Anda di halaman 1dari 18

Qasam Al-Qur’an

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ulumul Qur’an

Semester 4 ES-3

Disusun Oleh :

Widia Putriana Siregar 1940200085

Nadrah Kairani Sitompul 1940200103

Dedi Kurniawan 1940200245

Dosen Pembimbing :

Syuaib Nasution M,H

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PADANGSIDIMPUAN

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Qasam Al-Qur’an ini dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada matakuliah Ulumul Qu’ran. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Qasam Qur’an bagi para pembaca dan penulis.

Kami penulis makalah mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syuaib


Nasution selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah wawasan serta
pengetahuan sesuai dengan matakuliah yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagikan sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun kami harapkan guna kesempurnaan
makalah ini.

Padangsidimpuan, 7 April 2021

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI........................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. iv

B. Rumusan Masalah.......................................................................... iv

C. Tujuan Masalah............................................................................... v

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Qasam Al-Qur’an.......................................................... 1


B. Macam-macam Qasam dalam AL-Qur’an dan Perbedaannya........ 6
C. Perbedaan Qasam Al-Qur’an Dengan Sumpah Manusia............... 7
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur'an adalah kitab yang diwahyukan Allah untuk memberi petunjuk


kepada orang yang berkebajikan, untuk membawa berita tentang penyelamatan
kepada orang-orang saleh dan peringatan tentang azab bagi para pelaku kejahatan.

Dalam mentransformasikan pesan-pesan Ilahi tersebut, baik berupa kabar


gembira ataupun peringatan, melalui al-Qur'an, Allah menggunakan beberapa
media atau metode.

Keindahan Bahasa Al-Qur’an merupakan salah satu tanda ke mukzijatan Al-


Qur’an. Ketika Rasulullah Saw menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an, sebagian
kafir Quraisy ingin menandinginya dengan cara membuat uangkapan-ungkapan
(Syair) yang sengaja mereka buat untuk merendahkan keberadaan nabi saw
menghadapi tantangan yang luar biasa dari masyarakat kafir Quraisy saat itu.

Namun sebagian dari kalangan kafir quraisy menerima kebenaran yang


dibawa oleh nabi Saw. Sehingga dari sini akan bisa dipahami bahwa, jika jiwa
manusia itu bersih dari sifat tercela dia akan mudah menerima kebenaran dari
siapapun kebenaran itu datang.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Qasam Al-Qur’an?

2. Apasaja macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an dan apa perbedaannya?

3. Apa perbedaan Aqsam Al-Qur’an dengan Sumpah Manusia?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dari Qasam Al-Qur’an

iv
2. Untuk mengetahui tentang Macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an dan
perbedaannya

3. Untuk mengetahui tentang perbedaan Aqsam Al-Qur’an dengan Sumpah


Manusia

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Qasam Al-Qur’an

Aqsam, jamak dari qasam, yang berarti sumpah. Sighat yang asli bagi sumpah,
ialah ugsimu atau ahlifu, yang dita'diahkan dengan ba kepada muqsam bihi.
Kemudian barulah disebut muqsam alaihi yang dinamakan jawab qasam. Seperti
firman Allah Q.S An-Nahl : 38) :

            
       

38. Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-
sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati". (Tidak
demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu janji yang
benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui,

Maka suku-suku sighat qasam ada tiga :

a. Fi'il yang muta'addi dengan ba.

b. Muqsam bihi.

c. Muqsam 'alaihi.

Oleh karena qasam banyak terjadi dalam pembicaraan, dia diringkaskan, yaitu
dibuang fi'il qasam dicukupi dengan ba saja, kemudian ba diganti dengan wawu
pada isim-isim yang zhahir.1

Secara Etimologi Aqsam adalah jamak dari qasam artinya al-hilf dan al-
yamin. Ketiga istilah itu dalam bahasa Indonesia biasanya diterjemahkan dengan
sumpah2 . Sumpah menurut istilah adalah sebagai berikut, Menurut Imam Al-
1
Teungku Muhammad Hasbi Ash Ahiddieqy,Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Semarang : PT Pustaka Riski
Putra, 2002)
2
Baidan Nashruddin, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005) h 204

1
Zarqani, yang dimaksud sumpah adalah kalimat untuk mentauhidkan menguatkan
suatu pemberitaan. Menurut Ibnu Qayyim, dalam kitabnya al-Tibyan fi Aqsam al-
Qur‟an yang khusus membahas „sumpah‟ pun yang menjelaskan definisi „qasam‟
itu secara rinci seperti yang dijelaskannya: (yang dimaksud dengan sumpah ialah
menguatkannya muqsam „alaih (isi informasi) dan memastikannya).

Ini salah satu sebabnya, al-Qur‟an memakai qasam yang digunakan Allah,
karena menunjukan kebenaran dengan kesungguhan. Sedangkan yamin, hanya
digunakan tidak dalam bentuk fi‟il seperti qasama dan halafa. dengan demikian,
inti pembahasan aqsam al-Qur‟an adalah sumpah Allah dalam al-Qur‟an.

Pengertian Qasam menurut para Mufassir seperti pandangan dari Sayyid


Quthb dalam kitab tafsirnya Tafsir Fi Dzilalil Qur‟an bahwa yang dimaksud
dengan sumpah, khususnya sumpah Allah kepada ciptaan-Nya adalah untuk
memberikan nilai yang sangat tinggi kepada mahluk-mahluk tersebut. Kemudian
menghadapkannya kepada hati manusia supaya meresponnya dan merenungkan
nilai-nilai dan petunjuk yang dikandungnya. Sehingga, dia layak dijadikan objek
sumpah oleh Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Tinggi.3.

1. Faedah-faedah Qasam dalam Al-Qur’an

Orang yang dihadapkan pembicaraan ada beberapa keadannya, yang dalam


ilmu Ma’ni yang dikatakan Adhrabul Khabar, yaitu ibtida-i,thalabi dan ingkari
mukhthab yang sama sekali tidak mengetahui akan apa yang diterangkan, tidak
perlu di adakan penta’kidan. Pembicaraan yang disebutkan kepadanya dinamakan
ibtida-i.

Dan terkadang-kadang dia ragu-ragu tentang kebenaran apa yang disampaikan


kepadanya. Untuk orang ini bagus disebut dengan pentak’kidan. Pembicaraan ini
dinamakan thalabi.

Dan terkadang-kadang dia menolak isi pembicaraan. Maka wajiblah di adakan


penta’kidan’ sesuai dengan penolakannya. Pembicaraan ini dinamakan inkari.

3
Syafe‟I H. Rachmad, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung : Pustaka Setia, 2012) h 157

2
Qasam adalah penta ‘kidan’ yang terkenal untuk menekankan kebenaran apa
yamg kita sebut. Al qur’an diturunkan untuk segenap manusia yang menanggapi
Al qur’an dengan bermacam macam keadaan. Ada yang ragu ragu, ada yang
menolak, ada yang sangat menentang, maka di kuatkan sumpah, adalah untuk
menghilamgkan keraguan itu. 4

2. Muqsam bihi dalam Al qur’an

Allah bersumpah dengan zat-Nya yang suci, atau dengan tanda-tanda


kekuasaan-Nya. Allah bersumpah dengan sebagian makhluk-Nya, merupakan
dalil, bahwa makhluk itu salah suatu dari tanda-tanda kekuasaan Allah yang besar.

Allah bersumpah dengan zat-Nya dalam Al Qur-an pada tujuh tempat.


Pertama pada ayat 7 surat Al Taghabun, kedua pada ayat 3 surat Saba' , ketiga
pada ayat 53 surat Yunus, keempat pada ayat 63 Surah Maryam, Kelima pada ayat
96 surah al-hijr,keenam pada ayat 65 surah an-nisa, dan ke-7 pada surah ayat 40
surah alma'arij.

Pada tempat-tempat yang lain Allah bersumpah dengan makhluk makhlukNya


seperti pada awal surah assyamsi pada awal surah al-lail pada awal surah Al fajr
pada ayat 15 Surah at-takwir dan pada awal surah at tin. Allah SWT boleh
bersumpah dengan apa yang dikehendaki-Nya. Para hamba tidak boleh bersumpah
dengan selain Allah.

