Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah Swt Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah g berjudul Sejarah Al-Qur’An tepat waktu.
Makalah Sejarah Al-Qur’An disusun guna memenuhi tugas Bapak Reza Prabudi, m.pdi
pada bidang Teknik Informatika di Universitas Potensi Utama. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Sejarah Al-
Qur’An.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Reza Prabudi, m.pd
selaku dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
Dari segi turunnya Al-Qur’an dan penulisan Al-Qur’an terdapat pula beberapa
perbedaan pendapat para ahli. Dari beberapa perbedaan pendapat tersebut, para ahli
kemudian mengkaji lebih mendalam dari segi pengertian Al-Qur’an, sejarah
turunnya Al-Qur’an, penulisan serta rasm Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad
SAW serta Khulafaur Rasyidin dan bagaimana proses penyempurnaan Al-Qur’an
pada masa setelah para Khulafaur Rasyidin telah wafat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dan apabila dibacakan qur'an, maka dengarlah dan perhatikanlah dengan
tenang agar kamu mendapat rahmat.
Nama-nama Al-Qur’an :
Qur'an :
Sesungguhnya Qur'an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.
Kitab :
Furqan:
5
Q.S. Al-furqan ayat 1
Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-furqan kepada hambanya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada semesta alam.
Zikir:
Tanzil :
Dan sesungguhnya Qur'an ini tanzil (diturunkan) dari tuhan semesta alam.
Qur'an dan al-kitab lebih populer dari nama nama yang lain. Dalam hal ini
Dr. Muhammad Abdullah Daraz berkata: "Ia dinamakan Qur'an karena ia
"dibaca " dengan lisan, dan dinamakan al-kitab karena ia "ditulis" dengan pena.
Kedua nama ini menunjukkan makna yang sesuai dengan kenyataannya."2
6
Kita tidak dapat menyadarkan hanya kepada hafalan seorang sebelum
hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh sahabat, yang
diwakilkan kepada kita dari generasi ke generasi menurut keadaan sewaktu
dibuatnya pertama kali. Dan kita pun tidak dapat menyadarkan hanya kepada
tulisan penulis sebelum tulisan itu sesuai dengan hafalan tersebut berdasarkan
isnad yang sahih dan mutawatir.3
Dengan penjagaan ganda ini yang oleh Allah telah ditanamkan kedalam jiwa
umat Muhammad untuk mengikuti langkah Nabi-Nya, maka Qur'an tetap terjaga
dan terjamin terpeliharanya Qur'an, seperti difirmankan-Nya dalam Surah Al-
Hijr ayat 9.
Nur(cahaya)
Mubin(yang menerangkan)
Mubarak(Yang diberkati)
Busyara(khabar gembira)
'Aziz(yang mulia)
Majid(yang dihormati)
7
Berkatalah orang-orang kafir:”Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).
Q.S. Al-Isra’:106
Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.
8
Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih
hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada
keterangan ini (Al-Quran).
4
Prof. Dr. Rosihon Anwar,Ulum quran, (Jakarta:Pustaka Setia, 2015), 48-49.
9
Dia-lah yang mengutus pada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
Diantara sahabat yang hafal al-Qur’an ketika Rasulullah saw. Masih hidup
adalah Abdullah bin Mas’ud, Salim bin Ma’qil (budak Abu Hudhaifah yang
telah dimerdekakan), Mu’ad bin Jabal, Ubai bin Ka’ab, Zayd bin Thabit, Abu
Zayd bin Sakan al-Ansari, dan Abu Darda’. Ketujuh sahabat itu telah hafal
seluruh isi al-Qur’an di luar kepala dan telah menunjukkan hafalannya didepan
10
Nabi saw.
Cara kedua dalam upaya pemeliharaan al-Qur’an dimasa Nabi saw adalah
dengan cara penulisan. Pemeliharaan al-Qur’an secara tertulis dapat diperoleh
dari kisah masuk islamnya Umar bin Khattab. Umar masuk islam pada waktu
empat tahun menjelang hijrahnya Nabi saw ke Madinah.
Para penulis wahyu tersebut diperintah oleh Nabi saw untuk menuliskan
setiap wahyu yang diterimanya dan meletakkan urut-urutannya sesuai dengan
petunjuk Nabi saw berdasarkan petunjuk Tuhan melalui Jibril a.s (tauqifi). Ayat-
ayat al-Qur’an itu ditulis di atas berbagai macam benda, antara lain; lempengan
batu, potongan tulang-belulang binatang, kulit binatang, pelepah kurma dan
sebagainya.
Setelah itu tulisan-tulisan tersebut disimpan di dalam rumah Nabi saw dalam
kondisi belum terhimpun dalam suatu mushaf. Disamping itu para penulis
wahyu juga menulis ayat-ayat al-Qur’an untuk pribadi masing-masing yang
dapat menjamin al-Qur’an tetap terpelihara secara lengkap dan murni, walaupun
sarana tulis menulis masih sangat sederhana.5
11
pembayaran zakat. Dalam menghadapi peristiwa tersebut Abu Bakar
mengambil tindakan dalam cara mengirim pasukan yang dipimpin oleh
Khalid bin walid untuk membasmi orang-orang yang murtad itu, maka
terjadilah perang Yamamah pada 12 H. Peperangan tersebut melibatkan
sejumlah besar sahabat yang hafal Al-Qur’an dan dalam peperangan itu
70(tujuh puluh) qari’ dari para sahabat gugur.
Mushaf al Qur’an yang di terbitkan oleh Zayd bin Thabit dan tim yaitu
disimpan oleh Abu Bakar r.a.Setelah Abu Bakar r.a wafat , mushaf tersebut
disimpan oleh ummar bin khatab r.a.. sebelum wafat ummar berpesan
kepada putrinya yang bernama hafsah agar menyimpan mushaf al-qur’an
itu. Amanat tersebut diberikan kepada hafsah dengan pertimbangan bahwa
hafsah adalah istri nabi Muhammad s.a.w yang hafal al-qur’an dan pandai
baca tulis.
12
Pada masa pemerintahan khalifah usman wilayah islam semakin luas dan
para qurra’ pun tersebar diberbagai wilayah para qurra mengajarkan baca
al-qur’an dengan bacaan (qiroah) yang berbeda-beda sesuai dengan yang
mereka terima dari para gurunya. Pada sewaktu-waktu, dalam perang
Armenia dan Azerbaijan dengan penduduk irak, diantara orang-orang yang
menyerbu kedua tempat itu adalah, hudhayfah bin alyaman. Dalam
pertemuan itu mengetahui adanya perbedaan bacaan al-qur’an sebagaian
mereka merasaheran akan adanya perbedaan bacaan itu, dan sebagian
mengklaim bacaan nya yang paling benar teatapi sebagian lainnya ada yang
merasa puas karena mengetahui bahwa perbedaan-perbedaan itu
disandarkan kepada Rasulullah s.a.w. kondisi seperti itu tidak dapat
dibiarkan karena hal itu akan menimbulkan keraguan bagi generasi yang
tidak bertemu langsung dengan Rasulullah s.a.w.Jjenderal kudhayfah yang
mengetahui hal itu mengajukan usul kepada khalifah Ustman r.a. agar
segera mengusahakan keseragaman bacaan al-qur’an dengan jalan
menyeragamkan penulisan Al qur’an.
13
empat kota yang telah disebutkan dan ditambah kota makkah. Menurut asz-
Zarqani sebanyak 6 mushaf, yakni lima yang telah disebutkan dan tambah
mushaf induk/ al-Imam. Berbeda dengan ketiga pendapat diatas, Abu Hatim
as-Sijistani mengemukakan pendapatnya bahwa mushaf yang berhasil
diselesaikan adalab 7 ekslempar dengan menambah dua kota, yaitu Yaman
dan Bahrain kedalam jajaran lima kota penerima salninan mushaf.
14
binatang, dan batu-batuan yang tipis kedalam satu mushaf dengan tertib
ayat yang diajarkan oleh Rasul Saw.
15
huruf diganti ya’ sebagai kasrah, titik disamping huruf diganti dengan waw kecil
sebagai dlummah, pemberian tanda sukun berupa mim kecil diatas huruf, tanda
tasydid berupa sin kecil diatas huruf, dan pemberian tanda madd. Pemberian
nomor ayat, tanda waqof, batas pangkal surah dan akhir surah, penulisan jenis
Makkiyah dan Madaniyah, dan penulisan sejumlah ayat dari setiap surah
dilakukan oleh para ulama’ berikutnya. Begitu pula pembuatan tanda untuk
setiap juz,ruku’,dll, sehingga jadilah bentuk mushaf al qur’an seperti sekarang.
16
tidaklah dapat menghindarkan perubahan tersebut dengan yang akan
mengakibatkan kekurangcermatan dalam penulisan Qur’an.
Dalam Syu’abul Iman Baihaqi mengatakan: “Barang siapa menulis
Mushaf, hendaknya ia memperhatikan ejaan (kaidah imla’) yang mereka
pakai dalam penulisan mushaf-mushaf dahulu, janganlah menyalahi
mereka dalam hal itu dan jangan pula mengubah apa yang telah mereka
tulis sedikit pun. Ilmu mereka lebih banyak, lebih jujur hati dan lisannya,
serta lebih dapat dipercaya daripada kita. Maka bagi kita tidak pantas
menyangka bahwa diri kita lebih tahu dari mereka.8
II.6.2. Pendapat Para Ulama Sekitar Rasm Utsmani dan Rasm Imla’i
Kedudukan rasm Utsmani diperselisihkan para ulama. Apakah pola
penulisan merupakan petunjuk Nabi atau hanya ijtihad kalangan
sahabat. Adapun pendapat mereka adalah sebagai berikut:
17
Malik berpendapat bahwa haram hukumnya menulis Al-Qur’an
menyalahi rasm Usmani. Bagaimanapun, pola tersebut sudah
merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama).10
10
Ahmad Izzan, Ulumul Qur’an, Bandung: Humaniora,2011. 110
11
Hasanuddin AF, Anatomi Al-Quran Perbedaan dan Pengaruhnya Terhadap Istimbath Hukum Dalam
Al-Qur’an (Cet, I; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), 86.
18
tersebut karena pola penulisan itu hanyalah simbol pembacaan yang
tidak akan mempengaruhi makna Al-Qur’an.12
C.Sebagian Ulama lainnya mengatakan, bahwa Al-Qur’an dengan
rasm imla’I dapat dibenarkan, tetapi khusus bagi orang awam. Bagi
para ulama atau yang memahami rasm Usmani tetap wajib
mempertahankan keaslian rasm tersebut. Pendapat diperkuat Al-
Zarqani dengan mengatakan bahwa rasm imla’I diperlukan untuk
menghindarkan ummat dari kesalahan membaca Al-Qur’an,
sedangkan rasm Usmani di perlukan untuk memelihara keaslian
mushaf Al-Qur’an .
19
rasm Usmani mutlak diharuskan karena statusnya sudah masuk
dalam kategori rujukan dan penulisannya tidak mempunyai alasan
untuk mengabaikannya.
14
W.Montgomery watt, Pengantar Qur’an, (Jakarta:Rajawali Press,1991), 48
20
dan atas dasar itu pulalah percetakan Amiriyah milik pemerintah Mesir
mencetak Al-Qur’an sejak tahun 1337 Hijriah sampai sekarang,
dibawah pengawasan para guru besar Al-Azhar.15
PENUTUP
Kesimpulan
Qur'an dikhususkan sebagai nama bagi kitab yang diturunkan kepada Muhammad saw.
15
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, Al-Quran dan Terjemahnya (Surabaya: Mahkota,1989),
16
21
Sehingga Qur'an menjadi nama khas kitab itu, sebagai nama diri. Dan secara gabungan
kata itu dipakai untuk nama Qur'an secara keseluruhan, begitu juga untuk penamaan
ayat-ayatnya.
Al-Qur’an yang diturunkan secara bertahap oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW
ternyata mempunyai banyak hikmah salah satunya yakni menguji ketabahan Rasulullah.
Penulisan Al-Qur’an pada masa Rasulullah SAW yakni ditulis di tempat-tempat yang
telah dianggap lazim namun sederhana seperti lempengan batu, potongan tulang-
belulang binatang, kulit binatang, pelepah kurma dan sebagainya, kemudian disimpan di
rumah Rasul sendiri agar tetap terjaga keotentikannya.
Pada masa Khulafaur Rasyidin penulisan telah dibukukan dan dirancang dalam bentuk
mushaf khususnya pada masa Abu Bakar dan Umar bin Khattab dan dilanjutkan pada
khalifah Ustman dan Ali hingga penulisan Al-Qur’an menjadi lebih sempurna dengan
tulisan arab yang mempunyai tanda baca seperti yang telah kita jumpai pada zaman
sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
22
Mana’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Surabaya: Litera Antar Nusa, 2014
Shihab, M. Quraish. Sejarah dan Ulum Qur’an. Cet.III. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2001.
Tim Reviewer MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Al-Qur’an. Surabaya: UINSA
Press, 2014.
23