MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Perkuliahan Ulumul Qur’an
Oleh Kelompok:
Supiatun Hapizah (210603062)
Didik Ardian (210603076)
Ilham Jayadi (210603064)
B.Rumusan Masalah
Apa pengertian nuzul al-qur’an dan bagaimana prosesnya?
Bagaimana sejarah penulisan al-quran pada masa Nabi?
Bagaimana sejarah pembukuan al-quran pada masa khulafa’ al-rasyidin?
C.Tujuan
Untuk mengetahui pengertian nuzul al-qur’an dan bagaimana prosesnya.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah penulisan al-quran pada masa Nabi.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah pembukuan al-quran pada masa khulafa’ al-
rasyidin.
BAB II
PEMBAHASAN
Alquran pertama kali diturunkan di Gua Hira pada 17 Ramadan. Momen inilah
yang kini diperingati sebagai peristiwa nuzulul quran. Proses turunnya berbeda
dengan kitab-kitab lainnya. Menurut Manna Al-Qaththan, terdapat sejumlah mazhab
mengenai proses turunnya Alquran. Pertama, menurut Ibnu Abbas, turunnya Alquran
terjadi secara sekaligus ke Baitul Izzah di langit untuk menunjukkan kepada para
malaikat betapa besarnya malam ini. Setelah itu, Alquran diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW secara bertahap selama 23 tahun.
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah al-Qur‘an yang mulia, yang (tersimpan)
dalam Lauh Mahfudz”. (Q.S. Al-Buruj ayat 21-22).
ث َونَ َّز ْلنهُ تَ ْن ِز ْياًل ِ ََّوقُرْ آنً فَ َر ْقنهُ لِتَ ْق َرَأهُ عَل َى الن
ٍ اس َعلَى ُم ْك
“Dan Al-Qur‘an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kami
menbacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian
demi bagian” (Q.S Al-Isra’ ayat 106).
"Aku adalah jar (tetangga) Rasulullah. Apabila turun wahyu, beliau mengutus
(seseorang) kepadaku, maka aku pun menulis wahyu tersebut" (HR Abu Dawud).
Menurut sebagian para ulama ada dua cara yang terjadi di masa Rasulullah
SAW dalam upaya menjaga Al-Qur’an. Pertama yaitu Al Jam’u fis Sudur, artinya
para sahabat langsung menghafal wahyu yang diturunkan Allah SWT melalui
malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW. Hal ini sangat mudah dilakukan oleh para
sahabat. Sebab orang Arab memiliki trasidi yang kuat dalam menjaga turast
peninggalan nenek moyangnya. Turast-turast ini biasanya berupa syair atu cerita.
Mereka menggunakan cara menghafal untuk menjaga turast tersebut agar tetap abadi
di sepanjang zaman. Jadi sudah mashur jika orang Arab sangat terkenal dengan
kekuatan daya hafalannya.
Kedua yaitu Al Jam’u fi Suthur, artinya wahyu pertama kali turun kepada
Rasulullah SAW di usianya ke-40 tahun, yaitu yang berjalan selama 12 tahun
sebelum hijrah ke Madinah. Kemudian wahyu terus-menerus turun selama kurun
waktu 23 tahun di Madinah. Rasulullah SAW setiap kali menerima wahyu selalu
membacakannya kepada para sabahat secara langsung dan menyuruhnya untuk
menuliskan sembari melarang untuk menulis hadist, sebab sangat dikhawatirkan akan
bercampur dengan Al-Qur’an. Rasulullah SAW bersabda “Janganlah kamu sekalian
menulis apapun dariku, dan barang siapa menulis dariku selain Al-Qur’an maka
hapuslah.” (H.R. Muslim).
Penulisan Al-Qur’an di masa Rasulullah SAW ini belum terkumpul menjadi
satu mushaf sebab masih berpencar di beberapa pelepah kurma, lempengan batu, daun
lontar dan lain-lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti tidak adanya
pendorong untuk membukukan Al-Qur’an menjadi mushaf karena Rasulullah SAW
masih hidup menyertai mereka, serta masih ada banyak para sahabat yang menghafal
Al-Qur’an, sehingga tidak ada kekhewatiran tentang hilangnya Al-Qur’an.
Waktu itu Khalifah Abu Bakar atas usulan Umar bin al-Khattab membukukan
surat-surat dan ayat-ayat Al-Quran dalam satu mushaf, karena khawatir akan terjadi
perang lagi serta khawatir akan punahnya para qurra’ dan hilangnya Al-Quran karena
kematian mereka. Khalifah memerintahkan kepada sekelompok qurra` sahabat di
bawah pimpinan Zaid bin Tsabit untuk menghimpun Al Quran.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk irak, Abu
Hudzaifah melihat banyak perbedaan dalam cara mambaca Al-Qur’an. Sebagian
bacaan bercampur dengan kesalahan. Tapi masing-masing mempertahankan dan kukuh
pada bacaannya, hingga mereka saling mengkafirkan. Melihat kejadian ini ia
menghadap Khalifah Utsman untuk melaporkan peristiwa yang dilihatnya.
Maka Khalifah Utsman mengetahui bahwa al-Fuqan terancam perubahan dan
penggantian akibat sikap mempermudah dalam menyalin dan memeliharanya, ia
memerintahkan untuk mengambil mushaf yang disimpan oleh Ibunda Hafsah, yakni
merupakan naskah pertama, kemudian memerintahkan kepada lima orang sahabat, yang
di antaranya Zaid bin Tsabit, untuk menyalin mushaf tersebut.
B.Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca
sekalian. Apabila terdapat saran maupun kritik yang sekiranya ingin disampaikan, silahkan
disamaikan kepada kami. Apabila terapat kesalahan mohon untuk memaafkan, kami manusia
taka da yang sempurna yang tak luput dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna‘ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur‘ an. Cet.14. Bogor: Pustaka Litera
AntarNusa,2011
Aziz, Moh. Ali. Mengenal Tuntas Al-Qur‘an. Cet.1. Surabaya: Imtiyaz Surabaya,
2012