Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

BOHONG
Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir Ayat Akhlaq
Dosen Pengampu : ust ali fitriana MA.g

Oleh :
Jaelani naro
2023.09.0018

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR SEKOLAH TINGGI


KULLIYATUL QUR’AN AL-HIKAM DEPOK
Jl. H. Amat, No. 21, RT. 06/RW. 01, Kukusan, Beji, Kota Depok, Jawa Barat
16425
2023M/1445H
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT atas limpahan
rahmat taufiq dan hidayahnya, kami dapat menyelasikan tugas makalah
mata kuliah tafsir ayat akhlaq yang berjudul: “bohong” dengan tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapakan terima kasih kepada Ust. Ali fitriana
MA.g selaku dosen pengampu mata kuliah tafsir ayat akhlaq yang telah
memberi kepecayaan kepada kami untuk membuat tugas makalah ini. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
memberikan saran dan masukan dalam penyusunan makalah ini.

Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat berguna bagi kami


semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah tafsir ayat akhlaq dan
semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun bagi para pembaca.

Mungkin di dalam penyusunan ini masih banyak kesalahan dan


kekurangan yang di akibatkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan
kami. Oleh karna itu, kami selaku penyusun makalah ini kami harap
dimaklumi, dan supaya memberi saran dan kritikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Depok, 1 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii


DAFTAR ISI ...................................................................................................iii
BAB I ............................................................................................................... 1
PEMBAHASAN .............................................................................................. 1
A. Pengertian ............................................................................................ 1
B. Ayat-Ayat al-qur’an Terkait Bohong .................................................... 1
BAB II ............................................................................................................. 5
PENUTUP ....................................................................................................... 5
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 5

iii
BAB I

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bohong (‫ )الكذب‬secara Bahasa merupakan kebalikan dari kata
jujur (‫)الصدق‬. Adapun Dalam terminologi syariah, kebohongan
diartikan sebagai informasi tentang suatu hal yang bertentangan
dengan kebenarannya, baik informasi tersebut karena kesengajaan,
maupun karena kesalahan. Imama Nawawi mengatakan: “bohong
adalah informasi tentang suatu hal yang bertentangan dengan keadaan
sebenarnya, baik disengaja atau tidak, apakah informasi itu tentang
masa lalu atau masa depan. Tapi tidak dos ajika bohong disebabkan
karena tidak disengaja, sesungguhnya bohong di hukumi dosa apabila
disengaja.1

B. Ayat-Ayat al-qur’an Terkait Bohong


Dalam al-qur’an terdapat banyak ayat-ayat terkait bohong, Al-
Qur’an menyebutkan kata kadzib dengan segala variasinya sebanyak
277 kali yang tersebar dalam 68 surat. Bahkan lebih banyak dari kata
shidq yang merupakan antonimnya. Sedangkan kata kadzib dalam
bentuk masdarnya saja ditemukan sebanyak 33 kali yang tersebar
dalam 31 ayat dalam 19 surat. Al-kadzib biasa digunakan pada
kebohongan yang dilakukan sendiri semisal mengakui sesuatu yang
tidak dilakukan atau memuji seseorang dengan sifat yang tidak
dimilikinya dan biasa juga digunakan pada kebohongan yang
dilakukan oleh orang lain.2
Ayat-ayat terkait bohong di dalam al-qur’an diantarnya
terdapat dalam surah al-munafiqun ayat pertama yang berbunyi :
ُ ْ َ ُ ‫َ َ َ َ ْ ُ ٰ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ه َ ه ُ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ٗ َ ه‬
‫اّٰلل يش َهد‬ ‫اّٰللۘواّٰلل يعلم ِانك لرسولهۗو‬
ِ ‫ِاذا جاۤءك المن ِفقون قالوا نشهد ِانك لرسول‬
َ ٰ َ َ ٰ ْ َّ
‫ِان ال ُمن ِف ِق ْين لك ِذ ُب ْون‬
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Nabi
Muhammad), mereka berkata, “Kami bersaksi bahwa engkau adalah
1
An-nawawi, al-adzkar, hlm.326
2
A. Thoha Husein & A. Atho’illah FAthoni, Kamus Al-Waafi (Depok: Gema Insani, 2016),
hlm. 1048

1
benar-benar utusan Allah.” Allah mengetahui bahwa engkau benar-
benar utusan-Nya. Allah pun bersaksi bahwa orang-orang munafik
itu benar-benar para pendusta.
Ayat di atas dijadikan dasar oleh sebagian ulama untuk
menyatakan bahwa definisi bohong adalah berbedanya ucapan
dengan pengetahuan si pengucap, baik yang diucapkan itu sesuai
dengan kenyataan atau tidak.
Kata kadzibun adalah bentuk jamak dari kata kadzib yakni
pelaku kebohongan. Ia terambil dari kata kata kadzaba yang dalam
berbagai kamus bahasa antara lain diartikan sebagai berbohong,
melemah, mengkhayal dan lain-lain. Lebih jauh dinyatakan bahwa
kebohongan (al-kadzib) adalah “menyampaikan sesuatu yang berbeda
dengan kenyataan yang telah diketahui oleh penyampainya”.
Kebohongan dalam arti tersebut menunjukkan kelemahan pelakunya
karena ia tidak mampu menyampaikan kenyataan yang diketahuinya
akibat rasa takut atau karena kebutuhan lain sehingga ia terpaksa
mengkhayalkan hal-hal yang tidak pernah ada.Demikian terlihat
kaitan yang erat antara hakikat kebohongan dengan ketiga arti bahasa
yang dikemukakan itu.3
Di pangkal ayat ini bertemu dua kata penting yang keduanya
menunjukkan perlawanan. Kalimat pertama ialah Munaafiquun. Yang
berarti orang munafik, orang-orang yang berlain di antara kulit
dengan isi, lahir dengan batin, atau mulut dengan hati. Sesudah itu
bertemu kata-kata nasyhadu, yang di sini kita artikan mengakui.
Kadang-kadang disebut juga naik saksi! Maka pada pangkal ayat itu
saja sudah nyata bahwa ini tidak mungkin.
Kata-kata nasyhadu yang berarti mengakui atau naik saksi
adalah kata-kata yang berat dan bertanggung jawab, sehingga seorang
yang masih kafir lalu hendak memeluk Islam, dia mesti lebih dahulu
mengucapkan dua kalimah syahdat.
Sekarang orang-orang munafik telah mengakui dengan
mengucapkan nasyhadu! Bukankah itu sudah cukup?
Pengakuannya itu diterima dingin oleh Tuhan. Sebab setelah
itu Tuhan memberi peringatan kepada RasulNya; "Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguh-nya engkau memanglah RasulNya."

3
M. Quraish shihab, tafsir al-misbah (Jakarta :lentera hati, 2010 ) vol. 14 hlm. 243

2
Artinya meskipun orang-orang munafik menyatakan bahwa dia
mengakui Nabi Muhammad Rasulullah, ataupun mereka tidak ada
mengakui samasekali, bagi Allah adalah sama saja. Mereka mengakui
atau tidak mengakui, namun Muhammad memang Rasulullah.
Tegasnya adalah bahwa pengakuan dari orang munafik tidak
ada artinya. Malah Tuhan menjelaskan lagi; “Dan Allah pun
menyaksikan bahwa sesungguhnya orang-orang yang munafik itu
benar-benarlah orang-orang pembohong.” (ujung ayat 1).
Mengapa mereka dikatakan Tuhan orang-orang pembohong?
Padahal mereka telah melengkapkan syahadat? Padahal Memakai
nasyhadu ?
Mereka adalah pembohong karena pengakuan atau kesaksian
itu tidaklah dari hati mereka. Bahkan hati sanubari mereka menolak
sekeras-kerasnya kerasulan Nabi Muhammad SAW.
Sebab itu walaupun yang mereka katakan itu pada hakikatnya
benar, oleh karena tidak diakui oleh hatinya sendiri, bohong juga
namanya. Syahadat atau kesaksian itu adalah bohong, karena tidak
sesuai dengan kepercayaannya.4

Selanjutnya Q.S Al-mu’minun : 90


َ ٰ َ ُ َّ َ ْ ٰ ْ ََ ْ
‫َبل اتين ُه ْم ِبالح ِق َواِ نه ْم لك ِذ ُب ْون‬
Padahal, Kami telah membawa kebenaran kepada mereka,
tetapi sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.

Dalam tafsir al-azhar dijelaskan bahwasanya Berdusta ialah


bersitegang urat leher, padahal telah bertemu dengan kebenaran.
Laksana seorang pesakitan yangdihadapkan ke muka hakim, sudah
cukup alasan dan lengkap barang buktibahwa memanglah dia pencuri
atau pembunuh, padahal dia masih ingkar juga akan kesalahannya,5
Pada ayat ini Allah menegaskan kepada orang-orang kafir
itu,karena semua pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka

4
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah hamka, tafsir al-azhar (singapura: Pustaka nasional
1982) jilid 10 hlm. 7406
5
Abdulmalik Abdulkarim Amrullah hamka, tafsir al-azhar (singapura : Pustaka nasional
1982) jilid 6,hlm.4828

3
mengenai Allah sebagai Pencipta, Pemilik dan Pengatur segalanya,
mereka jawab dengan jawaban yang benar dan positif, bahwa Al-
Qur'an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk memperbaiki
dan meluruskan akidah mereka yang telah sesat, adalah benar dan
tuduhan-tuduhan yang mereka kemukakan terhadap Muhammad dan
Al-Qur'an yang dibawanya adalah keliru dan bohong. Al-Qur'an
bukanlah dongengan-dongengan orang dahulu, tetapi benar-benar
wahyu dan petunjuk dari Allah Yang Maha Pencipta, Mahakuasa dan
Yang Mengatur segala sesuatu, baik di bumi maupun dilangit dengan
hikmat dan kebijaksanaan-Nya.6
Pada hakikatnya orang-orang kafir mengakui kekuasaan
Allah, tetapi mereka tidak mau beriman dan beribadah kepada Allah,
bahkan mereka menyembah berhala. Penyebabnya adalah taklid buta
dan mengikuti hawa nafsu belaka.
Dalam tafsir yang lain dijelaskan bahwasanya ayat ini
mengandung berita yang benar, perintah dan larangannya adil.
Termasuk ke dalamkebenaran yang dimaksud adalah kepercayaan
tentang tauhid dan hari berbangkit. Mengapa mereka tidak mengakui
kebenaran itu, padahal kebenaran lebih berhak diikuti? Maka berarti
mereka yang dusta dan zalim, Karena menafikannya.7
Pada ayat ini Allah menegaskan kepada orang-orang kafir itu,
karena semua pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka
mengenai Allah sebagai Pencipta, Pemilik dan Pengatur segalanya,
mereka jawab dengan jawaban yang benar dan positif, bahwa Al-
Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad untuk memperbaiki
dan meluruskan akidah mereka yang telah sesat, adalah benar dan
tuduhan-tuduhan yang mereka kemukakan terhadap Muhammad dan
Al-Qur’an yang dibawanya adalah keliru dan bohong.

6
Kemenag, al-qur’an dan tafsirnya (Jakarta : Widya Cahaya, , 2011) jilid 6, hlm. 538
7
Abu Yahya Marwan bin Musa, hidayatul insan bi tafsiril qur’an, jilid 4 hlm. 84

4
BAB II
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bohong (‫ )الكذب‬secara Bahasa merupakan kebalikan dari kata
jujur (‫)الصدق‬. Adapun Dalam terminologi syariah, kebohongan
diartikan sebagai informasi tentang suatu hal yang bertentangan
dengan kebenarannya, baik informasi tersebut karena kesengajaan,
maupun karena kesalahan. Imama Nawawi mengatakan: “bohong
adalah informasi tentang suatu hal yang bertentangan dengan keadaan
sebenarnya, baik disengaja atau tidak, apakah informasi itu tentang
masa lalu atau masa depan.
Dalam al-qur’an terdapat banyak ayat-ayat terkait bohong, Al-
Qur’an menyebutkan kata kadzib dengan segala variasinya sebanyak
277 kali yang tersebar dalam 68 surat. Bahkan lebih banyak dari kata
shidq yang merupakan antonimnya. Sedangkan kata kadzib dalam
bentuk masdarnya saja ditemukan sebanyak 33 kali yang tersebar
dalam 31 ayat dalam 19 surat. Al-kadzib biasa digunakan pada
kebohongan yang dilakukan sendiri semisal mengakui sesuatu yang
tidak dilakukan atau memuji seseorang dengan sifat yang tidak
dimilikinya dan biasa juga digunakan pada kebohongan yang
dilakukan oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai