Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MASA DINASTI-DINASTI AGHLABIYAH, FATHIMIYAH,


AYYUBIYAH, MURABBITUN DAN MUWAHIDUN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 10
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Maria Ulfa Siregar,M.Pem.I

Disusun Oleh:
OK AGAM ADMAR (0502211030)
M ZUHRI RAMADHAN (0502213126)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTAR

1
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul: “MASA
DINASTI-DINASTI AGHLABIYAH, FATHIMIYAH, AYYUBIYAH, MURABBITUN
DAN MUWAHIDUN ”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak
pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Medan, 25 November 2022

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................2

Daftar Isi .........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan

1. Latar Belakang .....................................................................................................4


2. Rumus Masalah....................................................................................................4
3. Tujuan Makalah ..................................................................................................4
Bab II Pembahasan

A. Dinasti Aghlabiyah ........................................................................................................ 5


B. Dinasti Fathimiyah ......................................................................................................... 6
C. Dinasti Ayyubiyah.......................................................................................................... 10
D. dinasti murabbitun .......................................................................................................... 12
E. Dinasti Muwahhidun ..................................................................................................... 16

Bab III Penutup

Kesimpulan .....................................................................................................................20
Daftar Pustaka .................................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUN

I.Latar Belakang

Sejarah adalah peristiwa yang terjadi pada masa lampau yang harus dijadikan sebagai
bahan pelajaran untuk kemajuan umat manusia. Islam merupakan agama yang universal
dari segi penyebarannya, sejak berabad-abad yang lalu Islam telah mengalami pasang surut
di bidang peradabannya. Walaubagaimanapun itulah realita kehidupan.

Untuk lebih jelasnya dalam mengetahui historis dan kronologis sejarah islam
dimasa lalu. Didalam makalah ini akan dibahas tentang tiga Dinasti-Dinasti kecil Islam,
yaitu Dinasti Aghlabiyah, Dinasti Fathimiyah dan Dinasti Ayyubiyah yang sangat
berpengaruh pada kemajuan umat Islam, baik dari segi Ilmu Pengetahuan, dan yang
lainnya. Namun seiring perkembangan zaman, dinasti-dinasti tersebut tidak mampu
berdiri lama karena terpecah-pecah kedalam dinasti-dinasi kecil. Hal itu merupakan bentuk
dari perkembangan disintegrasi di lingkungan kerajaan/dinasti besar tersebut (dalam hal
ini adalah Dinasti Umayyah II). Kebanyakan munculnya dinasti-dinasti kecil tersebut
merupakan bentuk dari ketidakpuasaan masyarakat dengan kepemerintahan Dinasti
Umayyah II, sehingga sebagian masyarakat yang memberontak mulai mendirikan dinasti-
dinasti kecil yang dianggap lebih mampu dibanding Dinasti Umayyah II atau bahakan ingin
membersihkan paktik-prktik para penguasa yang tidak sesuai dengan tuntunan agama,
seperti yang dilakukan sebagian kelompok masyarakat dari kalanagan keagamaan seperti
Dinasti Murabbitun dan Muwahhidun.

II. RumusanMasalah

a. Bagaimana Dinasti Aghlabiyah?


b. Bagaimana Dinasti Fathimiyah?
c. Bagaimana Dinasti Ayyubiyah?
d. Bagaimana Dinasti Murabbitun?
e. Bagaimana Dinasti Muwahhidun

III.Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui Dinasti Aghlabiyah


b. Untuk mengetahuai Dinasti Fathimiyah
c. Untuk mengetahui Dinasti Ayyubiyah
d. Untuk mengetahui dinasti murabbitun
e. Untuk mengetahui dinasti muwahhidun

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Dinasti Aghlabiyah (148-296H/800-909M)

1. Pendirian Dinasti Aghlabiyah

Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim ibn Al-Aghlab pada tahun 184H/800M di
Ifriqiyah dan kota Qairawan di jadikan sebagai pusat pemerintahan. Ayah Ibrahim adalah
seorang keturunan dari Turki yang menjadi pejabat di Khurasan dalam bidang militer
Abbasiyah.

Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809M) mengirim pasukan ke Afrika Utara, karena


ia melihat ada daerah yang dianggap rawan secara politis disana, seperti pemberontakan
oleh orang-orang Khawarij dan Syi’ah dan berdirinya dinasti Idrisyiah di Maroko. Pasukan
ini dipimpin oleh Ibrahim ibn Al-Aghab. Atas jasa nya ini, Ibrahim diangkat sebagai
gubenur Ifriqiyah.

Dinasti Aghlabiyah dapat bertindak secara bebas, seperti mengatur sistem


pergantian sultan, perluasan wilayah, mengatur sistem ekonomi, melakukan kerja sama
dengan negara lain. Dalam bidang keagamaan, seperti mengangkat seorang Qadhi, harus
mendapat persetujuan oleh khalifah Abbasiyah. Untuk menyatakan ketundukan aghlabiyah
secara spritual kepada bagdhad, ia harus membayar pajak setiap tahun kepada baghdad,
harus menyebut nama khalifah (memujinya) pada waktu khutbah jum’at dan harus
mencantumkan nama khalifah pada mata uang yang dibuat oleh dinasti aghlabiyah.

2. Perkembangan Dinasti Aghlabiyah

a. Bidang politik dan militer

Setelah dinasti aghlabiyah mendapat pengakuan oleh khalifah di baghdad, maka


penguasa aghlabiyah melakukan perluasan wilayah, terutama ke daerah sekitar afrika utara
dan memadamkan pemberontakan kaum khawarij Barbar. Kemudian dia mengarahkan
armada bajak laut, sehingga membuat aghlabiyah unggul di mediterania tengah dan
membuat mereka mampu mengusik pantai-pantai Italia Selatan, Pulau Sardinia, Corsica dan
bahkan Maritime Alp. Pulau Malta dapat direbut pada tahun 255/868.

