Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PENERJEMAHAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Tarjamah 2”

Dosen Pengampu :

Rizka Eliyana Mashlihah, M.Pd

Disusun oleh:

Andryan Maulana (202180011)

Fadlilah Naili Rohmah (202180026)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2020

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Penerjemahan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarjamah 2. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Penerjemahan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rizka Eliyana Mashlihah,


M.Pd, selaku dosen mata kuliah Tarjamah 2 yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami pelajari. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 21 Januari 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................

Daftar Isi.................................................................................................................

Bab 1 Pendahuluan................................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................................

B Rumusan Masalah.................................................................................................

Bab 2 Pembahasan

A. Pengertian Penerjemahan
B. Urgensi Dari Penerjemahan
C. Unsur Unsur Dari Penerjemahan
D. Proses Menerjemah
E. Syarat-Syarat Penerjemahan

Bab 3 Penurup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penerjemahan merupakan solusi untuk memecahkan


masalah perbedaan bahasa.Penerjemahan merupakan sebuah
pengalihan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran. Hatim
dan Mason (1997:1) mendefinisikan penerjemahan sebagai salah
satu bentuk komunikasi yang berusaha menjembatani perbedaan
budaya dan bahasa serta aksi komunikasi untuk tujuan pembaca
yang berbeda. Jika terjadi kesalahan dalam menerjemahkan
maka maknanya juga akan berbeda. Makna dan terjemahan
mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti yang
dikemukakan oleh Newmark (1988) bahwa menerjemahkan
berarti memindahkan makna dari serangkaian atau satu unit
linguistik dari satu bahasa kebahasa lain. Dalam sebuah wacana
ada beberapa makna antara lain makna leksikal,gramatikal,
kontekstual atau situasional, dan dan makna sosiokultural
dimana makna-makna tersebut harus sangat dicermati dalam
penerjemahan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penerjemahan?
2. Apa urgensi dari penerjemahan?
3. Apa saja unsur unsur dari penerjemahan?
4. Bagaimana proses menerjemah?
5. Apa saja syarat-syarat penerjemahan?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penerjemahan

Secara etimologis kata penerjemahan merupakan turunan dari kata


dasar tarjemah yang diserap dari kata bahasa Arab yang berarti
memindahkan atau mengalihkan. Selanjutnya padanan kata penerjemahan
dalam bahasa inggris nya disebut translation. Kata ini secara harfiah
mengadung tiga makna: pertama, translation mengacu kepada suatu hasil
atau produk tulisan atau ujaran yang telah diterjemahakan dari bahasa yang
berbeda, kedua, kata translation mengacu kepada kegiatan menerjemahkan
ujaran atau tulisan dari satu bahasa ke dalam bahasa lain dan ketiga,
translation mengacu kepada pengungkapan sesuatu dengan cara yang
berbeda yang dilakukan dalam satu bahasa yang juga disebut Jacobson
intralingual translation. Dari ketiga pengertian translation secara harfiah
ini, yang paling relevan dibicarakan adalah translation dalam pengetian
kedua yakni kegiatan menerjemahkan ujaran atau tulisan dari satu bahasa
ke dalam bahasa lain yang berbeda, dengan demikian menjadi dasar
formulasi dan pemahaman makna penerjemahan secara terminologis.1
Sedangkan secara terminologis menerjemah berarti
mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan
memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan itu.2 Dalam lietartur
penerjemahan, juga dalam tulisan ini, bahasa yang hendak dialihkan
umunya disebut bahasa sumber (selanjutnya disingkat dengan BSu), dan
bahasa yang menjadi tujuan pengalihan bahasa disebut bahasa sasaran
(selanjutnya disebut dengan BSa), walaupun ada juga yang menyebutnya
bahasa penerima, sedangkan mengenai teks yang hendak dialihkan disebut
teks bahasa sumber (selanjutnya disebut TSu) dan teks hasil pengalihan

1
Ilzamuddin Ma’mur, “Konsep Dasar Penerjemahan”, Vol. 21 No 102, 2004, hal.432
2
Syihabuddin.  Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktik. (Bandung Humaniora,
2001) hal. 13

