Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

NUZULUL QUR’AN
Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Ahmad Junaedy, LC., M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 1


Afdhalun Mursalin 1924021
Muhammad Syibly 1924003

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2020
KATA PENGANTAR
Assalamu’alakum warahmatullahi wabarakatuh,,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Nuzulul Qur’an” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
“Ulumul Qur’an”. Selain itu makalah ini juga menambah wawasan tentang “Nuzulul Qur’an””
bagi para pembaca juga kami selaku penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Manado, 18 Februari 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu Al-Qur’an ada beberapa hal yang penting untuk dipelajari
dan alah satunya adalah bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan bagaimana Al-Qur’an itu
dibukukan. Karena dengan mengetahui bagaimana proses pengumpulan Al-Qur’an kita
dapat mengerti bagaimana usaha-usaha para Sahabat untuk tetap memelihara Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci kaum muslimin dan menjadi sumber ajaran Islam yang
petama dan utama yang harus diimani dan diaplikasikan dalam kehidupan agar
memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Karena itu tidaklah berlebihan, jika selama
ini kaum muslimin tidak hanya mempelajari isi dan pesan-pesannya, tetapi juga berupaya
semaksimal mungkin untuk menjaga autentisitasnya. Upaya itu telah dilaksanakan sejak
Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam masih beradah di mekkah dan belum
berhijrah ke madinah. Dengan kata lain upaya tersebut telah mereka laksanakan sejak Al-
Qur’an diturunkan sampai saat ini.
Jika hakikat Al-Qur’an sudah terjawab maka akan muncul pertanyaan lain,
bagaimana Al-Qur’an diturunkan dan bagaimana pula pendapat ulama menyikapi hal
tersebut. Untuk menjawab pertanyaan tersebut akan dibahas di bab selanjutnya, yang
jelas Al-Qur’an diturunkan pada bulan yang penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan
sedangkan, proses turunnya Al-Qur’an disebut dengan proses Nuzulul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan Nuzulul Qur’an?
B. Apa saja dalil dan bukti turunnya Al-Qur’an secara berangusr-angsur?
C. Bagaimana waktu dan periodeisasi turunnya Al-Qur’an?
D. Bagaimana cara Allah menurunkan Al-Qur’an?
E. Apa faedah turunnya Al-Qur’an secara beangsur-angsur dalam pendidikan dan
pengajaran?
C. Tujuan
A. Mengetahui pengertian dari Nuzulul Qur’an.
B. Mengetahui dalil dan bukti turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.
C. Menegtahui waktu dan periodeisasi turunnya Al-Qur’an.
D. Mengetahui acara Allah dalam menurunkan Al-Qur’an.
E. Mengetahui faedah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur dalam
pendidikan dan pengajaran,
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nuzulul Qur’an
Lafadz “Nuzul” secara etimologi (bahasa) berarti “menetap disuatu tempat” atau
“turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya ialah “nazala” yang artinya “dia telah
turun”. Pengertian Nuzulul Qur’an secara terminologi yaitu peristiwa peristiwa
diturunkannya wahyu Allaj (Al-Qur’an) kepada Nabi Muhammad melalui perantara
Malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Pengertian turunnya Al-Qur’an hendaknya dapat
dipahami secara proposional, agar tidak keliru dalam memahami, dan tidak dapat
disamakan dengan proses turunnya suatu benda yang memiliki berat dan jenis tertentu.
Karena Al-Qur’an adalah Kalamullah (firman Allah).
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surat Al-Alaq ayat 1-5.
Saat wahyu itu diturunkan Nabi Muhammad sedang berada di Gua Hira, karena
tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut. Nabi Muhammad saat itu
sendiri dan langsung ketakutan, serta menggigil. Kemudian beliau pulang dan
menceritakan pengalaman yang dialaminya kepaada istrinya. Sejak peristiwa itu, Beliau
mendapat gelar Rasul.

2. Dalil dan Bukti turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur


- Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 106
“ Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya demi
bagian”. (Q.S. AL-ISRA : 106)
Penjelasan ayatnya (tafsir Al-Mukhtasar/Markaz tafsir Riyadh:
 ‘Dan Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur’ Yakni
Kami menurunkannya sedikit demi sedkit, bukan sekaligus.
 ‘Agar kamu membacakannya perlahan-lahan ditujukan kepada manusia’
Yakni membacakannya selama masa diturunkannya sedikit demi sedikit
dengan perlahan, hal ini menjadikannya lebih muda dipahami dan dihafal.
