Anda di halaman 1dari 19

RAHMAT ISLAM BAGI NUSANTARA

Guru Pembimbing : Mujazi,S.PdI, M.PdI

DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
 Safitri Rahma Dani
 Andrean prasasti
 Indah Putri Yani
 Abi rigitanto

SMA NEGERI 2 GUNUNG SAHILAN


KECAMATAN GUNUNG SAHILAN
KABUPATEN KAMPAR
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah dengan judul “Rahmat
Islam Bagi Nusantara” ini dapat terselesaikan dengan baik tanpa kendala. Adapun
penyusunan makalah ini berdasarkan data-data yang diperoleh melalui buku –
buku pedoman, serta data-data dan keterangan dari internet. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih.
Akhirnya, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan. Karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu
kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi
kesempurnaan. Demikian kata pengantar ini kami buat, semoga dapat bermanfaat,
khususnya bagi diri pribadi kami sendiri dan pembaca pada umumnya.

Gunung Sahilan, 06 November 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3

A. MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (INDONESIA).......................................3


B. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA..................................................3
D. Kerajaan Islam............................................................................................................8
E. Gerakan Pembaruan Islam Di Indonesia...................................................................15
F. Menerapkan Perilaku Mulia.......................................................................................16

BAB III PENUTUP..........................................................................................................18

A. Kesimpulan...............................................................................................................18
B. Saran..........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah masuknya Islam ke wilayah Nusantara sudah berlangsung


demikian lama, sebagian berpendapat bahwa Islam masuk pada abad ke-7 M
yang datang lansung dari Arab. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk
pada abad ke-13, dan ada juga yang berpendapat bahwa Islam masuk pada sekitar
abad ke 9 M atau 11 M . Perbedaan pendapat tersebut dari pendekatan historis
semuanya benar, hal tersebut didasar bukti-bukti sejarah serta peneltian para
sejarawan yang menggunakan pendekatan dan metodenya masing-masing.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara?


2. Apa saja Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara?
3. Bagaimana Proses Penyebaran Islam di Nusantara?
4. Proses Penyebaran Islam di Wilayah?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara.


2. Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.
3. Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam di Nusantara.
4. Mengetahui Poses Penyebaran Islam di Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MASUKNYA ISLAM KE NUSANTARA (INDONESIA)

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke
nusantara yang dibawa oleh para pedaganG muslim. Namun untuk lebih pastinya
para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun
setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia

1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya
agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada
abad ke-13 masehi.

2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama
Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan
antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.

3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa
para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China
yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan
muslim di pantai barat Sumatera.

B. STRATEGI DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA

Dari pembahasan tentang masuknya Islam ke Nusantara, dapat dipahami


bahwa masuknya agama Islam ke Indonesia terjadi secara periodik, tidak
sekaligus. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai strategi penyebaran Islam dan
media yang dipergunakan oleh para pedagang dan mubaligh dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
Salah satu arti “strategi” yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”.
Dalam konteks dakwah Islam, strategi dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh, yang membawa misi Islam di
dalamnya.
Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa kegiatan
yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di
Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian,
dan tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut :

4. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya
kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M.
Aktivitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia,
termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya. Mereka turut
ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara,
dan Timur Benua Asia.

5. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social
ekonomi yang lebih baik daripada kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini
menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para wanita, yang
tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus
diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa
keberatan, karena proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua
kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya.

6. Pendidikan
Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan.
Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa
pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu
keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri
mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka
dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk
mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan
demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami
perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya.

7. Tasawuf
Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di
Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah
akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak
masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut.

8. Kesenian
Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui
pertunjukkan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah
tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.

9. Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat
membantu tersebarnya Islam di wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh
ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera,
Jawa, maupun Indonesia bagian Timur.

