, Saragosa dan Barcelona hingga ke
pegunungan Pyrenia. Hingga akhirnya Musa wafat di penjara akibat korban sepucuk surat.
Setelah jatuhnya wilayah Andalusia ke tangan pemerintahan Daulah Umayyah, diperkirakan terdapat enam orang
gubernur yang bertugas mewakili pemerintahan Umayyah di Damaskus, mereka adalah:
a.

Abdul Aziz bin Musa bin Nushair, yang berkuasa selama 2 tahun (715-717 M). Pada masa ini dapat dikuasai

beberapa wilayah seperti Evora, Santarem, Cainbra, Malaga, dan Ellira.


b.

Ayub bin Habib, pada masa pemerintahannya Cordova dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

c.

Al-Harun bin Abdurrahman al-Tsafiqi (716-719 M)

d.

Saman bin Malik Al-Chaulanyn (719-721 M)

e.

Anbasah (723-726 M), pada masa pemerintahannya ia berhasil menguasai wilayah Gallia, Setpimia dan terus

ke lembah sungai Rhone.


f.

Abdul Rahman al-Ghafiqi (730 M), pada masa ini ia dapat menguasai Hertongdom dan Aquitania yang

termasuk wilayah kekuasaan Prancis.[2]

2.

Perkembangan Islam di Spanyol

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam
memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung selama hampir 8 abad (711-1429 M). sejarah panjang
yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode, yaitu:[3]
1.

Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum terkendali akibat gangguan keamanan
di beberapa wilayah, karena pada masa ini adalah masa peletakkan dasar, asas dan invasi Islam di Spanyol. Hal ini
ditandai dengan adanya gangguan dari berbagai pihak yang tidak senang kepada Islam. Sentralisasi kekuasaan
masih di bawah Daulat Umayyah di Damaskus.
2.

Periode Kedua (755-912 M)

Pada masa ini Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir (panglima atau gubernur), tetapi
tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Bagdad. Amir

pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-Dakhil (yang
masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas, ketika Bani
Abbas berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah
di Spanyol.
Pada masa ini umat Islam di Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik, peradaban
serta pendidikan. Abdurrahman mendirikan mesjid Cardova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol.
Kemudian penerus-penerusnya yang lain seperti Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan
Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran, sedangkan Abdurrhman al-Ausath dikenal sebagai
penguasa yang cinta ilmu. Pada masa Abdurrhma al-Ausath ini pemikiran filsafat mulai masuk, maka ia mengundang
para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai
semarak.

3.

Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III, yang bergelar An-Nasir sampai munculnya
muluk at-thawaif (raja-raja kelompok). Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah.
Pada periode ini juga umat Islam di Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi Daulat Abbasiyah
di Bagdad. Abdurrahman an-Nasir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu
buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
4.

Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pimpinan raja-raja golongan atau almuluk at-thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Sivilie, Toledo dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalah Abbadiyah di Sivilie.
5.

Periode Kelima (1086-1248 M) Masa Dinasti Kecil

Pada periode ini terdapat suatu kekuatan yang masih dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabbitun (1146-1235 M).
dinasti Murabbitun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama di Afrika Utara yang didirikan oleh Yusuf ibn
Tasyifin. Pada tahun 1062 M, ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesh. Ia masuk ke
Spanyol atas undangan penguasa-penguasa Islam yang tengah mempertahankan kekuasaannya dari serangan rajaraja kristen
Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti Murabbitun berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan
oleh dinasti Muwahhidun. Dinasti Muwahhidun datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Munim sekitar tahun
1114 dan 1154 M, kota-kota penting umat Islam di Cordova, Almeria, dan Granada jatuh di bawah kekuasaannya.
Untuk beberapa dekade dinasti ini mengalami banyak kemajuan.
6.

Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). peradaban
kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Namun secara politik dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Pada periode ini adalah akhir dari ekstensi umat Islam di Spanyol. Menurut Harun
Nasution, pada sekitar tahun 1609 M boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.

3.

