Anda di halaman 1dari 9

KINAYAH DALAM AL-QUR’AN JUZ 9

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Ilmu Balaghoh 2

Disusun Oleh:

Andryan Maulana: 202180011

Dosen Pengampu:

Dr. Agus Tricahyo, M.A.

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2020
KINAYAH DALAM AL-QUR’AN JUZ 9
1. Penyesalan

َ ‫َولَـ َّما ُسقِطَ ِف ۤ ْي اَ ْي ِد ْي ِه ْم َو َراَ وْ ا اَنَّهُ ْم قَ ْد‬


ْ‫ضلُّوْ ا ۙ قَا لُوْ ا لَئِ ْن لَّ ْم يَرْ َح ْمنَا َربُّنَا َويَ ْغفِر‬
َ‫لَـنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال ٰخ ِس ِر ْين‬
"Dan setelah mereka menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa telah
sesat, mereka pun berkata, Sungguh, jika Tuhan kami tidak memberi rahmat
kepada kami dan tidak mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang-
orang yang rugi."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 149)1


a. Kategori kinayah
Ayat ke 149, surah Al-A’raf diatas menjelaskan tentang penyesalan
kaum nabi musa (bani isra’il) terhadap perbuatan mereka yang telah
sesat,
Ayat diatas mengandung kinayah, yaitu terdapat pada lafadz

‫ َولَـ َّما ُسقِطَ فِ ۤ ْي اَ ْي ِد ْي ِه ْم‬, yang mana arti secara tekstualnya adalah “setelah
mereka dijatuhkan oleh tangan mereka sendiri” namun yang dimaksudkan
pada lafadz tersebut adalah “setelah mereka (bani isroil) menyesali
perbuatannya”. Jadi jenis kinayah pada ayat ini termasuk dalam kinayah
dari sifat qoribah, karena perpindahan makna asli menuju makna yang
dimaksudkan tanpa menggunakan perantara,2
b. Alasan Kewacanaan Penggunaan Kinayah
Topik yang dibicarakan padaayat tersebut adalah penyesalan kaum
nabi musa (bani isra’il) terhadap perbuatan mereka yang telah sesat.
Ketika Nabi Musa ‘alaihis salam kembali kepada kaumnya, Beliau
mendapati kaumnya dalam keadaan menyembah patung itu (anak sapi),
maka Beliau menerangkan bahwa yang demikian merupakan kesesatan. 3
Mereka mengakui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata “
sungguh jika rabb kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak

1
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
2
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 149.
3
Tafsir Ibnu katsir (Sinar Baru Algensindo) jus 9, hlm 95.
mengampuni kami, pastilah kami menjadi orang yang merugi”, yakni
termasuk orang orang yang binasa, hal ini merupakan pengakuan dari
mereka terhadap dosa-dosa yang telah mereka lakukan, sekaligus sebagai
upaya kembali kepada Allah.4
c. Aspek Estetika Penggunaan Kinayah
Gaya bahasa kinayah pada ayat diatas menampilkan suatu gagasan

yang abstrak dan kongkrit. Dengan lafadz ‫ولَـــ َّما ُســقِطَ فِ ۤ ْي اَيْــ ِد ْي ِه ْم‬,
َ
tergambar dalam benak pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut
masih terdapat makna yang mengarah pada makna yang dimaksud ayat.
Dan juga menunjukkan betapa indahnya penggunaan bahasa dalam Al-
qur’an.
2. Penciptaan Umat Manusia

‫س َّوا ِح َد ٍة َّو َج َع َل ِم ْنهَا َزوْ َجهَا لِيَ ْس ُكنَ اِلَ ْيهَا ۚ فَلَ َّما‬ ٍ ‫هُ َو الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم ِّم ْن نَّـ ْف‬
‫ت َّدع ََوا هّٰللا َ َربَّهُ َما لَئِ ْن ٰاتَ ْيتَـنَا‬ ْ َ‫َّت بِ ٖه ۚ فَلَ َّم ۤا اَ ْثقَل‬
ْ ‫ت َح ْماًل َخفِ ْيفًا فَ َمر‬ ْ َ‫تَ َغ ٰ ّشٮهَا َح َمل‬
َ‫صا لِحًا لَّـنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ال ٰ ّش ِك ِر ْين‬ َ

"Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya
Dia menciptakan pasangannya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka
setelah dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa
berat, keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhan mereka
(seraya berkata), Jika Engkau memberi kami anak yang saleh, tentulah
kami akan selalu bersyukur."

(QS. Al-A'raf 7: Ayat 189)5

4
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3). Bogor : Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003. hal. 458.
5
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
a. Kategori Kinayah
Ayat ke-189 surah Al-A’raf diatas menjelaskan bahwasannya
Allah telah menciptakan umat manusia secara keseluruhan dari diri Adam, dan
darinya pula Allah telah menciptakan istrinya, Hawa.

Ayat diatas mengandung kinayah, yaitu terletak pada lafadz ‫فَلَ َّما‬
‫تَ َغ ٰ ّشٮهَا‬, yang mana aslinya adalah “maka setelah dicampuri (istrinya)”.
Namun makna yang dimaksudkan disini adalah “maka setelah
digauli/dijima’ (istrinya)”. Jadi jenis penggunaan kinayah pada lafadz ini
adalah kinayah dari sifat baidah, karena jauhnya mana yang dimaksud dari
makna aslinya, maka dibutuhan perantara untuk menuju makan yang dituju.
Adapun perantara dari makna aslinya adalah, bahwa setelah dicampurri
instrinya, maka akan digauli, dan seteah digauli maka akan menuju
hubungan intim/jima’. 6

b. Alasan Kewacanaan Penggunaan Kinayah

Topik pembahasan pada ayat ini adalah bahwasannya Allah


mengingatkan, sesungguhnya Allah telah menciptakan semua umat
manusia dari Adam a.s. Allah pula lah yang menciptakan isterinya yaitu
hawa dari dirinya, kemudian Allah menyebarkan manusia dari keduanya.
Allah menciptakan isterinya agar dia merasa senang kepadanya,
maksudnya agar dia cenderung dan merasa tentram kepadanya, yakni
setelah si lelaki menggaulinya (menyetubuhi istrinya). 7

c. Aspek Estetika Penggunaan Kinayah


Gaya bahasa kinayah pada ayat diatas menampilkan suatu gagasan

yang abstrak dan kongkrit. Dengan lafadz ‫فَلَ َّما تَ َغ ٰ ّشٮهَا‬, tergambar dalam
benak pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut masih terdapat makna
yang mengarah pada makna yang dimaksud ayat yaitu ”maka setelah

6
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 149
7
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Lubaabut Tafsir Min Ibni
Katsir (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3). Bogor : Pustaka Imam asy-Syafi’I, 2003. hal. 255.
lelaki menyetubuhi istrinya. Dan juga menunjukkan betapa indahnya
penggunaan bahasa dalam Al-qur’an.
3. Janji Allah kepada kaum Muslim

‫ت ال َّش ْو َك ِة‬ ِ ‫ْن اَ َّن َها َلـ ُك ْم َو َت َو ُّد ْو َن اَنَّ َغي َْر َذا‬ َّ ‫َو ِا ْذ َي ِع ُد ُك ُم هّٰللا ُ ِاحْ دَى‬
ِ ‫الطٓا ِئ َف َتي‬
َّ ‫ ۙ  َت ُك ْونُ َلـ ُك ْم َوي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ اَنْ ُّيح َِّق ْال َح‬
‫ـق ِب َكل ِٰمتِهٖ َو َي ْق َط َع دَا ِب َر ْال ٰـكف ِِري َْن‬
Dan (ingatlah) ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari
dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu
menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah
untukmu. Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar dengan ayat-
ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir sampai ke akar-akarnya,"

(QS. Al-Anfal 8: Ayat 7)8


a. Kategori Kinayah
Ayat diatas mengandung kinayah, lebih tepatnya terdapat pada

lafadz ٰ ‫ــر ْال‬


‫ـــكف ِِري َْن‬ َ ‫و َي ْق َطــ َع دَا ِب‬,َ yang mana makna aslinya adalah
“memotong akar-akar orang kafir”, namun dalam ayat ini makna yang
dimaksudkan adalah “memusnahkan orang kafir sampai keakar-akarnya.
Jadi jenis kinayah yang digunakan pada ayat ini adalah kinayah nisbat.9

b. Alasan kewacanaan penggunaan kinayah

Topik yang dibicarakan pada ayat ini adalah bahwasannya Allah


menjanjikan kepada kaum muslimin bahwa salah satu dari dua golongan
yang dihadapi adalah kafilah Abu Sofyan yang membawa dagangan dari
Syam atau kelompok yang datang dari Mekkah untuk berperang dibawah
pimpinan Utbah bin Rabi'ah bersama Abu Jahal. Sedangkan kaum
muslimin tidak mempuyai kekuatan senjata (kafilah Abu sufyan yang
jumlahnya sedikit). Tetapi Allah hendak membenarkan yang benar
dengan ayat-ayat-Nya (bukti-bukti-Nya) dan memusnahkan orang-orang
kafir sampai ke Akar-akarnya , Oleh karena itu, Allah memerintahkan

8
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
9
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 150.
kaum muslimin memerangi kelompok yang datang dari Mekah itu yang
jumlahnya lebih besar dan sudah lengkap senjatanya. Mereka terdiri dari
tokoh-tokoh Quraisy dan pendekarnya.10

c. Aspek Estetika Penggunaan Kinayah

Estetika penggunaan kinayah pada ayat diatas adalah, Gaya bahasa


kinayah pada ayat diatas menampilkan suatu gagasan yang abstrak dan

kongkrit. Dengan lafadz ‫ َو َي ْق َط َع دَا ِب َر ْال ٰـكف ِِري َْن‬tergambar dalam benak
pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut masih terdapat makna yang
mengarah pada makna yang dimaksud ayat, yaitu memusnahkan orang-
orang kafir sampai ke akar-akarnya. Dan juga menunjukkan betapa
indahnya penggunaan bahasa dalam Al-qur’an

4. Pemisahan Golongan yang Buruk dari yang Baik

ٍ ْ‫ض ٗه َع ٰلى َبع‬


‫ض َف َيرْ ُك َم ٗه‬ َ ْ‫ْث َبع‬َ ‫ب َو َيجْ َع َل ْال َخ ِبي‬ ِ ‫الط ِّي‬ َ ‫لِ َي ِمي َْز هّٰللا ُ ْال َخ ِبي‬
َّ ‫ْث م َِن‬
‫ك ُه ُم ْال ٰخسِ ر ُْو َن‬ ٓ ٰ ُ ‫ج ِم ْيعًا َفيجْ ع َل ٗه فِيْ جهـ َّنم ۗ ا‬
‫ول ِئ َـ‬ َ َ َ َ َ َ
"agar Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan
menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas yang lain, lalu
kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam Neraka
Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang rugi."

(QS. Al-Anfal 8: Ayat 37)11


a. Kategori Kinayah
Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah memisahkan
golongan yang kafir dari orang mukmin dan menjadikan golongan yang
buruk itu sebagian diatas yang lain, lalu semuanya dikumpulkan dan
dimasukkan kedalam neraka jahanam, mereka orang yang merugi. 12

10
Marwan bin Musa. Tafsir Hidayatul Ihsan, hlm 66
11
Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com
12
Al- Jalalaini
Ayat diatas mengandung kinayah, yakni terdapat pada lafadz

‫ب‬ َّ ‫ْث م َِن‬


ِ ‫الط ِّي‬ ْ
َ ‫ال َخ ِبي‬, yang mana makna asli dari lafadz tersebut adalah
“(memisahkan) yang buruk dari yang baik”, namun yang dimaksudkan
pada konteks bahasan pada ayat ini adalah “(memisahkan orang-orang
kafir dari orang-orang mukmin”. Jadi jenis kinayah yang digunakan pada
ayat ini adalah kinayah dari sifat qaribah, karena yang perpindahan
makna asli menuju makna yang dimaksudkan tanpa menggunakan
perantara.13

b. Alasan kewacanaan penggunaan kinayah

Topik pembicaraan pada ayat ini dalah bahwaannya Allah


menjelaskan, bahwa Dia akan memberikan kemenangan kepada orang-
orang mukmin dan memberikan kekalahan kepada orang-orang kafir.
Maksudnya ialah untuk memisahkan golongan yang buruk dari yang baik
dan menjadikan golongan yang buruk itu sebagai kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

Golongan yang baik ialah, mereka yang bergerak dibawah naungan


agama tauhid dan berjuang untuk meninggikan kalimat Allah di bawah
pimpinan Rasulullah untuk mewujudkan apa yang diperintahkan oleh
Allah serta untuk menghancurkan segala sesuatu yang merintanginya.
Dan mencegah segala sesuatu yang menjadi larangan Allah serta
menghancurkan segala sesuatu yang menyebabkan terjadinya larangan
itu. Mereka ini berjuang dengan tenaga, pikiran dan harta benda untuk
kepentingan agama. Sedang golongan yang buruk ialah mereka yang
bergelimang dalam kemusyrikan dan menghalang-halangi agama Islam
serta melanggar hukum-hukum Allah dan mengobarkan permusuhan dan
kekejaman. Pemisahan antara kedua golongan tersebut merupakan suatu
ketentuan yang berlaku terus. Sedang yang kekal ialah yang baik di antara
kedua golongan.14
13
Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri Press), hal 149
14
Tafsir Kemenag
c. Aspek Estetika Penggunaan Kinayah

Estetika penggunaan kinayah pada ayat diatas adalah, Gaya bahasa


kinayah pada ayat diatas menampilkan suatu gagasan yang abstrak dan

kongkrit. Dengan lafadz ‫ب‬ َّ ‫ْث م َِن‬


ِ ‫الط ِّي‬ َ ‫ْال َخ ِبي‬ tergambar dalam benak
pembaca bahwasannya pada lafadz tersebut masih terdapat makna yang
mengarah pada makna yang dimaksud ayat, yaitu Allah memisahkan
orang-orang kafir dari orang-rang mukmin. Dan juga menunjukkan
betapa indahnya penggunaan bahasa dalam Al-qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Khamim. H. Ahmad Subakir, Ilmu Balaghah,( Yogyakarta : 2018, IAIN Kediri


Press)
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurahman bin Ishaq Al-Sheikh. Lubaabut
Tafsir Min Ibni Katsir (Tafsir Ibnu Katsir Juz 3). Bogor : Pustaka Imam
asy-Syafi’I, 2003.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah. Jakarta : Lentera Hati, 2002

Dr. Hj. Ramdani Sagala, M.Ag. Balaghah,(Lampung : 2016, IAIN Raden


Intan Lampung)
Imam Akhdlori. Ilmu Balaghah. Bandung : PT Alma’arif, 1982

Marwan bin Musa. Tafsir Hidayatul Ihsan.

Al- Jalalaini

Tafsir Kemenag

Via Al-Qur'an Indonesia http://quran-id.com

Anda mungkin juga menyukai