10. Melalui Dakwah di Kalangan Masyarakat


Di kalangan masyarakat Indonesia sendiri terdapat juru-juru dakwah yang
menyebarkan Islam di lingkungannya, antara lain : Dato'ri Bandang
menyebarkan agama Islam di daerah Gowa (Sulawesi Selatan), Tua
Tanggang Parang menyebarkan Islam di daerah Kutai (Kalimantan
Timur), Seorang penghulu dari Demak menyebarkan agama Islam di
kalangan para bangsawan Banjar (Kalimantan Selatan), Para Wali
menyebarkan agama Islam di Jawa. Wali yang terkenal ada 9 wali, yaitu :
1) Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
2) Sunan Ampel (Raden Rahmat)
3) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim)
4) Sunan Giri (Raden Paku)
5) Sunan Derajat (Syarifuddin)
6) Sunan Kalijaga (Jaka Sahid)
7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq)
8) Sunan Muria (Raden Umar Said)
9) Sunan Gunung Jati (Faletehan)

Para wali tersebut adalah orang Indonesia asli, kecuali Sunan Gresik.
Mereka memegang beberapaperan di kalangan masyarakat sebagai :

1) Penyebar agama Islam


2) Pendukung kerajaan-kerajaan Islam
3) Penasihat raja-raja Islam
4) Pengembang kebudayaan daerah yang telah disesuaikan dengan
budaya Islam.

Karena peran mereka itulah, maka para wali sangat terkenal di kalangan
masyarakat.

C. Kerajaan Islam

Setelah pengaruh Kerajaan Hindu-Budha mulai surut, muncul kerajaan-


kerajaan islam di Nusantara. Misalkan saja, semenjak pengaruh Kerajaan
Sriwijaya mulai menurun, mubaligh-mubaligh yang telah memeluk agama Islam
terlebih mulai semakin gencar menyebarkan agama islam ini di sekitar Malaka,
dan puncaknya terdapat beberapa kerajaan islam di sekitar selat malaka, seperti
Kerajaan Perlak, Kerajaan Malaka, dan Kerajaan Samudra Pasai.
Begitu juga di pulau jawa, semenjak Kerajaan Majapahit mulai mengalami
kemunduran, terdapat kerajaan islam yang muncul, seperti Kerajaan Demak,
Kerajaan Pajang, Kerajaan Islam Mataram, Kerajaan Islam Cirebon, Kerajaan
Islam Banten, dan lainnya.

1. Kerajaan Perlak
Kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama yang berdiri di Indonesia,
yang pada saat itu dikenal dengan nusantara. Pada saat itu Perlak
merupakan salah satu kota dagang yang sangat terkenal. Raja pertama dari
kerajaan ini, yaitu Sultan Alauddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Kerajaan Perlak atau Kerajaan Peureula ini didirikan sekitar petengahan
abad ke-9 M.
Sedangkan menurut Ishak Makarani Al Fays, Kerajaan ini didirikan pada 1
Muharram 225 H (840 M). Terdapat beberapa bukti tertulis yang
menyebutkan bahwa kerajaan ini merupakan kerajaan islam pertama di
Indonesia.
Tazkirah Thabakat Jumu Sultan as Salathin, naskah yang dikarangan oleh
Syeh Syamsul Bahri Abdullah. Silsilah Raja-raja Perlak dan Pasai, naskah
yang dikarangan oleh Saiyid Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifuddin.
Idharatul Haq fi Mamlakatil Farlah wa Fasi, naskah yang dikarang oleh
Abu Ishak Makarani Al Fasy.
Ketiga naskah tersebut menyebutkan bahwa Kerajaan Perlak merupakan
kerajaan islam pertama di Indonesia. Terdapat beberapa peninggalan dari
kerajaan ini, yaitu :

a. Makam Raja Benoa


b. Pada batu nisan Raja Benoa (Benoa merupakan salah satu bagian dari
Kerajaan Perlak) ditulis menggunakan huruf arab. Makan Raja Benoa
ini terletak di tepi Sungai Trenggulona. Diperkirakan nisan ini dibuat
sekitar abad ke-4 H tau ke-5 H.
c. Mata uang perlak
d. Merupakan mata uang tertua di nusantara, mata uang ini terbagi
menjadi 3 jenis, yaitu terbuat dari tembaga atau kuningan, perak
(kupang), dan emas (dirham).
e. Stempel kerajaan
f. Terdapat stempel kerajaan Negeri Bandahara (kereajaan yang
merupakan bagian dari Kerajaan Perlak) yang menggunakan huruf arab.
Pada stempel tersebut tertulis kalimat “Al Wasiq Billah Kerajaan
Negeri Bendahara Syah 512”. Itulah, beberapa peninggalan dari
kerajaan yang diperkirakan merupakan kerajaan islam tertua di
Indonesia. sekitar abad ke-12 M Kerajaan Perlak mulai mengalami
kemunduran.