4
disebut teks bahasa sasaran disebut teks bahasa sasaran (selanjutnya
disebut TSa). Sejauh berkaitan dengan pemahaman makna penerjemahan
secara terminologis, para pakar penerjemahan memberikan batasan tentang
penerjemahan secara berbeda-beda baik dari rumusan bahasa, cakupan
maupun penekanannya. Sebagian batasan tersebut akan ditelaah untuk
dijadikan landasan pemahaman terhadap hakikat penerjeman.3 Menurut
David Crystal istilah penerjemahan adalah istilah netral yang digunakan
untuk semua jenis tugas di mana makna ungkapan dalam satu bahasa
( BSu) diubah ke dalam makna ungkapan bahasa yang lain (BSa), apakah
mediumnya lisan, tulis, ataupun tanda. Newmark membedakan
penerjemahan tertulis dan lisan secara tidak langsung. Ia mengatakan
bahwa penerjemahan merupakan keterampilan yang terdiri dari upaya
mengganti pesan atau pemyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan
atau pemyataan yang sama dalam bahasa lain

B. Urgensi Terjemah

Pada zaman yang sudah modern seperti sekarang ini terkadang kita
tidak bisa membedakan terkait adanya bahasa asing yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu sebuah kata atau kalimat
yang kita dengar dari dari berita (televisi), film, lagu, maupun, teks atau
kutipan bahasa asing yang juga sering kita temui dalam literatur seperti
buku, koran, majalah, dan lain-lain. Bahkan, ketika kita sedang
menggunakan laptop atau gadget pun kita sebenarnya kita sedang
berhadapan dengan beberapa istilah asing.

Katakanlah, mungkin Bahasa Asing yang sering kita jumpai dalam


sehari-hari adalah bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Lihat saja bahasa
perangkatnya yang sebagian menggunakan Bahasa Inggris. Kata-kata
seperti: Log in, shut down, stand by, restart, options, setting, insert,
wallpaper mungkin terdengar familiar. Sedangkan Bahasa Arab mungkin
kita dengar dari suara adzan, pengajian ayat-ayat Al-Qur’an atau Hadits,

3
Ibid, hlm. 433

5
dan kita jumpai pula ketika kita sedang membaca Al-Qur’an atau Hadits
serta literatur-literatur bahasa Arab lainnya.

Tak hanya dalam media atau literatur saja, kadang kita juga
menjumpai bahasa asing di papan reklame, iklan, slogan, atau mendengar
dari turis langsung. Lalu, apakah kita paham dengan kata-kata bahasa
asing tersebut? Mungkin kalau kata-katanya pendek seperti yang sering
kita temui di laptop, gadget, atau media sosial kita tahu artinya karena
terbantu dengan ikon/logo/gambar yang sekiranya bisa mewakili dan
memberi makna kata-kata tersebut. Seperti ; kata setting yang berlogo
obeng/kunci Inggris, kata message yang bergambar surat/amplop, kata
search yang berlogo kaca pembesar/luv, dan kata serta logo lainnya.

Bagaimana jika kata-kata Bahasa Asing itu berbentuk kalimat dan


berderet-deret seperti susunan paragraf di surat kabar, buku, atau sebuah
dokumen lainnya? Apakah kita bisa mengerti dan paham maksudnya?
Untuk itulah dibutuhkan terjemah untuk memahami arti dan maknanya.
Tapi ingat, meskipun sekarang banyak alat/media untuk menerjemahkan
seperti google translate, aplikasi kamus di gadget/android, atau pun kamus
itu tidak menjamin 100% hasilnya benar. Karena google translate hanya
memberikan makna perkata saja. Sedangkan kamus hanya menyajikan
beberapa makna tanpa disandingkan dengan konteks kata/kalimat yang
berbeda.

Yang dimaksud penerjemahan di sini adalah bukan memindahkan


struktur bahasa Asing ke bahasa Sasaran (bahasa yang kita pahami, atau ke
bahasa yang dikehendaki), melainkan proses pemindahan makna dan arti
bahasa Asing ke dalam bahasa Sasaran yang dapat dipahami tanpa
merubah konteks aslinya. Proses menerjemahkan inilah yang sering
dikerjakan oleh para penerjemah profesional untuk membantu mentransfer
makna dari bahasa Asing ke bahasa Sasaran yang relevan. Apalagi jika
penerjemah ini mempunyai lisensi dan pengalaman yang baik dalam
mengurus proses menerjemahkan naskah, dokumen, atau file untuk
berbagai keperluan lainnya.

6
Maka, peran penerjemah sangatlah penting dalam
membantu dan memudahkan kita dalam menerjemahkan bahasa.
Sehingga jika kita punya kesulitan menerjemahkan bahasa Asing, tentu
kita bisa meminta bantuan jasa penerjemah yang profesional. Penerjemah
akan memberikan service terbaik dengan menghasilkan terjemah yang
berkualitas nan bermanfaat untuk berbagai keperluan kita.4

C. Unsur-Unsur Terjemah
1. Unsur pokok Tarjamah.
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah perlu
memperhatikan beberapa unsur pokok dalam menerjemahkan yaitu:

a. Aspek bahasa Penguasaan kamus bahasa, kemampuan


memilah dan memilih diksi bahasa baik dari arti kosa kata
maupun struktur kalimat. Yang tidak kalah pentingnya adalah
memahami arti kata baik secara leksikal, tekstual dan
konotatif/denotatif.

b. Ilmu Sorof. Kemampuan memahami ilmu sorof dan


perubahan tasrif serta memahjami fungsi penambahan huruf
baik untuk transitif (ta’diyah) menerima
akibat (mutawa’ah) maupun saling berbalasan (musyarakah).
Di samping itu ketrampilan penerjemah dalam dua macam
tasrif. Terambil dalam dua macam tasrif itu sangat strategis
dalam terjemah. Hal itu bagaikan hafal perkalian dasar dalam
ilmu berhitung/matematika.  dalam proses penerjemahan.
Sebab jika salah akibatnya maka akan sangat fatal.

c. Nahwu. Aspek yang tidak mungkin ditinggalkan oleh


penerjemah adalah nahwu. Dalam konteks terjemah,
kemampuan nahwu di sini bukan hanya sekadar teoritis tapi
kompetensi praktis empiris. Penerjemah harus mempu
membedakan perbedaan I’rab secara konkrit akurat, apakah
itu fa`il, maf`ul, ma`lum majhul, mudhaf, atau man’ut, bentuk
4
Emariferha.wordpress.com

7
kalimat ta’ajjub atau istifham dan seterusnya. Sebagaimana
dinyatakan oleh Abdul Qahir alJurjani: semua kata itu tertutup
oleh artinya sendiri, sehingga pemahaman I’rablah yang
membukakannya. Sorof memproduksi kata-kata untuk
direkayasa oleh nahwu sehingga menghasilkan makna yang
indah.

d. Balaghah. Dalam terjemah, balaghah merupakan aspek penting


yang tidak bisa ditinggalkan, karena merupakan alat untuk
mengenali rasa bahasa dengan sensitifitas yang tinggi, agar
penerjemah mampu membedakan arti yang tersirat dari pada
hanya arti lahiriyahnya.5

2. Unsur Ilmu Penerjemahan

Dalam bidang linguistik, penerjemahan biasanya


digolongkan dalam bidang linguistik terapan, karena teori-teori
yang sudah dirumuskan dalam linguistik teoretis akan diterapkan
pada bidang penerjemahan ini. Linguistik teoretis merupakan
dasar, pengembang, dan pemerkaya teori penerjemahan. Tetapi
penerjemahan juga dikelompokkan dalam linguistik
interdispliner, karena dalam penerjemahan terdapat disiplin ilmu
yang merupakan amanat dari sebuah nas. Amanat tersebut
merupakan salah satu dari pokok yang terlibat dalam proses
penerjemahan. Misalnya seseorang menerjemahkan buku tentang
ketasawufan, maka dia perlu untuk membekali dirinya dengan
ketasawufan, terutama yang berkaitan dengan topik yang dibahas
dalam nas tersebut.. demikian juga dengan bidang-bidang ilmu
lainnya yang perlu dikuasai oleh penerjemah sebagai bagian yang
terkait dengan penerjemahan.

Linguistik terapan atau linguistik interdispliner ini


merupakan suatu disiplin ilmu karena sudah memenuhi syarat-syarat

5
Abdul ‘Alim az-Zarqani, Manâhilul ‘Irfân. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal
23, Juz 2

8
keilmiahan, bahwasannya ilmu ini dapat dikembangkan secara
ilmiah dan diakui keshohihannya oleh para ahli bahasa secara
obyektif. Teori terjemahan terjemah yang berhasil dapat menjelaskan
dan mengendalikan masalah-masalah yang terdapat dalam
penerjemahan. Disiplin ilmu terjemah ini digolongkan menjadi tga
bidang, antara lain adalah: teori terjemah, kritik atau evaluasi
terjemahan, dan pengajaran menerjemah. Akhir-akhir ini juga telah
berkembang pula satu bidang lainnya, yaitu penerjemahan dengan
mesin atau computer.

Adapun tugas dari teori terjemah adalah sebagai berikut;

1. Mengidentifikasi dan mendefinisikan masalah-masalah


penerjemahan

2. Menunjukkan faktor-faktor yang perlu dikembangkan dalam


memecahkan masalah penerjemahan,

3. Menyeneraikan prosedur terjemahan yang dapat diterapkan,

4. Merekomendasikan prosedur penerjemahan yang paling sesuai,

Maka dari itu teori penerjemahan yang berguna adalah


tumbuh dari berbagai masalah yang muncul dari praktik
penerjemahan. Unsur teori sangatlah penting bgi penerjemah yang
berkedudukan sebagai mediator antara penulis dan pembaca. Dia
bertugas mengungkapkan ide penulis kepada para pembaca dengan
bahasa penerima yang ekuiavalen dengan bahasa sumber.
Pengungkapan ide orang lain itu lebih sulit daripada mengungkapkan
ide sendiri . kesulitan itu menjadi bertambah karena perbedaan
bahasa, budaya, dan konteks serta konteks sosiologis antara penulis
dan pembaca. Tugas penerjemah adalah menghilngakn kendala
tersebut dengan menggonakan metode dan prosdur penerjemahan.
Kadua hal itu menjadi garapan utama teori terjemah.

9
         Selanjutnya hasil pekerjaan penerjemah dinikmati oleh para pembaca.
Pembacalah yang menentukan kualitas terjemahan. Pembaca dapat
dikategorikan kedalam dua kelompok : pembaca ahli yang berperan sebagai
kritikus dan pembaca umum yang memberikan tanggapan atas terjemahan
yang dibacanya. Kritik yang diberikan oleh pembaca ahli didasarkan atas
teknik evaluasi tentang keterbacaan nas. Teknik evaluasi penampilan nas, dan
tanggapan pembaca dibicarakan dalam satu bidang penerjemahan yang disebut
kritik atau evaluasi penerjemahan. Penerjemah yang menguasai teori dan
pengalaman akan mengahsilkan terjemahan yang berkualitas, yaitu yang sudah
dapat difahami. Agar kondisi demikian mudah dapat dicapai, diperlukan suatu
lembaga pendidikan formal yang menguapayakan pendidikan penerjemahan.
Maka pendidikan penerjemah merupakan bidang ketiga dari penerjemahan
yang yang membicarakan tujuan pendidikan atau pengajaran, kurikulum,
materi, evaluasi, dan kegiatan belajar mengajar lainya.6

D. Proses Menerjemah

Umumnya proses penerjemahan diawali dengan mengkaji seluruh teks


sebelum mulai menerjemahkannya. Setelah memperoleh gambaran tentang isi
pesan teks penerjemah bisa memecahnya menjadi bagianbagian teks - ukuran
besar kecil clan jenis unitnya akan tergantung kepada sifat teks, panjang-
pendeknya, tingkat kesulitannya, clan juga termasuk bergantung kepada
temperamen clan kemampun penerjemah itu sendiri. Proses penerjemahan ini
bisa dikatakan sebagai top down model yakni dimulai dari tingkat yang lebih
tinggi, keseluruhan teks, menuju pada unsur atau unit yang lebih rendah.
Tetapi penerjemahan bisa juga dilakukan dengan proses yang sebaliknya dari
top-down model yakni dimulai dari fragmen menuju keseluruhan mulai dari
yang sederhana menuju kepada yang lebih·sulit. Proses ini bisa juga
dinamakan bottom-up model.
Selain itu, juga ada beberapa proses penerjemahan yang dikemukakan para
pakar penerjemahan secara agak rinci sebagai berikut:
6
Syihabuddin.  Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktik. (Bandung Humaniora,
2001) hal 14