 ‘Dan Kami menurunkannya sebagai demi bagian’ Yakni Kami menurunkan
sedikit demi sedikit untuk kemaslahatan. Andai hanya dapat diperintahkan
dalam satu waktu niscaya orang-orang tidak akan mampu menjalankannya
dan akan lari menjauh.
- Al-Qur’an surat Al-Furqan ayat 32-33
Berkatalah orang-orang yang kafir : “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja ?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu
dengannya dan Kami membacanya dengan tartil (teratur dan benar). (32).
Penjelasan ayatnya :
 Orang-orang yang kafir kepada Allah berkata : “ Mengapa Al-Qur’an itu tidak
diturunkan kepada Rasul sekaligus saja, dan tidak diturunkan secara
berangsur-angsur?” Kami menurunkannya secara berangsur-angsur supaya
Kami perkuat hatimu wahai Rasul, dan Kami menurunkannya sedikit demi
sedikit agar mudah dibaca dan dipahami.
3. waktu dan periodesasi turunnya Al-Qur’an
1. Waktu Turunnya Al-Qur’an
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur berupa beberapa ayat dari sebuah surah atau
sebuah yang pendek secara lengkap. Dan penyampaian Al-Qur’an secara keseluruhan memakan
waktu lebih kurang 23 tahun, yakni 13 tahun waktu nabi masih tinggal di makkah sebelum
hijriah dan 10 tahun waktu nabi hijrah ke madinah. Sedangkan permulaan turunnya Al-Qur’an
adalah pada malam lailatul qadar, tanggal 17 ramadhan pada waktu nabi telah berusia 41 tahun
bertepatan tanggal 6 agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi) di dalam gua
hira’ dia atas Jabal Nur. Ayat pertama kali turun adalah surah Al- Alaq 1-5:
Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.
Sedangkan wahyu yang terakhir yang diterima Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam adalah surah al- maidah: 3, pada waktu nabi sedang berwukuf di arafah melakukan haji
wada’ pada tanggal 9 Dzulhijjah 10 H,
Artinya: Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan
nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi islam sebagai agamamu.
2. Periodisasi Turunnya Al-Qur’an
Masa turunnya Al-Qur’an selama 22 tahun lebih tersebut terbagi dalam dua periode sebagai
berikut:
1. Periode pertama adalah Makkah
Periode mekah adalah, wahyu Ilahi yang diturunkan sebelum hijrah disebut surah atau ayat
makiyyah merupakan 19/30 dari Al-Qur’an, yang menurut ahli tahkiq selama 12 tahun 5 bulan
dan lebih 13 hari. Dan terdiri dari 90 surah dan ayatnya pendek-pendek dan gaya bahasanya
singkat padat (ijaz), karena sasaran pertama dan utama pada periode ini adalah orang-orang arab
asli (suku Quraisy) yang sudah tentu paham benar akan bahasa arab. Mengenai isi surah atau
ayat makkiyah pada umumnya berupa ajakan untuk bertauhid yang murni atau ketuhanan yang
Maha Esa secara murni dan juga tentang pembinaan mental dan akhlaq.
2. Periode kedua adalah Madinah
Periode madinah adalah wahyu Ilahi yang turun sesudah hijrah disebut surah atau ayat
madaniyyah dan merupakan 11/30 dari Al-Qur’an. Selama 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, yang
terdiri dari 25 surah yang meliputi 1463 ayat. Surah dan ayatnya panjang-panjang dan gaya
bahasanya panjang lebar dan lebih jelas ( ithnab), karena sasarannya bukan hanya orang-orang
arab asli, melainkan juga nonarab dari berbagai bangsa yang telah mulai masuk islam dan sudah
tentu mereka belum menguasai bahasa arab. Mengenai isi surah atau ayat madaniyyah pada
umumnya berupa norma-norma hukum untuk pembentukan dan pembinaan suatu masyarakat
atau umat islam dan Negara yang adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Cara Allah menurunkan Al-Qur’an
a. Cara Al-Qur’an diturunkan kepada malaikat
Sebagaimana firman Allah dalam surat As-Syura ayat 51:
Artinya: Dan tidaklah patut bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara
kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari dibelakang tabir atau dengan mengutus
seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S As-Syura:51)
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa wahyu yang dikaruniakan kepada manusia ada tiga
macam,yaitu: 1) Pewahyuan (menurunkan wahyu), 2) memperdengarkan suara dari belakang, 3)
Dengan perantaraan malaikat yang membawa wahyu/jibril.
Al-Qur’an secara keseluruhan diturunkan dalam bentuk wahyu yang ketiga seperti tertera
dalam Al-Qu’an surat As-Syura ayat 51 diatas. Artinya Al-Qur’an tidak mengandung wahyu
lain, sehingga dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an adalah bentuk wahyu yang paling tinggi. Di
dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa Al-Qur’an sepenuhnya berasal dari tuhan dan tidak
sedikitpun ada campur tangan nabi Muhammad SAW.
Dengan demikian wahyu Al-Qur’an adalah wahyu yang paling tinggi yang diturunkan oleh
Allah kepada nabi Muhammad SAW melalui perantaraan malaikat Jibril dan diturunkan kurang
lebih dalam kurun waktu 23 tahun.

b. Cara Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi


1. Tahap Pertama Turun Di Lauh Mahfudz (‫)اللوح المحفوظ‬
Sebagaimana dalam firman Allah dalam Al-Qur’an Surah Al-Buruj:21-22
Artinya: Bahkan (yang di dustakan itu) ialah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauhul
Mahfudz.
Wujudnya Al-Qur’an di Lauhu Mahfudz adalah dalam suatu cara dan tempat yang tidak
bisa diketahui kecuali oleh Allah sendiri. dalam Lauhul Mahfudz Al-Qur’an berupa kumpualn
lengkap tidak terpisah-pisah. Hikmah dari Tanazul tahap pertama ini adalah seperti hikmah dari
eksistensi Lauhul Mahfudz itu sendiridan fungsinya sebagai tempat catatan umum dari segala hal
yang ditentukan dan diputuskan Allah dari segala makhluq alam dan semua kejadian. Dan
membuktikan kebesaran kekuasaan Allah SWT dan keluasaan ilmunya serta kekuatan kehendak
dan kebijaksanaa-Nya.
2. Tahap Kedua Di Baitul Izzah (‫)بيت العزة‬
Yaitu tempat mulia di langit yaitu langit pertama, atau langit yang terdekat dengan bumi.
Berdasarkan firman Allah:
‫ِإنَّا أنز ۡل َٰنهُ ُّم َٰبرك ٍۚةل ۡيل ٖةفِي ِإنَّا ُكنَّا ُمنذ ِِرين‬
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi. (QS. Ad-Dukhan:3)
Ayat tersebut menunjukkan turunnya Al-Qur’an tahap kedua ini dan cara turunnya, yaitu
secara sekaligus turun seluruh isi al-qur’an dari lauhul mahfudz ke baitul izzah, sebelum di
sampaikan ke nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
3. Tahap ketiga
Al-Qur’an turun dari dari Baitul Izzah di langit dunia langsung kepada nabi Muhammad.
Artinya, Al-Qur’an disampaikan langsung kepada Nabi Muhammad, baik melalui perantara
Malaikat Jibril ataupun secara langsung ke dalam hati sanubari nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wasallam, maupun dari balik tabir.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam melalui
berbagai cara, antara lain:
- Malaikat jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati nabi Muhammad shallallahu alaihi
wasallam tanpa memperlihatkan wujud aslinya.nabi shallallahu alaihi wasallam tiba-tiba
saja merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
- Malaikat jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan mengucapkan kata-
kata dihadapan nabi shallallahu alaihi wasalllam.
- Wahyu turun kepada nabi shallallahu alaihi wasallam sperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut nabi shallallahu alaihi wasalllam, cara inilah yang paling berat dirasakan,
sampai-sampai nabi shallalllahu alaihi wasallam mencucurkan keringat meskipun wahyu
itu turun di musim dingin yang sangat dingin.
- Malaikat jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli.
Setiap kali nabi mendapatkan wahyu, nabi shallallahu alaihi wasallam lalu menghafalkannya.
Beliau dapat mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan jibril
kepadanya. Hafalan nabi ini selalu dikontrol oleh malaikat jibril.
c. Cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada rasulullah
Wahyu Allah kepada para Nabi-Nya itu adakalanya tanpa perantaraan (mimpi yang benar di
waktu tidur, kalam Ilahi di balik tabir dalam keadaan terjaga yang disadari) dan adakalanya
melalui perantaraan malaikat wahyu. Wahyu dengan perantaraan malaikat wahyu inilah al-
Qur’an diturunkan.