2. Kerajaan Samudra Pasai


Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-13 M. Kerajaan ini trletak di
Kabupaten Lokseumae, Aceh Utara. Kerajaan ini merupakan gabungan
dari 2 kerajaan yang sedang mengalami kemunduran, yaitu Kerajaan Pase
dan Kerajaan Perlak. Kedua kerajaan tersebut dipersatukan oleh penguasa
daerah pada saat itu, Marah Silu (Meurah Silu) yang dibantu Syeh dari
Makkah, Syeh Ismail.
Marah Silu merupakan raja pertama sekaligus pendiri kerajaan ini, raja
yang mendapat gelar Sultan Malik al Saleh. Tahun 1297 Sultan Malik al
Saleh meninggal, ia digantikan oleh putranya yang bernama Sultan
Mahmud. Pada saat kepemimpinan Sultan Muhammad Malik al Tahir
(1297-1326) kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat perdagangan dan
penyebaran agama islam.
Pada tahun 1326 Sultan Muhammad Malik al Tahir meninggal digantikan
oleh putranya Sultan Ahmad, sultan yang juga bergelar Malik al Tahir
(1326-1348).
Pada masa kepemerintahan Sultan Ahmad Malik al Tahir Kerajaan
Samudra Pasai berkembang pesat, kerajaan ini banyak menjalin kerjasama
dengan beberapa kerajaan islam di dunia lainnya, seperti kerajaan-kerajaan
di India dan Arab. Pada tahun 1348 Sultan Ahmad meninggal dan
digantikan oleh Sultan Zainal Abidin. Namun, pada tahun 1521 M
kerajaan ini runtuh karena berhasil ditaklukan oleh Portugis.
Keberadaan Kerajaan Samudra Pasai dibuktikan dengan beberapa
peninggalan, seperti makam Sultan Malik al Saleh, makam Sultan Zainal
Abidin, naskah surat Sultan Zainal Abidin, makam Ratu al Aqla, cakra
donya, dan stempel kerajaan.

3. Kerajaan Aceh Darussalam


Kerajaan Aceh diperkirakan berdiri pada tahun 1514. Kerajaan ini terletak
di daerah yang sekarang dikenal dengan sebutan Kabupaten Aceh Besar.
Raja pertama Kerajaan Aceh, yaitu Raja Ibrahim (1514-1528), yang
bergelar Sultan Ali Mughayat Syah. Di bawah kepemimpinan Sultan Ali
Kerajaan Aceh menjadi kerjaan yang besar dan kokoh. Namun, ia
memimpin dalam waktu yang tidak lama.
Pada tahun 1528 Sultan Ali Mughayat meninggal dan digantikan oleh
putranya Sultan Salahuddin (1528-1537), kemudian ia digantikan oleh
adiknya yang bernama Sultan Alaudin Ri’ayat Syah (1537-1568), yang
medapat gelar Al Qohhar berkat kegagahan dan keberhasilannya mengusai
beberapa wilayah.
Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636), di bawah kepemimpinannya Kerajaan
Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat luat. Selain itu, kerajaan ini
juga berhasil menjalin kerjasama dengan para pemimpin islam di Arab.
Hubungan yang terjalin tersebut pada masa kekhalifahan Ustmaniyah.
Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak tahun 1941. Salah
satunya adalah karena semakin menguatnya pengaruh Belanda di Malaka.
Kemunduran tersebut ditandai dengan jatuhnya beberapa wilayah
kekuasaan Kerajaan Aceh ke tangan Belanda. Selain karena faktor
tersebut, juga karena faktor perebutan kekuasaan di antara pewaris
kerajaan.
Beberapa peninggalan Kerajaan Aceh, yaitu Masjid Raya Baiturrahman,
makam Sultan Iskandar Muda, meriam Kerajaan Aceh, Benteng
indrapatra, emas Kerajaan Aceh, dan Gunongan.

4. Kerajaan Demak
Kerajaan Demak merupakan kerajaan islam pertama di pulau jawa. Pada
awalnya wilayah ini bernama Bintoro, salah wilayah kekuasaan Kerajaan
Majapahit. Karena semakin lemahnya pengaruh Kerajaan Majapahit, hal
tersebut mengakibatkan beberapa penguasa daerah mulai membangun
wilayah kekuasaannya sendiri, termasuk penguasa islam di pesisir pantai
Jawa.
Mereka membangun wilayah kekuasaan islam dengan menunjuk Raden
Patah sebagai raja dari Kerajaan islam pertama di pulau jawa ini. Setelah
diangkat menjadi raja, Raden Patah mendapat gelar Senopati Jimbun
Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayyidina Panatagama.
Kerajaan Demak berdiri pada tahun 1478. Palembang, Maluku, Banjar,
dan wilayah bagian utara pulau jawa merupakan daerah kekuasaan
Kerajaan Demak. Pada saat ulama penempati peranan penting di dalam
kerajaan, Sunan Kalijaga dan Ki Wanalapa adalah penasehat kerajaan.
Tahun 1207 Raden Patah digantikan oleh Putranya yang bernama Pati
Unus. Pada masa kepemimpinannya Adipati Unus atau yang sering
dijuluki Pangeran Sabrang Lor ini bersama dengan Kerajaan Aceh
menyerang Portugis yang menduduki Malaka pada saat itu.
Pati Unus meninggal pada tahun 1521 dan digantikan oleh adiknya, yaitu
Sultan Trenggono. Kerajaan ini mengalami kemunduran karena perebutan
kekuasaan antar pewarisnya. Beberapa peninggalan Kerajaan demak, yaitu
Masjid Agung Demak, Soko Tatal dan Soko Guru, Pintu Bleedek,
Kentongan, Bedug, Dampar Kencana, Pirim Campa, Kolam Wudhu, dan
Makrusah.
5. Kerajaan Pajang
Kerajaan ini didirikan pada tahun 1568 oleh Sultan Adi Wijaya atau yang
lebih dikenal dengan Jaka Tingkir. Jaka Tingkir merupakan menantu dari
Sultan Trenggono, setelah menikah dengan putri Sultan Trenggono, Jaka
Tingkir menjadi penguasa di Pajang. Setelah Sultan Trenggono meninggal
Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang, dan memindahkan
kerajaan Demak ke Pajang.
Pada tahun 1582 Jaka Tingkir atau Sultan Adi Wijaya meninggal dan
digantikan oleh putranya, Pangeran Benowo. Pada masa kepemerintahan
Pangeran Benowo, Pangeran Arya Pangiri dari Demak mencoba untuk
merebut Kerajaan Pajang, namun mengalami kegagalan. Pangeran
Benowo menyerahkan tahtanya kepada saudara angkatnya, Sutowijoyo.

6. Kerajaan Mataram Islam


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1586 di Kotagede, bagian tenggara dari
Yogyakarta. Kerajaan ini didirikan oleh Sutowijoyo, saudara dari Pangeran
Benowo. Sutowijoyo memiliki gelar Panembahan Senopati Ing Alaga
Sayidin Panatagama setelah naik tahta pada tahun 1586. Pada tahun 1601
Sutowijoyo meninggal dan digantikan oleh Mas Jolang, yang memiliki
gelar Panembahan Seda ing Krapyak.
Setelah Raden Mas Jolang meninggal, ia digantikan oleh Adipati
Martapura, karena sering mengalami sakit Adipati Martapura pun akhirnya
meninggal. Selanjutnya ia digantikan oleh Raden Mas Rangsang yang
bergelar Panembahan Hanyakrakusuma, pada tahun 1640 ia mengganti
gelarnya menjadi Sultan Agung Hanyakrakusuma, sekitar tahun 1640an ia
mengganti gelarnya lagi menjadi Sultan Agung Senapati ing Alaga
Ngaburrahman Khalifatullah.
Pada masa pemerintahannya kekuasaaan Kerajaan Mataran islam sangat
luas. Kerajaan ini terletak di bekas wilayah Kerajaan Mataram Hindu,
namun Kerajaan Mataram ini merupakan kerajaan bercorak islam.
Beberapa peninggalan dari Kerajaan mataram islam, yaitu tahun saka, kue
kipo, kerajinan perak, pakaian kyai gundhil, kalang obong, gapura makah
kotagede, batu datar, dan sastra gendhing karya Sultan Agung.