10
1. Proses Penerjemahan Model Harvey, et al
Menurut Hervey, Higgoins, clan Loughridge proses penetjemahan
bisa dibagi menjadi dua kcgiatan: memahami teks sumber (Tsu) clan
merumuskan teks sasaran (Tsa).7 Dua kegiatan ini tentu saja tidak harus
berarti selalu dilakukan secara bergantian atau berurutan tetapi bisa
dilakukan secara bersamaan, yakni penetjemah memahami isi teks bahasa
sumber lalu pada saat yang sama pemahaman tersebut dirumuskan dalam
teks bahasa sasaran. Proses ini begitu sederhananya sehingga dikatakan
sebagai penetjemahan yang biasa clan mudah, bukan sebagai proses yang
luar biasa clan rumit.
2. Proses Penerjemahan Model Nida dan Taber
Model kedua adalah proses penetjemahan Nida, yang kemudian
dikembangkan bersama Taber. Menurutnya, pertama-tama penerjemah
manganilisis pesan bahasa sumber hingga mencapai bentuk-bentuknya
paling sederhana clan jelas secara struktur, mentrans femya pada tahap ini,
clan kemudian melakukan restrukturisasi pada tahapan ini dalam bahasa
penerima yang paling sesuai bagi khalayak pembaca yang ditujunya.
Dalam The Theory and Practice of Translation, selanjutnya, Nida
clan Taber, menjelaskan lebih rinci ketiga tahapan proses penerjemahan
yang harus dilakukan penerjemah. Pertama, menganalisis teks bahasa
sumber (Bsu) yang terdiri atas: a) analisis hubungan gramatikal, b) analisis
makna dari masing-masing kata clan kombinasi kata-kata. Kedua, adalah
tahap transfer yakni materi yang telah dianalisis pada tahap pertama
ditransfer di dalam benak penetjemah dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam
bahasa sasaran (Bsa). Terakhir adalah restrukturisasi materi yang telah
ditransfer sedemikian rupa sehingga sepenuhnya bisa diterima dalam bahasa
sasaran atau bahasa penerima.
3. Proses Penerjemahan Model Mildred L. Larson
Model berikutnya adalah proses penetjemahan yang dipaparkan
Larson dalam Meaning Based Translation. Menurut Larson walaupun
penerjemahan nampaknya hanya terdiri atas kegiatan tunggal yakni

11
pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, namun kegiatan
ini sesungguhnya melibatkan beberapa tahapan.
Pertama diawali dengan pengkajian leksikon, struktur bahasa,
situasi komunikasi, clan konteks budaya bahasa sumber. Kedua, dilanjutkan
dengan kegiatan menganalisis bahasa sumber tersebut dengan cermat untuk
menangkap makna secara tepat, clan: Ketiga diakhiri dengan kegiatan
merekonstruksi makna yang sama dengan menggunakan leksikon clan
struktur gramatika yang sesuai dalam bahasa penerima atau bahasa sasaran
clan dalam konteks budayanya.7 Adapun prosesnya dapat tergambar sebagai
berikut :
BAHASA SUMBER Teks yang akan diterjemah
Penafsiran kembali makna MAKNA Pengungkapan
makna Teks terjemahan BAHASA SASARAN
E. Syarat – syarat Penerjemahan
Masyarakat luas pada umumnya, juga sebagian praktisi
penerjemahan, berpandangan bahwa untuk bisa menerjemah seseorang tidak
memerlukan syarat teoretis apapun, cukuplah ia menguasai bahasa sumber dan
bahasa sasaran saja. Bahkan pendapat seperti ini pun ada yang muncul dari
kalangan pengajar penerjemahan dan sekaligus penulis buku teori
penerjemahan. Ia mengatakan bahwa, dalam hal penerjemahan, teori-teori itu
tidaklah penting. Seorang penerjemah yang telah menguasai bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris, dengan sedikit latihan dan pengarahan mengenai
terjemahan, dapat menghasilkan suatu terjemahan yang memuaskan.
Untuk menghasilkan kualitas tejemahan yang baik, penerjemahan
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya, para
penerjemah di syaratkan di antaranya, tidak saja harus memiliki penguasaan
bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga menguasai atau paling tidak
mengetahui baik bidang dari disiplin ilmu, atau masalah yang hendak di
terjemahkannya. Untuk menunjukkan arti penting dari syarat ini, Anton M.
Moeliono mengajukan syarat yang harus dimiliki oleh penerjemah meliputi :
a. Penguasaan bahasa sumber

7
Izlamudin Ma,mur. Proses Penerjemahan: Deskripsi Teoritik. Jurnal Al-Aqlam. Hal. 424-425.

12
b. Penguasaan bahasa sasaran
c. Penguasaan bidang yang di terjemahkan
d. Meyakini penerjemahan bukanlah sekedar tips atau kiat akan
tetapi kegiatan yang berdasarkan teori penerjemahan.

Sedangkan menurut Rochayah Machali, seorang pakar


penerjemahan yang mengajar di University of New South Wales di
Australia, menyaratkan lima perangkat intelektual yang harus di
miliki oleh seorang penerjemah, antara lain :

a. Kemampuan yang baik dalam bahasa sumber


b. Kemampuan yang baik dalam bahasa sasaran
c. Pengetahuan mengenai pokok masalah yang di tejemahkan
d. Penerapan pengetahuan yang di miliki
e. Ketrampilan 8

8
Izlamudin Ma,mur. Proses Penerjemahan: Deskripsi Teoritik. Jurnal Al-Aqlam. Hal. 437.

13

Anda mungkin juga menyukai