ULUMUL QURAN
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur mata kuliah Ulumul Quran
Disusun oleh
Zahra Zafira
2120139
Dosen Pengampu
Ismiati, MA
i
KATA PENGANTAR
Zahra Zafira
2120139
ii
DAFTAR ISI
Cover……………………………………………………………………………………….
Kata Pengantar………………………………………………………………………………
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………..
A. Latar Belakang……………………………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………
C. Tujuan Makalah……………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………………..
A. Pengertian Qasam Al-Quran………………………………………………………..
B. Unsur-unsur Qasam Al-Quran………………………………………………………
C. Macam-macam Qasam Al-Quran…………………………………………………….
D. Tujuan dan Faedah Qasam Al-Quran………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keindahan bahasa al-Qur’an merupakan salah satu tanda kemukjizatan al-Qur’an. Ketika
Rasulullah Saw menyampaikan ayat-ayat al-Qur’an, sebagian kafir Quraisy ingin
menandinginya dengan cara membuat ungkapan-ungkapan (syair) yang sengaja mereka buat
untuk merendahkan keberadaan Nabi Saw dalam menghadapi tantangan luar biasa dari
masyarakat kafir Quraisy saat itu. Namun, sebagian dari kalangan kafir Quraisy menerima
kebenaran yang dibawa oleh Nabi. Sehingga bisa dipahami bahwa, jika jiwa manusia itu
bersih dari sifat tercela, dia akan mudah menerima kebenaran dari siapapun terutama yang
datangnya dari Allah. Sehingga tidak diperlukan argument atau alasan agar kebenaran itu bisa
diterima. Tapi bagi manusia yang hatinya selalu dipenuhi sifat tercela dan dengki, maka
kebenaran itu akan sulit diterima. Sehingga diperlukan berbagai cara dan argumentasi agar
mereka dapat menerimanya.
Salah satu cara yang digunakan untuk memperkuat argumentasi itu dengan qasam atau
sumpah. Uslub qasam banyak terdapat dalam al Qur'an. Adanya kalimat qasam dalam al-
Qur`an bukanlah sebagai bentuk ikut-ikutan terhadap tradisi bangsa Arab ketika itu, tapi
untuk menguatkan informasi wahyu yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad
dengan kondisi jiwa bangsa Arab yang berbeda-beda sebagai penerima wahyu. Ada yang
memiliki kesiapan jiwa yang jernih serta hati yang suci sehingga dengan mudah mau
menerima kebenaran hanya dalam waktu yang singkat. Namun ada pula yang memiliki jiwa
yang tertutup oleh kejahilan dan kegelapan sehingga susah menerima petunjuk dan kebenaran
tersebut. Maka orang seperti ini perlu diberikan peringatan dengan kalimat yang keras,
sehingga diharapkan dapat berubah dan menerima kebenaran. Maka “sumpah” ini dilakukan
sebagai langkah untuk memberikan kesadaran kepada mereka, kesadaran untuk menerima
kebenaran yang datangnya dari Allah.
Berdasarkan paparan di atas muncul pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan aqsām
al-Qur`an? Apa saja yang menjadi unsur-unsur sebuah qasam dalam al-Qur`an? Jenis-jenis
qasam apa saja yang terdapat dalam al-Qur`an? Mengapa qasam itu mesti ada dalam al-
Qur'an? Hal-hal inilah yang akan dikaji dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Qasam Al-Qur’an.?
iv
2. Apa unsur-unsur Qasam AL-Qur’an.?
3. Apa saja macam-macam Qasam Al-Qur’an.?
4. Apa tujuan dan faedah Qasam Al-Qur’an.?
C. Tujuan Makalah
1. Memahami pengertian Qasam Al-Qur’an.
2. Memahami unsur-unsur Qasam Al-Qur’an.
3. Memahami macam-macam Qasam Al-Qur’an.
4. Memahami tujuan dan faedah Qasam Al-Qur’an.
v
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut bahasa, Aqsām ( )أقسامmerupakan lafadz jama’ dari kata qasam ()قسم. Sighat asli
qasam itu berasal dari fi`il ( )أقس مatau ( )أحلفyang dimuta`addikan dengan bâ`( )ال باءuntuk
sampai kepada ()الدقسم به. Kata qasam sama artinya dengan kata ḫalf ( )حلفyamîn, ( )يمينdan
aliyah ( )أليةyang mempunyai satu makna yaitu sumpah. Keempat kata tersebut digunakan
dalam al- Qur'an. Kata half disebut sebanyak 13 kali, kata qasam disebut sebanyak 33 kali,
kata yamīn disebut sebanyak 71 kali, dan kata aliyah disebut sebanyak dua kali. Sumpah
dinamakan dengan yamîn karena orang arab kalau bersumpah saling memegang tangan kanan
masing-masing. Sumpah itu sendiri berbentuk kalimat bukan kata tunggal, yang berfungsi
sebagai penegas dan penentu terhadap isi kalimat yang lain. Adapun qasam menurut istilah
adalah mengaitkan jiwa untuk tidak melakukan sesuatu perbuatan, atau untuk
mengerjakannya, yang diperkuat dengan sesuatu yang diagungkan bagi orang yang
bersumpah, baik secara nyata atau secara keyakinan saja. Menurut Kāzhim Fatḫī al Rāwī,
qasam berarti sesuatu yang dikemukakan untuk menguatkan sesuatu yang dikehendaki oleh
yang bersumpah, baik untuk memastikan atau mengingkari sesuatu. Ibnu al Qayyim
mengemukakan bahwa qasam merupakan ungkapan yang diberikan untuk penegasan dan
penguatan berita jika berita-berita itu disertai dengan kesaksian (syahādah).
Aqsam ialah mengucapkan kalimat sumpah. Bersumpah merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh manusia dalam rangka meyakinkan orang lain bahwa dia berada diatas
kebenaran. Artinya dia bersungguh-sungguh sedang serius, tidak berbohong atau bergurau
atau sebagainya. Dengan ucapan kalimat oleh seseorang maka orang lain yang awalnya ragu
atau tidak percaya tentang informasi yang disampaikannya, menjadi percaya dan meyakini
berita yang dibawanya. Jika demikian halnya, maka sumpah boleh disebut suatu mekanisme
yang teramat penting dalam berkomunikasi antar sesama manusia sebab kepercayaan orang
lain sangat diperlukan. Manusia dengan segala kekurangan keterbatasannya sulit sekali
membebaskan dirinya secara penuh dari kesalahan. Inilah cikal bakal lahirnya perbuatan dosa
darinya. Dalam upaya membela dirinya dari kesalahan dan kealpaan itu, maka salah satu
mekanisme yang harus ditempuhnya ialah bersumpah atas nama Allah.
Jadi dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan aqsām al-Qur`ān yaitu sesuatu yang
disampaikan untuk menguatkan sebuah berita yang terdapat di dalam al- Qur'an disertai
dengan unsur-unsur qasam untuk menghilangkan keraguan dan meyakinkannya tentang
kebenaran akan isi kandungan al- Qur'an.
vi
B. Unsur-Unsur Qasam Al-Quran
1) Fi’il (kata kerja) transitif dengan diawali huruf Ba’ sighat qasam baik bentuk “”اقسم
atau ” ”حلفtidak berfungsi tanpa dita’diahkan dengan huruf ba.
2) Muqsam bih adalah lafazh yang terletak sesudah qasam yang dijadikan sebagai
sandaran sumpah yang disebut juga sebagai syarat. Tampak ada dua hal yang
dijadikan Allah untuk bersumpah, yaitu diri-Nya sendiri dan makhluk-Nya. Apabila
Allah bersumpah dengan diri-Nya, maka itu adalah untuk menunjukkan keagungan
dan kekuasaan-Nya sementara jika Allah bersumpah dengan sebagian makhluk-Nya,
menurut Ibnu Qayyim, iu menunjukan bahwa makhluk tersebut merupakan salah satu
diantara ayat-ayat kebesaran-Nya.
Didalam al-qur’an, Allah bersumpah dengan diri-Nya sendiri pada tujuh tempat, yaitu :
a. Surat As-Sabba’ : 3
b. Surah Yunus : 53
“Dan mereka akan menanyakan kepadamu, benarkah (azab yang dijanjikan) itu? Katakanlah :
“Ya, demi tuhanku, sesungguhnya azab itu pasti benr dan kamu sekali kali tidak dapat
menghindar”.
c. Surah Ath-Thagabun : 7
َز َع َم الَّ ِذينَ َكفَرُوا أَن لَّن يُ ْب َعثُوا قُلْ بَلَى َو َربِّي لَتُ ْب َعثُ َّن ثُ َّم لَتُنَبَّؤ َُّن بِ َما َع ِم ْلتُ ْم َو َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسي ٌر
“Orang-orang kafir mengira, bahwa nereka itu tidak akan dibangkitkan. Katakanlah
(Muhammad), “tidak demikian, demi tuhanku, kamu pasti dibangkitkan, kemudian
diberitakan semua yang telah kamu kerjakan” demikian itu mudah bagi Allah”.
d. Surah Maryam : 68
“Maka Demi Tuhanmu, sungguh pasti akan Kami kumpulkan mereka bersama setan,
kemudian pasti kami datangkan mereka keseliling jahannam yang berlutut”.
e. Surah al-Hijr : 92
“Maka Demi Tuhanku, maka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan
Kami hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan”.
g. Surah al-Ma’arij : 40
ُ
َب إِنَّا لَقَا ِدرُون ِ ق َو ْال َمغ
ِ َار ِ فَاَل أ ْق ِس ُم بِ َربِّ ْال َم َش
ِ ار
“Maka Aku bersumpah dengan Tuhan yang memiliki timur dan barat, sungguh kami pasti
mampu”
Seluruh sumpah yang terdapat dalam al-qur’an, Allah bersumpah dengan makhluk-
makhluknya.
“Demi matahari dan cahaya dipagi hari. Dan bulan apabila mengirinya”.
d) Surah at-Takwir 15
ُ
ِ َّ(فَاَل أ ْق ِس ُم بِ ْال ُخن
١٥) س
“Demi buah tin dan buah zaitun dan Demi bukit Tursina”
Adapun menjadi muqsam alaih biasanya dipakai hal-hal yang patut untuk itu seperti
masalah yang gaib atau hal-hal yang abstrak. Adapun benda-benda seperti matahari, langit,
viii
masa dan sebagainya digunakan muqsam bih tidak muqsam alaih sesuatu yang dilakukan
sumpah atau kata lain terhadapnya, sesuatu yang diperkuat dengan sumpah. Untuk itu, tidak
tepat difungsikan.
Sumpah didalam al-qur’an maka dijumpai muqsam alaih (jawab qasam) terdiri atas
beberapa macam, yaitu:
4) Adat aqsam (alat untuk bersumpah), yaitu ba, ta,dan wa yaitu sighat yang digunakan
untuk menunjukkan qasam, baik dalam bentuk huruf maupun kata, seperti aqsama dan
halafa dengan idom ba.
Qasam al-Quran ada dua jenis bila dilihat dari segi fi‟il qasamnya yaitu:
1. Qasam zhāhir atau qasam sharīḫ, yaitu qasam yang fi`il qasamnya disebutkan bersama
dengan muqsam bihnya. Fādhil al Sāmirānī menjelaskan bahwa qasam zhāhir yaitu
qasam yang di dalamnya itu terdapat salah satu dari huruf qasam atau salah satu dari
lafadh qasam25. Contoh: surat al-Qiyāmah ayat 1-3:
َ ْس
ِي ³ََْ َْم نَ ْ هن َل أ ُ انَسْ ْ ِن الْ ُب³ََْ َ َع.ْل و³ََْ َ ق أ
ُ ْب ُ ِم س
ِ ِ ةَ هام هو الل ِسْ هف ل ِن. ْق أ َ ل ِ ي ْق ال ِ ْم َو
ُ ْي ب ُ ِم س ِ ةَ ا َم
أ ُ َو ا َم ِظ ع.
“Aku bersumpah dengan hari Kiamat, dan aku bersumpah demi jiwa yang selalu menyesali
(dirinya sendiri). Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang-belulangnya?”
Fi'il qasam dan muqsam bihnya dalam ayat di atas disebutkan dengan jelas yaitu ِ ةَ هام هو الل
ْق أ َ ل ِ ي ْق ال ِ ْم َو
ُ ْي ب ُ ِم س ِ و ِ ةَ ا َم. ْل³ََْ َ ق أ
ُ ْب ُ ِم س
ِ ِسْ هف ل ِن. Fi`il qasam dalam ayat tersebut
didahului oleh lā al nāfiyah yang artinya "tidak" untuk meniadakan sesuatu yang tidak
disebutkan yang sesuai dengan konteks sumpah tersebut, taqdirnya misalnya: لْ صحة لما
ْ عقاب ( تزعمون أنو لْ حساب ولTidak benar apa yang kamu sangka bahwa tidak ada hisab dan
siksa), kemudian dilanjutkan dengan kalimat berikutnya: .ِ ق أ ةَ هام ِ ي ْق ال ِ ْم َو
ُ ْي ب ُ ِم س ِ ةَ ا َم
أ. َث ْع بُ تَ س ْ ُم هك ن َ ِب و َ ْن ُوَِ ³َ هو الل ِسْ هف ل ِن. Dikatakan pula bahwa "lā" tersebut untuk
meniadakan sumpah, seakan-akan Ia mengatakan: " لْ أقسم عليك بذلك ه لْ نَمع عظامك إذا أتحسب
اليوم وتلك النفس "تفرقت بِلموت؟، م ولكني أسألك غ ّي مقس، َّ yaitu "Aku tidak bersumpah kepadamu
ِ أن
dengan hari itu dan
ix
nafsu itu. Tetapi Aku bertanya kepadamu tanpa sumpah, apakah kamu mengira Kami tidak
akan mengumpulkan tulang belulangmu setelah hancur berantakan karena kematian? Namun
ada juga yang mengatakan bahwa "lā" tersebut hanyalah tambahan. Jawāb al qasam untuk
ayat di atas telah dibuang namun telah ditunjukkan oleh ayat setelahnya yaitu: َ ي ³ََْ َسْ ْ ِن الْ ُب
َ ْس
َْم ن³ََْ أ ْ هن َل أ ُ ان َو ا َم ِظ ع َ َع dan taqdirnya adalah: " " ُ لتبعثن ولتحاسبyaitu "Sungguh kamu akan
dibangkitkan dan akan dihisab"26. Dari contoh ayat di atas terlihat dengan jelas fi‟l qasam
dan muqsam bihnya tanpa harus menelaah terlebih dahulu. Sedangkan jawab al qasamnya
telah dibuang karena ada bukti yang ditunjukkan oleh kalimat setelahnya. Qasam zhāhir
atau qasam sharīḫ ini terbagi dua: a. Isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu
jumlah insyāiyyah (kalimat yang mengandung harapan), dan huruf qasam yang digunakan
adalah bā' dan hanya sedikit dalam uslub qasam. Contohnya surat al An`ām ayat 109 yang
berbunyi:
b. Ghairu isti`thāfīy yaitu sumpah yang jawab al qasamnya itu jumlah khabariyyah (kalimat
berita), yang jenis ini banyak beredar di kalangan orang Arab dan juga dalam al- Qur'an27.
ِ َْ ﴿ال ﴾ۙ و
Contohnya surat Yāsīn ayat 2-3 yang berbunyi: َ ي َل سْ ُر ْم ال َ ِن َم َ ك ا َل ِ ٰن ْا ُر ْق
َْ ِِۙ ْم ي³ِ ۙهك ِن ا
لDemi Al-Qur'an yang penuh hikmah. Sungguh, engkau (Muhammad) adalah salah seorang
dari rasul-rasul.
2. Qasam mudhmar (qasam tersembunyi) atau ghairu sharīḫ yaitu qasam yang fi‟il
qasam dan muqsam bihnya tidak disebutkan, karena kalimat sebelumnya terlalu
panjang. Namun ditunjukkan oleh lām taukīd yang terdapat pada muqsam alaih atau
jawāb qasam28. Ibnu Hisyām seperti dikutip oleh Al Mukhtār al Salāmī berpendapat
bahwa fi‟il qasam dan muqsam bih yang dikenal dengan sebutan jumlah al qasam
boleh dibuang di tiga tempat yaitu: a. Apabila berkumpulnya lām dan nūn al taukīd
yang bertasydid. Contohnya surat al Naml ayat 21 yang berbunyi: ﴾ٍْ ّ ْب ِ ِْ³ س ْ ي ب م ٍ ٰن
ِ ُط ل ِ
َُ³َ ب ّ َذ
ُْع ل ِ َاِب َذ هو ع ن
َِ ³َ ً ي َد ش ْ
د ً ا ا و
َ ْ ْل َ ا ذ۟ ب
َ ْ َ
ن هو ٓا و
َ ْ ل ي
َ َ أ ْ
ت ي ﴿ني Pasti akan kuhukum ia
ِ ِ َ
dengan hukuman yang berat atau kusembelih ia, kecuali jika ia datang kepadaku
dengan alasan yang jelas.”
x
b. Apabila lām masuk pada " " قدfi`il . Contoh surat al Taubah ayat 25
yang berbunyi:
berbunyi:
Qasam model ini terbagi dua: a. Qasam yang di dalamnya itu ada huruf lām baik ia diiringi
oleh adāt al syarth ( , ) أداة الشرطcontohnya surat Yūnus 22 yang berbunyi:
َ َي ن ْ َك نَ ه ل ِ ٰذ ى ْ ِن ا م َ ن
َْ ت َ ي ِر ٰك ّ الش َ ِن ه م نَ ْن ُو
ِ َى ﴾ ل﴿ َ ْن³ِ“ ا ْ ِٕٕنSekiranya Engkau
menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”
kedua adalah lām al qasam. atau diiringi oleh fi`il mudhāri` yang bersambung dengan nūn al
taukīd (نون
), التوكيدcontoh surat Āli `Imrān ayat 186 yang berbunyi: ْ َ وت أ ُ ُ اب تِ ْك وا ال َ ْك ل
َ َ ب ق ْ ِن م ِ ُم
ف نُ َو لْ بُ تَ ل َ ِن َم و
ِ ال وْ َم أ ِ ه
َ كِ ف نَ أَ و ْ ُم
ْ ُك س َ ي ِن هذ ال َ ِن ه م نُ َع ْم
ِ س تَ َل و ْ ُم
xi
itu termasuk urusan yang (patut) diutamakan. Dalam ayat di atas fi'il qasam dan muqsam bih
tidak disebutkan, taqdirnya:
( وهللا لتبلونDemi Allah, kamu sungguh-sungguh akan diuji), tapi hanya disebutkan muqsam
'alaihnya. b. Qasam yang arti atau lafadh-lafadhnya itu berjalan sesuai dengan uslub
qasam30. Contohnya surat Hūd 119 yang berbunyi:
ِ َْ ﴿ت ﴾ ۗو
ْج ا ِ هاس الن َ ِو هة ْ ِن الْ َ ِن َم م³ََْ ي َْع َ َب ُر َة ِم َل ك ْ هت ِ َ ْ ه نَ هَ ه ج ن َ َ لْ َم لKalimat (keputusan)
َ ّك
Tuhanmu telah tetap, “Aku pasti akan memenuhi neraka Jahanam dengan jin dan manusia
(yang durhaka) semuanya.” C. Macam-Macam Aqsam
1. Qasam dzahir, yaitu qasam yang fiil qasam dan muqsam bihnya lebih jelas terlihat dan
disebutkan, atau qasam yang fiil qasamnya tidak disebutkan, tetapi diganti dengan huruf
qasam yaitu, ba, ta, dan wawu. Didalam beberapa tempat, terdapat fiil qasam yang didahului
dengan la nafiyah ( )ال.[8]
“Aku bersumpah dengan hari kiamat. Dan aku bersumpah dengan jiwa yang menyesali
(dirinya sendiri)”. (QS: Al-Qiyamah: 1-2)
2.Qasam Mudmar, yaitu qasam yang fiil qasam dan muqsam bihnya tidak jelas dan tidak
disebutkan, tetapi keberadaanya ditunjukkan oleh lam muakkidah (lam yang berfungsi untuk
isi pembicaraan) yang teletak pada jawab qasam.[9] Al-Imran