Pada tahun 264/878 sempurnalah penaklukan atas Sisilia. Sejak itu Sisilia berada
dibawah pemerintahan muslim Aghlabiyah sampai pulau itu berada dibawah gubenur-
gubenur Dinasti Fatimiyah. Pulau ini menjadi pusat penting bagi penyebaran kultur islam
ke Eropa kristen melalui Universitas Palermu yang didirikan oleh pemerintahan Islam di
Pulau Sisilia. Pada universitas ini orang-orang Italia berdatangan untuk belajar ilmu
pengetahuan. Setelah menyelesaikan perkuliahan mereka kembali ke Negerinya untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan disana.

b. Bidang Ekonomi

5
Dibidang Ekonomi Aghlabiyah juga telah mengalami kemajuan yang pesat yang
pernah ditemui sebelumnya di Afrika sejak abad ke-3 M. Kemajuan ini didukung oleh
kemajuan di Bidang Pertanian, Perkebunan, Perdagangan, Perindustrian, Persenjataan dan
Kerajinan terutama di daerah Qayrawan, sehingga nama kota ini terangkat sebagai kota
Metropolitan dan “Kota Pakubumi” Afrika. Aghlabiyah dibawah Sultan Ziyadatullah
membangun kembali Mesjid Agung Qayrawan dan Sultan Ahmad Membangun Mesjid
Agung Tunisia.

3. Kemunduran dan Kehancurannya

Posisi Aghlabiyah di Ifriqiyah menjadi merosot menjelang akhir abad ke-9.


Propaganda Syi’i Abu Abdullah, Perintis Fathimiyah, Mahdi Ubaydillah, memiliki
pengaruh yang kuat di kalangan Barbar Ketama, hal ini menimbulkan pemberontakan
militer, dan Aghlabiyah terakhir, Ziyadatullah III, di usir ke Mesir pada tahun
297/909, setelah upaya-upaya yang sia-sia untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiyah.

B. Dinasti Fathimiyah (297-567H/909-1171M)

1. Latar Belakang Pembentukan dan Perkembangan Dinasti Fathimiyah

Dinasti Fathimiyah merupakan Dinasti Syi’ah Isma’iliyah yang didirikan oleh


Ubaidillah Al-Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara. Sebelum berdirinya Dinasti
Fathimiyah telah berdiri Dinasti Abbasiyah di Bagdhad dan Dinasti Umaiyah di Spanyol.
Untuk menyaingi kedua Dinasti yang bermahzab “Sunni” ini, maka Ubaidillah mengambil
nama Fathimiyah sebagai nama dinastinya.

Menurut Von Grunibaum, pada tahun 860M kelompok ini pindah ke daerah
Salamiya di Syria dan disinilah mereka membuat suatu kekuatan dengan membuat gerakan
propaganda-propaganda dengan tokohnya Said ibnu Husein. Mereka secara rahasia
menyusupakan utusan-utusan ke berbagai daerah Muslim, terutama Afrika dan Mesir untuk
menyebarkan Ismailiyat kepada rakyat. Disamping itu penguasa-penguasa di Afrika Utara
bertindak sebagai penjajah. Oleh karena itu misi dan propaganda mereka meliputi :

1) Akan memperbaiki kehidupan ekonomi dan sosial kemasyarakatan mereka.

2) Akan datang al-Mahdi yang akan membebaskan mereka dari penindasan dan teror.

3) Menyatakan bahwa mereka lebih dekat kepada nabi dari Dinasti Umaiyah dan
Abbasiyah.

Pada tahun 874 M muncullah seorang pendukung kuat dari Yaman yang bernama
Abu Abdullah Al-Husein yang kemudian menyatakan dirinya sebagai pelopor Al-Mahdi.
Abu Abdullah Al-Husein kemudian pergi ke Afrika Utara, dan karena pidatonya yang
sangat baik dan berapi-api ia berhasil mendapat dukungan dari suku Barbar Ketama. Selain
itu, ia mendapatkan dukungan dari seorang gubernur Ifrikiyah yang bernama Zirid. Philip
K. Hitti menyebutkan bahwa setelah mendapatkan kekuatan yang diandalkan ia menulis
surat kepada Imam Ismailiyat Said ibnu Husein untuk datang ke Afrika Utara yang

6
kemudian Said diangkat menjadi pimpinan pergerakan. Pada 909M, Said berhasil mengusir
Ziadatullah, seorang penguasa Aghlabid terakhir untuk keluar dari negerinya. Kemudian
Said di proklamasikan menjadi imam pertama dengan gelar Ubaidullah Al-Mahdi. Dengan
demikian, berdirilah pemerintahan Fathimiyah pertama di Afrika dan Al-Mahdi menjadi
khalifah pertama dari Dinasti Fathimiyah yang bertempat di Raqpodah daerah Al-
Qayrawan.

Dari basis mereka di Ifriqiyah, mereka segera mengumpulkan berbagai


perlengkapan dan kekayaan untuk memperluas daerah kekuasaannya dari perbatasan mesir
sampai propinsi Fez di Maroko. Kemudian, pada 914 M mereka bergerak kearah timur dan
berhasil menaklukkan Alexanderia, menguasai Syiria, Malta, Sardinia, Cosrica, Pulau
Betrix dan Pulan lainnya. Selanjutnya pada 920 M ia mendirikan kota baru di pantai Tunisia
dan kemudian diberinama Al-Mahdi.

Pada 934M, Al-Mahdi wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Abu Al-
Qosim dengan gelar Al-Qoim (934 M/ 323 H – 949 M/ 335 H). Pada 934 M Al-Qoim
mampu menaklukan Genowa dan wilayah sepanjang Calabria. Pada waktu yang sama ia
mengirim pasukan ke Mesir tetapi tidak berhasil karena sering dijegal oleh Abu Yazid
Makad, seorang khawarij di Mesir. Al-Qoim meninggal dan kemudian digantikan oleh
anaknya, Al-Mansur yang berhasil menumpas pemberontakan Abu Yazid Makad. Al-
Mansur kemudian digantikan oleh Abu Tamim Ma’ad dengan gelar Al-Muiz.