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh malaikat kepada Rasul:
1. Pertama, datang kepadanya suara seperti suara dencingan lonceng dan suara yang amat
kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap
menerima pengaruh itu. Cara ini yang paling berat buat Rasul. Apabila wahyu yang turun kepada
Rasulullah saw. dengan cara ini, maka ia mengumpulkan segala kekuatan kesadarannya untuk
menerima, menghafal dan memahaminya. Dan suara ini mungkin sekali suara kepakan sayap-
sayap para malaikat, seperti diisyaratkan dalam hadits: “Apabila Allah menghendaki suatu
urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada
firman-Nya, bagaikan gemerincingnya mata rantai di atas batu-batu yang licin.” Dan mungkin
pula suara malaikat itu sendiri pada waktu Rasul baru mendengarnya untuk pertama kali.
2. Cara kedua: malaikat menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam bentuk
manusia. Cara ini lebih ringan daripada cara pertama, karena adanya kesesuaian antara
pembicara dengan pendengar. Rasul merasa senang sekali mendengarkan dari utusan pembawa
wahyu itu, karena merasa seperti seorang manusia berhadapan dengan saudaranya sendiri.
Keadaan Jibril menampakkan diri seperti seorang laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia
melepaskan sifat kerohaniannya. Dan tidak pula berarti bahwa zatnya telah berubah menjadi
seorang laki-laki. Tetapi yang dimaksud adalah bahwa dia menampakkan diri dalam bentuk
manusia tadi untuk menyenangkan Rasulullah sebagai manusia. Yang sudah pasti keadaan
pertama –tatkala wahyu turun seperti dencingan lonceng- tidak menyenangkan karena keadaan
yang demikian menuntut ketinggian rohani dari Rasulullah saw. yang seimbang dengan tingkat
kerohanian malaikat. Dan inilah yang paling berat.
Kata Ibnu Khaldun: “Dalam keadaan yang pertama, Rasulullah melepaskan kodratnya
sebagai manusia yang bersifat jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya.
Sedangkan dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat berubah dari yang rohani semata menjadi
manusia jasmani.”
Keduanya itu tersebut dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin r.a.
bahwa Haris bin Hisyam r.a. bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai hal itu. Dan dijawab
Nabi: “Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan dencingan lonceng, dan itulah yang paling
berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku telah memahami apa yang dikatakannya. Dan terkadang
malaikat menjelma kepadaku sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, dan akupun
memahami apa yang ia katakan.”
‘Aisyah juga meriwayatkan apa yang dialami oleh Rasulullah saw. berupa kepayahan, dia
berkata: “Aku pernah melihatnya tatkala wahyu yang sedang turun kepadanya pada suatu hari
yang amat dingin. Lalu malaikat itu pergi, sedang keringat pun mengucur dari dahi Rasulullah.”
Mengenai hembusan di dalam hati, telah disebutkan di dalam hadits Rasulullah saw.: “Roh
Kudus telah menghembuskan ke dalam hatiku bahwa seseorang itu tidak akan mati sehingga ia
menyempurnakan rizky dan ajalnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan carilah rizky dengan
jalan yang baik.”
Hadits ini tidak menunjukkan keadaan turunnya wahyu secara tersendiri. Hal itu mungkin
dapat dikembalikan pada salah satu dari dua keadaan yang tersebut di dalam hadits Aisyah.
Mungkin malaikat datang kepada beliau dalam keadaan yang menyerupai dencingan lonceng,
lalu dihembuskannya wahyu kepada beliau. Dan kemungkinan pula bahwa wahyu yang melalui
hembusan itu adalah wahyu selain al-Qur’an.
5. Faedah Turunnya Al-Qur’an secara Berangsur-angsur dalam pendidikan dan
pengajaran
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran
siswa dan pengembangan potensi akal, jiwa dan jasmaninya dengan apa yang membawanya ke
arah kebaikan dan kebenaran.
Dalam hikmah turunnya al-Qur’an secara bertahab itu kita melihat adanya suatu metode
yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang telah
disebutkan. Sebab turunnya al-Qur’an itu telah meningkatkan pendidikan umat Islam secara
bertahab dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya,
membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya dan mendatangkan buah yang baik
bagi kebaikan umat manusia seluruhnya dengan izin Allah.
Pentahapan turunnya al-Qur’an itu merupakan bantuan yang paling baik bagi jiwa manusia
dalam upaya menghafal al-Qur’an, memahami, mempelajari, memikirkan makna-maknanya dan
mengamalkan apa yang dikandungnya.
Di antara celah-celah turunnya al-Qur’an yang pertama kali didapatkan perintah untuk
membaca dan belajar dengan alat tulis: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang telah
menciptakan; Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmulah
Yang Maha Pemurah; Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.” (al-‘Alaq: 1-5)
Demikian pula dalam turunnya ayat-ayat tentang riba dan warisan dalam sistem harta
kekayaan, atau turunnya ayat-ayat tentang peperangan untuk membedakan secara tegas antara
Islam dan kemusyrikan. Di antara itu semua, terdapat tahapan-tahapan pendidikan yang
mempunyai berbagai cara dan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat Islam yang
sedang dan senantiasa berkembang, dari lemah menjadi kuat dan tangguh.