7. Kerajaan Islam Cirebon


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1522, didirikan oleh Raden Fatahillah atau
lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Kerajaan ini merupakan kerajaan
islam pertama di Jawa Barat. Raden Fatahillah berjasa dalam menyebarkan
agama islam di Jawa Barat. Karena kedudukannya sebagai Wali Songo,
sehingga ia banyak dihormati oleh raja-raja lain di pulau Jawa, seperti raja
dari Demak dan Pajang. Di bawah kepemimpinannya juga Kerajaan
Cirebon ini memiliki banyak wilayah kekuasaan.
Sunan Gunung Jati meninggal pada tahun 1570 dan digantikan oleh
cicitnya yang bergelar Panembahan Ratu. Pada tahun 1650 Panembahan
meninggal dan digantikan oleh putranya yang bergelar Penaembahan
Girilaya. Setelah Panembahan Girilaya meninggal Kerajaan Islam Cirebon
dibagi menjadi dua (tahun 1697) oleh kedua puranya, Martawijaya
(Panembahan Sepuh) dan Kartawijaya (Panembahan Anom).
Beberapa peninggalan dari Kerajaan Islam Cirebon ini, yaitu Masjid Jami’
Pakuncen, Masjid Sang Cipta Rasa, Keraton Kacirebonan, Keraton
Kasepuhan, Keraton Kanoman, Makan, dan beberapa benda pusaka.

8. Kerajaan Islam Banten


Kerajaan ini didirikan pada tahun 1552 oleh Sultan Hasanudin, yang
merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Setelah berhasil menaklukan
Banten pada tahun 1525 Sunan Gunung Jati menyerahkan kekuasaan
Banten kepada putranya tersebut.
Di bawah kepemimpinannya Kerajaan Islam Banten semakin kuat dan
memiliki banyak wilayah kekuasaan, bahkan sampai ke Sumatera selatan
dan Kelampung. Sultan Hasanudin menikah dengan putri Kerajaan
Demak, yaitu putri dari Sultan Indrapura.
Kerajaan ini mencapai puncak kekuasaannya pada saat kepemimpinan Ki
Ageng Tirtayasa. Beberapa peninggalan Kerajaan Islam Banten ini, yaitu
Istana Keraton Surosowan Banten, Istana Keraton Kaibon Banten, Masjid
Agung Banten, Vihara Avalokitesvara, Benteng Speelwijk, Meriam Ki
Amuk, Danau Tasikardi, Keris Naga Sasra, dan Keris Panunggul Naga.

9. Kerajaan Islam Banjar


Kerajaan ini berdiri pada tahun 1520, terletak di Kalimantan Selatan.
Dengan bantuan dari Kerajaan Demak, Kerajaan Banjar berhasil
meruntuhkan kekuasaan Kerajaan Nagaradaha, kerajaan yang menguasai
Banjarmasin pada saat itu. Bantuan tersebut tidak diberikan secara gratis,
ada syarat yang harus dipenuhi oleh Kerajaan Banjar, yaitu memeluk
agama islam.
Raja pertama dari Kerajaan Islam Banjar adalah Raden Samudra. Setelah
masuk islam mendapat gelar Sultan Suryanullah. Setelah wafat, ia
digantikan oleh Sultan Rahmatullah (1545-1570). Dalam waktu yang
cukup singkat agama islam juga mulai dianut olh masyarakat di
Kalimantan, seperti Bugis, dan masyarakat bagian timur Kalimantan.
Peninggalan dari Kerajaan Islam Banjar, yaitu Masjid Sultan Suriansyah
dan Candi Agung Amuntai.

10. Kerajaan Kutai Kalimantan Timur


Kerajaan Kutai Kartanegara berdiri sekitar abad ke-13 M. Raja pertama
kerajaan tersebut adalah Aji Batara Agung Dewa Sakti (1300-1325).
Sekitar abad ke-16 M, kerajaan ini pernah menaklukan Kerajaan Kutai
Martadipura (Kerajaan Kutai bercorak Hindu-Budha), sehingga kedua
kerajaan tersebut dapat disatukan dan namanya berubah menjadi Kerajaan
Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Islam mulai masuk di Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura ini
sekitar abad ke-17 M, yang dibawa oleh Tuan Tunggang Parangan. Karena
raja pada saat itu telah memeluk agama islam sehingga ia segera
membangun sebuah masjid di daerah tersebut. Selain membangun sebuah
masjid, ia juga membuka pengajaran agama islam.

D. Gerakan Pembaruan Islam Di Indonesia

Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang
berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang
dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia
merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di
dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia
mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara Islam
lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan mayoritas
penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang
berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi,
dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh
khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-
abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya
Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini
sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh Hindu.
Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah tersiarnya
agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa, karena
sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari Kaum
Sufi dan Mistik. Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya
ortodoksi Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.
Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat kebiasaan
yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan
ajaran-ajaran tauhid.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan
Budha. Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara
sukarela. Tetapi sementara itu mereka masih membiasakan diri dengan adat
kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha
dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit
dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah
mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7
bagi orang yang sedang hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang,
meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya.

E. Menerapkan Perilaku Mulia

Sikap dan perilaku mulia yang harus kita kembangkan sebagai implementasi
dari pelajaran tentang dakwah islam di nusantara antara lain,sebagai berikut :

1. Menghargai jasa para pahlawan muslim yang telah mengorbankan segalanya


demi tersebarnya Syiar Islam.
2. Berusaha memahami dan menganalisis sumber-sumber sejarah untuk
mendapatkan informasi terkini dari valid mengenai sejarah islam,mengingat
terbatasnya sumber data dan perdebatan para pakar tentang validitas data-data
sejarah
3. Meneladani sikap dan perilaku para dai pada masa permulaan masuknya islam
yang mengedepankan cara damai.
4. Menjadikan semua aktivitas dalam hidup (pernikahan, perdagangan, kesenian,
dan lain-lain) sebagai sarana dakwah.
5. Berusaha menjadi dai yang mukhlis (ikhlas) tanpa mengukur jerih payah
dalam berdakwah dengan penghasilan.
6. Berusaha menjadi dai yang pantas diteladani oleh umat, khususnya generasi
muda.
7. Tetap membangun optimisme dengan kerja keras untuk meraih kembali
Kejayaan Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang


dimanifestasikan dalam suatu system kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara cara
berfikir, kepekaan dalam merasakan lingkungan, cara bersikap, dan bertindak
manusia, baik secara individual maupun sosial dalam rangka mengusahakan
terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan
cara tertentu, dan sejarah islam di indonesia diawali dari sebelum masa penjajaha
atau masa para wali sampai dengan masa sekarang atau masa reformasi.

B. Saran

Sebaiknya kita sebagai masyarakat indonesia Berusaha memahami dan


menganalisis sumber-sumber sejarah untuk mendapatkan informasi terkini dari
valid mengenai sejarah islam,mengingat terbatasnya sumber data dan perdebatan
para pakar tentang validitas data-data sejarah.
DAFTAR PUSTAKA

http://semuabaruthursina.blogspot.com/2016/04/rahmat-islam-bagi-nusantara.html
http://silmiasuniarizki.blogspot.com/2013/11/makalah-perkembangan-islam-di-
nusantara.html
https://moondoggiesmusic.com/kerajaan-islam-di-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai