Anda di halaman 1dari 14

MEMAHAMI KEOTENTIKAN AL-QUR’AN

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Al-Qur’an Hadis di Madrasah”

Dosen Pengampu:

Agus Dwi Santosa, M.Pd.I

Disusun Oleh:

Fina Sa’adatul Awalin 22201182

Rohib Maulana Syakirin 22201194

Rajendra Ahmad Jabbar A. 22201201

Salma Rosyida 22201215

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan taufik-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Memahami Keotentikan Al-Qur’an”. Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, terkhusus kepada Bapak
Agus Dwi Santosa, M.Pd.I selaku pengampu matakuliah “Al-Qur’an Hadis di
Madrasah” yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam
penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal kebaikannya.
Dengan segala pengharapan dan doa semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan khususnya bagi pembaca umumnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Pengertian Keotentikan Al-Qur’an .................................................... 2
B. Bukti – Bukti Keotentikan Al-Qur’an ................................................ 3
C. Tantangan Al-Qur’an ......................................................................... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................ 9
B. Saran .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan pada nabi Muhammad
SAW. sebagai pedoman bagi manusia dalam menata kehidupannya agar
memperoleh kebahagianlahir dan batin, didunia dan diakhirat kelak. Dalam
memaknai nama Al-Qur’an itu sendiri banyak perbedaan pendapatan diantara
para ulama.
Selain itu, sumber utama ajaran islam, Al-Qur’an dalam membicarakan
suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis sebagaimana buku-
buku yang dikarang manusia. Namun demikian, tidak mengurangi
keistimewaan Al-Qur’an yang membuatnya beda dari kitab-kitab lain dan
buku-buku ilmiah. Hal ini membuat Al-Qur’an menjadi objek kajian yang
selalu menarik dan tidak pernah kering bagi kalangan cendekiawan, sehingga
ia tetapaktual sejak diturunkan beberapa abad silam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keotentikan Al-Qur’an?
2. Apa saja bukti dari keotentikan Al-Qur’an?
3. Apa saja tantangan al Qur’an dalam menghadapi orang kafir?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keotentikan Al-Qur’an.
2. Untuk mengetahui Apa saja bukti dari keotentikan Al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui tantangan al Qur’an dalam menghadapi orang kafir.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keotentikan Al-Qur'an
Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan
sifat. Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.
Dalam Surat Al-Hijr ayat 9 Allah swt. menjamin keotentikan dan kesucian
serta kemurnian kitab suci al-Qur’an. Allah swt berfirman:
1
َ‫ظ ْون‬ ِ ‫اِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا‬
ُ ‫الذ ْك َر َواِنَّا لَه لَحٰ ِف‬
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan pasti Kami
(pula) yang memeliharanya.”
Kemurnian dan Keotentikan al-Qur’an selalu terjaga sejak saat diturunkan
kepada Nabi Muhammad saw. hingga akhir zaman kelak. Keindahan bahasa
dan kandungan ajaran serta tuntunan hidup umat manusia adalah salah satu
kemukjizatan yang menjaminnya. Tidak akan ada satu pun manusia yang bisa
menirunya. Al-Qur’an akan terus begitu adanya, kalimatnya dan bunyinya.2
Demikianlah Allah menjamin keotentikan Al-Quran, jaminan yang
diberikan atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat
upaya-upaya yang dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh
manusia. Dengan jaminan ayat di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang
dibaca dan didengarnya sebagai Al-Quran tidak berbeda sedikit pun dengan
apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw., dan yang didengar serta dibaca
oleh para sahabat Nabi saw.3

1
Qs. Al-Hijr (15):9
2
Syaifullah Amin. Al-Qur’an Hadis, cet.1 (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2020) h. 26
3
M.Quraish Shihab. 1998. Membumikan Al-Qur'an. Bandung. Mizan

2
B. Bukti-Bukti Keotentikan Al-Qur’an
1. Dari Segi Al-Qur'an
Al-Qur'an memperkenalkan dirinya sebagai firman Allah dan
membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa saja yang hendak
membuat kitab serupa dengan Al-Qur'an. Dr. Mustafa Mahmud, mengutip
pendapat Rasyad Khalifah, juga mengemukakan bahwa dalam Al-Quran
sendiri terdapat bukti-bukti sekaligus jaminan akan keotentikannya.
Huruf-huruf hija'iyah yang terdapat pada awal beberapa surah dalam Al-
Quran adalah jaminan keutuhan Al-Quran sebagaimana diterima oleh
Rasulullah saw. Tidak berlebih dan atau berkurang satu huruf pun dari kata-
kata yang digunakan oleh Al-Quran. Kesemuanya habis terbagi 19, sesuai
dengan jumlah huruf-huruf B(i)sm Ali(a)h Al-R(a)hm(a)n Al- R(a)him.
(Huruf a dan i dalam kurung tidak tertulis dalam aksara bahasa Arab).
Huruf (qaf) yang merupakan awal dari surah ke-50, ditemukan terulang
sebanyak 57 kali atau 3 X 19. Huruf-huruf kaf, ha', ya', 'ayn, shad, dalam surah
Maryam, ditemukan sebanyak 798 kali atau 42 X 19.
Huruf (nun) yang memulai surah Al-Qalam, ditemukan sebanyak 133 atau
7 X 19. Kedua, huruf (ya') dan (sin) pada surah Yasin masing-masing
ditemukan sebanyak 285 atau 15 X 19.
Kedua huruf (tha') dan (ha') pada surah Thaha masing-masing berulang
sebanyak 342 kali, sama dengan 19 X 18.
Huruf-huruf (ha') dan (mim) yang terdapat pada keseluruhan surah yang
dimulai dengan kedua huruf ini, ha' mim, kesemuanya merupakan perkalian
dari 114 X 19, yakni masing- masing berjumlah 2.166.
Bilangan-bilangan ini, yang dapat ditemukan langsung dari celah ayat Al-
Quran, oleh Rasyad Khalifah, dijadikan sebagai bukti keotentikan Al-Quran.
Karena, seandainya ada ayat yang berkurang atau berlebih atau ditukar kata
dan kalimatnya dengan kata atau kalimat yang lain, maka tentu perkalian-
perkalian tersebut akan menjadi kacau.4

4
Zaini, Syahminan. 1996. Isi Pokok Ajaran Al-Qur'an. Jakarta. Kalam Pustaka

3
Angka 19 di atas, yang merupakan perkalian dari jumlah-jumlah yang
disebut itu, diambil dari pernyataan Al-Quran sendiri, yakni yang termuat
dalam surah Al-Muddatstsir ayat 30 yang turun dalam konteks ancaman
terhadap seorang yang meragukan kebenaran Al-Quran.

2. Dari Segi Sejarah


Al-Qur'an turun dalam waktu sekitar 22 tahun, atau menurut sebagian
ulama adalah 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari. Menurut segi sejarah, ada
beberapa fakta pendukung dalam pembuktian otentisitas dari Al-Qur'an,
diantaranya:
1) Al-Qur'an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya.
Rasa kagum terhadap keindahan bahasa didalam Al-Qur'an tak hanya
ditunjukkan oleh masayarakat mukmin saja melainkan oleh orang-orang
kafir. Menurut riwayat, seringkali tokoh-tokoh musyrik secara sembunyi-
sembunyi berupaya mendengarkan bacaan Al-Qur'an.
2) Masyarakat Arab yang hidup pada masa diturunkannya Al-Qur'an adalah
masyarakat yang tidak bisa baca tulis. Oleh karena itu, satu-satunya cara
yang dapat mereka andalkan dengan cara menghafal Al-Qur'an.
Sebagaimana dalam firman Allah Qs. Al-Jumu’ah ayat 2:

‫علَ ْي ِه ْم ٰا ٰي ِته َويُزَ ِك ْي ِه ْم‬


َ ‫س ْو ًْل ِم ْن ُه ْم َيتْلُ ْوا‬
ُ ‫ث ِفى ْاْلُ ِم ّٖينَ َر‬ َ ‫ِي َب َع‬ْ ‫ُه َو الَّذ‬
5
‫ض ٰلل ُّم ِبيْن‬ َ ‫ب َو ْال ِح ْك َمةَ َوا ِْن َكانُ ْوا ِم ْن قَ ْب ُل َل ِف ْي‬ َ ‫َويُ َع ِل ُم ُه ُم ْال ِك ٰت‬
"Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum buta huruf dari
kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-
Nya, menyucikan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam
kesesatan yang nyata"
3) Riwayat menyatakan bahwa banyak sekali sahabat yang menjadikan
dirinya sebagai penghafal Al-Qur'an. Telah diberitakan bahwa dalam
perang Yamamah yang berlangsung pada masa pemerintahan Khalifah

5
Qs. Al Jumuah (62):2

4
Abu Bakar Ash-Shidiq, tidak kurang dari tujuh puluh orang penghafal Al-
Qur'an gugur di medan perang. Untuk itu, dilakukan upaya pembentukan
panitia penulisan Al-Qur'an yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit. Usaha
ini juga berlanjut dengan membuat pembukuan Al-Qur'an yang dilakukan
oleh Khalifah Ustman bin Affan sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh
seluruh umat islam di dunia dan Al-Qur'an yang ada saat ini sama persis
dengan yang ada pada masa para sahabat.

3. Dari Segi Penulisan mushhaf


Sebelumnya telah dijelaskan pada bagian bukti keotentikan Al-Qur'an
menurut segi sejarahnya bahwa saat itu banyak diantara sahabat-sahabat
penghafal Al-Qur'an yang gugur di medan perang sehingga membuat Umar
bin Khattab risau akan masa depan Al-Qur'an. Kemudian dibentuklah panitia
penulisan Al-Qur'an yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit. Dengan dibantu oleh
beberapa sahabat, beliau memerintahkan kepada seluruh kaum muslim untuk
membawa naskah Al-Qur'an yang mereka miliki ke Masjid Nabawi dan
selanjutnya akan dilakukan penelitian terhadap naskah tersebut. Dalam hal ini
juga Abu Bakar r.a memberi petunjuk kepada tim agar tidak menerima naskah
melainkan harus memenuhi dua syarat sebagai berikut:6
1) Harus sesuai dengan hafalan para sahabat lain.
2) Tulisan tersebut benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan di
hadapan Nabi saw. Karena, seperti yang dikemukakan di atas, sebagian
sahabat ada yang menulis atas inisiatif sendiri.
Untuk membuktikan syarat kedua tersebut, diharuskan adanya dua orang
saksi mata. Demikianlah, terlihat betapa kerasnya perjuangan Zaid
menggabungkan hafalan sekian banyak sahabat dan naskah yang ditulis di
hadapan Nabi saw., dalam rangka memelihara keotentikan Al-Quran. Oleh
karena itu, dapat dibuktikan dari tata kerja dan data-data sejarah bahwa Al-
Quran yang kita baca sekarang ini adalah otentik dan tidak berbeda sedikit

6
Aljon, J.M.S. 1990. Al-Qur'an Dalam Interpretasi Modern. Jakarta. Gaya Media Pratama

5
pun dengan apa yang diterima dan dibaca oleh Rasulullah saw., lima
belas abad yang lalu.

C. Tantangan al Qur’an
Dalam hal kandungan isinya, al-Qur’an mengajukan tantangan kepada
orang-orang kafir dan siapapun yang meragukan kebenarannya. Sejak dahulu,
orang-orang kafir menuduh bahwa al-Qur’an hanyalah sejenis mantera-
mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira bahwa al-
Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad saw.7
Tantangan al-Qur’an yang dimaksudkan antara lain adalah :
1.) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an
untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung
dalam firman Allah swt. surat at-Tur ayat 33-34:
8
َ‫أ َ ْم َيقُولُونَ تَقَ َّولَ ۥهُ ۚ َبل َّْل يُؤْ ِمنُون‬
9
َ‫فَ ْليَأْت ُ ْوا ِب َح ِديْث ِمثْ ِل ّٖه ا ِْن َكانُ ْوا صٰ ِدقِيْن‬
“Ataukah mereka berkata, ‛Dia (Muhammad) mereka-rekanya.‛ Tidak!
Merekalah yang tidak beriman. Maka cobalah mereka membuat yang
semisal dengannya (Al-Qur’an) jika mereka orang-orang yang benar.”
Ditegaskan pula bahwa manusia dan jin tidak akan pernah mampu
untuk mendatangkan semisal al-Qur’an secara keseluruhan. Sebagaimana
ditegaskan dalam firman Allah swt. surat al- Isra ayat 17:

َ‫ع ٰلى ا َ ْن يَّأْت ُ ْوا ِب ِمثْ ِل ٰهذَا ْالقُ ْر ٰا ِن َْل يَأْت ُ ْون‬ َ ‫س َو ْال ِج ُّن‬ ِْ ‫ت‬
ُ ‫اْل ْن‬ ِ ‫قُ ْل لَّ ِٕى ِن اجْ ت َ َم َع‬
10
‫ظ ِهي ًْرا‬َ ‫ض ُه ْم ِلبَ ْعض‬ ُ ‫بِ ِمثْ ِل ّٖه َولَ ْو َكانَ بَ ْع‬

7
Syaifullah Amin. Al-Qur’an Hadis, cet.1 (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2020) h. 26
8
Qs. Surat At-Tur (52):33
9
Qs. Surat At-Tur (52):34
10
Qs. Al-Isra (17):88

6
“Katakanlah, ‛Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa (dengan) Al-Qur’an ini, mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu
sama lain.”

2.) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an


untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam Surat
Hud ayat 13:

ُ ‫س َور ِمثْ ِل ّٖه ُم ْفت ََر ٰيت َّوا ْد‬


‫ع ْوا‬ ُ ‫ا َ ْم َيقُ ْولُ ْونَ ا ْفت َٰرىهُ قُ ْل فَأْت ُ ْوا ِب َع ْش ِر‬
11
َ‫ّللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم صٰ ِدقِيْن‬ َ َ ‫َم ِن ا ْست‬
ِ ٰ ‫ط ْعت ُ ْم ِم ْن د ُْو ِن‬
“Bahkan mereka mengatakan, ‛Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-
Qur’an itu. Katakanlah, (Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah
semisal dengannya (Al-Qur’an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja
di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar.”

3.) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an


untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung
dalam surat al-Baqarah ayat 23:

ُ ‫ع ْب ِدنَا فَأْت ُ ْوا ِب‬


‫س ْو َرة ِم ْن‬ َ ‫ع ٰلى‬َ ‫َوا ِْن ُك ْنت ُ ْم ِف ْي َريْب ِم َّما ن ََّز ْلنَا‬
12
ِ ٰ ‫ش َهدَ ۤا َء ُك ْم ِم ْن د ُْو ِن‬
َ‫ّللا ا ِْن ُك ْنت ُ ْم صٰ ِدقِيْن‬ ُ ‫ِمثْ ِل ّٖه َوا ْد‬
ُ ‫ع ْوا‬
Dan jika kamu meragukan (al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
benar.

