Anda di halaman 1dari 16

TARIKH AN-NUZUL

(SEJARAH PENURUNAN AL-QUR’AN)

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Al-Qur’an

Dosen Pengampu : Dr. Hasan Su’aidi, MSI

Disusun Oleh :

1. Arifiani Ayu Budiati (30122040)


2. Qotrotul Mustamtiroh (30122042)
3. Muhamad Habibur Rokhman (30122049)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UIN KH. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur kami limpahkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan
tepat waktu. Shalawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad SAW yang kami nantikan syafa’atnya di hari kiamat nanti.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah sejarah Al-Qur’an.
Pada kesempatan kali ini, kami mengucapkan banyak banyak terimakasih kepada bapak Dr.
Hasan Su’aidi, MSI selaku Dosen mata kuliah sejarah Al-Qur’an yang telah membimbing
kami dalam penyusunan makalah ini yang berjudul “Tarikh Al-Qur’an (Sejarah Turunnya Al-
Qur’an)”
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk
tercapainya kesempurnaan makalah makalah selanjutnya.

Pekalongan, 3 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I ..................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan.........................................................................................................................
BAB II ................................................................................................................................
PEMBAHASAN..................................................................................................................
A. Definisi Al-Qur’an.....................................................................................................
B. Proses Penurunan Al-Qur’an......................................................................................
C. Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an............................................................................
D. Cara Penurunan Wahyu Kepada Rosulullah..............................................................
E. Hikmah Turunnya Al-Qur’an.....................................................................................

BAB III ...............................................................................................................................

PENUTUP...........................................................................................................................

Kesimpulan.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia untuk tetap di jalan yang lurus
dan dapat meraih kehidupan akhirat. Karena didalamnya termuat petunjuk berkaitan
dengan syariah, akidah, dan akhlaq. Al-Qur’an memiliki banyak keunikan dan
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab kitab lain sebelumnya baik dari segi bahasa
maupun isinya, sehingga Al-Qur’an merupakan mukjizat utama Rosulullah SAW yang
ditunjukan kepada semua manusia yang ada di muka bumi ini. Maka dari itu, mengkaji
dan mempelajari Al-Qur’an merupakan persoalan yang penting bagi umat Islam.
Sebelum mempelajari Al-Qur’an secara lebih mendalam, tentu kita harus
mengerti bagaimana sejarah Al-Qur’an itu sendiri. Penurunan Al-Qur’an tidak
berlangsung begitu saja, melainkan terdapat beberapa fase atau tahapan yang harus
ditempuh. Yaitu Al-Qur’an tersimpah di Lauhul Mahfuz, kemudian diturunkan ke Baitul
Izzah hingga akhirnya diturunkan kepada Rosulullah untuk disampaikan kepada seluruh
umat manusia. Tidak hanya itu. cara Allah menyampaikan wahyu kepada Rosulullah pun
berbeda beda. Kita sebagai umat Rosulullah tentu harus mengetahuinya agar semakin
meneguhkan iman dan menjadi mengerti hikmah dibalik turunnya Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi Al-Qur’an?
2. Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an?
3. Apa itu Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an?
4. Bagaimana cara penurunan wahyu kepada Rosulullah?
5. Apa hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui proses turunnya Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui apa itu Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an
4. Untuk mengetahui cara diturunkannya wahyu kepada Rosulullah
5. Untuk mengetahui hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Al-Qur’an
Menurut mayoritas para ahli Qur’an, kata Al-Qur’an itu sendiri berasal dari kata
bahasa Arab qara’a_yaqra’u_qira’atan_wa qur’anan yang secara bahasa berarti bacaan1.
Al-Qur’an merupakan kalamullah berbahasa arab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai nabi terakhir dengan perantara malaikat Jibril sebagai penyampai
wahyu, dan merupakan kitab suci umat Islam yang wajib untuk dipelajari. Didalam Al-
Qur’an termuat petunjuk berkaitan dengan syariah, akidah, dan akhlaq. Al-Qur’an
diturunkan kepada manusia tidak lain dan tidak bukan, yaitu sebagai petunjuk manusia
agar menuju ke jalan yang benar.
Al-Qur’an merupakan kitab allah yang sudah terjamin kebenaran dan juga
keotentikannya sebagaimana telah disebutkan dalam Q.S Al-Hijr ayat 9 yang berbunyi
َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬
Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti kami
(pula) yang memeliharanya”.
Di dalam Al-Qur’an terkandung banyak keunikan dan keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh kitab kitab lain sebelumnya baik dari segi bahasa maupun isinya, sehingga
Al-Qur’an merupakan mukjizat utama Rosulullah SAW yang ditunjukan kepada semua
manusia yang ada di muka bumi ini.