“Kamu sungguh-sunguhakan diuji terhadap hartamu dan dirimu”. (QS: Al-Imran : 86)
Menurut Manna al-Qhaththan, tujuan qasam dalam al-Qur’an adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengukuhkan dan mewujudkan muqsam ‘alaih. Karena itu, muqsam ‘alih berupa
sesuatu yang layak untuk dijadikan sumpah, seperti hal-hal yang tersembunyi, jika qasam itu
dimaksudkan untuk menetapkan kebenaran.
Qasam merupakan salah satu penguat perkataan yang mashur untuk memantapkan dan
memperkuat kebenaran sesuatu di dalam jiwa. Qur’an al-Karim diturunkan untuk seluruh
manusia, dan manusia mempunyai sikap yang bermacam-macam terhadapnya. Diantaranya
xii
ada yang meragukan, ada yang mengingkari dan ada pula yang amat memusuhi. Karena itu
dipakailah qasam dalam Kalamullah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan,
kesalahpahaman, menegakkan hujjah, menguatkan khabar dan menerapkan hukum dengan
cara paling sempurna.[8]
Mukahatab terkadang seorang berhati kosong (kholiyuz zihni), sama sekali tidak mempunya
persepsi akan pernyataan yang diterangkan kepadanya, maka perkataan yang disampaikan
kepadanya tidak pwerlu memakai penguat (ta’kid), penggunaan perkataan yang demikian
dinamakan ibtidai.
Dan terkadang ia ingkar atau menolak isi pernyataan. Maka pembicaraan untuknya harus
disertai penguat sesuai kadar keingkarannya, kuat atau lemah. Pembicaraan demikian
dikatakan inkari.
Qasam merupakan salah satu penguat yang masyhur untuk memantapkan atau memperkuat
kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an al-karim diturunkan untuk seluruh manusia, dan
manusia mempunyai sikap yang bemacam-macam terhadapnya. Diantaranya ada yang
meragukan, mengingkari dan ada pula yang memusuhi. Karena itu dipakailah aqsam dalam
Kalamulllah, guna menghilangkan keraguan, melenyapkan kesalahpahaman, menegakkan
hujjah, menguatan khabar dan menetapkan hukum denga cara yang paling sempurna.[10]
Sebelum menguraikan hikmah sumpah dalam al-qur’an perlu diketahui, bahwa Allah
dalam bersumpah tak pernah memakai lafal حلفmelainkan senantiasa melafalkan atau kata
kerja أقسمatau cukup dengan huruf (adat) qasam tanpa menyebut lafal tersebut. Lafal حلف
berbeda konotasinya dari أقسمsebab lafal حلفtidak menjamin bahwa si pelaku sumpah
(muqsim) berada diatas kebenaran, boleh jadi ia berbohong seperti diiyaratkan Allah dalam
ayat 56 at-Taubah:
٥٦) َ( َويَحْ لِفُونَ بِاهّلل ِ إِنَّهُ ْم لَ ِمن ُك ْم َو َما هُم ِّمن ُك ْم َولَـ ِكنَّهُ ْم قَوْ ٌم يَ ْف َرقُون
“Dan mereka (orang-orang munafik) bersumah dengan nama Allah bahwa sesungguhnya
mereka termasuk golonganmu, padahal mereka buan golonganmu, akan tetapi mereka adalah
orang-orang yang sangat takut kepadamu”. (QS: At-Taubah, 56)
xiii
ك َكفَّا َرةُ أَ ْي َمانِ ُك ْم إِ َذا َحلَ ْفتُ ْم
َ َِذل
“Itulah kafarat (tebusan) sumpahmu apabila kamu bersumpah (kemudian kamu langgar)”
(QS: Al-Maidah, 89)
Tampak jelas dengan dua ayat tersebut lafal حلفdipaka untuk mengambarkan suatu