Masa Kejayaan Daulah Umayyah II

a.

Perkembangan Kota dan Seni Bangun

Ketika Al-Dakhil berkuasa, Cordova menjadi ibu kota Negara. Ia membangun kembali kota ini dan memperindahnya,
serta membangun benteng di sekeliling kota dan istananya.Sepeninggal al-Dakhil, Cordova terus berkambang dan
menjadi salah satu kota terkemuka di dunia.Peninggalan al-Dakhl yang kini masih tegak berdiri adalah Masjid Jami
Cordova.
a.

Pada masa Hisyam 1 dimana ia memugar kembali jembatan tua yang dibangun oleh al-khaulani, di samping

menanbah bangunan-bangunan megah dan taman-taman yang indah. Pemugaran selanjutnya dilakukan pada masa
Al-Mustanshir dan Al-Manshur.
b.

Pada masa Al-Mustanshir dan Al-Muayyah yang merupakan perkembangan paling pesat yang terjadi pada

saat itu dimana pusat kota yang dikelilingi oleh tembok dengan tujuh pintu gerbangnya, pada waktu itu sudah berada
di tengah, karena berkembangnya daerah pinggiran di sekitarnya.
Kebanggaan Cordova tidak lengkap tanpa:
1.

Al-Qashr al-Kabir

adalah kota satelit yang dibangun oleh Ad-Dakhil dan disempurnakan oleh beberapa orang penggantinya.
2.

Al-Rushafah

Adalah sebuah istana yang dikelilingi taman yang luas dan indah, yang dibangun al-Dakhil disebelah barat laut
Cordova.Istana ini mencontoh bentuk istana dan taman Rushafah yang pernah dibangun oleh nenek moyangnya di
Syria.
3.

Masjid Jami Cordova

4.

Jembatan Cordova

5.

Al-Zahrar

Dibangun al-Nashir di sebuah bukit di pegunungan Sierra Morena sekitar tiga mil di sebelah utara
Cordova.Kemegahan al-Zahra hampir menyamai al-Qashr al-kabir.Termasuk keistimewaan al-Zahra ialah kolamkolam marmer buatan konstantinopel berukir aneka macam bentuk, sebagian diantarannya berlapis emas.
Kecuali membangun al-Zahra, al Nashir membangun saluran air yang menembus gunung sepanjang 80 km, karena
Wadi al-Kabir yang mengaliri al-Zahra dan Cordova pada musim kemarau airnya tidak bisa diminum
6.

Al-Zahirah

Dibangun Al-Manshur di pinggir Wadi Al-Kabir, tidak jauh dari Cordova. Didalamnya dibangun istana besar dan indah
tempat kediaman al-Manshur, gedung-gedung pemerintahan, gudang makanan dan gudang senjata, tempat tinggal
para menteri, perwira militer, dan pegawai tinggi lainnya.
Sebagaimana halnya al-Zahra, al-Zahirah dilengkapi taman-taman indah,
pasar-pasar, took-toko, masjid-masjid, dan bangunan umum lainnya. Perkembangan al-Zahirah begitu pesat,
sehingga pada satu sisinya kemudian bersambung dengan Cordova, sedang sisinya yang lain bersambung denagn
al-Zahra yang dalam perkembangan selanjutnya telah menjadi bagian depan kota Cordova.

b.

Perkembangan Bahasa dan Sastra Arab

Bahasa Arab masuk ke Andalusia bersamaan dengan masuknya Islam ke daratan itu.Syalibi yang mengutip
keterangan Nicholson menyatakan bahwa pada permulaan abad IX M bahasa arab sudah menjadibahasa resmi di
Andalusia. Sejalan dengan perkembanga bahaAsa arab, berkembang pula kesusastraan Arab yang dalam arti
sempit, disebut adab, baik dalam bentuk puisi maupun prosa.
Diantar jenis prosa adalah khithabnah, tarrasul, maupun karta fiksi lainnya.Menurut Amer AliOrang arang Arab
Andalusia adalah penyair-penyair alam.Mereka menemukan bermacam jenis puisi, yang kemudian dicontoh oleh
orang-orang Kristen di Eropa selatan.
Diantara sastrawan terkemuka Andalusia adalah:
1.