B. Proses Penurunan Al-Qur’an


Wahyu diturunkan pertama kali kepada Nabi Muhammad di malam yang mulia
dan diberkahi yaitu pada tanggal 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M di saat beliau
berada di Gua Hira dalam usia 40 tahun 6 bulan 8 hari (tahun qomariyah) atau 39 tahun 3
bulan 3 hari (tahun syamsiyah)2. Al-Qur’an turun secara berangsur angsur kurang lebih
selama 22 tahun atau yang lebih tepatnya yaitu dalam waktu 22 tahun, 2 bulan, 22 hari 3.
Ayat yang pertama kali dirunkan yaitu Q.S Al-Alaq ayat 1-5 pada 17 Ramadan di Gua

1
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 20
2
Muhammad Solikhin, Di Balik 7 Hari Besar Islam: Sejarah, Makna dan Amaliah (Yogyakarta:
Penerbit Garudhawaca, 2012), hlm. 113
3
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm. 7
Hira dan ayat yang paling terakhir diturunkan yaitu Q.S Al-Maidah ayat 3 pada 9
Dzulhijjah 10 H di Padang Arafah4.
Penurunan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad tidak berlangsung begitu saja,
melainkan terdapat beberapa fase atau tahapan yang harus dilalui yaitu5:
1. Al-Qur’an di simpan Allah di Lauhul Mahfuz
Pernyataan ini selaras dengan apa yang difirmankan Allah dalam Qur’an Surat
Al-Buruj ayat 21 dan 22 yang berbunyi
‫ح َّمحْ فُو ۭ ٍظ‬ ٌ ‫بَلْ هُ َو قُرْ َء‬
ٍ ْ‫ فِى لَو‬,‫ان َّم ِجي ٌد‬
Artinya : “Bagkan yang didustakan mereka itu adalah Al-Qur’an yang mulia,
yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuz” (Q.S Al-Buruj: 21-22)
Lauhul Mahfuz itu sendiri merupakan tempat tahapan dari segala hal ditentukan
dan diputuskan.
2. Al-Qur’an diturunkan Allah ke Baitul Izzah (Sama Ad-Dunya/langit dunia) secara
sempurna pada malam Lailatul Qadar
Pernyataan ini didasarkan pada firman Allah yang berbunyi
‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْل ٰنهُ فِ ْي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam al-
qadar.” (Q.S. Al-Qadr:1)
‫ْن‬vَ ‫اِنَّٓا اَ ْن َز ْل ٰنهُ فِ ْي لَ ْيلَ ٍة ُّم ٰب َر َك ٍة ِانَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِري‬
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi
dan Sesungguhnya Kami adalah para pemberi peringatan.” (Q.S. Ad-Dukhan:3)
3. Al-Qur’an di turunkan dari Baitul Izzah kepada Rosulullah SAW secara
bertahap/berangsur angsur
Pernyataan ini didasarkan pada firman Allah yang berbunyi
ٍ ‫اس ع َٰلى ُم ْك‬
‫ث َّونَ َّز ْل ٰنهُ تَ ْن ِز ْياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ ٰانًا فَ َر ْق ٰنهُ لِتَ ْق َراَ ٗه َعلَى الن‬
Artinya : “Al-Qur’an itu telah Kami turunkan dengan berangsur angsur agar
kamu membacakannya perlahan lahan kepadamanusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.”(Q.S Al-Isra:106)
‫ت ِّمنَ ْاله ُٰدى َو ْالفُرْ قَا ۚ ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّشه َْر‬ ٍ ‫اس َوبَي ِّٰن‬ِ َّ‫ضانَ الَّ ِذيْٓ اُ ْن ِز َل فِ ْي ِه ْالقُرْ ٰانُ هُدًى لِّلن‬ َ ‫َش ْه ُر َر َم‬
َ‫ص ْمهُ ۗ َو َم ْن َكانَ َم ِر ْيضًا اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر فَ ِع َّدةٌ ِّم ْن اَي ٍَّام اُ َخ َر ۗ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َواَل ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُعس َْر ۖ َولِتُ ْك ِملُوا ْال ِع َّدة‬ ُ َ‫فَ ْلي‬
َ‫َولِتُ َكبِّرُوا هّٰللا َ ع َٰلى َما ه َٰدى ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُوْ ن‬