3. Macam-macam Sumpah

Sumpah ada kala dzahir ( nyata terang disebut ) dan adakala mudhmar (tidak
terang disebut). Yang zhahir, terang fi'il qasam dan ditegaskan pula muqsam bihi.
Diantaranya ada yang dibuang fi'il qasam, sebagaimana hal
kebanyakannya ,karena mencukupi dengan dharaf,jar,baik ba, wawu,atau ta
kadang-kadang dimasukkan pula lah Nafiyah kepada fi'il qasam. Seperti Firman
Allah SWT: Q.S 75, Al-Qiyamah :1

    


4
Ibid 185

3
Artinya : “Aku bersumpah demi hari kiamat”

Ada yang mengatakan pada dua tempat ini adalah lah Nafiya= tidak, bagi
sesuatu yang telah dibuang sesuai dengan tempat.Arti hakikat nya tidak ada
kebenaran bagi yang kamu katakan, yaitu tidak ada hisap dan tidak ada Iqab."saya
bersumpah dengan hari kiamat dan dengan jiwa yang banyak mencatat
bahwasannya kamu kelak akan dibangkitkan"

Dan ada yang mengatakan lah di sini untuk meniadakan sumpah seakan-akan
dikatakan:"Tidak, tidak saya bersumpah terhadap engkau dengan hari kiamat dan
tidak pula dengan jiwa itu. Akan tetapi aku bertanya kepada engkau Apakah
engkau mengira bahwa Sanya kamu tidak dapat mengumpulkan tulang-tulang
engkau setelah dia bercerai-berai?"

Urusan ini sangatlah, tidak perlu bersumpah, ada yang mengatakan disini
zaidah Jawab qasam dalam ayat tersebut, dibuang yang ditunjuki oleh perkataan
yang sesudahnya, yaitu latub atsunna=pasti kamu akan di bangkit.

Yang mudhmar, iyalah yang tidak ditegaskan padanya fi'il qasam, dan tidak
pula muqsam bihi. Kasam itu ditunjukkan oleh la taukid yang masuk kepada
jawab qasam. Seperti Firman Allah SWT. Q.S 3, Ali Imran:186

        


          
      

186. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan
(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi
Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah,
gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa,
Maka Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

4
Asalnya, Ialah: "demi Allah, kamu pasti diberi percobaan pada harta-hartamu
dan diri- dirimu."5

4. Keadaan- Keadaan Muqsam 'alaihi.

Dikehendaki dengan qasam ialah mentaukidkan muqsam 'alaihi, hal-hal yang


karenanya patut diadakan qasam, seperti urusan yang jauh dan tersembunyi
apabila kita bermaksud menetapkan adanya, awab qasam, terkadang kadang
disebut dengan tegas dan inilah yang banyak. Dan terkadang kadang dibuang
jawab qasam, sebagaimana sering dibuang jawab lau, seperti firman Allah swt :
Q.S At-Takatsur 5

     

Artinya : Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang


yakin.

Asalnya:"kiranya kamu mengetahui apa yang akan kamu hadapi dengan


'Ilman yaqin, tentulah kamu melakukan segenap berupa pekerjaan. Maka karena
dikehendaki dengan qasam,ialah: zaman yang mengandung seperti amal-amal ini,
layak untuk dijadikan muqsam bihi,karenanya tidak perlu dijawab.

B. Macam-macam Qasam dalam Al-Qur’an dan perbedaannya

Sumpah adakalanya dzahir (nyata, terang disebut) adakalanya mudhmar (tidak


terang disebut). Manna Al-Qaththan membagi qasam menjadi dua bagian, yaitu:

a. Qasam dzahir, yaitu qasam yang fi‟il qasam dan muqsambih-nya jelas
terlihat dan disebutkan, tetapi diganti dengan huruf qasam, yaitu ba, ta,
dan wawu. Seperti firman Allah pada Q.S al-Qiyamah (75) ayat 1-2 :

         

1. Aku bersumpah demi hari kiamat,

2. Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri)
5
Ibid 186

5
b. Qasam mudmar, yaitu qasam yang fi‟il qasam dan muqsam bihnya tidak
jelas dan tidak disebutkan, tetapi keberadaanya disebutkan oleh lam
mu‟akkidah ( lam yang berfungsi untuk menguatkan isi pembicaraan )
6
yang terletak pada jawab qasam. contohnya dalam QS Ali Imran (3) ayat
186:

        


         
       

186. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan (juga)
kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.

C. Perbedaan Aqsam Al-Qur’an dengan Sumpah Manusia

Umat Islam menggunakan Alquran sebagai salah satu sumber untuk mencari
inspirasi. Itu dikarenakan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tersedia di
dalamnya. Tugas manusia hanya mengambil inspirasi tersebut, atau bisa saja
justru mengabaikannya. Kedekatan manusia dengan Alquran bisa dilihat dari
interaksinya dengan Alquran. Banyak yang hanya membaca Alquran, namun tidak
memahami aspek penting yang terkandung di dalamnya. Seseorang yang bisa
memahami Alquran secara mendalam, ia akan melihat banyak hal menarik dan
baru disadari, baik berupa kemukjizatan Alquran hingga keunikan Alquran.2

Pesan yang disampaikan Alquran menggunakan uslub atau gaya bahasa yang
beragam, baik dari segi arti maupun penggunaan kalimat yang terdapat di
dalamnya. Gaya bahasa tidak hanya dipahami oleh mereka yang hidup ketika
masa di mana Alquran diturunkan, lebih jauh dari itu penggunaan gaya bahasa
bisa memberi pengaruh kepada generasi selanjutnya tanpa mengabaikan

6
Anwar Rosihon, IlmuTafsir, ( Bandung : Pustaka Setia, 2000), cet. Ke-1 h 122

6
pesanpesan Alquran.3 Manusia dalam menghadapi kebenaran agama memiliki
cara penerimaan dan pengamalan yang berbeda. Mereka yang memiliki jiwa
bersih sudah tentu siap menerima kebenaran agama dengan mudah dan lancar
tanpa butuh argumentasi yang bermuluk-muluk dan bukti yang harus diucapkan
dengan sumpah. Sedangkan bagi mereka yang jiwanya kotor akan sulit menerima
kebenaran agama, banyak dari mereka yang bisa menerima kebenaran ajaran
Islam setelah jiwanya terpenuhi oleh ketenangan.47

Selain menggunakan bahasa yang logis dan membawa kebenaran, bahasa yang
digunakan Alquran juga mengandung penegasan, teguran bahkan ancaman.
Kalimat penegasan dan teguran tersebut dinamakan dengan sumpah. Sumpah atau
biasa disebut dengan qasam dalam Alquran merupakan sebuah aspek kajian
Alquran dan cabang dari Ulu>m Alquran, di mana kajian tersebut membahas
mengenai ayat-ayat Alquran yang mengandung sumpah beserta faedah dari
sumpah tersebut. Salah satu tujuan dari penggunaan qasam dalam Alquran adalah
untuk memberi penegasan mengenai berita yang dibawa oleh Alquran dan untuk
membenarkan berita tersebut. Manusia bersumpah untuk meyakinkan orang lain,
yang berarti sungguh-sungguh, serius, tidak berbohong apalagi bergurau. Sumpah
akan membawa seseorang yang awalnya ragu menjadi yakin atas berita yang
dibawa. Bisa dikatakan, sumpah dijadikan salah satu hal penting yang digunakan
dalam berkomunikasi antar manusia. Sunpah di dalam Alquran sangat berbeda
dengan sumpah yang dilakukan manusia. Sumpah dalam Alquran bisa
menggunakan apa saja yang dikehendaki oleh Allah seperti yang disabdakan oleh
Nabi Muhammad SAW dalam salah satu hadis yang diriwayatkan al-Hakim dan
al-Hasan: ‫ان هللا يقسم بما شاء من خلقه وليس ألحد ان يقسم اال‬

Sesungguhnya Allah bersumpah dengan apa saja yang Ia kehendaki di antara


makhlukmakhluk Nya dan tidak diperbolehkan bagi seseorang bersumpah selain
atas nama Allah.58
7
2Acep Hermawan, Ulum al-Qur’an, Cet I (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2011), i. 3Muhamad al-
Ghazali, “Mukjizat Al-Qur’an”, dalam Al-Qur’an dan Lailatul Qadr, terj. Imron Rosadi (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2011), 148.
8
4Abd. Djalal, Ulum al-Qur’an, Cet IX (Surabaya: CV Dunia Ilmu, 2013), 358.