Setelah Al-Muiz meninggal ia digantikan oleh anaknya, Al-Aziz ia terkenal


sebagai seorang pemberani dan bijaksana. Dibawah pemerintahannya, Dinasti Fathimiyah
mencapai puncak kejayaannya. Pada masa pemerintahan Al-Aziz, seluruh syria dan
mesopotamia bisa ditaklukkan. Pada masa kekuasaannya, mulai lemah dibawah
penguasaan Bani Buawaihi. Penguasa fatimiyah , Al-Aziz dan penguasa bagdad buwaihi
menjalin persahabatan dengan cara saling menukar duta .

Dalam pemerintahannya, Al-Aziz sangat liberal dan memberikan kebebasan


kepada setiap agama untuk berkembang, bahkan ia telah mengangkat seorang wazirnya dari
pemeluk agama kristen yang bernama Isa Ibnu Nastur. disamping itu, manasah, seorang
yahudi diberi jabatan tinggi di istana. Pada pemerintahan Al-Aziz ini kedamaian antarumat
beragama terjalin dengan baik dalam waktu yang cukup lama.

2. Masa Kemajuan dan Kontribusi Dinasti Fathimiyah Terhadap Peradaban Islam

a. Bidang pemerintahan

Bentuk pemerintahan pada masa Fathimiyah merupakan suatu bentuk


pemerintahan yang dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir. Dalam pelaksanaanya
khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spritual. Pengangkatan dan pemecatan
pejabat tinggi berada dibawah kontrol kekuasaan khalifah.

Menteri-menteri (wazir) kekhalifahan dibagi dalam dua kelompok, yaitu


kelompok militer. yang dibidangi oleh kelompok militer diantaranya; urusan tentara,

7
perang, pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut
keamanan. yang termasuk kelompok sipil diantaranya :

a) Qadi, yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang.

b) Ketua dakwah, yang memimpin darul hikam (bidang keilmuan).

c) Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan dan ukuran

d) Bendaharawan negara, yang membidangi baitul mal

e) Wakil Kepala urusan rumah tangga khalifah

f) Qori, yang membacakan Al-Quran bagi khalafah kapan saja dibutuhkan.

b. Bidang politik

a) Mencari simpati masyarakat dengan membebaskan tawanan Ikhsyidiyah dan pengikut


Al-kafur.

b) Perluasan daerah dari Antlantik, Sisilia dan pulau-pulau lainnya sampai ke laut merah,
Yaman, Suriah dan Mekkah.

c) Membentuk angkatan laut untuk mendukung ekspansi ke luar Mesir dan mengusir
pasukan salib.

d) Menghancurkan gereja Holy Spulchre di Palestina pada masa Al-Hakim.

e) Menentukan sistem pergantian khalifah melalui imam dan membentuk Wazir Tanfiz.

c. Bidang Agama

a) Toleransi terhadap aliran-aliran agama yang ada, pada awal pemerintahannya, tetapi
pada masa selanjutnya Dinasti Fathimiyah menjadikan Syi’ah sebagai mazhab resmi negara
dan bahkan akhirnya ajaran Syi’ah dipaksakan kepada rakyat, sehingga untuk penjabat-
penjabat pemerintahan harus dari kalangan syi’ah.

b) Perbaikan Masjid Al-Aqsa dan mendirikan masjid Al-Azhar.

d. Bidang pendidikan

Mengembangkan fungsi Masjid Al-Azhar menjadi Universitas Al-Azhar sebagai


tempat pengembangan aliran Syi’ah. Pada masa khalifah Al-Hakim (996-1021M) didirikan
Universitas Dar Al-Ulum (sekarang menjadi Universitas umum).

e. Bidang Ekonomi

a) Dinasti Fathimiyah merupakan penghasil gandum dan kapas terbesar pada masa itu,
karena mesir daerah yang subur, sehingga mesir dapat mengekspor gandum dan kapas serta
kain pada waktu itu.

8
b) Dinasti Fathimiyah memajukan aneka industri dan kerajinan rakyat, seperti tenunan,
ukir mengukir dan sebagainya.

3. Faktor-Faktor Kemajuan Dinasti Fathimiyah

a. Keuletan para Da’i Syi’ah (Fathimiyah), sehingga sampai ajaran Syi’ah kepelosok-
pelosok Afrika Utara.disamping itu situasi dan kondisi masyarakat Afrika Utara yang
tertindas oleh penguasa Aghlabiyah dan Ikhsyidiah, sehingga Al-Mahdi menjanjikan akan
menyelamatkan mereka dari tindasan tersebut.

b. Ekonomi yang kuat, karena di Mesir terdapat Sungai Nil yang menyebabkan daerah
sekitarnya menjadi subur, sehingga Mesir menjadi pengekspor gandum dan kapas terbesar
pada waktu itu

c. Angkatan laut yang kuat dan sistem pergantian khalifah atau imam yang jelas.

d. Para khalifahnya cinta kepada ilmu pengetahuan.

Dinasti Fathimiyah mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan


Khalifah Al-Aziz (975-996).

4. Faktor dan Kehancuran Dinasti Fathimiyah

a. Faktor intern

1) Heterogennya agama, sehingga sering terjadi konfik antar agama

2) Militer yang terdiri dari beberapa suku, yakni antara suku Maghribi, Sudan dan Turki.

3) Khalifah sudah tidak mampu lagi menguasai militer dan wazir, karena khalifahnya
sudah lemah.

4) Terjadinya perebutan kekuasaan antara khalifah dengan wazir dan antara wazir-wazir
lainnya.

5) Terjadinya kemarau panjang pada masa Al-Mustansir (1036-1094 M) serta


berjangkitnya penyakit menular.

6) Kehidupan di Istana yang berewah-mewah sementara rakyat menderita karna


kelaparan.

7) Tidak adanya kaderisasi pemimpin.

b. Faktor Ekstern

9
1) Masuknya pasukan Salib ke Suriah dan Mesir.