4
Muhammad Solikhin, Di Balik 7 Hari Besar Islam: Sejarah, Makna dan Amaliah (Yogyakarta:
Penerbit Garudhawaca, 2012), hlm. 113
5
M Ghufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2003), hlm.15
Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan , bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara haq dan yang
batil). (Q.S. Al-Baqarah:185)

Diturunkannya Al-Qur’an yang bersifat alami dan secara berangsur itu dapat
meningkatkan mutu pendidikan umat Islam untuk membentuk kepribadian,
memperbaiki jiwa, meluruskan perilakunya, dan juga untuk menyempurnakan
eksistensinya sendiri. Sebagaimana yang telah kita ketahui, segala sesuatu yang Allah
SWT. turunkan pasti mengandung hikmah dan tujuan. Begitu pula dengan
diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur. Hikmah dan tujuan dari
diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur di antaranya adalah sebagai
berikut:6

1. Untuk meneguhkan hati Rasulullah SAW dalam menerima dan menyampaikan Al-
Qur’an kepada umat Islam. Banyak terdapat dalam Al-Qur’an ayat-ayat yang
secara langsung meminta Nabi Muhammad SAW. untuk bersabar dalam
menyebarkan ajarannya, seperti QS. Al-An’am ayat 33-34 dan QS. Al-Ahqaf ayat
35.

2. Sebagai mu’jizat bagi Nabi Muhammad SAW untuk menjawab dan mematahkan
tuduhan dari orang-orang kafir. Banyak sekali orang-orang kafir memberikan
pertanyaan kepada Rasulullah dengan tujuan untuk melemahkan, menantang, juga
untuk menguji kenabian Rasulullah.

3. Untuk memudahkan Nabi dalam menghafal lafadz Al-Qur’an.

4. Memudahkan umat pada masa itu untuk menghafal, mencatat, dan memahami Al-
Qur’an. Diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur juga mempermudah
Nabi untuk menghafal dan memahaminya. Karena Nabi sangat takut jika Al-
Qur’an tidak menetap di hatinya. Hal ini memberikan dampak positif bagi
umatnya, karena mereka mengandalkan kekuatan akal dalam menghafal.

5. Untuk memberi kesempatan sebaik-baiknya kepada umat Islam untuk


meninggalkan sikap-sikap mental atau tradisi-tradisi jahiliyah yang negatif secara
bernagsur-angsur.

6
M Ghufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2003), hlm. 17
6. Untuk menjawab problematika masyarakat. Hal ini menerangkan tentang hal-hal
yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi masyarakat jahiliyah pada masa itu.