yang boleh jadi si pelakunya (muqsam) berbohong seperti ayat pertama atau sumpah tersebut
dilanggarnya seperti pada ayat kedua.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bersumpah dengan حلفbelum tentu pelakunya
(muqsim) berada diatas kebenaran, tidak mustahil dia berpura-pura agar orang lain percaya
maka dia bersumpah. Disinilah terletak antara lain perbedaan konotasi dua lafal sumpah itu,
tidak salah bila dikatakan bahwa tidak dapat digunakannya lafal حلفitu untuk sumpah oleh
Allah dalam al-qur’an menjadi salah satu indikasi bahwa semua sumpah yang terdapat dalam
al-qur’an adalah benar, tidak pura-pura apalagi berbohong.[11]
Penetapan ketentuan sumpah dari Allah sebenarnya untuk menghapus tradisi sumpah.
Dengan adanya sumpah dalam al-Qur’an, berarti ketentuan sumpah mengikat terutama orang-
orang Islam. Al-Bukhari, dalam bukuya Mahasin Al-Islam wa Syara’i Al-Islam, telah
menuturkan rahasia-rahasia dibalik penyebutan nama Allah dalam bersumpah, yaitu
2. Menghiasai pembicaraan dengan menyebut nama Allah, salah satunya bagi lisan adalah
memuji Allah.
3. Huruf yang diperkenankan untuk dipakai ketika bersumpah adalah ba, ta, dan wawu.
5. Seandainya seseorang bersumpah untuk tidak mengerjakan shalat dan puasa ramadhan,
maka batallah sumpahnya.
xiv
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sumpah atau qasam adalah suatu mekanisme yang teramat penting dalam berkomunikasi
antar sesama manusia sebab kepercayaan orang lain sangat diperlukan. Aqsamul qur’an ialah
yang membicarakan tentang sumpah-sumpah yang terdapat dalam ayat-ayat al-qur’an.
Qasam merupakan salah satu penguat yang masyhur untuk memantapkan atau
memperkuat kebenaran sesuatu didalam jiwa. Al-Qur’an al-karim diturunkan untuk seluruh
manusia dan manusia mempunyai sikap yang bemacam-macam terhadapnya. Dengan adanya
sumpah dalam al-Qur’an, berarti ketentuan sumpah mengikat terutama orang-orang Islam.
B. Saran
xv
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ahmad Ustuhri dkk, Qawaid Tafsir. (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), 201.
[2] Ahmad Syadali, ahmad rofi’i, Ulumul Qur’an 2. (Bandung: Pustaka Setia, 1997), 45.
[3] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 219-
221.
[4] Nasruddin Baidan Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 210.
[6] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 212-
213.
[7]Ahmad Ustuhri, dkk. Qawaid Tafsir, (]Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), 201
[8]Terjemah Mudzakkir. Studi IlmuIilmu al-qur’an, ( Jakarta: Pustaka Litera Antarnusa), 417.
[10] M. Hasbi ash-Shidieqie. Ilmu-Ilmu al-Qur’an, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1967), 169-170.
[11] Nasruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2005),
219.
[12] Rosihan Anwar, ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, 2005), 137-139.
xvi
xvii