Abu Amr Ahmad ibn Muhammmad ibn Abd Rabbih

Ia menekuni ilmu kedokteran dan musik, tetapi kecenderungan lebih banyak kepada sastra dan sejarah.Ia semasa
dengan empat orang khalifah Umayyah yang bagi mereka telah ia gubah syair-syair, sehingga ia memperoleh
kedudukan terhormat di istana.
2.

Abu Amir Abdullah ibn Syuhaid. Baik prosa maupun puisi, hanya beberapa potong saja yang ditemukan

3.

Ibn Hazm orang penyair sufi yang banyak mengubah puisi-puisi cinta. Isi-puisi yang dihimpun dalam antologi

Permata seorang dara, berisi gambaran aspek-aspek percintaan dari pengalamannya sendiri dan pengalaman orang
lain
4.

Muluk al-thawaif dianggap penyair paling besar di Andalusia pada masa itu. Seirama dengan perkembangan

syair, berkembang pula music dan seni suara.Hasan Ibn Nafi yang lebih dikenal dengan panggialn Ziryab
mempunyai keahlian dalam seni musik dan tarik suara, pengaruhnya masih membekas sampai sekarang, bahkan dia
dianggap peletk dasar dari musik Spantol modern.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pemisahan Andalusia dari Bagdad secara politis, tidak berpengaruh terhadap transmisi keilmuan dan peradaban
antara keduanya.Banyak muslimi Andalusia yang menuntut Ilmu di negeri Islam belahan timur itu, dan tidak sedikit
pula paa ulama dari timur yang mengembangkan ilmunya di Andalusia.[4]
Kebanyakan umat Islam menganut paha Maliki dimana dasar pemikiran hukumnya adalah hadits. Perhatian muslim
Andalusia terhadap hadits Rasulilllah saw amat besar pada waktu itu. Mahzab ini diperkenalkan pertama kali oleh
Ziyad ibn Abd al-Rahman Ibn Ziyad al-lahmi. Tokoh lain yang tidak kalah populernya dalam pengembangan ilmu fiqih
ialah Abu Bakar Muhmmad ibn Marwan ibn Zuhr.
Ilmu agama yang berkembang amat pesat adalah Ilmu Qiraat, yaitu ilmu yang membahas fadh-lafadh Al-Quran
yang baik dan benar. Abu Amr al-Dani Utsman ibn Said adalah ulama ahli Qiraat kenamaan dari Andalusia yang
mewakili generasinya.
Sejalan dengan perkembangan filsafat, berkembang pula ilmu-ilmu lain. Ilmu pasti yang banyak digemari bangsa
Arab berpangkal dari buku India Sinbad yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-Fazari.
Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan filsafat pada masa itu tidak terlepas kaitannya dari kerjasama yang
harmonis antara penguasa, hartawan dan ulama. Umat Islam di Negara-negara Islam pada masa itu berkeyakinan
bahwa

memajukan

ilmu

pengetahuan

dan

kebudayaan

umumnya,

merupakansalah

satu

kewajiban

pemerinthan.Kesadaran kemanusiaan dan kecintaan akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para pendukung ilmu
telah menimbulkan hasrat untuk mengadakan perpustakaan-perpustakaan, disamping mendirikan lembaga-lembaga

pendidikan. Sekolah dan perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan pribadi, banyak dibangun di
berbagai penjuru kerajaan, sejak dari kota-kota besar hingga ke desa-desa.
Andalusia pada kala itu sudah mencapai tingkat peradaban yang sangat maju, sehingga hampir tidak ada seorang
pun penduduknya yang buta huruf. Dari Andalusia ilmu pengetahuan dan peradaban arab mengalir ke negaranegara Eropa Kristen, melalui kelompok-kelompok terpelajar mereka yang pernah menuntut ilmu di Universitas
Cordova, Malaga, Granada, Sevilla atau lembaga lembaga ilmu pengetahuan lainnya di Andalusia.
4.

Runtuhnya Daulah Umayyah II

Keruntuhan daulah Umayyah II di Andalusia dipengaruhi oleh banyak faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:[5]
1.

Konflik Islam dengan Kristen

Pada penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka sudah merasa puas dengan hanya
menagih upeti dari kerejaan kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka memperahankan hukum dan
adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan bersenjata.Namun demikian, kehadiran
Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan
tentara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam
sedang mengalami kemunduran.
2.

Tidak Adanya Ideologi Pemersatu

Kalau di tempat tempat lain, para mukalaf diperlakukan sebagai orang islamyang sederajat, di Spanyol,
sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang orang Arab tidak pernah menerima orang
orang pribumi. Setidak tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka msih memberi istilah ibad danmuwalladun kepada
para mukalaf, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan. Akibatnya, kelompok kelompok etnis non-Arab yang ada
sering menggerogoti dan merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah sosioekonomi negeri tersrbut. Hal ini menunjukan
tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.

3.

Kesulitan Ekonomi

Di paruh ke dua masa islam di Spanyol,para penguasa membangun kota


dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius, sehingga lalai
membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat membertkan dan mempengaruhi kondisi
politik dan militer.
4.

Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan

Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan diantara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani Umayyah
runtuh dan Muluk Al-Thawif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh
ketangan Ferdinan dan Isabella, diantaranya juga disebabkan permasalahan ini.

5.

Keterpencilan

Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan
kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan
Kristen disana.

C.
1.

PENUTUP
Kesimpulan

Daulah bani Umayyah II didirikan oleh salah seorang keluarga bani Umayyah yang berhasil meloloskan diri dari
kejaran orang-orang bani Abbasiyah, yaitu Abdurrahman. Selanjutnya karena kemampuannya meloloskan diri ke
Andalusia dia diberi julukan Ad- Dakhil. Dalam perkembangan selanjutnya daulah Umayyah di Andalusia
meneruskan usaha perluasan wilayah Islam ke beberapa daerah di Eropa. Bukan hanya usaha perluasan wilayah
saja yang mereka lakukan, melainkan juga pengembangan seni, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Hal ini bisa
mereka lakukan karena daulah ini bisa bekerja sama dengan negeri-negeri tetangganya, termasuk daulah Abbasiyah
yang semula menjadi musuh mereka. Letak Andalusia yang berada di benua Eropa memungkinkan berkembangnya
ilmu pengetahuan ke berbagai wilayah Eropa. Sehingga bisa dikatakan kemajuan yang dicapai daulah Umayyah II
hampir sama dengan kemajuan daulah Abbasiyah di Baghdad.
Seperti halnya daulah-daulah Islam yang dahulu, daulah Umayyah II juga mengalami keruntuhan akibat perebutan
kekuasaan. Meskipun penyebab terburuknya adalah serangan kaum Kristen, namun kondisi umat Islam di Andalusia
saat itu sedang melemah sedangkan kondisi umat Kristen berada dalam kemajuan yang pesat.
2.

Saran

Harapan kami, makalah ini dapat dijadikan sebagai literatur perbandingan mengenai peristiwa maupun aspek yang
melingkupi tema Masa Daulah Umayyah II itu sendiri, hal ini dikarenakan dalam pembuatan makalah ini berdasar
pada berbagai referensi buku-buku mengenai sejarah perkembangan pada masa Daulah Umayyah II

DAFTAR PUSTAKA
Al-Usairy, Ahmad, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan hingga Abad XX, Cet. V Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2007
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Cet. I, Jakarta, UI Press, 1985.

Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
13
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006

[1] A. Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jikid. (Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983), hal. 154
[2] Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adan hingga Abad XX, Cet. V (Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana, 2007)
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II), (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), hal. 93-99
[4] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek, Jilid I, (Jakarta, UI Press, 1985), hal. 82
[5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islamhal. 107-108

Anda mungkin juga menyukai