7. Mengetahui Nasikh dan Mansukh di dalam Al-Qur’an yang ada kaitannya dengan
hukum.

8. Memberikan pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan umat dan juga dalam
dakwah Islam.

Turunnya ayat ayat Al-Qur’an di waktu tertentu pasti terdapat Asbab an-
nuzulnya., Asbab an-nuzul dapat diartikan sebagai kejadian yang terjadi pada masa
Rosullullah atau suatu pertanyaan yang ditunjukan kepada Rosulullah, yang kemudian
turunlah ayat yang menjelaskan mengenai kejadian tersebut dan menerangkan
hukumnya7. Adanya Asbabun nuzul memiliki beberapa fungsi yang diantaranya, untuk
mengetahui hikmah hikmah atas adanya pensyariatan hukum, mememastikan makna ayat
ayat dalam Al-Qur’an yang rancu, mengetahui kepada siapa ayat tersebut ditujukan,
memudahkan untuk memahami dan menetapkannya dalam hati setiap orang yang
membaca atau pendengarnya, dan masih banyak lagi8.
Para ahli Al-Qur’an membagi sejarah turunnya Al-Qur’an berdasarkan tujuan
pokok Al-Qur’an menjadi tiga periode. Yang mana pada hakikatnya, periode pertama
dan kedua berisi kumpulan ayat makiyyah dan periode ketiga berisi kumpulan ayat
madaniyah9.
1. Periode Pertama
Periode ini berlangsung selama 4-5 tahun. Pada periode ini, wahyu yang
diturunkan berkisar dalam tiga hal yaitu pendidikan bagi Nabi Muhammad dalam
bentuk kepribadian, pengetahuan mengenai sifat-sifat dan perbuatan Allah, dan
keterangan akhlaq islamiyah serta bantahan bantahan terhadap perilaku bangsa
jahiliyah pada masa itu.
2. Periode Kedua
Periode ini berlangsung selama 8-9 tahun. Dalam periode inilah mulai terjadi
percekcokan dan pertarungan hebat antara kaum muslimin dengan kaum jahiliyah.
Dimulai dari fitnah, intimidasi, hingga penganiayaan. Pada periode ini, ayat Al-

7
Heriyanto, “ASBAB AN NUZUL DALAM WACANA TEOLOGI ASY’ARIYYAH” dalam jurnal
Suhuf, Vol. 10 No.1 Juni 2017, hlm. 104
8
Muizattul Hasanah, “STUDI NUZULUL QUR’AN DALAM KAJIAN AL-QUR’AN” dalam
TAFAKKUR: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 2022 hlm. 61
9
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 1996), hlm. 20
Qur’an yang diturunkan menjelaskan tentang kewajiban kaum muslim berdasarkan
kondisi saat itu dan banyak berbicara mengenai permasalahan akidah dan akhlak
sosial. Dalam periode ini terdapat beberapa ayat ayat ancaman, kecaman, dan
peringatan yang dilayangkan kepada orang orang musyrik dan juga ayat ayat
mengenai keesaan tuhan dan kepastian hari kiamat.
3. Periode Ketiga
Periode ini berlangsung selama 10 tahun. Pada periode inilah kaum muslimin
sudah bisa beribadah dengan lebih tenang dan bebas dikarenakan mereka sudah
berhijrah ke Madinah yang mana ajaran islam sudah diterima dengan baik disana.
Ayat yang turun pada periode ini, membicarakan seputar aturan syariat, hak dan
kewajiban, tindakan kriminal, dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan
masyarakat yang bersifat bimbingan dan motivasi kepada kaum muslimin. Sehingga
ayat ayat yang diturunkan cenderung lebih panjang jika dibandingkan dengan periode
sebelumnya yang ayat ayatnya cenderung singkat dan beritme.

C. Lailatul Qadar dan Nuzulul Qur’an


Lailatul Qadar merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an secara sekaligus ke
Baitul Izzah di Sama Ad-Dunya10. Malam ini merupakan suatu malam mulia di bulan
Ramadan yang dipenuhi oleh berkah dari Allah dan digambarkan sebagai malam yang
lebih baik dari seribu bulan. Sedangkan Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an) secara
istilah dapat diartikan penyampaian informasi (wahyu) oleh Allah ke alam nyata yang
berasal dari alam gaib, melalui malaikat Jibril kepada Rosulullah SAW dan melalui
proses yang tertata dan teratur11.
Beberapa Ulama berpendapat bahwa Malam Lailatul Qadar terdapat di malam
malam ganjil pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, didasarkan pada Hadist yang
mana Rosulullah SAW beritikaf pada 10 hari terakhir di bulan ramadhan dan beliau
bersabda “Carilah Lailatul Qadar pada malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan.” (H.R Bukhari dan Muslim)
Pendapat lain juga menyatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam ke-21
di bulan Ramadhan didasarkan pada hadist dari Abu Said Al-Khuduri yang berkata:
“Rasulullah SAW beritikaf pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan. Pada suatu
tahun setelah beliau sampai pada malam 21 yang seharusnya beliau keluar dari itikaf
10
M Ghufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2003), hlm. 15
11
Muizattul Hasanah, “STUDI NUZULUL QUR’AN DALAM KAJIAN AL-QUR’AN” dalam
TAFAKKUR: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 2022 hlm. 48
pada pagi harinya”, beliau berkata: “Barangsiapa turut beri’tikaf bersamaku, hendaklah
ber’tikaf pada puluhan yang terakhir. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku malam al-
Qadar. Kemudian aku dijadikan lupa. Aku bersujud pada paginya di air dan tanah.
Karena itu carilah dia di puluhan yang akhir, carilah dia di tiap-tiap malam yang ganjil.”
Lalu Abu Said berkata: “Maka turunlah hujan pada malam itu, sedangkan masjid diatapi
dengan daun kurma dan meneteslah air ke lantai. Kedua mataku melihat Rasulullah
kembali dari masjid, sedangkan padadahinya nampak bekas air dan tanah, yaitu pada
malam 21.”
Kemudian ada juga tang menyatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada malam
ke-27 di bulan Ramadhan didasarkan pada hadist dari zir bin hubaisy, yang dia berkata
kepada Ubay bin Kaab, “Sampaikan kepadaku tentang Lailatul Qadar. Karena saudaramu
Abdullah bin Masud, ditanya tentang Lailatul Qadar kemudian dia menjawab: “Siapa
yang menghidupkan malam setahun penuh, pasti memperoleh malam Lailatul Qadar?”
lalu Ubay bin Kaab berkata: Semoga Allah mengampunimu. Sungguh dia telah
mengetahui bahwa Lailatul Qadar itu ada di bulan Ramadhan dan tepatnya pada malam
ke-27. Dia (Abdullah bin Masud) bersumpah Lailatul Qadar ada di malam ke-27.”
Kemudian Zir bertanya kepada Ubay bin Kaab: “bagaimana cara engkau
mengetahuinya?” Ubay menjawab: “Dengan tanda yang telah disampaikan oleh
Rosulullah kepada kami, yaitudi pagi harinya matahari seperti belanga hingga meninggi”
(HR. Ibnu Khuzaimah)
Nuzulul Qur’an secara singkat, dimaksudkan sebagai diturunkannya Al-Qur’an
dari Baitul Izzah sesuai kebutuhan atau secara berangsur angsur kepada Rosulullah
SAW. Seperti yang sudah disinggung diatas, ayat yang pertama kali diturunkan berupa
Q.S Al-Alaq ayat 1-5 yang turun pada saat Rosulullah berada di Gua Hira.
Para Ulama memiliki perbedaan pendapat mengenai peristiwa ini. Namun,
pendapat yang paling banyak dipakai oleh masyarakat Indonesia itu sendiri, adalah
pendapat yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan,
yang didasarkan pada Qur’an Surat Al-Anfal ayat 41 yang berbunyi
‫َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَنَّ َما َغنِ ْمتُ ْم ِّم ْن َش ْي ٍء فَا َ َّن هّٰلِل ِ ُخ ُم َسهٗ َولِل َّرسُوْ ِل َولِ ِذى ْالقُرْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس ِك ْي ِن َوا ْب ِن ال َّسبِ ْي ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم‬
‫ٰا َم ْنتُ ْم بِاهّٰلل ِ َو َمآ اَ ْن َز ْلنَا ع َٰلى َع ْب ِدنَا يَوْ َم ْالفُرْ قَا ِن يَوْ َم ْالتَقَى ْال َج ْم ٰع ۗ ِن َوهّٰللا ُ ع َٰلى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي‬
Artinya: “Dan ketahuilah, sesungguhnya segala yang kamu peroleh sebagai
rampasan perang, maka seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak yatim, orang
miskin dan ibnu sabil, (demikian) jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang
Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqan, yaitu pada hari
bertemunya dua pasukan. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Kata “di hari Furqan” pada ayat di atas merujuk pada hari dimana terjadinya
pertemuan dua pasukan yaitu pertempuran di kota Badar atau yang biasa kita ketahui
sebagai perang Badar yang terjadi pada hari jum’at 17 Ramadhan tahun 2 H. perang ini
merupakan perang yang terjadi antara pasukan muslim dan pasukan kafir yang termasuk
peperangan paling bersejarah dalam islam.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan turunnya Al-Qur’an
tidak dapat diketahui secara spesifik. Itu tergantung kepada kepercayaan setiap orang
akan mengikuti yang mana (terkait dengan perayaan Lailatul Qadar yang biasanya
dirayakan kaum muslim) dikarenakan semua pendapat memiliki dasar dasarnya masing
masing dan tidak perlu diperdebatkan.