Sistem belajar mengajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran siswa dalam tahap-
tahap pengajaran, bentuk bagian-bagian ilmu di atas yang bersifat menyeluruh serta
perpindahannya dari yang umum menjadi lebih khusus; atau tidak memperhatikan pertumbuhan
aspek-aspek kepribadian yang bersifat intelektual, rohani dan jasmani, maka ia adalah sistem
pendidikan yang gagal dan tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain
hanya menambah kebekuan dan kemunduran.
Guru yang tidak memberikan kepada siswanya porsi materi ilmiah yang sesuai, dan hanya
menambah beban kepada mereka di luar kesanggupannya untuk menghafal dan memahami, atau
berbicara kepada mereka dengan sesuatu yang tidak dapat mereka jangkau, atau tidak
memperhatikan keadaan mereka dalam menghadapi keganjilan perilaku atau kebiasaan buruk
mereka sehingga dia berlaku kasar dan keras, serta menangani urusan tersebut dengan tergesa-
gesa dan gugup, tidak bertahap dan tidak bijaksana –maka guru yang berlaku demikian itu adalah
guru yang gagal pula. Dia telah mengubah proses belajar mengajar menjadi kesesatan-kesesatan
yang mengerikan dan menjadikan ruang belajar sebagai ruang yang tidak disenangi. Petunjuk
Ilahi tentang hikmah turunnya al-Qur’an secara bertahap merupakan contoh yang baik dalam
menyusun kurikulum pengajaran, memilih metode yang baik dan menyusun buku pelajaran
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Wahyu Al-Qur’an adalah wahyu yang paling tinggi yang diturunkan oleh Allah kepada
nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam melalui perantaraan malaikat Jibril dan diturunkan
kurang lebih dalam kurun waktu 23 tahun.
Tahp-tahap Turunnya Al-Qur’an ada tiga tahap, yaitu: a. Tahap Pertama Turun Di Lauh
Mahfudz; b. Tahap Kedua Di Baitul Izzah; c. Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah di langit dunia
langsung kepada nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
Cara Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam, antara
lain: a. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam tanpa memperlihatkan wujud aslinya; b. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai
manusia laki-laki dan mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi Shallallahu alaihi wasallam;
c. Wahyu turun kepada Nabi Shallallahu alaihi wasallam seperti bunyi gemerincing lonceng;
d. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan wujudnya yang asli. Setiap kali
mendapat wahyu, Nabi Shallallahu alaihi wasallam lalu menghafalkannya. Beliau dapat
mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril kepadanya.
Hafalan Nabi Shallallahu alaihi wasallam ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.
Waktu Turunya Al-Qur’an adalah: a. permulaan turunya Al-Qur’an adalah pada malam
lailatul qadar, tanggal 17 Ramadhan pada waktu Nabi telah berusia 41 tahun bertepatan tanggal
6 Agustus 610 M, sewaktu beliau sedang berkhalwat (meditasi) di dalam gua hira’ di atas Jabal
Nur. Ayat yang pertama kali turun adalah 1-5 surah Al-Alaq; b. Wahyu yang terakhir yang
diterima Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam adalah surat Al-Maidah:3, pada waktu
nabi sedang berwukuf di Arafah melaukan Haji Wada’pada tanggal 9 Dzul hijjah 10 H. Periode
Turunya Al-Qur’an adalah terbagi dalam dua periode Makkah dan madinah.
DAFTAR PUSTAKA
https://initu.id/pengertian-sejarah-hikmah-nuzulul-qur’an/
https://www.ayoksinau.com/nuzulul-qur’an-pengertian-nuzulul-qur’an-tahap-tahap-turunnya-al-
qur’an-pengertian-al-qur’an-diturunkan-dalam-7-huruf-bukti-sejarah-tentang-turunnya-al-qur’an/
https://m.detik.com/news/berita/d-4558747/nuzulul-quran-sejarah-doa-doa-yang-dibaca
http://mandiriamalinsani.or.id/proses-turunnya-al-quran-dan-bukti-kemukjizatannya/
https://alquranmulia.wordpress.com/2014/01/06/faedah-turunnya-al-quran-secara-bertahap-
dalam-pendidikan-dan-pengajaran/

Anda mungkin juga menyukai