7
Salah satu ayat dalam Alquran yang mengandung penegasan dalam suatu
pernyataan mengenai sumpah ialah seperti yang terdapat pada surah Al-An’am
ayat 109. ‫ِِ آ َ لََّما ج َ ِم فـ َ دَى ْاُألم ِحْ إ ْ ن ْدى ِم ُ َّن َأه ُكون َ ي َّل ٌ ر ْ يـ َ ِذ ن ْ م ُ ه َ آء َ ْ ج ن ِ لَئ ْ م‬Ĕَ ْ‫يما َأ‬
‫ ِْ َد ه َ ج‬ƅʪِ ْ ‫ وا ُ م َ َأ ْقس َ و َّمــــا ٌ ر ْ يـــــ َ ِذ ن ْ م ُ ه َ ء ِالَّ إ ْ م ُ َه اد َ ز ا ً ر ْ ُو ُف نـــــ‬Dan mereka
bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah. Sesungguhnya jika
datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih
mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada
mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada
mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran). 6 Adanya qasam dalam
Alquran bertujuan untuk memberi penguatan suatu maksud dengan cara
menyebutkan hal yang memiliki posisi lebih tinggi.

Qasam biasanya diiringi dengan huruf wawu, ba’ atau lam bahkan bisa juga
selain itu berdasarkan kaidah-kaidah qasam. Allah menggunakan berbagai macam
cara dalam menyampaikan pesan yang terdapat dalam Alquran, salah satunya
dengan menggunakan qasam atau sumpah. Allah bersumpah dengan apa dan atas
apa yang dikehendaki oleh-Nya. Allah mengetahui dengan pasti atas apa dan siapa
yang diciptakan dan bagaimana rahasia di balik penciptaan itu. Sumpah Allah
menandakan atas keagungan penciptaan-Nya, sedangkan manusia tidak
mengetahui keagungan tersebut dikarenakan ketidaktahuan manusia atas apa yang
ada di sekitarnya.7

Allah bersumpah dalam Alquran dengan menggunakan obyek langit, angin,


nama waktu, nama binatang dan lain-lain, itu semua tiada lain adalah untuk
mengungkap tanda-tanda kebesaran Allah. Allah bersumpah dengan pokok-pokok
keimanan yang harus diketahui oleh makhluk-Nya. Para Ulama bersepakat bahwa
sumpah yang dibenarkan dalam Islam adalah bersumpah yang kalimat sumpahnya
menggunakan atau menyebut nama Allah. Penggunaan sumpah Allah terhadap
5Manna’ al-Qat{a>n, Ilmu Alquran 2, terj. Halimuddin, (Jakarta:Rineka Cipta, 1993), 11.
6Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: CV Darus Sunnah, 2015), 141.
7Amir, “Qasam Dalam Alquran (Suatu Uslub Nabawiyyah)”, Jurnal Lingua, Vol. 9, No. 7 (Juni,
2014), 21.

8
sesuatu yang terlihat maupun tidak terlihat itu merupakan sumpah yang umum
dalam Alquran. Jika dilihat dari sejarah, sumpah merupakan salah satu kebiasaan
bangsa Arab untuk meyakinkan lawan bicaranya. Sejak zaman pra-Islam
masyarakat Arab sudah akrab dengan penggunaan sumpah untuk memberi
penegasan bahwa apa yang dikatakan benar adanya.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut digambarkan kembali dalam Alquran berupa


sumpah Allah dalam menyampaikan kalam-Nya.8 Beberapa ayat dalam Alquran
yang menggunakan sumpah untuk memberi penegasan kepada maknanya.
Sesekali Allah bersumpah dengan dzatNya dan terkadang pula menggunakan
beberapa ciptaan-Nya seperti matahari, bulan, bintang, buah, bahkan salah satu
negeri dijadikan Allah sebagai obyek sumpah. Banyak mufasir yang mengkaji
mengenai sumpah Allah dalam Alquran, salah satunya adalah Ibn Qayyim al-
Jauziyah dengan karyanya al-Tibya>n fi> Aqsa>m Alqura>n. Kajian beliau
dijadikan rujukan beberapa mufasir untuk menafsirkan ayat-ayat sumpah dalam
Alquran. Bisa dikatakan juga kitab tersebut dijadikan referensi utama dalam
kajian ulum Alquran dalam pembahasan qasam.9

As-Suyuthi mencantumkan konsep sumpah Allah menurut Ibn Qayyim dalam


kitab al-Itqan fi Ulum Alquran, namun tidak dibahas secara analisis. Selain itu
Manna al-Qaththan juga membahas konsep Ibn Qayyim secara sistematis dan
analisis, namun tidak disertai metode tafsir yang digunakan Ibn Qayyim dalam
kitab tersebut. Setidaknya terdapat tiga faktor yang membuat kitab Ibn Qayyim
layak untuk dikaji, di antaranya: 9

98
Amir, “Qasam Dalam Alquran,... 24.

Manna’ Khalil al-Qaththan, Maba>hits fi Ulu>m al-Qur’a>n, (Beirut: Mu’assasah al-Risa>lah,


9

1994), 15.

Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bint al-Syathi’, terjemah Mudzakir Abdussalam (Bandung: Mizan,
10

1996), 7.

9
1. Kitab al-Tibyan fi aqsam Alquran merupakan kitab perdana yang ditulis dalam
bidangnya, sehingga dengan adanya kitab tersebut bisa memberi banyak
sumbangan ilmu baru untuk perkembangan ulum Alquran.

2. Penulis kitab tersebut merupakan seseorang yang memiliki keluasan dalam


berbagai disiplin ilmu, oleh sebab itu pembaca bisa menemukan berbagai sisi
pembahasan yang terdapat di dalamnya.

3. Tema sentral pembahasan dari kitab tersebut ialah mengenai sumpah Allah
dal10am Alquran yang dapat memberi pemahaman lebih terhadap sumpah Allah
yang bisa dijadikan untuk memperkokoh keyakinan dan memperkuat hujjah.
Selain itu terdapat pula Aisyah bint al-Syathi’, beliau merupakan seorang mufasir
asal Mesir yang mencetuskan metodologi terbaru mengenai penafsiran ayat-ayat
sumpah. Salah satu karyanya yaitu kitab al-Tafsi>r alBaya>ni li al-Qur’a>n al-
Kari>>m yang membahas empat belas surah dalam Alquran, yang mana delapan
di antaranya mengandung sumpah atau qasam.10 Bintal-Syathi’ dala tafsirnya
memiliki pemikiran yang berbeda mengenai penafsiran ayat-ayat sumpah dalam
Alquran. Ia memiliki ciri khas tersendiri dalam menafsirkan ayat-ayat qasam,
metode yang digunakan dalam menafsirkan ialah dengan mengumpulkan ayat-
ayat dan surah-surah yang akan dijadikan topik pembahasan.

Kemudian ia menggunakan metode maudhu’i yang memiliki validitas


penafsiran Alquran dengan Alquran maupun dengan hadis dan pendapat Ulama.
Penafsiran Bint al-Syathi’ dalam tafsirnya tidak menitikberatkan hanya pada satu
bidang penafsiran saja. Kajian yang terdapat dalam tafsir tersbut di antaranya
mengenai karakteristik ungkapan serta gaya bahasa yang khas, hal tersebut terlihat
dikarenakan latar belakang Bint al-Syathi’ ialah menjadi Guru Besar di
Universitas Ayn Syams Kairo dalam bidang sastra dan bahasa Arab.11

1011
Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bint al-Syathi’,...

Ibnu Qayyim al-Jauziyah, al-Tibyan fi Aqsam Alquran, ... 4.


12

13Aisyah Abdurrahman, Tafsir Bint al-Syathi’,...166.

10
Salah satu pokok kajian mengenai sumpah dalam kitab al-Tibyan fi Aqsam
11
Alquran ialah mengenai muqsam bih dan muqsam ‘alaih, di mana Ibnu Qayyim
menjelaskan tentang muqsam bih dan muqsam ‘alaih. Ia memiliki pendapat bahwa
ketika muqsam ‘alaih tersembunyi dan sengaja tidak disebutkan, hal tersebut
dimaksudkan untuk mengagungkan tema sumpahnya atau ta’dzim muqsam bih.
12
Sedangkan Aisyah bint al-Syathi’ menerapkan ta’dzim muqsam ‘alaih dalam
penafsirannya. Ia memandang bahwa penggunaan qasam terhadap makhluk
memiliki tujuan khusus, yaitu berupa pengalihan perhatian dari hal-hal yang
indrawi atau konkrit guna menjelaskan sesuatu yang abstrak atau ghaib. 13
Berdasarkan favktor-faktor yang dijelaskan di atas, mengenai perbedaan
pandangan antara Ibnu Qayyim al-Jauziyah dan Aisyah bint al-Syathi’ penelitian
ini akan membahas lebih dalam mengenai konsep sumpah menurut dua mufasir
tersebut.

11

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Qasam Al-Qur’an yang di artikan sebagai sumpah, sedangkan jika di tinjau


dari segi istilah adalah kalimat untuk mentauhidkan menguatkan suatu
pemberitaan. Dalam hal ini maksud dan tujuan qasam di dalam aya-ayat yang
terdapat didalam Al-Qur’an ialah bermaksud untuk menguatkan sebuat informasi
atau makna yang terkandung didalamnya. Didalam firmannya Allah bersumpah
atas (untuk menetapkan) pokok-pokok keimanan yang wajib diketahui makhluk.
Dalam hal ini terkadang bersumpah untuk menjelaskan tauhid, terkadang untuk
menegaskn bahwa qur’an itu hak, terkadang untuk menjelaskan bahwa rasul itu
benar, terkadang untuk menjelaskan balasan, janji dan ancaman, dan terkadang
juga untuk menerangkan keadaan manusia. Siapa saja yang meneliti dengan
cermat qasam-qasam dalam al-qur’an, tentu ia akan memperoleh berbagai macam
pengetahuan yang tidak sedikit.

B. Saran

Dalam penyusunan makalah ini mungkin masih belum sempurna, dan penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna untuk membangun
kesempurnaan makalah ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Teungku Muhammad Hasbi Ash Ahiddieqy. 2002. Ilmu-ilmu Al-Qur’an.


Semarang : PT Pustaka Riski Putra.

Baidan Nashruddin. 2005. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Syafe‟I H. Rachmad. 2012. Pengantar Ilmu Tafsir. Bandung : Pustaka Setia.

Anwar Rosihon, IlmuTafsir. 2000. Bandung : Pustaka Setia.

Acep Hermawan. 2011. Ulum al-Qur’an. Bandung:Remaja Rosdakarya.


Muhamad al-Ghazali.

Mukjizat Al-Qur’an”. 2011. dalam Al-Qur’an dan Lailatul Qadr, terj. Imron
Rosadi Jakarta: Pustaka Azzam.

Abd. Djalal. 2013. Ulum al-Qur’an, Cet IX Surabaya: CV Dunia Ilmu.

Manna’ al-Qatan. 1993. Ilmu Alquran 2, terj. Halimuddin. Jakarta:Rineka Cipta.

Departemen Agama RI. 2015. Al-Qur’an dan Terjemah (Bandung: CV Darus


Sunnah.

Amir. 2014. “Qasam Dalam Alquran (Suatu Uslub Nabawiyyah)”, Jurnal Lingua.

Manna’ Khalil al-Qaththan. 1994. Mabahits fi Ulumul al-Qur’an. Beirut:


Mu’assasah al-Risalah.

Aisyah Abdurrahman. 1996. Tafsir Bint al-Syathi’, terjemah Mudzakir


Abdussalam. Bandung: Mizan.

13

Anda mungkin juga menyukai