D. Cara Penurunan Wahyu Kepada Rosulullah SAW


Allah memberikan wahyu berupa Al-Qur’an kepada Rasulullah melalui beberapa
cara, yakni:
1. Dengan perantara malaikat Jibril
Cara turunnya Al-Qur’an kepada malaikat jibril menurut pendapat Ulama yaitu:
- Malaikat Jibril menerima melalui pendengaran dari Allah menggunakan lafaznya
secara khusus
- Malaikat Jibril menghafalnya dari Lauhul Mahfuz
- Maknanya disampaikan kepada malaikat Jibril, sedangkan lafaznya dari malaikat
Jibril atau dari Rosulullah SAW12
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, pendapat yang dijadikan pendapat oleh
ahlussunah wal jamaah adalah pndapat yang pertama bahwa Al-Qur’an adalah kalam
Allah dengan lafaznya.
‫الحارث بن هشام رضي هللا عنه سأل رسو َل هللا صلى هللا عليه وسلم‬ َ َّ ‫عن عائشة ُأ ِّم المؤمنين رضي هللا عنها‬
‫أن‬
‫صلَة‬ َ ‫ «أحْ يانًا يَْأتِيني ِم ْث َل‬: ‫ك ال َوحْ ُي؟ فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
َ ‫ص ْل‬ َ ‫ كيف يْأتِي‬،‫رسول هللا‬
َ ‫ يا‬:‫فقال‬
‫ك َر ُجاًل فيُ َكلِّ ُمني فَأ ِعي ما‬
ُ َ‫ وأحيانًا يتمثَّ ُل لي ال َمل‬،‫ْت عنه ما قال‬ َّ ‫ وهو َأش ُّده عل‬،‫الج َرس‬
ِ ‫ فيَ ْف‬،‫ي‬
ُ ‫ص ُم عنِّي وقد َو َعي‬ َ
‫وإن َجبِينَه‬ ِ ‫ فيَ ْف‬،‫اليوم الشدي ِد البرْ ِد‬
َّ ‫ص ُم عنه‬ ِ ِ ‫ ولقد رأيتُه‬: ‫ قالت عائشة رضي هللا عنها‬.»‫يقول‬
‫ينزل عليه ال َوحْ ُي في‬
‫ص ُد َع َرقًا‬
َّ َ‫لَيَتَف‬.

