Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Balaghoh 2
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
2020
KINAYAH DALAM AL-QUR’AN JUZ 9
1. Penyesalan
َولَـ َّما ُسقِطَ فِ ۤ ْي اَ ْي ِد ْي ِه ْم, yang mana arti secara tekstualnya adalah “setelah
mereka dijatuhkan oleh tangan mereka sendiri” namun yang dimaksudkan
pada lafadz tersebut adalah “setelah mereka (bani isroil) menyesali
perbuatannya”. Jadi jenis kinayah pada ayat ini termasuk dalam kinayah
dari sifat qoribah, karena perpindahan makna asli menuju makna yang
dimaksudkan tanpa menggunakan perantara,2
b. Alasan Kewacanaan Penggunaan Kinayah
Topik yang dibicarakan padaayat tersebut adalah penyesalan kaum
nabi musa (bani isra’il) terhadap perbuatan mereka yang telah sesat.
Ketika Nabi Musa ‘alaihis salam kembali kepada kaumnya, Beliau
mendapati kaumnya dalam keadaan menyembah patung itu (anak sapi),
maka Beliau menerangkan bahwa yang demikian merupakan kesesatan. 3
Mereka mengakui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata “
sungguh jika rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak
1
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
2
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 149.
3
Tafsir Ibnu katsir (Sinar Baru Algensindo) jus 9, hlm 95.
mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang yang merugi”, yakni
termasuk orang orang yang binasa, hal ini merupakan pengakuan dari
mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sekaligus sebagai
upaya kembali kepada Allah.4
c. Aspek Estetika Penggunaan Kinayah
Gaya bahasa kinayah pada ayat diatas menampilkan suatu gagasan
yang abstrak dan kongkrit. Dengan lafadz ولَـــ َّما ُســقِطَ فِ ۤ ْي اَيْــ ِد ْي ِه ْم,
َ
tergambar dalam benak pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut
masih terdapat makna yang mengarah pada makna yang dimaksud ayat.
Dan juga menunjukkan betapa indahnya penggunaan bahasa dalam Al-
qur’an.
2. Penciptaan Umat Manusia
س َّوا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا َزوْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَا ۚ فَلَ َّما ٍ هُ َو الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّـ ْف
ت َّدع ََوا هّٰللا َ َربَّهُ َما لَئِ ْن ٰاتَ ْيتَـنَا ْ ََّت بِ ٖه ۚ فَلَ َّم ۤا اَ ْثقَل
ْ ت َح ْماًل َخفِ ْيفًا فَ َمر ْ َتَ َغ ٰ ّشٮهَا َح َمل
َصا لِحًا لَّـنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ال ٰ ّش ِك ِر ْين َ
"Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya
Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa
berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka
(seraya berkata), Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah
kami akan selalu bersyukur."
4
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3). Bogor : Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003. hal. 458.
5
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
a. Kategori Kinayah
Ayat ke-189 surah Al-A’raf diatas menjelaskan bahwasannya
Allah telah menciptakan umat manusia secara keseluruhan dari diri Adam, dan
darinya pula Allah telah menciptakan istrinya, Hawa.
Ayat diatas mengandung kinayah, yaitu terletak pada lafadz فَلَ َّما
تَ َغ ٰ ّشٮهَا, yang mana aslinya adalah “maka setelah dicampuri (istrinya)”.
Namun makna yang dimaksudkan disini adalah “maka setelah
digauli/dijima’ (istrinya)”. Jadi jenis penggunaan kinayah pada lafadz ini
adalah kinayah dari sifat baidah, karena jauhnya mana yang dimaksud dari
makna aslinya, maka dibutuhan perantara untuk menuju makan yang dituju.
Adapun perantara dari makna aslinya adalah, bahwa setelah dicampurri
instrinya, maka akan digauli, dan seteah digauli maka akan menuju
hubungan intim/jima’. 6
yang abstrak dan kongkrit. Dengan lafadz فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشٮهَا, tergambar dalam
benak pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut masih terdapat makna
yang mengarah pada makna yang dimaksud ayat yaitu ”maka setelah
6
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 149
7
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3). Bogor : Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003. hal. 255.
lelaki menyetubuhi istrinya. Dan juga menunjukkan betapa indahnya
penggunaan bahasa dalam Al-qur’an.
3. Janji Allah kepada kaum Muslim
ت ال َّش ْو َك ِة ِ ْن اَ َّن َها َلـ ُك ْم َو َت َو ُّد ْو َن اَنَّ َغي َْر َذا َّ َو ِا ْذ َي ِع ُد ُك ُم هّٰللا ُ ِاحْ دَى
ِ الطٓا ِئ َف َتي
َّ ۙ َت ُك ْونُ َلـ ُك ْم َوي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ اَنْ ُّيح َِّق ْال َح
ـق ِب َكل ِٰمتِهٖ َو َي ْق َط َع دَا ِب َر ْال ٰـكف ِِري َْن
Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari
dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu
menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah
untukmu. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayat-
ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya,"
8
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
9
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 150.
kaum muslimin memerangi kelompok yang datang dari Mekah itu yang
jumlahnya lebih besar dan sudah lengkap senjatanya. Mereka terdiri dari
tokoh-tokoh Quraisy dan pendekarnya.10
kongkrit. Dengan lafadz َو َي ْق َط َع دَا ِب َر ْال ٰـكف ِِري َْنtergambar dalam benak
pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut masih terdapat makna yang
mengarah pada makna yang dimaksud ayat, yaitu memusnahkan orang-
orang kafir sampai ke akar-akarnya. Dan juga menunjukkan betapa
indahnya penggunaan bahasa dalam Al-qur’an
10
Marwan bin Musa. Tafsir Hidayatul Ihsan, hlm 66
11
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
12
Al- Jalalaini
Ayat diatas mengandung kinayah, yakni terdapat pada lafadz
DAFTAR PUSTAKA
Al- Jalalaini
Tafsir Kemenag