Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERKEMBANGAN PERADABAN ISLAM INDONESIA


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam Semester 1
Dosen Pengampu: Ust. Muhammad Urip, LC. M.A.

Oleh :
Ibrahim Musaddad (2023.09.0015)
Roihul Widad (2023.09.0040)
Muhammad Munawwir (2023.09.0028)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


SEKOLAH TINGGI KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK
Jl. H. Amat, No. 21, RT. 06/RW. 01, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425

2023 M/1445 H.
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah yang telah memberikan kita izin untuk hidup sampai hari ini
dan memberikan kita rahmat serta hidayahnya sehingga makalah yang berjudul
“Pekembangan Peradaban Islam Indonesia” Dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad ‫سله َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلَى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ , manusia
yang berjasa mengajarkan agama Islam kepada kita semua sehingga kita mengetahui jalan
yang benar dalam beribadah kepada Allah SWT.
Makalah ini adalah tugas presentasi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam dari
mahasiswa semester 1, Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, Sekolah tinggi Kulliyatul Qur’an Al-
Hikam Depok.
Kami menyadari di dalam makalah ini akan ditemukan banyak kesalahan dan
makalah ini sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami meminta saran dan kritik
yang bersifat membangun. kami berharap semoga apa yang ada di dalam makalah ini dapat
menjadi tambahan pengetahuan terutama bagi para mahasiswa di STKQ Al-Hikam Depok
maupun institusi lainnya serta masyarakat umum lainnya.

Depok, 23 November 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. ii
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
A. Awal Islam di Indonesia ........................................................................................................................ 2
1. Teori masuknya Islam ke Indonesia:.................................................................................................2
B. Corak dan Peradaban Islam di Indonesia .............................................................................................. 6
C. Islam Pada Masa Kesultanan Di Indonesia ........................................................................................... 8
1. Kerajaan Samudera Pasai....................................................... ..........................................................8
2. Kerajaan Demak...............................................................................................................................9
3. Kerajaan Mataram........................................................................................................................ 9
4. Kerajaan Cirebon............................................................................................................................9
5. Kerajaan Banten............................................................................................................................10
6. Kerajaan Tuban.............................................................................................................................10
7. Kerajaan Ternate dan Tidore.........................................................................................................11
8. Kerajaan Sulawesi..........................................................................................................................11
D. Islam Pada Masa Penjajahan Di Indonesia.......................................................................................... 11
1. Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Belanda..........................................................................11
2. Perkembangan Islam di Indonesia Pada Masa Jepang....................................................................12
BAB III ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP ................................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkenaan dengan pembahasan kedatangan dan perkembangan Islam ke Indonesia
banyak aspek yang saling berkaitan yaitu: darimana Islam berasal? Daerah mana yang
pertama kali menjadi tempat kedatangan Islam? Siapa pembawanya dan kapan Islam sampai
ke Indonesia? Karena perbedaan sudut pandang dan bukti-bukti yang ditunjukkan tentunya
akan menghasilkan kesimpulan tentang teori-teori masuknya Islam ke Indonesia yang
berbeda. Keragaman teori-teori sejarawan tersebut di satu sisi menimbulkan perbedaan
pandangan tentang teori manakah yang dinilai lebih kuat dibanding teori lain? Serta siapa
dan bagaimanakah sosok aktor sentral dalam proses kedatangan dan perkembangan Islam ke
Indonesia? Tulisan ini akan mencoba menganalisis teori-teori kedatangan Islam: teori
Gujarat, teori Arab, teori Persia, teori Cina, teori Turki, tidak dengan cara “membenturkan”
diantara teori-teori yang ada, melainkan dengan langkah “mengawinkan” diantara teori yang
memiliki sinkronisasi. Dengan asumsi bahwa teori-teori tersebut pada dasarnya saling
menguatkan dan menyempurnakan. Perbedaan hanya ditimbulkan oleh sudut pandang yang
berbeda.
Di sisi lain, efektifitas perkembangan Islam di Indonesia tentunya tidak terlepas dari
aktor sentral yang memainkan peran dalam proses islamisasi tersebut. Oleh karena itu
makalah ini mencoba menjawab siapa dan bagaimana sosok aktor sentral dalam proses
kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia. Pembahasan ini menjadi penting untuk
menumbuh kembangkan kesadaran sejarah umat, dan mengenalkan tokoh-tokoh dakwah
(rijal dakwah) dalam sejarah dakwah Islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Awal Mula Islam Masuk ke Indonesia ?
2. Bagaimana Corak dan Peradaban Islam Di Indonesia?
3. Bagaimana Perkembangan Islam di Masa Kesultanan?
4. Bagaimana Perkembangan Islam di Masa Penjajahan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Islam di Indonesia


Siapakah yang pertama Siapakah yang pertama kali membawa Islam ke Indonesia?
Sejak awal abad masehi telah ada rute rute pelayaran dan perdagangan antara pulau atau
antara daerah. Kawasan timur yang meliputi kepulauan India Timur dan Pesisir Selatan
Cina sudah memiliki hubungan dengan dunia Arab melalui perdagangan. Pedagang Arab
datang ke Nusantara melalui jalur laut dengan rute dari Aden menyisir pantai menuju
Maskat, Raisut, Siraf, Guadar, Daibul, Pantai Malabar yang meliputi Gujarat, Keras, Quilon,
dan Kalicut kemudian menyisir pantai Karamandel seperti Saptagram ke Chitagong
(pelabuhan terbesar di Bangladesh), Akyab(sekarang wilayah Myanmar), Selat Malaka,
Peureulak(Aceh Timur), Lamno(pantai barat Aceh), Barus, Padang, Banten, Cirebon,
Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel, Makassar, Ternate, dan Tidore.1
Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Proses
masuknya Islam ke Indonesia memunculkan beberapa pendapat. Para Tokoh yang
mengemukakan pendapat itu diantaranya ada yang langsung mengetahui tentang masuk dan
tersebarnya budaya serta ajaran agama Islam di Indonesia, ada pula yang melalui berbagai
bentuk penelitian seperti yang dilakukan oleh orang-orang barat (Eropa) yang datang ke
Indonesia karena tugas atau dipekerjakan oleh pemerintahnya di Indonesia.2

1. Teori masuknya Islam ke Indonesia:


a) Teori Arab
Teori ini menyatakan bahwa Islam dibawa dan disebarkan ke Nusantara
langsung dari Arab pada abad ke-7/8 M, saat Kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya. Tokoh-tokoh teori ini adalah Crawfurd, Keijzer,
Niemann, deHollander, Hasymi, Hamka, Al-Attas, Djajadiningrat, dan Mukti Ali.
Bukti-bukti sejarah teori ini sangat kuat. Pada abad ke-7/8 M, selat Malaka sudah
ramai dilintasi para pedagang muslim dalam pelayaran dagang mereka ke negeri-

1
Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan per adaban Islam ( Yogyakarta: PustakaBook Publisher), 2007, hal.
323.
2 Rahayu Permana, Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia,( Jurnal Sejarah Peradaban Islam 3(21)), 2018.

2
negeri Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina Zaman Tang pada
abad tersebut, masyarakat muslim sudah ada di Kanfu (Kanton) dan Sumatera. Ada
yang berpendapat mereka adalah utusan-utusan Bani Umayah yang bertujuan
penjajagan perdagangan. Demikian juga Hamka yang berpendapat bahwa Islam
masuk ke Indonesia tahun 674 M. Berdasarkan Catatan Tiongkok, saat itu datang
seorang utusan raja Arab ber-nama Ta Cheh atau Ta Shih (kemungkinan
Muawiyah bin Abu Sufyan) ke Kerajaan HoLing (Kalingga) di Jawa yang diperintah
oleh Ratu Shima. Ta-Shih juga ditemukan dari berita Jepang yang ditulis tahun 748
M. Diceritakan pada masa itu terdapat kapal-kapal Po-sse dan Ta-Shih K-Uo.
Menurut Rose Di Meglio, istilah Po-sse menunjukkan jenis bahasa Melayu
sedangkan Ta-Shih hanya menunjukkan orang-orang Arab dan Persia bukan Muslim
India. Juneid Parinduri kemudian memperkuat lagi, pada 670 M, di Barus Tapanuli
ditemukan sebuah makam bertuliskan Ha-Mim. Semua fakta tersebut tidaklah
mengherankan mengingat bahwa pada abad ke-7, Asia Tenggara memang
merupakan lalulintas perda-gangan dan interaksi politik antara tiga kekuasaan besar,
yaitu Cina dibawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14), dan
Dinasti Umayyah (660-749).3
Dari uraian diatas dapat dipastikan bahwa bangsa Arab berperan penting dalam
perdagangan. Dan telah ditemukan bukti-bukti yang menunjukkan bahwa telah
terjadi interaksi perdagangan antara Cina, Arab dan Nusantara. Sehingga Islam sudah
mulai masuk ke dalam kepulauan Nusantara.

b) Teori Gujarat/India
Para sarjana dari Belanda memegang teori bahwa asal muasal Islam di nusantara
adalah anak benua India, Gujarat dan Malabar.Teori ini dikemukan oleh Pojnappel,
menurutnya orang-orang Arab yang bermazhab Syafi’i yang berimigrasi dan menetap
di India yang kemudian membawa Islam ke nusantara. Teori ini kemudian
dikembangan oleh Snouck Hurgronje, menurutnya ulama-ulama Gujaratlah penyebar
Islam pertama di nusantara, baru kemudian disusul orang-orang Arab. Meski tidak
menyebutkan secara eksplisit daerah mana yang pertama kali didatangi Islam tapi

3
Achmad Syafrizal, Sejarah islam Nusantara, (Islamuna Volume 2), 2015, hal. 2.

3
menurutnya abad ke-12 adalah periode paling mungkin permulaan penyebaran Islam
di nusantara. Alasan Snouck menyebutkan teori ini adalah:
1) Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam ke Indonesia;
2) Hubungan dagang India–Indonesia telah lama terjalin;
3) Inkripsi tertua tentang Islam terdapat di Sumatera menunjukkan hubungan
antara Sumatera dan Gujarat.
Pendapat Snouck ini didukung oleh Moqutte yang menyimpulkan tempat
asal Islam adalah Gujarat.Kesimpulan ini didasarkan pada pengamatannya akan
batu nisan di Pasai, dandi Gresik Jawa Timur yang sama bentuknya dengan batu
nisan di Cambay Gujarat. Sebaliknya Fatimi menentang pendapat Moquette.
Menurutnya tidak ada kesamaan batu nisan di Pasai dengan batu nisan di Gujarat,
sebaliknya batu nisan tersebut justru mirip dengan batu nisan di Bengal. Ini menjadi
alasannya untuk menyatakan bahwa tempat asal Islam ke Nusantara adalah
Bengal. Teori ini kemudian dinilai lemah karena adanya perbedaan mazhab muslim
nusantara (Syafi’iyah) dengan muslim Bengal (Hanafiyah). Penentang keras teori
Gujarat lainnya adalah Naguib al-Attas, menurutnya batu nisan yang di nusantara
berasal dari Gujarat, karena jarak tempuhnya yang lebih dekat dibanding dengan
Arabia. Menurutnya bukti paling penting untuk membahas daerah asal Islam di
Nusantara adalah karakteristik internal Islam di dunia Melayu-Indonesia. Oleh
karena ia berpendapat bahwa Islam di Nusantara berasal langsung dari Arab.
Kelemahan teori ini selain data-data yang ditampilkan lemah, terkesan juga tidak
menjelaskan antara masuknya Islam dengan perkembangan penyebaran Islam di
Indonesia.4

c) Teori Persia
Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke wilayah Nusantara ini awalnya
berasal dari Persia, bukan dari yang lain. Teori ini didasarkan pada beberapa unsur
kebudayaan Persia, khususnya kaum Syi’ah yang ada dalam kebudayaan Islam di

4
Fauziah Nasution, Kedatangan dan Perkembangan islam di Indonesia( Dakwah dan Pengembangan
Sosial Kemanusiaan), 2020.

4
Nusantara. Teori ini didukung oleh beberapa peneliti lain, di antaranya adalah
P.A.Hoesein Djajadiningrat. Kesimpulan ini didasarkan pada beberapa alasan:
1) Analisis Hoesein Djajadiningrat terhadap pada pengaruh sufisme Persia
terhadap beberapa ajaran mistik Islam (sufisme) Indonesia. Ajaran
manunggaling kawula gusti Syeikh Siti Jenar menurutnya merupakan
pengaruh dari ajaran wahdat al-wujudal-Hallaj dari Persia.
2) Penggunaan istilah bahasa Persia dalam sistem mengeja huruf Arab, terutama
untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajaran Al-Qur’an. Jabar (Arab:
fathah) untuk menghasilkan bunyi “a”, jar (Arab: kasrah) untuk menghasilkan
bunyi “i”dan“e”; sertapes (Arab: dhammah) untuk menghasilkan bunyi
“u”atau“o”. Pada awal belajar membaca Al-Qur’an, para santri harus
menghafal di beberapa pesantren terutama di pedalaman banten sampai
sekarang masih ada yang mempraktikkannya seperti itu. Dimana cara
membacanya: alif jabar “a”, alif jar “i” dan alif pes“u”/”o”.
3) Peringatan Asyura atau 10 Muharram sebagai salah satu hari yang diperingati
oleh kaum Syi’ah, yakni hari wafatnya sayyid Husain bin Abi Thalib di
Padang Karbala. Di Jawa dan juga di Aceh, peringatan ini sering kali
ditandai dengan pembuatan bubur Asyura. Di Minangkabau dan Aceh, bulan
Muharram disebut dengan bulan Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah
sebelah barat, ada upacara Tabut, yaitu mengarak ”keranda Husain” untuk
dilemparkan ke dalam sungai atau perairan lainnya. Keranda tersebut disebut
dengan Tabut yang berasal dari bahasa Arab.5

d) Teori Cina
Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis Cina Muslim sangat berperan dalam
proses penyebaran agama Islam di Nusantara. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya pada teori Arab, hubungan Arab Muslim dan Cina sudah terjadi pada
Abad pertama Hijriah. Dengan demikian, Islam datang dari arah barat ke Nusantara
dan ke Cina berbarengan dalam satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di
Canton (Guangzhou) pada masa pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari Dinasti

5
Binarto, Teori dan Proses Islamisasi diIndonesia, (Prosiding Pascasarjana IAIN Kediri Volume 3), 2020.

5
Tang, dan datang ke Nusantara di Sumatera pada masa kekuasaan Sriwijaya, dan
datang ke pulau Jawa tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja Arab
bernama Ta cheh/Ta shi ke kerajaan Kalingga yang diperintah oleh Ratu Sima. 6
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Islam datang ke
Nusantara berbarengan dengan Cina. Akan tetapi teori di atas tidak menjelaskan
tentang awal masuknya Islam, melainkan peranan Cina dalam pemberitaan
sehingga dapat ditemukan bukti-bukti bahwa Islam datang ke Nusantara pada
awal abad Hijriah.

B. Corak dan Peradaban Islam di Indonesia


Di Jawa proses islamisasi sebenarnya sudah berlangsung sejak abad ke-11 M. Sejak itu
sampai abad ke-13 dan abad-abad berikutnya, terutama setelah Majapahit mencapai
kebesaran, proses islamisasi di pelabuhan-pelabuhan terus berlangsung. Disanalah kerajaan
Islam pertama Jawa, yaitu Demak, berdiri diikuti kerajaan Cirebon dan Banten di Jawa
Barat. Demak berhasil menggantikan Majapahit, dilanjutkan kerajaan Pajang, kemudian
Mataram. Ulama-ulama yang berperan mengembangkan Islam di Jawa adalah Wali Songo.
Menurut Uka Tjandrasasmita (dalam Badri Yatim, 1996), saluran-saluran islamisasi yang
berkembang ada enam, yaitu:
1. Perdagangan
Pada taraf permulaan, saluran islamisasi adalah perdagangan. Kesibukan lalu lintas
perdagangan abad ke-7. Membuat pedagang-pedagang muslim (Arab, Pesia, dan India)
turut ambil bagian dalam perdagangan dari negeri-negeri bagian Barat, Tenggara dan Timur
benua Asia. Saluran islamisasi melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena
para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka menjadi
pemilik kapal dan saham. Mengutip pendapat Tome Pires berkenaan dengan saluran
islamisasi melalui perdagangan ini di pesisir pulau Jawa, Uka Tjandrasasmita menyebutkan
bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang
penduduknya ketika itu masih kafir. Mereka berhasil mendirikan mesjid-mesjid dan

6
Achmad Syafrizal, Sejarah islam Nusantara, (Islamuna Volume 2), 2015, hal. 238.

6
mendatangkan mullah-mullah dari luar sehingga jumlah mereka menjadi banyak, dan
karenanya anak-anak muslim itu menjadi orang Jawa dan kaya-kaya.
2. Perkawinan
Dari sudut ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih
baik dari pada kebanyakan pribumi, sehingga penduduk pribumi, terutama puteri-puteri
bangsawan, tertarik untuk menjadi istri saudagar-saudagar itu. Sebelum kawin, mereka
diislamkan lebih dahulu. Setelah mereka mempunyai keturunan, lingkungan mereka makin
luas. Akhirnya timbul kampung-kampung, daerah-daerah dan kerajaan-kerajaan muslim.
Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan apabila terjadi antara saudagar muslim
dengan anak bangsawan atau anak raja dan anak adipati, karena raja, adipati atau bangsawan
itu kemudian turut mempercepat proses islamisasi.
3. Tasawuf
Dengan tasawuf “bentuk” Islam yang diajarkan kepada pribumi mempunyai
persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga
agama baru itu mudah dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli tasawuf yang memberikan
ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam adalah
Hamzah Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik
seperti ini masih berkembang di abad ke-19 M bahkan di abad ke-20 ini.
4. Pendidikan
Islamisasi juga dilakukan melalui pendidikan, baik pesantren maupun pondok yang
diselenggarakan oleh-oleh guru-guru agama, kyai-kyai, dan ulama ulama. Dipesantren atau
pondok itu calon ulama, guru agama dan kyai mendapat pendidikan agama. Setelah keluar
dari pesantren, mereka pulang ke kampung masing-masing atau berdakwah ke tempat
tertentu mengajarkan Islam.
5. Kesenian
Saluran islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah pertunjukan wayang.
Dikatakan, Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang.
Dia tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi ia meminta para penonton untuk
mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik
dari cerita Mahabharata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disisipkan ajaran dan nama-

7
nama pahlawan Islam. Kesenian-kesenian lain juga dijadikan alat islamisasi, seperti sastra
(hikayat, babad, dan sebagainya) seni bangunan, dan seni ukir.
6. Saluran Politik
Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya
memeluk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam
di daerah ini. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia bagian timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam
masuk Islam.7

C. Islam Pada Masa Kesultanan di Indonesia


Perkembangan Islam di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan politik.
Yang pada saat itu sistem pemerintahan di Indonesia masih berbentuk Kerajaan-kerajaan.
berikut kerajaan Islam yang pernah berdiri di Indonesia:

1. Kerajaan Samudera Pasai


Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang didirikan
pada sekitar abad ke-13 yang lahir sebagai tonggak sejarah Awal berdirinya kerajaan Islam
di Indonesia pada saat itu. Kerajaan ini sangat berperang Dalam mengislamkan daerah Jawa
dan Malaka. Adapun mazhab hukum Islam yang Berkembang di kerajaan Samudera Pasai
pada saat itu adalah Mazhab Imam Syafi’i yang Kemudian dikenal di Indonesia sampai pada
saat ini.8

1. Kerajaan Aceh
Kerajaan Aceh merupakan kelanjutan dari kerajaan Samudera Pasai
Yang pernah dijajah oleh Bangsa Portugis pada sekitar Tahun 1512 M atau sekitar abad ke-
14. Kerajaan ini terletak di Bandar Aceh Bengawan.9 Menurut sejarah, pada Tahun 1496-
1903 Aceh telah memiliki banyak perkembangan, diantara-Nya yaitu:
1) Memiliki kemampuan dalam segi pengembangan pola dan sistem pendidikan militer.

7
Latifa Annum Dalimunthe, “Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi Pustaka)” Jurnal Studi Agama
dan Masyarakat, (Palangkaraya: IAIN Palangka Raya), 2016, hal. 120.
8Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka, 2006), 61.
9Reni Juliani, “Menarik Benang Merah Hubungan Aceh Dengan Sulawesi Selatan,” 2015, 12

8
2) Memiliki komitmen dalam menentang imperialisme.
3) Memiliki sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik.
4) Memiliki kemampuan dalam hal diplomatic Selain hal di atas, Aceh juga bisa dikatakan
sukses dalam hal mengadakan kerja sama militer dengan negara Turky dan Italia.

2. Kerajaan Demak.10
Kerajaan Islam selanjutnya adalah Kerajaan Demak yang memiliki Raja yang
bernama Raden Patah dan telah memiliki qadhi dalam kesultanan yang dijabat Oleh Sunan
Kalijaga. Setelah berkuasa, kerajaan Demak kemudian mengambil inisiatif Untuk menyusun
himpunan undang-undang dan peraturan dalam hal pelaksanaan hukum yang dinamakan
“Salokantara” yang kemudian dijadikan sebagai kitab hukum.11

3. Kerajaan Mataram.
Kerajaan Mataram merupakan kerajaan Islam di Pulau Jawa yang didirikan oleh
Sutawijaya, kemudian digantikan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Pada masa
pemerintahan Sultan Agung inilah kemudian hukum Islam mulai mengalami perkembangan
setelah sebelumnya tidak terlalu berpengaruh dimasa itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya perubahan pada struktur tata hukum di Kerajaan Mataram yang mengadili
permasalahan yang dianggap dapat mengancam keselamatan kerajaan. Pada masa pergantian
kekuasaan (dalam bidang pemerintahan) Sultan Agung, terjadi Peperangan antara Kerajaan
Mataram dengan VOC yang diakibatkan adanya pengaruh Dari VOC yang berpusat di
Batavia pada saat itu yang kemudian dapat diselesaikan dengan diadakannya pembagian
wilayah Mataram pada Tahun 1755 menjadi dua bagian yakni Kesultanan Ngayogyakarta
dan Kesultanan Surakarta.

4. Kerajaan Cirebon.
Cirebon merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Tome Peres menyebutkan
bahwa Islam sudah ada di Cirebon sekitar tahun 1470-1475M Orang yang berhasil

10Abdul
Ghofur Anshori, Dkk, Hukum Islam (Dinamika dan Perkembangannya di Indonesia) (Jogjakarta:
Kreasi, Total Media, 2008), 90.
11Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), h.

153.

9
meningkatkan status Cirebon menjadi kerajaan yaitu Syarif Hidayat yang terkenal dengan
Sunan Gunung Jati dialah pendiri kerajaan Cirebon. Hukum Islam Di kerajaan Cirebon dapat
berkembang dengan baik, terutama hukum-hukum yang berhubungan dengan masalah
kekeluargaan.12
5. Kerajaan Banten.
Masuknya Islam ke kerajaan Banten ada dua versi. Pertama, bahwa kerajaan Banten
menerima Islam dengan cara damai setelah penguasa Banten dengan sukarela dan tertarik
untuk memeluk Islam. Kedua adalah pendapat yang menyatakan bahwa masuknya Islam ke
kerajaan Banten itu melalui kekerasan.13Terlepas dari dua Versi pendapat tersebut, yang
pasti bahwa saat kerajaan Banten berdiri telah menerima Islam sebagai agama panutan
kerajaan-kerajaan Banten merupakan kerajaan Islam di Indonesia yang memiliki hubungan
internasional dengan Kerajaan Aceh yang dijuluki “Serambi Mekah” dan kerajaan Mughal
yang berada di India. Banten pada saat itu Dijadikan sebagai pusat pengiriman dan
pengumpulan barang-barang dari luar negeri.14Pada masa pemerintahan Sultan Ageng
Tirtayasa, kerajaan Banten dianggap sebagai Kerajaan yang paling ketat dalam menerapkan
hukum Islam bahkan hukum potong Tangan diberlakukan dalam kasus pencurian. Jika
seseorang mencuri maka akan dipotong tangan kanannya, jika ia mencuri lagi secara
berturut-turut maka akan dipotong tangan kirinya.15

6. Kerajaan Tuban.
Tuban merupakan kota yang terletak di utara Jawa Timur, karena keadaan
geografisnya, kemudian di jadikan pelabuhan yang kurang penting jika di bandingan dengan
Gresik. Meski demikian, diduga sejak zaman dahulu Tuban menjadi kedudukan penguasa-
penguasa yang kuat. Oleh karena itu, tuban juga menjadi kota yang terkenal dan penting
didaerah pantai utara Jawa Timur. Sekitar abad ke-17 dan ke-18 kota Tuban dianggap tidak
memiliki arti di bidang politik dan ekonomi. Namun demikian, kota Tuban masih dikenal

12
Warkum Sumitro, Mujaid Kumkelo, and Moh Anas Kholish, Politik Hukum Islam: Reposisi Eksistensi
Hukum Islam dari Masa Kerajaan Hingga Era Reformasi di Indonesia (Universitas Brawijaya Press,
2014), h. 85.
13 Ahmad Mansur Suryanegara, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia (Bandung:

Mizan, 1996), 97
14 A Daliman, Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia (Yogyakarta: Ombak,

2012), 238.
15 Sumitro, Kumkelo, dan Kholish, Politik Hukum Islam, 87.

10
sebagai tempat bermukim para ulama besar, antara lain Haji Ahmad Mustaqim dan
kemudian terdokumentasi di dalam tulisan Jawa yang dikenal dengan nama Serat Cabolek.

7. Kerajaan Ternate dan Tidore.


Pada masa pemerintahan raja Ternate yang ke-18 yaitu Sultan Zainal Abidin, hukum
adat dan pemerintahan kerajaan berhasil diubahnya menjadi syariat Islam yang kemudian
dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dan pada saat pemerintahannya,
Islam resmi dijadikan sebagai agama Kerajaan di Ternate. Sultan Zainal Abidin berhasil
membentuk lembaga kerajaan sesuai Dengan hukum Islam dengan melibatkan para ulama
untuk bergabung didalam-Nya yang Kemudian langkah-langkahnya tersebut diikuti oleh
beberapa kerajaan yang ada di Maluku. Selain itu, beliau juga pernah mendirikan madrasah
di Ternate untuk Memperdalam ilmu agama Islam kepada masyarakat yang ada di sana.16
Hukum Islam berhasil diterapkan di Tidore bukan hanya hukum perdata melainkan pula
hukum pidana Seperti hudud dan takzir yang diperuntukkan kepada penduduk Tidore yang
melanggar Syariat Islam.

8. Kerajaan Sulawesi.
Pada tanggal 22 September 1605 (Jumat, 9 Jumadil awal 1014 H), Raja Tallo
sekaligus mangkubumi Kerajaan Gowa, I Malingkang Daeng Manyonri, Memeluk Islam.
Dia mendapat nama Islam, yaitu Sultan Abdullah Awwalul Islam. Pada Saat yang sama,
Raja Gowa ke-14, I Manga rangi Daeng Manrabia, juga memeluk Islam. Dia menerima
nama Islam, yaitu Sultan Alauddin. Islamisasi di Sulawesi Selatan yang Diawali pada abad
ke-17 ini dapat untuk merubah sendi-sendi “Pangngadakkan”(Makssar) atau Pangngaderreng
(Bugis) yang menyebabkan pranata-pranata kehidupan
Sosial budaya orang Makassar dan Bugis, Mandar dan lain-lain memperoleh dan
mendapatkan warna baru, karena sara (syariat) telah masuk pula menjadi salah satu dari
sendi-sendi adat-istiadat itu”.

D. Islam Pada Masa Penjajahan Di Indonesia


1. Perkembangan Hukum Islam Pada Masa Belanda

16Amran
Suadi, Dkk, Politik Hukum Perspektif Hukum Perdata Dan Pidana Islam Serta Ekonomi Syariah
(Jakarta: Kencana, 2016), 358.

11
Terkait mengenai keberlakuan hukum Islam di kalangan masyarakat Indonesia ini
muncul Berbagai teori, yang mana yang satu dengan yang lain sering tidak sesuai. Ada tiga
macam teori, Yaitu: receptio in complexu, teori receptie dan teori receptie balik (receptie a
contrario). Teori Receptie ini berdasar dari keinginan Snouck Hurgronje mencegah orang-
orang pribumi rakyat Jajahan tidak terlalu kuat memegang ajaran agama Islam, sebab pada
umumnya orang-orang yang Memegang kuat ajaran Islam dan hukum Islam tidak mudah di
pengaruhi oleh peradaban barat.
Di zaman Daendels perubahan masih belum dimulai. Dimasa itu muncullah pendapat
yang mengatakan bahwa hukum Islam adalah hukum asli pribumi. Karena pendapat itu,
mulailah Daendels mengeluarkan peraturan yang menyatakan bahwa hukum agama orang
Jawa tidak boleh diganggu dan hak-hak penghulu mereka untuk memutus beberapa macam
perkara tentang Perkawinan dan kewarisan harus diakui oleh alat kekuasaan pemerintah
Belanda.17
Konflik antara tiga sistem hukum di Indonesia pada awal di gerakkan oleh kebutuhan-
kebutuhan kolonialisme masa itu, dan konflik berkembang selama masa pendudukan
kolonial Belanda karena dua sistem hukum (barat dan adat) di sokong sepenuhnya oleh
penguasa pada waktu Itu. Hal ini dapat di lihat dari pada politik hukum yang diskriminatif
terhadap hukum Islam.18

2. Perkembangan Islam di Indonesia Pada Masa Jepang


Setelah Jendral Ter Poorten dinyatakan kalah tanpa syarat kepada panglima militer
Jepang Untuk kawasan Selatan pada tanggal 8 Maret 1942, segera Pemerintah Jepang
mengumumkan Berbagai peraturan. Salah satu diantaranya adalah Undang-undang Nomor 1
Tahun 1942, yang Menyatakan bahwa Pemerintah Jepang melanjutkan segala kekuasaan
yang sebelumnya ditangani oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda.19 Kepastian baru ini

17H.Mohmmad
Daud, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),
155– 56.
18Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Gema Insani Pres, 1996), 37.
19G. F. Fijper G. F. Fijper, Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950Terj. Tudjimah

dan Yessy Augusdin (Jakarta: UI Press, 1985), 71.

12
tentu saja berkaitan pada tetapnya posisi keberlangsungan hukum Islam begitu juga kondisi
terakhirnya di masa pendudukan Belanda.20
Kendati demikian, Pemerintah kolonial Jepang tetap melakukan berbagai kebijakan
untuk Memikat simpati umat Islam di Indonesia. Yaitu sebagai berikut:
a) Janji Panglima Militer Jepang dalam melindungi dan memajukan Islam sebagai agama
Mayoritas penduduk pulau Jawa.
b) Mendirikan Shumubu (Kantor Urusan Agama Islam) yang dipimpin dan dikelola oleh
bangsa Indonesia sendiri.
c) Mengizinkan berdirinya ormas Islam, seperti Muhammadiyah dan NU.
d) Menyetujui berdirinya Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) pada bulan
Oktober 1945.
e) Menyetujui berdirinya Hizbullah sebagai pasukan cadangan yang mendampingi
berdirinya PETA.
f) Berupaya memenuhi desakan para tokoh Islam untuk mengembalikan kewenangan
Pengadilan Agama dengan meminta seorang ahli hukum adat, Soepomo, pada bulan
Januari 1944 untuk Memberikan laporan tentang hal itu. Namun upaya ini kemudian
“dimentahkan” oleh Soepomo Dengan alasan kompleksitas dan menundanya hingga
Indonesia merdeka.

20Ramly
Hutabarat, Kedudukan Hukum Islam Dalam Konstitusi-Konstitusi Indonesia (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2006), h. 76.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Makalah ini menyimpulkan bahwa: teori-teori yang ada saling menguatkan dan
menyempurnakan. Misalnya teori yang menyebut Islam datang ke Indonesia pertama kali
abad ke-1 Hijriah atau abad ke-7 Masehi, dimaknai dengan sampainya individu-individu
pemeluk Islam dari Arabia, Persia atau India ke Indonesia. Teori ini kemudian disempurnakan
dengan teori yang menyatakan Islam datang abad ke-13 Masehi yang dimaknai dengan
terdapatnya orang pribumi dalam komunitas yang besar. Sedangkan teori yang menyatakan
bahwa tanah Arab merupakan daerah asal kedatangan Islam dikuatkan teori lain bahwa dalam
perjalanannya ke Indonesia terjadi peran dan pengaruh wilayah Persia dan India. Demikan
juga tentang tempat pertama yang didatangi Islam yaitu Barus dan Pasai, ini dianalisa dengan
perspektif bahwa Islam sampai ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Peta perdagangan
menunjukkan bahwa jalur pantai sebelah timur pulau Sumatera lebih dominan dibanding jalur
pantai barat dan di sisi lain pantai timur Sumatera lebih kondusif untuk dilayari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Karim. Abdul Sejarah Pemikiran dan per adaban Islam ( Yogyakarta: PustakaBook
Publisher), 2007.
Permana. Rahayu, Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia,( Jurnal Sejarah Peradaban
Islam 3(21)), 2018.
Syafrizal. Achmad, Sejarah islam Nusantara, (Islamuna Volume 2), 2015.
Nasution. Fauziah, Kedatangan dan Perkembangan islam di Indonesia( Dakwah dan
Pengembangan Sosial Kemanusiaan), 2020.
Binarto, Teori dan Proses Islamisasi diIndonesia, (Prosiding Pascasarjana IAIN
Kediri Volume 3), 2020.
Dalimunthe. Latifa. Annum, “Kajian Proses Islamisasi Di Indonesia (Studi
Pustaka)” Jurnal Studi Agama dan Masyarakat, (Palangkaraya: IAIN Palangka Raya), 2016.
Yusuf. Mundzirin, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia (Yogyakarta: Pustaka),
2006
Juliani. Reni, “Menarik Benang Merah Hubungan Aceh Dengan Sulawesi Selatan,”
2015.
Anshori. Abdul. Ghofur, Dkk, Hukum Islam (Dinamika dan Perkembangannya di
Indonesia) (Jogjakarta: Kreasi, Total Media, 2008).
Sunanto. Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005).
Sumitro. Warkum, Mujaid Kumkelo, and Moh Anas Kholish, Politik Hukum Islam:
Reposisi Eksistensi Hukum Islam dari Masa Kerajaan Hingga Era Reformasi di Indonesia
(Universitas Brawijaya Press, 2014).
Suryanegara. Ahmad. Mansur, Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia (Bandung: Mizan, 1996).
Daliman. A, Islamisasi Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia
(Yogyakarta: Ombak, 2012).
Suadi. Amran, Dkk, Politik Hukum Perspektif Hukum Perdata Dan Pidana Islam
Serta Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2016)
Daud. Mohmmad, Hukum Islam dan Peradilan Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2002)
Arifin. Bustanul, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia (Jakarta: Gema Insani
Pres, 1996).
Fijper. G. F., Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950Terj.
Tudjimah dan Yessy Augusdin (Jakarta: UI Press, 1985).
Hutabarat. Ramly, Kedudukan Hukum Islam Dalam Konstitusi-Konstitusi Indonesia
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006).

15

Anda mungkin juga menyukai