12
Syekh Manna Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 38
Artinya:“ Dari Aisyah Ummul Mukminin RA, bahwa Al-Harist bin Hisyam
(radiyallahu 'anhu) bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah, bagaimana
caranya wahyu turun kepadamu?" Maka Rasulullah SAW menjawab, "Terkadang
datang kepadaku seperti suara gemerincing lonceng dan cara ini yang paling berat
bagiku, lalu terhenti dan aku sudah memahami apa yang disampaikan. Dan terkadang
datang Malaikat menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepadaku maka aku pun
mengerti apa yang diucapkannya." Aisyah RA berkata, "Sungguh aku pernah melihat
turunnya wahyu kepada beliau pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhenti, dan
aku lihat dahi beliau mengucurkan keringat."
Dalam hadis diatas, dapat disimpulkan bahwa malaikat Jibril menurunkan wakyu
kepada Rosulullah melalui beberapa cara yaitu:
a. Melalui dentingan lonceng
Malaikat datang seperti suara lonceng, kemudian membisikkan wahyu ke
dalam hati Rasulullah. Dalam riwayat Muslim “min mitsli shalshalah” berarti suara
yang dihasilkan dari benturan antar besi yang menimbulkan suara denging. Dan
“jaras” adalah kerincingan atau lonceng kecil yang diganyungkan pada kepala
hewan. Sedangkan Al-Karmani menjelaskan bahwa “shalshalah” adalah suara
malaikat ketika menyampaikan wahyu atau suara sayap malaikat. Dan “jaras”
adalah lonceng kecil berisi potongan kuningan yang digantungkan pada leher onta.
Apabila wahyu datang kepada Rasulullah Saw dengan cara ini, beliau
mengumpulkan seluruh kesadarannya untuk lebih berkonsentrasi dalam menerima,
menghafal, dan memahaminya. Sehingga menurut Rasulullah, cara penyampaian
wahyu seperti ini merupakan cara paling terberat. Karena, memahami perkataan
dengan bunyi lonceng itu lebih sulit daripada memahami perkataan secara
langsung. Cara penurunan wahyu seperti ini biasanya membicarakan tentang adzab
dan ancaman13.
b. Menampakan diri seperti seorang laki laki
Dalam penyampaian wahyu melalui cara ini Rasulullah merasa lebih ringan
daripada cara sebelumnya, dikarenakan ada kesesuaian antara pendengar dan
pembicara. Dalam keadaan ini, Malaikat jibril akan mengucapkan kepadanya kata
kata hingga beliau benar benar mengetahui dan hafal akan kata kata tersebut14.

13
Ibnu Hajar Al Asqakani, Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari yang diteliti oleh Syaikh
Abdul Aziz Abdullah bib Baz (Jakarta Selatan:Pustaka Azzam), hlm. 33
14
M Ghufran dan Rahmawati, Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2003), hlm. 18
2. Tanpa melalui perantara
Penyampaian wahyu tanpa perantara ini, dapar berupa mimpi tang benar dalam
tidur seperti yang dijelaskan dalam shahih Muslim, dari Anas, dia berkata:
‫ظه ُِرنَا ِإ ْذ َأ ْغفَى ِإ ْغفَا َءةً ثُ َّم َرفَ َع َرْأ َسهُ ُمتَبَ ِّس ًما فَقُ ْلنَا َما‬
ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َذاتَ يَوْ ٍم بَ ْينَ َأ‬ َ ِ ‫بَ ْينَا َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ ف‬.‫ ِإنَّا َأ ْعطَ ْينَاكَ ْال َكوْ ثَ َر‬، ‫َّح ِيم‬
َ‫ص ِّل لِ َربِّك‬ ِ ‫ي آنِفًا سُو َرةٌ فَقَ َرَأ (بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ِن الر‬ َّ َ‫ت َعل‬ ْ َ‫ك يَا َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل ُأ ْن ِزل‬ َ ‫َأضْ َح َك‬
)ُ‫ ِإ َّن َشانَِئكَ هُ َو اَأْل ْبتَر‬. ْ‫َوا ْن َحر‬
“Pada suatu hari ketika Rasulullah di antara kami, tiba-tiba beliau mendekur,
kemudian mengangkat kepalanya dalam keadaan tersenyum, maka kami bertanya,
'Apa yang membuatmu tertawa wahai Rasulullah? ' Beliau menjawab, 'Baru saja
diturunkan kepadaku suatu surat, lalu beliau membaca, 'Bismillahirrahmanirrahim,
Inna A'thainaka al-Kautsar Fashalli Lirabbika Wanhar, Inna Syani'aka Huwa al-
Abtar”.
Mungkin dalam keadaan mendekur ini merupakan keadaan yang dialami beliau
ketika menerima wahyu. Mimpi yang benar bagi para nabi di waktu tidur itu
merupakan bagian pertama dari sekian macam cara Allah berbicara15.

E. Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an


Berikut ini beberapa hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an kepada umat manusia
antara lain:
1. Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi manusia, baik manusia secara
umum ataupun manusia yang beriman dan bertaqwa.
2. Al-Qur’an diturunkan Allah sebagai pemisah antara hal hal yang haq dan yang bathil.
Yaitu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh atau yang diharamkan
untuk dilakukan.
3. Al-Qur’an sebagai obat (Asy-Syifa). Seperti yang dijelaskan dalam beberapa hadist
Nabi Muhammad SAW, bahwa Al-Qur’an merupakan obat dari penyakit hati dan
mental yang dapat memberikan pencerahan kepada siapa saya yang membaca dan
mengamalkannya.

15
Syekh Manna Al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Terj. H. Aunur Rafiq El-Mazni, Lc. MA
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), hlm. 41
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
.....Al-Qur’an merupakan kalamullah berbahasa arab yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad sebagai nabi terakhir dengan perantara malaikat Jibril sebagai penyampai wahyu,
dan merupakan kitab suci umat Islam yang wajib untuk dipelajari dan di dalamnya termuat
petunjuk berkaitan dengan syariah, akidah, dan akhlaq.
Penurunan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad melalui beberapa fase atau tahapan,
yaitu Al-Qur’an di simpan Allah di Lauhul Mahfuz, lalu diturunkan ke Baitul Izzah (Sama
Ad-Dunya/langit dunia) secara sempurna pada malam Lailatul Qadar, hingga kemudian
diturunkan kepada Rosulullah SAW secara bertahap/berangsur angsur pada bulan Ramadhan
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia. Turunnya ayat ayat Al-Qur’an di waktu
tertentu pasti terdapat Asbab an-nuzulnya., Asbab an-nuzul dapat diartikan sebagai kejadian
yang terjadi pada masa Rosullullah atau suatu pertanyaan yang ditunjukan kepada Rosulullah,
yang kemudian turunlah ayat yang menjelaskan mengenai kejadian tersebut dan menerangkan
hukumnya.
Lailatul Qadar merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an secara sekaligus ke Baitul
Izzah di Sama Ad-Dunya. Sedangkan Nuzulul Qur’an (turunnya Al-Qur’an) secara istilah
dapat diartikan penyampaian informasi (wahyu) oleh Allah ke alam nyata yang berasal dari
alam gaib, melalui malaikat Jibril kepada Rosulullah SAW dan melalui proses yang tertata
dan teratur. Para Ulama memiliki perbedaan pendapat terkait kapan tepat terjadinya dua
peristiwa ini, sehingga terpecah menjadi beberapa pendapat.
Allah memberikan wahyu berupa Al-Qur’an kepada Rasulullah melalui beberapa cara
beik dengan atau tanpa perantara. Penurunan wahyu melalui perantara malaikat Jibril, dapat
dilakukan dengan melalui dentingan lonceng ataupun menampakan diri seperti seorang laki
laki sedangkan penurunan wahyu tanpa perantara yaitu berupa mimpi.
DAFTAR PUSTAKA

Al Asqakani, Ibnu Hajar. Fathul Baari Penjelasan Kitab Shahih Al Bukhari yang diteliti oleh
Syaikh Abdul Aziz Abdullah bib Baz. Jakarta Selatan:Pustaka Azzam.

Al-Qathan, Syekh Manna. 2005. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an. Terjemahan: H. Aunur
Rafiq El-Mazni, Lc. MA. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Ghufron, M dan Rahmawati. 2003. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Penerbit Teras.

Hasanah, Muizattul. 2022. “STUDI NUZULUL QUR’AN DALAM KAJIAN AL-QUR’AN”


dalam TAFAKKUR: Jurnal Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Vol. 3 No. 1 hlm 46-63.

Heriyanto. 2017. “ASBAB AN NUZUL DALAM WACANA TEOLOGI ASY’ARIYYAH”


dalam jurnal Suhuf, Vol. 10 No.1 hlm. 101-120.

Shihab, M. Quraish. 1996. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Penerbit Mizan.

Solikhin, M. 2012. Di Balik 7 Hari Besar Islam: Sejarah, Makna dan Amaliah. Yogyakarta:
Penerbit Garudhawaca.

Suma, M Amin. 2013. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai