Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PRIODE DINASTI UMAYYAH

DOSEN PENGAMPU:

Muhammad Tabri, S.Ag

DISUSUN OLEH:

M. Mardiyansyah

Mustafa Rahman

STAI AN-NADWAH KUALA TUNGKAL TANJUNG JABUNG


BARAT TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah sejarah peradaban islam. Saya menyadari sepenuhnya dalam penulisan
makalah ini banyak terdapat kekurangan,oleh karena itu saya mengharapkan
adanya kritik dan saran demi kesempurnaa makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khusus nya bisa
bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajar
mata kuliah sejarah peradaban islam.

Kuala Tungkal, 19 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER MAKALAH...............................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..............................................................................................1
B. Rumusan masalah.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Latar belakang berdirinya dinasti umayyah.................................................2
B. Khalifah-khalifah Dinasti Umayyah............................................................3
C. Keberhasilan yang diperoleh masa dinasti umayyah...................................9
D. Keruntuhan dinasti umayyah......................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................13
B. Saran .........................................................................................................13

DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................14

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan akan sejarah Islam tidak perlu hanya memahami
perkembangan agama Islam pada masa Rasulullah saw. saja. Seorang muslim
khususnya seorang mahasiswa perlu untuk mengetahui lebih dalam sejarah umat
Islam.

Kursi kepemimpinan Islam pada awalnya di dapatkan dengan jalan


musyawarah antar umat muslim. Khalifah yang menjabat yakni Abu Bakr
as Shiddiq, Umar Ibn Khattab, Utsman Ibn Affan dan Ali Ibn Abi Thalib.
Akan tetapi, semenjak Ali Ibn Abi Thalib r.a. meninggal maka di gantikan
oleh Muawiyah yang berasal dari Bani Umayyah. Semenjak Muawiyah
mendudukikursi kekhalifaan, maka sistem pemilihan kepemimpinan Islam
berubah menjadi

Sistem kerajaan. Muawiyah dan keturunannya memegang


kekuasaan kurang lebih Sembilan puluh tahun. Selama Sembilan puluh
tahun berkuasa, Dinasti Umayyah telah menyumbangkan berbagai
pencapaian yang bisa didapati hingga kini. Mulai dari pengembangan ilmu
pengetahuan, bangunan-bangunan dan sebagainya.

B. Rumusan masalah

1. Apa yang melatar belakangi berdirinya Dinasti Umayyah?


2. Siapa saja khalifah-khalifah yang pernah memimpin pada masa Dinasti
Umayyah?
3. Keberhasilan apa saja yang diperoleh selama masa pemerintahan Dinasti
Umayyah?
4. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan keruntuhan Dinasti Umayyah?
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar belakang berdirinya dinasti umayyah


Dinasti Umayyah di dirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan dengan
cara menolak membai’at Ali, memerangi Khalifah Ali dan melakukan
perdamaian (tahkim) yang dilihat secara politik hal ini sangat menguntungkan
Muawiyah.
Peristiwa tahkim terjadi karena perang Siffin. Perang siffin terdiri atas
dua golongan yang berseteru akibat krisis kepemimpinan tersebut yaitu
golongan Khalifah Ali dan golongan Muawiyah dengan dalih menuntut darah
Utsman menuntut Ali agar menyikapi dan menyelesaikan tragedi
pembunuhan Utsman dengan menyusun kekuatan menentang pemerintahan
Ali.1
Keberuntungan Muawiyah berikutnya adalah keberhasilan pihak
Khawarij membunuh Khalifah Ali r.a. Jabatan Khalifah setelah Ali r.a
wafat,dipegang oleh putranya, Hasan Ibn Ali selama beberapa bulan. Akan
tetapi, karena tidak didukung oleh pasukan yang kuat, sedangkan pihak
Muawiyah semakin kuat, akhirnya Muawiyah melakukan perjanjian dengan
Hasan Ibn Ali. Isi perjanjian itu adalah bahwa pergantian pemimpin akan
diserahkan kepada umat Islam setelah masa Muawiyah berakhir. Perjanjian
ini dibuat pada tahun 661 M. (41 H.)2
Keberhasilan Muawiyah mendirikan Dinasti Umayyah bukan hanya
akibat dari kemenangan diplomasi di perang siffin dan terbunuhnya Khalifah
Ali saja, dari sejak semula Gubernur Suriah itu memiliki basis rasional yang
solid bagi landasan pembangunan politiknya di masa depan. Pertama
dukungan yang kuat dari rakyat suriah dan dari keluarga Bani Umayyah
sendiri. Kedua sebagai seorang administrator, Muawiyah sangant bijaksana
dalam menempatkan para pembantunya pada jabatan-jabatan penting. Ketiga,
Muawiyah memiliki kemampuan menonjol sebagai negarawan. Gambaran

1
1Ali Audoh, Ali bin Abi Tholib: Sampai Kepada Hasan dan Husein (Jakarta: Litera Antar Nusa,
2010), h. 253.
2
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008), h. 104.
3

dari sifat mulia tersebut dalam diri Muawiyah setidak-tidaknya tampak dalam
keputusannya yang berani memaklumkan jabatan Khalifah secara turun
temurun3.
Muawiyah juga merubah sistem khalifah menjadi sistem kerajaan
dengan mengangkat anaknya Yazid Ibn Muawiyah menjadi Khalifah.
Selanjutnya, Muawiyah mewajibkan seluruh umat untuk membaiat
(bersumpah setia) kepada anaknya Yazid. Walaupun demikian, Muawiyah
termasuk orang yang berhasil memadukan sistem musyawarah dengan sistem
monarki dan Daulah Islamiyah dapat dikuasai karena dia banyak
memperhatikan riwayat kisah raja besar sebelumnya, baik dari kalangan arab
ataupun bukan, untuk meniru dan meneladani siasat dan politik mereka dalam
menghadapi pergolakan yang dihadapi.4
B. Khalifah-khalifah dinasti umayyah
Dinasti Umayyah selama kurun waktu sekitar 90 tahun di pimpin
oleh empat belas orang khalifah. Keempat belas khalifah Dinasti Umayyah
ialah sebagai berikut:
1. Muawiyah (41-60 H/ 661-680 M)
Muawiyah dilahirkan kira-kira lima belas tahun sebelum Hijrah,
dan masuk Islam pada hari penaklukan kota Mekkah bersama-sama
penduduk kota Mekkah lainnya. Waktu itu ia berusia 23 tahun.
Rasulullah ingin sekali mendekatkan orang-orang yang baru masuk
Islam diantara pemimpin-pemimpin keluarga ternama kepadanya, agar
perhatian mereka kepada Islam itu dapat terjamin, dan agar ajaran-
ajaran Islam itu benar-benar tertanam dalam hati mereka. Sebab itu
Rasulullah berusaha supaya Muawiyah menjadi lebih akrab dengan
beliau. Muawiyah lalu diangkat menjadi salah satu penulis wahyu.
Inilah yang menyebabkan Khalifah Umar suka kepadanya.
Selanjutnya, pada masa Khalifah Utsman, semua daerah Syam
diserahkan kepada Muawiyah. Dia sendiri yang mengangkat dan
memberhentikan pejabat-pejabat pemerintahannya. Dengan demikian,

3
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2 (Jakarta: PT. Al Husna Zikra, 1995),
4
Sudarsono, “Perkembangan Dinasti Bani Umayyah,” h. 21.
http://digilib.uinsby.ac.id/3861/5/Bab%202.pdf (13 oktober 2017)
4

Muawiyah telah berhasil memegang jabatan Gubernur selama 20 tahun.


Dan sesudah itu menjadi Khalifah selama 20 tahun pula.
2. Yazid (60-64 H/ 680-683 M)
Penunjukkan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu
tindakan yang bijaksana, dan adanya yang baru itu dari kalangan Bani
Umayyah adalah suatu hal yang dapat diterima karena keadaan darurat.
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya Yazid. Meskipun dalam internal Bani Umayyah ada
orang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul Malik Ibn
Marwan. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera
mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan
rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan
berkelanjutan.
Akhir riwayat hidup Yazid tidak panjang. Masa
pemerintahannya berlangsung hanya tiga tahun. Ia mati dalam usia
muda. Ia tidak dapat merasakan kenikmatan sebagai khalifah. Begitu ia
naik tahta, dihadapannya telah berkecamuk bermacam-macam
peristiwa, yang merupakan penyakit berat bagi negaranya5. Pada masa
pemerintahan Yazid terjadi gerakan oposisi dimana memperotes Yazid
yang naik kursi kekhalifaan tanpa musyawarah di kalangan kaum
muslim. Gerakan protes ini menyebabkan terbunuhnya cucu Rasulullah
saw. Husein Ibn Ali oleh Ubaidullah bin Ziyad dan memenggal
kepalanya.
3. Muawiyah II (64 H/ 683 M)
Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian
mengundurkan diri karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya
dirumah sampai ia meninggal tiga bulan kemudian. Alasan ia dipilih
karena kakeknya, yaitu Muawiyah I telah meletakkan asas-asas sistem
warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah berjuang selama bertahun-
tahun untuk melaksanakan pengangkatan Yazid.

5
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 48.
5

4. Marwan Ibn Hakam (64-65 H/683-685 M)


Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang
Jamal. Setelah perang Jamal selesai, Marwan mengundurkan diri dari
kancah politik kemudian ia memberikan baiah dan sumpah setianya atas
pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Muawiyah menganggap hal itu
dilakukan Marwan hanyalah karena suatu sebab yang memaksa, yaitu
untuk menjaga kemaslahatan Bani Umayyah yang berada di Mekah dan
Madinah. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam,
fasih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Quran dan
banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang
terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Ia
juga telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan.
Ia meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk
lebih dahulu dua orang puteranya untuk menggantikannya berturut-
turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Dengan demikian telah
mengabaikan putusan Muktamar al Jabiyah.6
5. Abdul Malik Ibn Marwan (65-86 H/ 685-705 M)
Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah
Umayyah. Ketika ia diangkat menjadi Khalifah, alam islami sedang
berada dalam keadaan terpecah-belah. Ibn Zubair di Hijjaz/Mekah
memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Kaum Syiah mengadakan
pemberontakan. Dari kaum Khawarij membangkang pula. Namun,
semua kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul Malik. Ia berhasil
mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu
pula, ia dapat menumpas segala pembangkangan dan pemberontakan.
Sebab itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi
Dinasti Umayyah7
6. Al Walid Ibn Abdul Malik (86-96 H/ 705-715 M)
Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan
semua kemewahan. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi

6
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 54. Muktamar al-Jabiyah (sebuah
musyawarah) dilaksanakan pada penghujung tahun 64 H di kota al-Jabiyah adalah suatu tempat
7
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah, h. 29
6

pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara


kurang fasih. Khalifah al Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh
tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran
melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke spanyol dibawah
pimpinan pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh
Gubernur Musa bin Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah ia
sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-
jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah dagang yang
berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawwi yang
terkenal hingga masa kini di Damaskus. Disamping itu ia menggunakan
kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, diberinya
mereka jaminan hidup, dan disediakannya para pendidik untuk mereka.
Begitu pula untuk orang-orang yang cacat, disediakannya pelayan-
pelayan khusus. Dan untuk orang-orang buta, disediakannya pula para
penuntun. Orangorang itu semua diberinya gaji yang teratur. Khalifah
itu wafat tahun 96 H/715 M, dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman
sebagaimana wasiat ayahnya.
7. Sulaiman Ibn Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)
Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia
dilantik menjadi Khalifah setelah saudaranya, Al Walid meninggal
dunia. Sebelum wafatnya, Al Walid pernah bermaksud untuk memecat
Sulaiman dari kedudukannya sebagai putera mahkota, karena ia ingin
mengangkat puteranya sendiri yang bernama Abdul Aziz.
Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang
bijaksana, suka harta sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan
harta rampasan perang (ganimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa
bin Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke
tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih hidup walau dalam
keadaan sakit. Musa bin Nusair diperintahkan oleh Sulaiman agar
memperlambat datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang
dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan melaksanakan
perintah Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat
7

dari jabatannya ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan


al-Walid.8
8. Umar Ibn Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)
Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz,
meskipun masa pemerintahannya sangat pendek, namun Umar
merupakan lembaran putih Bani Umayyah dan sebuah periode yang
berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh
kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak disesali.
Dia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih,
suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar
pemimpin Bani Umayyah.9
9. Yazid Ibn Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)
Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja,
membuatnya tidak merasakan nilai dan harga kekuasaan. Sebab, ia
mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih
payahnya. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai
dengan pesan saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul
Malik.
Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa
pemerintahan Yazid ini, antara lain ialah pemberontakan yang
dilakukan oleh Yazid bin Muhallab. Khalifah Umar mencurahkan
tenaga yang tidak sedikit untuk melenyapkan segala kezaliman dan
memelihara Baitul mal milik kaum muslimin, tetapi Yazid segera
meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara
mengembalikan tanah- tanah dan hibah-hibah itu kepada para
pemegangnya semula. Yazid meninggal pada tahun 105 H/723 M dan
memerintah selama 4 tahun.
10. Hisyam Ibn Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
Khalifah Hisyam bin Abdul Malik perlu dicatat juga sebagai
khalifah yang sukses. Ia memerintahkan dalam waktu yang panjang
yakni 20 tahun . ia dapat pula dikategorikan sebagai khalifah Umayyah
8
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Jakarta: Logos, 1997), h. 77.
9
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan di Arab, h. 78.
8

yang terbaik karena kebersihan pribadinya, pemurah, gemar kepada


keindahan, berakhlak mulia dan tergolong teliti terutama dalam hal
keuangan, di samping bertakwa dan berbuat adil.
Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, yaitu kira-kira dua
puluh tahun. Hisyam termasuk Khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal
sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah
mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan
keuangan Negara dengan amat teliti.
11. Al Walid Ibn Yazid (125-126 H/ 743-744 M)
Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat
menjadi Khalifah, al-Walid berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya
menderita sakit yang terakhir, al-Walid sudah berumur lima belas
tahun. Diriwayatkan bahwa, pada waktu kematian menghampiri
ayahnya, al-Walid maju ke mimbar kemudian mengumumkan kematian
ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia sebagai khalifah
kemudian dia di bai’at. Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi, dia
mempunyai sifat kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari
ayahnya. Faktor-faktor itulah nampaknya yang telah mendorong
pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas
minuman keras, dan hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-
hamba sahaya perempuan, bergelimang dosa dan maksiat.
12. Yazid Ibn Walid
Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah,
yang telah dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-
terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan.
Dan masa yang pendek itu penuh dengan kesukaran-kesukaran.24
Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan Khalifah dalam masa
beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya, Ibrahim
untuk menjadi Khalifah sesudahnya.10

13. Ibrahim Ibn Walid (126 H/ 744 M)

10
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, h. 108-109
9

Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada


tahun 126 H sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan
terhadap lawan- lawan politiknya. Karena kondisi pemerintahan saat itu
mengalami goncangan, naiknya Ibrahim bin Walid sebagai Khalifah
tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan
sebagian ahli sejarah menyebutkan di kalangan sebagian Bani Umayyah
ada yang menganggapnya hanya sebagai gubernur, bukan khalifah.
14. Marwan Ibn Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)
Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan
setelah Ibrahim bin Walid melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127
H/744 M. Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki
kebijaksanaan serta kelicinan. Ia mempunyai pengalaman yang luas
dalam bidang pertempuran. Ia berhasil membuat rencana untuk
penyusunan kembali kekuatan-kekuatan Islam. Ia meninggalkan sistim
pembagian balatentara kepada beberapa kesatuan, yang masing-
masingnya terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah. Dan
sebagai ganti dari sistim tersebut ia menyusun suatu balatentara yang
teratur, dimana masing-masingnanggotanya mendapat gaji tertentu.

C. Keberhasilan yang diperoleh pada Masa Dinasti Umayyah


Dinasti Umayyah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi
kekuasaan Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak
kebesarannya. Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan
bagi penyebaran syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun
dalam bidang politik dan ekonomi. Dengan begitu, Umayyah Timur
berhasil pula mengembangkan aspek- aspek peradaban Islam yang sangat
besar konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya.
1. Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman Umayyah bertumpu
pada bangunan sipil berupa kota-kota, dan bangunan agama
berupa masjid-masjid Pada masa Walid bin Abd al-Malik
dibangun pula masjid agung yang terkenal dengan nama
10

“Masjid Damaskus” atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah bin


Jarrah
2. Organisasi Militer
Pada masa Umayyah organisasi militer terdiri dari Angkatan
Darat (al- Jund), Angkatan Laut (al-Bahriyah), dan Angkatan
Kepolisian (as-Syurtah). Adapun organisasi kepolisian pada
mulanya merupakan bagian dari organisasi kehakiman. Tetapi
kemudian bersifat independen, dengan tugas mengawasi dan
mengurus soal-soal kejahatan. Pada masa Hisyam bin Abdul
Malik, dalam organisasi kepolisian dibentuk Nidham al-Ahdas
sistem penangkal bahaya yang bertugas hampir serupa dengan
tugas-tugas tentara.
3. Perdagangan
Setelah Dinasti Umayyah berhasil menguasai wilayah yang
cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan
yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok
guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan
dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-
negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu,
anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading, dan bulu-buluan.
Keadaan demikian membawa ibukota Bashrah di teluk Persi
menjadi pelabuhan dagang yang teramat ramai dan makmur,
begitu pula kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-
iringan kafilah dagang hampir tak pernah putus menuju Syam
dan Mesir.
4. Pengembangan Ilmu-Ilmu Agama
Pengembangan ilmu-ilmu agama sudah mulai dikembangkan
karena terasa betapa penduduk-penduduk di luar Jazirah Arab
sangat memerlukan berbagai penjelasan secara sistematis dan
kronologis tentang Islam. Ilmu-ilmu yang berkembang saat itu
di antaranya tafsir, hadis, fikih, ilmu kalam dan Sirah/Tariksh.11

11
Sudarsono, Perkembangan Dinasti Umayyah,
11

D. Keruntuhan Dinasti Umayyah


Ada beberapa faktor yang menyebabkan Daulah Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah:
1. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu
yang baru bagi tradisi Arab yang lebih menekankan aspek
senioritas. Pengaturannya tidak jelas. Ketidakjelasan sistem
pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang
tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Daulah Bani Umayyah tidak bisa
dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali.
Kelompok Syi’ah (para pengikut Ali) dan Khawarij terus menjadi
gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir
maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan
Bani Umayyah. Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak
menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara
suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb)
yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing.
Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di
samping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama
di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena
status mawali, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang
diperlihatkan pada masa Bani Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan daulah Bani Umayyah juga disebabkan
oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak
khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala
mereka mewarisi kekuasaan.
5. Kelemahan pemerintahan pusat dalam mengendalikan dan
mengontrol wilayah yang amat luas.
12

6. Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan Daulah Bani Umayyah


adalah
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah Khalifah Ali Ibn Abi Thalib wafat yang menjadi pemimpin
umat Islam yaitu Muawiyah Ibn Abi Sufyan. Muawiyah merubah sistem
pemilihan pemimpin Islam adalah musyawarah umat menjadi penunjukkan
Putra Mahkota. Sejak masa kepemimpinannya berdirilah Dinasti Umayyah
selama kurang lebih Sembilan puluh tahun. Ada empat belas orang khalifah
yang memimpin umat Islam selama kurang lebih Sembilan puluh tahun.
Sebagian memiliki masa pemerintahan yang lama dan sebagian lagi hanya
sebentar bahkan hanya beberapa hari. Pemimpin-pemimpin Dinasti Umayyah
telah menunjukkan peradaban yang begitu maju di tandai dengan arsitektur-
arsitektur bangunan, pengembangan ilmu pengetahuan, organisasi
pemerintahan dan sebagainya.
B. Saran
Sejarah Dinasti Umayyah dalam makalah ini di harapkan dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca/mahasiswa dan dapat
mengambil manfaat dari sebuah sejarah melalui latar belakang berdirinya,
kejayaan dan penyebab kehancuran.
14

DAFTAR PUSTAKA

Audah, Ali. Ali bin Abi Tholib: Sampai Kepada Hasan dan Husein. Jakarta: Litera
Antar Nusa, 2010.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
Syalabi, Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta: PT. Al Husna
Zikra, 1995.
Sudarsono. “Perkembangan Dinasti Bani Umayyah.
”http://digilib.uinsby.ac.id/3861/5/Bab%202.pdf (Diakses 13 oktober 2017)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2003.
Mantrikarno’s Weblog, “Sistim Pemilihan Kepala Negara Masa Khulafarasyidin
dan Konteks Politiknya”.
http://mantrikarno.wordpress.com/2008/11/22/sistim-pemilihan-
kepalanegara- masa-khulafa-rasyidin-dan-konteks-politiknya/ (13 Oktober
2017).
Mufrodi, Ali. Islam di Kawasan Kebudayaan Arab. Jakarta: Logos, 1997.

Munir, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2009.

Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern.
Yogyakarta: LESFI, 2004.

Hasimy, A.. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Ibrahim Hassan, Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Bin
Humam. Yogyakarta: Kota Kembang, 1989.
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra,
2010.

Anda mungkin juga menyukai