“Tarjamah 2”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
(IAIN) PONOROGO
2020
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Konsep Penerjemahan ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Tarjamah 2. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Konsep
Penerjemahan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi.................................................................................................................
Bab 1 Pendahuluan................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B Rumusan Masalah.................................................................................................
Bab 2 Pembahasan
A. Pengertian Penerjemahan
B. Urgensi Dari Penerjemahan
C. Unsur Unsur Dari Penerjemahan
D. Proses Menerjemah
E. Syarat-Syarat Penerjemahan
Bab 3 Penurup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian penerjemahan?
2. Apa urgensi dari penerjemahan?
3. Apa saja unsur unsur dari penerjemahan?
4. Bagaimana proses menerjemah?
5. Apa saja syarat-syarat penerjemahan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penerjemahan
1
Ilzamuddin Ma’mur, “Konsep Dasar Penerjemahan”, Vol. 21 No 102, 2004, hal.432
2
Syihabuddin. Penerjemahan Arab Indonesia Teori dan Praktik. (Bandung Humaniora,
2001) hal. 13
4
disebut teks bahasa sasaran disebut teks bahasa sasaran (selanjutnya
disebut TSa). Sejauh berkaitan dengan pemahaman makna penerjemahan
secara terminologis, para pakar penerjemahan memberikan batasan tentang
penerjemahan secara berbeda-beda baik dari rumusan bahasa, cakupan
maupun penekanannya. Sebagian batasan tersebut akan ditelaah untuk
dijadikan landasan pemahaman terhadap hakikat penerjeman.3 Menurut
David Crystal istilah penerjemahan adalah istilah netral yang digunakan
untuk semua jenis tugas di mana makna ungkapan dalam satu bahasa
( BSu) diubah ke dalam makna ungkapan bahasa yang lain (BSa), apakah
mediumnya lisan, tulis, ataupun tanda. Newmark membedakan
penerjemahan tertulis dan lisan secara tidak langsung. Ia mengatakan
bahwa penerjemahan merupakan keterampilan yang terdiri dari upaya
mengganti pesan atau pemyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan
atau pemyataan yang sama dalam bahasa lain
B. Urgensi Terjemah
Pada zaman yang sudah modern seperti sekarang ini terkadang kita
tidak bisa membedakan terkait adanya bahasa asing yang sering kita
jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu sebuah kata atau kalimat
yang kita dengar dari dari berita (televisi), film, lagu, maupun, teks atau
kutipan bahasa asing yang juga sering kita temui dalam literatur seperti
buku, koran, majalah, dan lain-lain. Bahkan, ketika kita sedang
menggunakan laptop atau gadget pun kita sebenarnya kita sedang
berhadapan dengan beberapa istilah asing.
3
Ibid, hlm. 433
5
dan kita jumpai pula ketika kita sedang membaca Al-Qur’an atau Hadits
serta literatur-literatur bahasa Arab lainnya.
Tak hanya dalam media atau literatur saja, kadang kita juga
menjumpai bahasa asing di papan reklame, iklan, slogan, atau mendengar
dari turis langsung. Lalu, apakah kita paham dengan kata-kata bahasa
asing tersebut? Mungkin kalau kata-katanya pendek seperti yang sering
kita temui di laptop, gadget, atau media sosial kita tahu artinya karena
terbantu dengan ikon/logo/gambar yang sekiranya bisa mewakili dan
memberi makna kata-kata tersebut. Seperti ; kata setting yang berlogo
obeng/kunci Inggris, kata message yang bergambar surat/amplop, kata
search yang berlogo kaca pembesar/luv, dan kata serta logo lainnya.
6
Maka, peran penerjemah sangatlah penting dalam
membantu dan memudahkan kita dalam menerjemahkan bahasa.
Sehingga jika kita punya kesulitan menerjemahkan bahasa Asing, tentu
kita bisa meminta bantuan jasa penerjemah yang profesional. Penerjemah
akan memberikan service terbaik dengan menghasilkan terjemah yang
berkualitas nan bermanfaat untuk berbagai keperluan kita.4
C. Unsur-Unsur Terjemah
1. Unsur pokok Tarjamah.
Dalam proses penerjemahan, seorang penerjemah perlu
memperhatikan beberapa unsur pokok dalam menerjemahkan yaitu:
7
kalimat ta’ajjub atau istifham dan seterusnya. Sebagaimana
dinyatakan oleh Abdul Qahir alJurjani: semua kata itu tertutup
oleh artinya sendiri, sehingga pemahaman I’rablah yang
membukakannya. Sorof memproduksi kata-kata untuk
direkayasa oleh nahwu sehingga menghasilkan makna yang
indah.
5
Abdul ‘Alim az-Zarqani, Manâhilul ‘Irfân. (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003) hal
23, Juz 2
8
keilmiahan, bahwasannya ilmu ini dapat dikembangkan secara
ilmiah dan diakui keshohihannya oleh para ahli bahasa secara
obyektif. Teori terjemahan terjemah yang berhasil dapat menjelaskan
dan mengendalikan masalah-masalah yang terdapat dalam
penerjemahan. Disiplin ilmu terjemah ini digolongkan menjadi tga
bidang, antara lain adalah: teori terjemah, kritik atau evaluasi
terjemahan, dan pengajaran menerjemah. Akhir-akhir ini juga telah
berkembang pula satu bidang lainnya, yaitu penerjemahan dengan
mesin atau computer.
9
Selanjutnya hasil pekerjaan penerjemah dinikmati oleh para pembaca.
Pembacalah yang menentukan kualitas terjemahan. Pembaca dapat
dikategorikan kedalam dua kelompok : pembaca ahli yang berperan sebagai
kritikus dan pembaca umum yang memberikan tanggapan atas terjemahan
yang dibacanya. Kritik yang diberikan oleh pembaca ahli didasarkan atas
teknik evaluasi tentang keterbacaan nas. Teknik evaluasi penampilan nas, dan
tanggapan pembaca dibicarakan dalam satu bidang penerjemahan yang disebut
kritik atau evaluasi penerjemahan. Penerjemah yang menguasai teori dan
pengalaman akan mengahsilkan terjemahan yang berkualitas, yaitu yang sudah
dapat difahami. Agar kondisi demikian mudah dapat dicapai, diperlukan suatu
lembaga pendidikan formal yang menguapayakan pendidikan penerjemahan.
Maka pendidikan penerjemah merupakan bidang ketiga dari penerjemahan
yang yang membicarakan tujuan pendidikan atau pengajaran, kurikulum,
materi, evaluasi, dan kegiatan belajar mengajar lainya.6
D. Proses Menerjemah
10
1. Proses Penerjemahan Model Harvey, et al
Menurut Hervey, Higgoins, clan Loughridge proses penetjemahan
bisa dibagi menjadi dua kcgiatan: memahami teks sumber (Tsu) clan
merumuskan teks sasaran (Tsa).7 Dua kegiatan ini tentu saja tidak harus
berarti selalu dilakukan secara bergantian atau berurutan tetapi bisa
dilakukan secara bersamaan, yakni penetjemah memahami isi teks bahasa
sumber lalu pada saat yang sama pemahaman tersebut dirumuskan dalam
teks bahasa sasaran. Proses ini begitu sederhananya sehingga dikatakan
sebagai penetjemahan yang biasa clan mudah, bukan sebagai proses yang
luar biasa clan rumit.
2. Proses Penerjemahan Model Nida dan Taber
Model kedua adalah proses penetjemahan Nida, yang kemudian
dikembangkan bersama Taber. Menurutnya, pertama-tama penerjemah
manganilisis pesan bahasa sumber hingga mencapai bentuk-bentuknya
paling sederhana clan jelas secara struktur, mentrans femya pada tahap ini,
clan kemudian melakukan restrukturisasi pada tahapan ini dalam bahasa
penerima yang paling sesuai bagi khalayak pembaca yang ditujunya.
Dalam The Theory and Practice of Translation, selanjutnya, Nida
clan Taber, menjelaskan lebih rinci ketiga tahapan proses penerjemahan
yang harus dilakukan penerjemah. Pertama, menganalisis teks bahasa
sumber (Bsu) yang terdiri atas: a) analisis hubungan gramatikal, b) analisis
makna dari masing-masing kata clan kombinasi kata-kata. Kedua, adalah
tahap transfer yakni materi yang telah dianalisis pada tahap pertama
ditransfer di dalam benak penetjemah dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam
bahasa sasaran (Bsa). Terakhir adalah restrukturisasi materi yang telah
ditransfer sedemikian rupa sehingga sepenuhnya bisa diterima dalam bahasa
sasaran atau bahasa penerima.
3. Proses Penerjemahan Model Mildred L. Larson
Model berikutnya adalah proses penetjemahan yang dipaparkan
Larson dalam Meaning Based Translation. Menurut Larson walaupun
penerjemahan nampaknya hanya terdiri atas kegiatan tunggal yakni
11
pengalihan makna bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, namun kegiatan
ini sesungguhnya melibatkan beberapa tahapan.
Pertama diawali dengan pengkajian leksikon, struktur bahasa,
situasi komunikasi, clan konteks budaya bahasa sumber. Kedua, dilanjutkan
dengan kegiatan menganalisis bahasa sumber tersebut dengan cermat untuk
menangkap makna secara tepat, clan: Ketiga diakhiri dengan kegiatan
merekonstruksi makna yang sama dengan menggunakan leksikon clan
struktur gramatika yang sesuai dalam bahasa penerima atau bahasa sasaran
clan dalam konteks budayanya.7 Adapun prosesnya dapat tergambar sebagai
berikut :
BAHASA SUMBER Teks yang akan diterjemah
Penafsiran kembali makna MAKNA Pengungkapan
makna Teks terjemahan BAHASA SASARAN
E. Syarat – syarat Penerjemahan
Masyarakat luas pada umumnya, juga sebagian praktisi
penerjemahan, berpandangan bahwa untuk bisa menerjemah seseorang tidak
memerlukan syarat teoretis apapun, cukuplah ia menguasai bahasa sumber dan
bahasa sasaran saja. Bahkan pendapat seperti ini pun ada yang muncul dari
kalangan pengajar penerjemahan dan sekaligus penulis buku teori
penerjemahan. Ia mengatakan bahwa, dalam hal penerjemahan, teori-teori itu
tidaklah penting. Seorang penerjemah yang telah menguasai bahasa Indonesia
dan bahasa Inggris, dengan sedikit latihan dan pengarahan mengenai
terjemahan, dapat menghasilkan suatu terjemahan yang memuaskan.
Untuk menghasilkan kualitas tejemahan yang baik, penerjemahan
dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya, para
penerjemah di syaratkan di antaranya, tidak saja harus memiliki penguasaan
bahasa sumber dan bahasa sasaran, tetapi juga menguasai atau paling tidak
mengetahui baik bidang dari disiplin ilmu, atau masalah yang hendak di
terjemahkannya. Untuk menunjukkan arti penting dari syarat ini, Anton M.
Moeliono mengajukan syarat yang harus dimiliki oleh penerjemah meliputi :
a. Penguasaan bahasa sumber
7
Izlamudin Ma,mur. Proses Penerjemahan: Deskripsi Teoritik. Jurnal Al-Aqlam. Hal. 424-425.
12
b. Penguasaan bahasa sasaran
c. Penguasaan bidang yang di terjemahkan
d. Meyakini penerjemahan bukanlah sekedar tips atau kiat akan
tetapi kegiatan yang berdasarkan teori penerjemahan.
8
Izlamudin Ma,mur. Proses Penerjemahan: Deskripsi Teoritik. Jurnal Al-Aqlam. Hal. 437.
13