2) Munculnya Dinasti Ayyubiyah yang bermazhab Sunni, dipimpin oleh Salahuddin Al-
Ayyubi

C. Dinasti Ayyubiyah (Akhir Abad ke-9H/1169-akhir abad ke-15 M) di Mesir,


Suriah, Diyarbakr dan Yaman

1. Pendirian Dinasti Ayyubiyah

Dinasti Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti Sunni yang berkuasa di Dyar Bakir
hingga tahun 1429M. Dinasti in didirikan oleh Salahuddin Al-Ayyubi, wafat tahun 1193 M
(Glasse, 1996:143). Ia berasal dari suku Kurdi Hadzbani, putra Najawddin Ayyub, yang
menjadi abdi dari putra Zangi bernama Nuruddin.

Penaklukan atas Mesir oleh Salahuddin pada 1171 M, membuka jalan bagi
pembentuk madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Madzhab Syafi’i tetap bertahan
dibawah pemerintahan Fathimiyah, sebaliknya Salahuddin memperlakukan madzhab-
madzhab Hanafi (Lapidus ,1999:545). Keberhasilannya di Mesir tersebut mendorongnya
untuk menjadi penguasa otonom di Mesir.

Najmudin Ayyub adalah seorang yang berasal dari suku Kurdi Hadzbani dan
menjadi Panglima Turki 1138 M, di Mosul dan Aleppo, dibawah pemerintahan Zangi Ibnu
Aq-Songur. Demikian juga adiknya Syirkuh, mengabdi pada Nuruddin, Putra Zangi 1169
M. Syirkuh berhasil mengusir Raja Almaric beserta pasukan salibnya dari Mesir.

Kedatangan Syirkuh ke Mesir karena undangan Khalifah Fathimiyah untuk


mengusir Almaric yang menduduki Kairo. Setelah Syirkuh 1169 M digantikan Salahuddin
(keponakannya) sebagai pemimpin pasukan. Pertama-tama ia masih menghormati simbol-
simbol Syi’ah pada Pemerintahan Al-Adil Lidinillah, setelah ia diangkat menjadi wazir
(gubernur) tetapi setelah Al-Adil meninggal 1171 M, Salahuddin menyatakan loyalitasnya
kepada Khalifah Abbasiyah (Al-Mustadi) di Bagdhad dan secara formal menandai
berakhirnya rezim Fathimiyah di Kairo.

Keberhasilan Salahuddin di Mesir mendorongnya menjadi penguasa otonom.


Dalam mengkosolidasikan kekuatannya, ia banyak memanfaatkan keluarganya untuk
ekspansi ke wilayah lain, seperti Turansyah. Saudaranya dikirim untuk menguasai Yaman
1173 M. Kematian Nuruddin menjadikan 1174 M menjadikan posisi Salahuddin semakin
kuat, yang akhirnya memudahkan penaklukan Siria, termasuk Damaskus, Aleppo dan
Mosul. Akhirnya pada 1175 M, ia diakui sebagai Sultan atas Mesir, Yaman dan Siria oleh
Khalifah Abbasiyah.

Di masa pemerintahan Salahuddin, ia membina kekuatan militer yang tangguh dan


perekonomian yang bekerjasama dengan penguasa Muslim dikawasan lain. Ia juga
membangun tembok kota sebagai benteng pertahanan di Kairo dan Bukit Muqattam.
Pasukannya juga diperkuat oleh pasukan Barbar, Turqi dan Afrika. Disamping digalakkan
perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, Lautan Hindia dan menyempurnakan sistem

10
perpajakan. Atas dasar inilah, ia melancarkan gerakan ofensif guna merebut Al-Quds
(Jerusallem) dari tangan tentara salib yang dipimpin oleh Guy de Lugsinan di Hittin, dan
menguasai Jerusalem tahun 1187 M.

Shalahuddin meninggal pada tahun 1193 M, dan mewariskan pemerintahan yang


stabil dan kokoh, kepada keturunan-keturunannya dan saudaranya yang memerintah
diberbagai kota. Yang paling menonjol ialah Al-Malik Al-Adil (saudaranya), dan
keponakannya Al-Kamil, mereka berhasil menyatukan para penguasa Ayubi lokal dengan
memusatkan pemerintahan mereka di Mesir. Namun pada masa pemerintahan al-kamil
Dinasti Ayyubiyah bertempat di Diyarbark dan Al-Jazirah, mendapat tekanan dari Dinasti
Seljuk Rum dan Dinasti Khiwarazim Syah, kemudian Al-Kamil mengembalikan Jerusalem
kepada kaisar Frederick II yang membawa damai dan keberuntungan ekonomi besar bagi
mesir dan Siria.

Setelah al-kamil meninggal (1238 M) Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh


pertentangan intern. Pada pemerintah Ash-Shalih serangan salib 6 dapat diatasi, yang
pemimpinnya Raja Prancis St. Louis di tangkap, tetapi kemudian pasukan budak (Mamluk)
dari Turki merebut kekuasan di Mesir. Ini secara otomatis mengakhiri pemerintahan
Ayyubiyah keseluruhan.

2. Langkah-langkah yang dilakukan Shalahuddin

a. Melancarkan Jihad terhadap tentara-tentara salib di Palestina

b. Mempersatukan tentara Turki, Kurdi dan Arab di jalan yang sama.

Dari Mesir, Shalahuddin juga dapat menyatukan Syiria dan Mesopotamia,menjadi


sebuah kesatuan negara Muslim. Pada tahun 1174 M ia merebut Damascus, kemudian
Alippo tahun 1185, dan merebut Mosul pada tahun 1186 M.

Setelah kekuasaannya kukuh, Shalahuddin, melancarkan gerakan ofensif guna


mengambil alih Al-Quds (Jerusalem) dari tangan para tentara. Setelah perang berakhir,
Shalahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke Damascus.

3. Kemajuan-Kemajuan dan Peninggalan Dinasti Ayyubiyah

a. Bidang Arsitektur dan Pendidikan

Dibangunnya Dar al-Hadits al-Kamillah (1222 M) untuk mengajarkan pokok-


pokok hukum secara umum terdapat berbagai madzhab hukum Sunni. Penguasa Ayyubiyah
telah berhasil menjadikan Damascus sebagai kota pendidikan. Ditandai dengan
dibangunnya Madrasah Al-Shauhiyyah tahun 1239 M Sebagai pusat pengajaran empat
madzhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Sedangkan dalam Arsitek pada
monumen Bangsa Arab, bangunan Masjid di Beirut yang mirip gereja, serta istana-istana
yang dibangun menyerupai gereja.

b. Bidang Filsafat dan Keilmuan

11
Bukti konkritnya adalah Adelasd of Bath, karya-karya orang Arab tentang orang
astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Di bidang kedokteran
kedokteran ini telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.

c. Bidang Industri

Dibuatnya kincir oleh orang Syiriya yang lebih canggih di banding dengan kincir
orang Barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.

d. Bidang perdagangan

Di Eropa terdapat perdagangan agriculture dan industri. Hal ini menimbulkan


perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdagangan
sudah menggunakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (LC), bahkan ketika saat
itu sudah ada uang yang terbuat dari emas.

e. Bidang Militer

Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda, pedang, panah, dan sebagainya, ia
juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam perperangan. Disamping
itu adanya perang Salib telah membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri,
perdagangan dan intelektual, misalnya dengan adanya irigasi.

4. Kemunduran Dinasti Ayyubiyah

Sepeninggal Al-Kamil tahun 1238 M, Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh


pertentangan-pertentangan intern. Sarangan Salib keenam dapat diatasi, dan pimpinannya,
Raja Perancis St. Louis ditangkap. Namun pada tahun 1250 M keluarga Ayyubiyah
diruntuhkan karna sebuah peberontakan oleh salah satu resimen budak (Mamluk)nya yang
membunuh penguasa terakhir Ayyubiyah, dan mengangkat salah seorang pejabat menjadi
sultan baru. Keruntuhan ini terjadi di dua tempat, di wilayah Barat Ayyubiyah berakhir oleh
serangan Mamluk, sedangkan di Syiria dihancurkan oleh pasukan Mongol
(Glasse,1996:552). Dengan demikian berakhirah riwayat Ayyubiyah oleh Dinasti Mamluk.
Dinasti yang mampu mempertahankan pusat kekuasaan dari seorang bangsa Mongol.

D. Dinasti Murabbitun (1088-1145 M)

Murabbitun atau Almoraid adalah Dinasti Barbar yang berasal dari Sahara serta
menyebar di wilayah Afrika Barat-Laut dan Semenanjung Iberia selama abad ke-11 M. Di
bawah Dinasti Moor, dinasti ini terbentang dari Maroko, Sahara Barat, Gibraltar, Tlemcem
(di Aljazair), Senegal, Mali, Spanyol, dan Portugal. Dinasti Murabbitun pada awalnya
adalah sebuah paguyuban militer keagamaan yang didirikan pada paruh abad ke-11 oleh
seorang muslim yang saleh di sebuah ribath (sejenis padepokan masjid yang dibentengi, di
sebuah pulau di Senegal). Anggota-anggota pertamanya berasal dari Lamtunah, sempalan
dari suku Sanhaji, yang orang-orangnya hidup sebagai pengembara di padang Sahara dan
mengenakan cadar yang menutupi wajah di bawah mata.

12
Berawal dari sekitar seribu "rahib" prajurit, Murabbitun memaksa sejumlah suku, satu
demi satu, termasuk suku-suku negro, untuk memeluk Islam, dan dalam beberapa tahun
mereka berhasil menegakkan diri sebagai para penguasa atas seluruh wilayah Afrika barat-
laut, dan berikutnya Spanyol.

Pendiri dinasti Murabbitun ialah Yusuf ibn Tasyfin (memerintah pada tahun 1061-
1106 M). Pada tahun 1062 membangun kota Maroko, yang menjadi ibu kota
pemerintahannya dan para penerusnya. Para raja Murabbitun mempertahankan semua
otoritas penguasa, dan menyandang gelar amir al-muslimin, tetapi dalam persoalan
spiritual mereka mengakui otoritas tertinggi khalifah Abbasiyah di Baghdad.

Asal usul Dinasti Murabbitun berasal dari Lemtuna, yaitu salah satu anak dari suku
Sahara. Mereka adalah keturunan orang-orang Barbar Sahara dari kabilah Lamtunah (salah
satu cabang dari Shanhajah). Mereka menamakan diri dengan Murabbitun karena belajar
kepada Abdullah bin Yasin di Rath (disanalah dibangun tempat belajar sekaligus
beribadah, tepatnya di Padang Sahara Maghrib). Selain Murabbitun mereka juga seringkali
disebut Multasimin (pemakai kerudung sampai menutupi wajah/orang yang bercadar).

Kata “Murabbitun”, sebagaimana yang ditulis oleh Greet, berasal dari bahasa Arab,
yakni Muraith, yang dalam bahasa Prancis disebut Marabout yang bermakna mengikat,
menyimpulkan, memasang, melekatkan, mengaitkan, dan menambatkan, dengan
demikian, seorang marabout atau murabith adalah orang yang terikat, tertambat kepada
Tuhan. Sementara itu, Lapidus menerangkan bahwa Murabbitun berasal dari sebuah akar
kata al-quran “r-b-t”, yang merujuk kepada teknik pertempuran jarak dekat dengan infantri
di barisan depan dan pasukan berkuda pada barisan belakang (yang sudah lazim dalam
pertempuran masyarakat Barbar). Itu juga menunjukkan bahwa Murabbitun bermakna
orang-orang yang terjun ke medan perang suci.

Hal senada juga dinyatakan oleh Philip K. Hitti, semula Murabbitun ialah kumpulan
persaudaraan militer. Mereka mengambil anggota-anggota yang baru dari kalangan suku
yang kaum lelakinya mengenakan kerudung yang menutupi muka sampai mata. Maka dari
itu, mereka dinamai juga dengan pemakai kerudung. Sedangkan menurut K. Ali,
Murabbitun berasal dari kata ribath, yaitu sebuah kata turunan lainnya yang berarti sebuah
tempat suci yang menyerupai benteng, seperti biara bagi para biksu, serta “Rabat”, ibu kota
negeri ini (Maghrib) juga berasal dari kata ribat yang berarti tempat suci.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat dipahami bahwa semula Murabbitun adalah suatu
gerakan keagamaan yang bertujuan memberantas berbagai penyelewengan keagamaan
yang dilakukan semua orang dan para penguasa, yang akhirnya berkembang memasuki
wilayah militer, lalu politik dan kekuasaan. Gerakan ini dipelopori Yahya bin Ibrahim Al-
Jaddali, salah seorang kepala suku Lamtunah.

Abu Bakar bin Umar al-Lamatuni mengatur pasukan dan berjihad, sehingga berhasil
menaklukkan Sus dan Mushadamah. Dalam pasukan itu, ada anak pamannya yang bernama
Yusuf bin Tasyafin yang terus naik pamornya. Oleh karena itu, Abu Bakar bin Umar al-
Lamatuni pun menyerahkan kekuasaan kepadanya. Ia adalah Raja Barbar pertama yang
memerintah Maghrib. Disebutkan pula bahwa ia sebagai raja terbesar pada masanya.

13
Khalifah-khalifah Dinasti Murabbitun:

1. Yahya bin Ibrahim Al-Jaddali (pelopor gerakan Murabbitun)

2. Yahya bin Umar

Ia membentuk pembinaan keagamaan bersama saudaranya, Abu Bakar bin Umar al-
Lamtuni, yang dinamakan Ribat di Pulau Niger, dan Senegal yang dinamakan Murabbitun.
Sedangkan Abdullah bin Yasin adalah guru madzab Maliki yang bersedia mengemban
tugas itu. Wilayah kekuasaannya sampai Wadi Dara.

3. Abu Bakar bin Umar (1056-1061 M)

Ia meneruskan gerakan penaklukkan ke Sahara, Maroko. Pada tahun 450 H / 1058 M,


ia menyebrang ke Atlas Tinggi. Setelah itu, diadakan penyerangan ke Maroko Tengah dan
Selatan. Kemudian, ia memerangi suku Barghawata yang dianggap menganut paham
bid’ah.

4. Abu Ya’kub Yusuf bin Tasyifin (1061-1107 M)

Pada masa ini, dibangun Marakesy guna dijadikan sebagai ibu kota pemerintahan.
Ekspansi wilayah masih terus dilanjutkan, bahkan hingga ke Aljiers (Aljazair). Pada masa
itu pula, Murabbitun mengalami kejayaan. Puncak prestasi dan karier politiknya ialah saat
ia berhasil menyebrang ke Sanyol dan mengalahkan Raja Alfonso VI, lalu merebut
Granada, Malaga, Muluk al-Thawaif, Almeria, Badagoz, Saragosa dan pulau Baleaic. Ia
juga memperoleh gelar Amirul Mukminin. Pada masa ini, dinasti Murabbitun mengalami
kejayaannya.

5. Ali bin Abu Ya’kub Yusuf (1107-1143 M)

Ia melanjutkan politik pendahulunya sekaligus berhasil mengalahkan anak Alfonso


VI pada tahun 1088 M. Sayangnya, lambat laun Dinasti Murabbitun mengalami
kemunduran dalam perluasan wilayah dikarenakan perubahan sikap mental dengan
kemewahan yang berlebihan. Ali bin Yusuf pun mengalami kekalahan dalam pertempuran
di Cuhera pada tahun 522 H / 1129 M. Sejak itulah, dinasti ini berangsur-angsur
melemah. Di bawah kekuasaan Ali yang saleh (1106-1143 M), putra sekaligus penerus
Yusuf, karya-karya al-Ghazzali dimasukkan dalam daftar hitam, atau dibakar di Spanyol
dan Maroko, karena beberapa pandangannya dianggap menghina para teolog (faqih),
termasuk mahzab Maliki (mahzab resmi kaum Murabbitun).

6. Tasyifin bin Ali (1143-1145 M)

14
7. Ibrahim bin Tasyifin (1145-1147 M)

8. Ishak bin Ali (1147 M)

Menjelang pertengahan abad ke-12 M, Murabbitun mulai retak. Di Spanyol, Muluk


al-Thawaif menolak kekuasaannya. Sedangkan, di Maroko, sebuah gerakan (Muwahhidun)
mulai mengingkari.

Kemajuan yang dicapai dinasti Murabbitun:

1. Filsafat

Pada masa Daulah Umayyah II, kota Cordoba mampu menyaingi Baghdad sebagai
pusat Ilmu Pengetahuan dan Peradaban Islam. Kebijakan para penguasa Dinasti Umayyah
II di Andalusia ini merupakan langkah untuk melahirkan para ilmuan dan filsof terkenal
pada masa Daulah Murabbitun antara lain, Ibnu Bajjah, Ibnu Thufail dan Ibnu Rusyd.

2. Sains

Diantara sains yang berkembang saat itu adalah kedokteran, musik, matematika,
astronomi, kimia, dan lain-lain. Dinasti Murabbitun juga yang pertama membuat uang
dinar memakai huruf Arab dengan tulisan Amiral-Mukminun dibagian depannya,
mencontoh uang Abbasiyah dan bertuliskan kalimat Iman di belakangnya. Selain itu juga
dibangun sejumlah Masjid yang indah di berbagai kota.

3. Fiqih Mahzab Maliki

Mahzab Maliki ini mengalami perkembangan yang signifikan karena selain satu-
satunya mahzab yang dapat diterima dikalangan muslim Andalusia, juga karena mendapat
dukungan dari penguasa Murabitun dan para fuqaha. Sehingga Mahzab ini mengalami
perkembangan pesat.

Faktor kehancuran Dinasti Murabbitun:

Dinasti Murabbitun mulai mengalami kehancuran dikarenakan beberapa faktor,


diantaranya:

1. Lemahnya disiplin tentara dan merajalelanya korupsi yang melahirkan disintegrasi.

2. Berubahnya watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah saat memasuki


Andalusia, terutama ketika memasuki kehidupan Maroko dan Andalusia yang mewah.

3. Memasuki Andalusia saat kecemerlangan intelektual kalangan Arab telah mengganti


kesenangan berperang.

15
4. Kontak dengan peradaban yang sedang menurun dan tidak siap mengadakan
asimilasi.

5. Dikalahkan oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, yakni Muwahhidun.

E. Dinasti Muwahhidun

Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari Murabbitun yang dianggap telah melakukan
banyak penyimpangan dalam akidah. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk
memurnikan ajaran islam, berdasarkan Tauhid. Muwahhidun berkembang di wilayah
Afrika Utara, yang berpusat di Marakesy dan sebagian wilayah Andalusia (Spanyol).

Pada masa akhir Murabbitun, Abdullah bin Tumart, seorang sufi masjid Kordoba,
melihat sepak terjang kaum Murabbitun, dan ia pun mencoba untuk memperbaikinya. Lalu,
ia berangkat ke Baghdad guna menuntut ilmu kepada imam Al-Ghazali. Setelah dirasa
ilmunya memadai, ia kembali dan mempropagandakan ajarannya yang berpaham Tauhid.
Pengikutnya dinamakan Muwahhidun. Abdullah bin Tumart dikatakan sebagai pencetus
gerakan Muwahhidun, namun tidak pernah menjadi sultan dan mendakwakan diri sebagai
Al-Mahdi. Ia memberantas golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan
kemurnian Tauhid, menentang kekafiran, dan mengajak umat untuk amar ma’ruf nahi
munkar.

1. Organisasi pemerintahan

Di Tanmal, Abdullah bin Tumart merumuskan sistem militernya sebagai organisasi


pemerintahan. Disusunlah 4 dewan yang terdiri atas beberapa bagian berikut:

a. Dewan Menteri (Ahl al-Asyrah atau Ahl al-Jama’ah), yang terdiri atas 10 orang
pembai’ah Al-Mahdi (kepala dari kalangan murid).

b. Dewan Majelis Pemuka Suku, yang terdiri atas 50 orang wakil tiap suku.

c. Majelis Rakyat, yang terdiri atas para murid, keluarga Al-Mahdi (ahl al-dar), qabilah
hurghah, dan ahl tanmal.

d. Al-Ghirat, yakni rakyat biasa.

2. Para Khalifah Dinasti Muwahhidun

Ragam kebijakan yang ditetapkan adalah menghormati undang-undang dan peraturan,


bersifat terpuji, shalat tepat waktu, melaksanakan wirid, dan lain sebagainya. Adapun para
Khalifah dari Dinasti Muwahhidun adalah sebagai berikut:

16
a. Abdul Mu’min bin Ali al-Khawfi

Awal kepemimpinannya diarahkan kepada dua hal, yaitu:

1) Pemasyarakatan ajaran Muwahhidun ke seluruh kabilah di Maghribi, serta

2) Mengakhiri kekuasaan Murabbitun.

Usaha-usaha Abdul Mu’min bin Ali al-Khawfi adalah sebagai berikut:

a) Pada tahun 1137 M, semua kabilah yang ada di negeri Tanmal dan Shaal mengakui,
tunduk, serta bersumpah setia.

b) Pada tahun 526 H / 1131 M, ia menaklukkan daerah Nadha, Dir’ah, Tinger, Fajar, dan
Giyasah.

c) Pada tahun 534 H / 1139 M, ia melancarkan serangan ke Murabbitun.

d) Pada tahun 540 H / 1145 M, ia menaklukkan Fas, dan Marokes setahun kemudian.

e) Ia menaklukkan Aljazai (1152 M), Tripoli (1154 M), dan sebagian wilayah Andalusia
yang dikuasai oleh Kristen.

f) Pada tahun 558 H / 1162 M, ia menyerang pedalaman Spanyol, namun ia meninggal


dunia sebelum rencananya terlaksana. Masa ini merupakan puncaka Dinasti Muwahhidun.

b. Abu Ya’qub Yusuf (1163-1184 M)

Adapun usaha-usaha Abu Ya’ub Yusuf adalah sebagai berikut:

1) Pada tahun 565 H / 1170 M ia menguasai Toledo.

2) Pada tahun 1180 M, ia menguasai bagian Barat Andalusia.

3) Pada tahun 1156 M, ia menaklukkan Almeria.

4) Pada tahun 1156-1160 M, ia menaklukkan Granada dan negeri-negeri sampai


Lembah Jeni, sekaligus memerangi orang-orang Kristen.

5) Pada tahun 580 H / 1184 M, ia menaklukkan Syantarin-Andalusia.

Sementara itu, ragam kemajuan yang dicapai oleh Abu Ya’qub Yusuf ialah sebagai
berikut:

1) Di bidang militer; ditandai dengan kemampuan kerjasama Muwahhidun dengan


tentara Shalahuddin al-Ayyubi di Mesir untuk mengusir tentara salib.

17
2) Di bidang ilmu pengetahuan; ditandai dengan munculnya ulama Ibnu Rusyd
(filsafat), Ibnu Tufail (filsafat), Ibnu Malik (ilmu nahwu), Hafidz Abu Bakar al-Jadd (fiqh),
dan Abi Bakar bin Zhuhr (ilmu kesehatan).

c. Abu Yusuf al-Manshur (1184-1199 M)

Abu Yusuf al-Manshur mencatat kemenangan atas penduduk Bani Hamad di Bajaya
seusai ia meminta bantuan kepada Bahuddin, panglima Shalahuddin al-Ayyubi (pada tahun
584H / 1184 M). Sedangkan, pada tahun 1195 M, ia bisa mematahkan kekuatan Alfonso
VIII setelah menguasi Benteng Alarcos, lalu menguasai Toledo, dan akhirnya kembali ke
Sevilla (ibu kota baru).

d. Muhammad bin Ya’qub al-Nashir (berumur17 tahun)

Karena Khalifah lemah (usianya masih muda), pemerintah dijalankan oleh para
menterinya. Akan tetapi, terjadilah persaingan di antara para menteri. Maka dari itu, terjadi
pemberontakan di wilayah-wilayah taklukkan. Kota-kota di Spanyol kembali dikuasai oleh
tentara Kristen. Sedangkan, pada tahun 667 H /1269 M, Bani Marin berhasil menguasai
Murakesh, dan berakhirlah Dinasti Muwahhidun.

3. Kemajuan yang dicapai dinasti Muwahhidun:

1. Politik:

Dalam bidang politik, Muwahhidun berhasil menguasai daerah kepulauan Samudra


Atlantik hingga Mesir dan Andalusia.

2. Ekonomi:

Dalam bidang ekonomi, dinasti Muwahhidun menguasai jalur-jalur strategis di Italia


dan menjalin hubungan dagang dengan Genoa dan Pisa.

3. Arsitektur:

Dalam bidang arsitektur yang berbentuk monument seperti Giralda. Menara pada
masjid Jami’ di Sevilla, dan lain sebagainya.

4. Ilmu Pengetahuan dan Filsafat:

Tercatat cedekiawan muslim yang terkenal adalah Ibnu Bajjah (ahli filsafat dan
musik), Ibn Tufayl (dokter istana), dan Ibnu Rusyd (filosof, dokter, ahli matematika, ahli
hukum, juga seorang polimek).

18
4. Faktor penyebab kemunduran Dinasti Muwahhidun

Dinasti Muwahhidun mengalami kemunduran dan kehancuran dikarenakan beberapa


faktor, diantaranya:

a. Perebutan tahta dikalangan keluarga dinasti.

b. Melemahnya kontrol/pengawasan terhadap penguasa daerah.

c. Mengendurnya tradisi disiplin.

d. Memudarnya keyakinan terhadap keagungan misi Abdullah bin Tumart bahkan


namanya tak disebut lagi dalam dokumen Negara. Demikian pula mata uang masa terakhir.

19
BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Dinasti Aghlabiyah adalah dinasti yang didirikan oleh Ibrahim Ibn Al-Aghlab pada tahun
184H/800 M sampai 900 M, di Ifriqiyah dan kota Qayrawan. Selama pemerintahan itu islam
berkembang sangat pesat di Tunisia dan Al-Jazair dengan pusat kotanya di Qayrawan. Pada
tahun 1171 M pada masa khalifah Al-‘Adhid, kekuasaannya telah berhasil ditumbangkan oleh
Dinasti Ayyubiyah yang berkuasa selanjutnya.

Dinasti Fathimiyah merupakan Dinasti Syi’ah Isma’iliyah yang didirikan oleh


Ubaidillah Al-Mahdi yang datang dari Syiria ke Afrika Utara. kemajuan dan kontribusi Dinasti
Fathimiyah terhadap peradaban Islam terlihat pada bidang pemerintahan, politik, agama,
pendidikan dan ekonomi. Faktor kemajuan Dinasti ini karena keuletan Da’i Syi’ah
(Fathimiyah), ekonomi yang kuat, Angkatan laut yang kuat dan sistem pergantian khalifah atau
imam yang jelas, para khalifahnya cinta kepada ilmu pengetahuan.

Selanjutnya Dinasti Ayyubiyah adalah sebuah Dinasti sunni, yang didirikan oleh
Salahuddin Al-Ayyubi. Penaklukan atas Mesir menjadi oleh Salahuddin membuka jalan bagi
pembentuk madzhab-madzhab hukum sunni di Mesir. Kemajuan dan peninggalan Dinasti ini
adalah daam Bidang Arsitektur dan Pendidikan, Filsafat dan Keilmuan, Industri, Perdagangan,
Militer.

Asal usul Dinasti Murabbitun berasal dari Lemtuna, yaitu salah satu anak dari suku
Sahara. Mereka adalah keturunan orang-orang Barbar Sahara dari kabilah Lamtunah (salah
satu cabang dari Shanhajah). Mereka menamakan diri dengan Murabbitun karena belajar
kepada Abdullah bin Yasin di Rath (disanalah dibangun tempat belajar sekaligus
beribadah, tepatnya di Padang Sahara Maghrib). Selain Murabbitun mereka juga seringkali
disebut Multasimin (pemakai kerudung sampai menutupi wajah/orang yang bercadar).
Masa kejayaan dinasti ini ketika kepemimpinan Abu Ya’kub Yusuf bin Tasyifin (1061-
1107 M). Kemajuannya ada di bidang filsafat, sains, fiqih mahzab Maliki. Sedangkan salah
satu faktor kemundurannya disebabkan oleh lemahnya disiplin tentara dan merajalelanya
korupsi yang melahirkan disintegrasi.

Muwahhidun muncul sebagai reaksi dari Murabbitun yang dianggap telah melakukan
banyak penyimpangan dalam akidah. Gerakan ini didasari atas keinginan untuk
memurnikan ajaran islam, berdasarkan Tauhid. Muwahhidun berkembang di wilayah
Afrika Utara, yang berpusat di Marakesy dan sebagian wilayah Andalusia (Spanyol).
Kemajuannya ada di bidang politik, ekonomi, arsitektur, ilmu pegetahuan dan filsafat.
Sedangkan salah satu kemundurannya disebabkan oleh Perebutan tahta dikalangan
keluarga dinasti.

20
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Karen, Islam : Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela,


2002
Hassan, Hassan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta, 1989
Hasimy, A, Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1993.
Nizar, Samsul, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana, 2007
Sunanto, Musyifah, Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana, 2003
Syalabi, A, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka
Alhusna, 1983
Watt, W. Mongtomery, Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990
Thohir Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2009.

Susmihara, Rahmat. Sejarah Islam Klasik, Yogyakarta: Penerbit Ombak,


2013.

21

Anda mungkin juga menyukai