11
Qs. Hud (11):13
12
Qs. Al-Baqarah (2):23

7
Ketiga tantangan menunjukkan bahwa al-Qur’an adalah mukjizat.
Terbukti hingga sekarang, belum ada satu pun manusia dan bahkan jin
yang mampu membuat kalimat seindah al-Qur’an. Apalagi mampu
memiliki kandungan makna dan berita yang lebih hebat dari al-Qur’an.
Hal ini membuktikan bahwa al-Qur’an memang bukan buatan manusia,
al-Qur’an adalah wahyu Allah swt.
Di saat sekarang tentu kita mengetahui, bahwa sering ada berita
viral tentang al-Qur’an yang salah cetak atau ada kekeliruan. Tentu saja
kesalahan-kesalahan cetak ini sangat mudah diketahui karena banyaknya
orang yang menghafalkan al-Qur’an. Informasi sejarah juga telah terbukti
bahwa al-Qur’an terjaga kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat
dipalsukan. Banyaknya para penghafal al-Qur’an adalah salah satu
benteng penjaga kemurnian dan keotentikan al-Qur’an.
Para penghafal al-Qur’an tidak pernah putus generasi sejak
pertama kali al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw..
Cetakan-cetakan hingga kini terus dibuat, disimpan, diteliti dan
diperbaharui sejak dahulu waktu wahyu disalin di atas batu, lembaran kulit
binatang, pelepah kurma dan tulang-tulang.
Seluruh cetakan dan apa pun bentuk media yang menyimpan al-
Qur’an saat ini, semuanya bersumber pada satu titik, yakni mushaf al-
Qur’an yang selesai dikodifikasi pada zaman Khalifah Usman bin Affan.
Turun temurun terus dijaga secara mutawatir lintas zaman dalam berbagai
media yang terus berkembang dan di hafalan-hafalan para penghafal al-
Qur’an.13

13
Syaifullah Amin. Al-Qur’an Hadis, cet.1 (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2020) h. 28

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.
Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu
dipelihara.
2. Bukti – Bukti keotentikan al qur’an:
1.) Dari segi penulisan
Firman Allah membuktikan hal tersebut dengan menantang siapa saja yang
hendak membuat kitab serupa dengan Al-Qur'an.
2.) Dari segi sejarah
Al-Qur'an turun dalam waktu sekitar 22 tahun, atau menurut sebagian
ulama adalah 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari.
3.) Dai segi penulisan mushhaf
Abu Bakar r.a memberi petunjuk kepada tim agar tidak menerima naskah
melainkan harus memenuhi dua syarat sebagai berikut:
a. Harus sesuai dengan hafalan para sahabat lain.
b. Tulisan tersebut benar-benar adalah yang ditulis atas perintah dan di
hadapan Nabi saw. Karena, sebagian sahabat ada yang menulis atas
inisiatif sendiri.
3. Tantangan al-Qur’an:
1.) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an
untuk mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung
dalam firman Allah swt. surat at-Tur ayat 33-34
2.) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an
untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam Surat
Hud ayat 13

9
3) Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran al-Qur’an
untuk mendatangkan satu surah saja semisal al-Qur’an. Hal ini terkandung
dalam surat al-Baqarah ayat 23

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Hal ini dikarenakan
keterbatasan waktu, pengetahuan, dan kemampuan yang dimiliki penulis.
Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Aljon, J.M.S. 1990. Al-Qur'an Dalam Interpretasi Modern. Jakarta.


Gaya Media Pratama
M.Quraish Shihab. 1998. Membumikan Al-Qur'an. Bandung. Mizan
Qs. Al-Baqarah (2):23
Qs. Al-Hijr (15):9
Qs. Al-Isra (17):88
Qs. Hud (11):13
Qs. Surat At-Tur (52):33
Qs. Surat At-Tur (52):34
Syaifullah Amin. Al-Qur’an Hadis, cet.1 (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2020)
Zaini, Syahminan. 1996. Isi Pokok Ajaran Al-Qur'an. Jakarta. Kalam Pustaka

11

Anda mungkin juga menyukai