2022
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
Pendapat ini didasarkannya pada firman Allah Swt. dalam surat al-Qadr ayat 1
:
3
Artinya: “Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Quran yang mulia,
yang (tersimpan) dalam Lauhul Mahfuzh”
4
Artinya: “Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur
agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami
menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S.. Al Isra: 17/106)
Tahapan Pertama
Tahapan Kedua
5
Hal ini di dasarkan atas Riwayat Ibn abbas berdasarkan firman Allah dalam
surat Adh Dukhan ayat 3, yaitu:
Tahapan Ketiga
6
jiwa manusia, meluruskan prilakunya, membentuk kepribadian dan
menyempurnahkan eksistensinya sendiri.
7
7. Mengetahui nasikh dan Mansukh dalam ayat Alquran yang berkaitan
dengan hukum.
8. Supiana dan Karman dalam jurnal (Kurniasih, Lestari, & Fauzi, 2020)
memberikan pendapat hikmah turunnya Al-Qur’an salah satunya ialah
memberikan pengaruh yang besar dalam proses dakwah Islam dan
pembentukan umat. Pada periode Mekkah diturunkan lebih dahulu
ayat-ayat yang berhubungan dengan Tauhid dan keadilan social.
Barulah pada perioe Madinah di turunkan ayat-ayat tentang hukum
dalam belbagai aspek kehidupan, baik hukum keluarga, harta benda,
pidana dan pemerintahan. Ayat-ayat hukum pun di turunkan secara
bertahap sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu.
8
untuk menerima,menghafal dan memahaminya. Dan suara itu mungkin
sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkannya
didalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori:
“Apabila Allah menghendaki suatu urusan di langit, maka para
malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena tunduk kepada firman-
Nya, bagaikan gemercingnya mata rantai diatas batu-batu licin”
2. Malaikat jibril datang menjelma kepada Rasulullah sebagai seorang
laki-laki dalam bentuk manusia biasa, sehinga rasulullah dapat
melihatnya dengan nyata. Jibril itu lalu menyampaikan wahyu itu
kepadanya, dan beliau dapat memahami dan menghafalkannya. Cara
yang seperti ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya, karena adanya
kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Rasul senang sekali
mendengarkan dari utusan pembawa wahyu itu, karena ia merasa
sepertimanusia yang berhapan dengan saudaranya sendiri. Keadaan
Jibril menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki itu tidaklah
mengharuskania melepas sifat kerohaniannya, dan tidak pula berarti
bahw zatnya telah berubah menjadi seorang laki-laki. Akan tetapi, yang
dimaksudkan adalah dia menampakkan diri dalam bentuk manusia tadi
untuk menyenangkan Rasulullah sebgai manusia. Sedangkan keadaan
pertama yang dialami rasul dalam menerima wahyu tersebut tidaklah
menyenangkan, karena keadaan yang demikian menuntut ketinggian
rohani dari Rasulullah yang seimbang dengan tingkat kerohanian
malaikat.
Menurut Ibn Khaldum seperti yang dikutip Manna’ Qattan dalam keadaan
pertama, “Rasulullah melepaskan kodratnya sebagai manusia yang bersifat
jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya. Sedangkan
dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat berubah dari rohani semata menjadi
manusia jasmani”. Kedua hal tersebut merupakan cara penyampaian wahyu
yang dialami Rasulullah melalui perantara malaikat Jibril. Hal ini sebagaimana
diisyaratkan Allah سبحانه وتعالىdalam surat asy-Syura ayat 51 yang berbunyi:
ي ِب ِاذْن ِٖه َما
َ ِس ْو ًَّل فَي ُْوح
ُ ب ا َ ْو ي ُْر ِس َل َر ِ ّٰللاُ ا اَِّل َو ْحيًا ا َ ْو م ِْن او َر ۤا
ٍ ئ حِ َجا َو َما َكانَ ِل َبش ٍَر ا َ ْن ُّيك َِل َمهُ ه
ي َح ِكيْم َ ٗيَش َۤا ُء ۗ ِاناه
ٌّ ع ِل
9
Artinya:
“ Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berbicara
kepadanya, kecuali dengan perantara wahyu atau dibelakang tabir, atau
dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyuka kepadanya
dengan seizing-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi
lagi Maha Bijaksana” (Q.S. Asy-Syura:15)
َ علَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُ ْرآنَهُ* فَإِذَا قَ َرأْنَاهُ َفات ا ِب ْع قُ ْرآنَهُ * ث ُ ام ِإ ان
علَ ْينَا َ ََّل ت ُ َح ِر ْك ِب ِه ِل
َ سانَكَ ِلت َ ْع َج َل ِب ِه * ِإ ان
*ُبَيَانَه
Artinya:
10
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Q.S Al-
Qiyamah:16-19)
11
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan hal ini melalui
berbagai jalur dari Musa ibnu Abu Aisyah dengan sanad yang sama. Menurut
lafaz Imam Bukhari, disebutkan bahwa apabila Jibril datang, beliau
menundukkan kepalanya; dan apabila Jibril telah pergi, maka beliau
membacanya seperti apa yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. kepadanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id
Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Yahya At-Taimi, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Abu Aisyah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari
Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. apabila wahyu
diturunkan kepadanya, maka beliau mengalami keadaan yang berat karenanya.
Dan apabila wahyu sedang diturunkan kepadanya, hal itu dapat diketahui
melalui gerakan kedua bibirnya. Kedua bibir beliau kelihatan bergerak sejak
awal penurunan wahyu karena khawatir bagian permulaan wahyunya
terlupakan sebelum bagian yang terakhirnya selesai. Maka Allah Swt.
menurunkan firman-Nya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu unluk (membaca)
Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (Al-Qiyamah: 16)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Asy-Sya'bi, Al-Hasan Al-Basri,
Qatadah, Mujahid, dan Ad-Dahhak serta selain merekayang bukan hanya
seorang, bahwa sesungguhnya ayat ini diturunkan berkenaan dengan hal
tersebut.
Ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas
sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu
untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. (Al-
Qiyamah; 16) Bahwa beliau tidak pernah berhenti dari membaca Al-Qur'an
karena takut dijadikan melupakannya. Maka Allah Swt. menurunkan firman-
Nya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur'an karena
hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya. (Al-Qiyamah: 16-17) Yakni Kamilah yang akan
menghimpunkannya untukmu. dan membacanya. (Al-Qiyamah: 17) Yaitu
Kamilah yang akan menjadikan kamu dapat membacanya hingga kamu tidak
akan melupakannya.
12
Ibnu Abbas dan Atiyyah Al-Aufi telah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
penjelasannya. (Al-Qiyamah: 19) Yakni menjelaskan apa-apa yang
dihalalkannya dan apa-apa yang diharamkannya. Hal yang sama dikatakan oleh
Qatadah.
13
beberapa malam dan tidak pulang ke keluarga (isteri) nya,serta untuk ia telah
persiapkan bekal secukupnya. Kemudian Nabi kembali pulang ke rumah
Khadijah ra. Mengambil perbekalan seperti biasanya, sehingga datanglah
kepadanya wahyu yang hak itu, di kala beliau sedang berada di Gua Hira’, Jibril
as. datang kepadanya, seraya berkata : Iqra’ (bacalah) …!. Nabi menceritakan
Jibril merangkul dan mendekapku sampai aku merasa payah, lalu ia
melepaskanku serayaberkata : Iqra’ (bacalah) …!. Aku menjawab : Aku tidak
bisa membaca. Kemudian Jibril as.tidak bisa membaca. Kemudian Jibril as.
merangkul dan mendekapku untuk kedua kalinya sampai aku merasa payah,
lalu ia melepaskanku seraya berkata : Iqra’ (bacalah) …!. Aku tidaka bisa
membaca.kemudian Jibril merangkul dan mendekapku untuk ketiga kalinya,
lalu ia melepaskanku seraya mengatakan : Iqra’ bismirabbikal lazdzi halaq,
khalaqal insana min ‘alaq, Iqra’ warabbukalakram. Rasulullah kembali pulang
kepada Khadijah dengan membawa ayat-ayat itu, disertai dengan hati dengan
hati yang bedebar-debar (Hadits menurut riwayat Bukhari).
Dalam riwayat Imam Muslim juga disebutkan bahwa ayat yang
pertama turun ialah Iqra’ bismirabbika sampai dengan firman-Nya ‘allamal
insana ma lam ya’lam.
Berdasarkan peristiwa besar ini, maka menurut pendapat yang
terkuat mengatakan bahwa ayat yang mula pertama turun kepada Rasulullah
صلى هللا عليه وسلمadalah lima ayat permulaan dari surat al-‘Alaq. Pendapat lain
mengatakan bahwa ayat yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad
صلى هللا عليه وسلمadalah ayat 1 sampai dengan ayat 10 dalam surat al-Mudatstir:
*الرجْزَ َفا ْه ُج ْر* َو ََّل ت َْمنُ ْن ت َ ْست َ ْكث ُِر
ُّ ط ِه ْر* َو َ َيَا أَيُّ َها ْال ُمداثِ ُر* قُ ْم فَأ َ ْنذ ِْر* َو َرباكَ فَ َكبِ ْر* َوثِيَابَكَ ف
*ِير ٍ غي ُْر يَس َ َعلَى ْالكَاف ِِرين َ *ِير
ٌ عس َ ور* فَ َٰذَلِكَ يَ ْو َمئِ ٍذ يَ ْو ٌم
ِ ُص ِب ْر* فَإِذَا نُق َِر فِي ال اناق
ْ َول َِربِكَ فَا
Artinya:
“Hai orang yang berselimut. Bangunlah, lalu berilah peringatan;
dan Tuhanmu, agungkanlah; dan pakaianmu, bersihkanlah; dan perbuatan
dosa, tinggalkanlah’ dan janganlah kamu memberi (dengan maksud)
memperoleh
14
(balasan) yang lebih banyak; dan untuk (memenuhi perintah)Tuhanmu,
bersabarlah apabila ditiup sangkala; maka waktu itu adalah waktu
(datangnya) hari yang sulit”. (Q.S. al-Mudatstir:1-10)
15
Sedangkan mengenai ayat yang terakhir diturunkan pula, para ulama
berbeda pendapat. Sebagian ada yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir
diturunkan ialah surat al-Baqarah ayat 281 yang berbunyi:
ْ ت َوهُ ْم ََّل ي
َُظلَ ُم ْون َ ّٰللا ۗث ُ ام ت ُ َوفهى كُلُّ نَ ْف ٍس اما َك
ْ َسب ِ َواتاقُ ْوا يَ ْو ًما ت ُ ْر َجعُ ْونَ فِ ْي ِه اِلَى ه
Artinya:
“Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada
Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan
apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)”. (Q.S.
al-Baqarah:281)
Pendapat ini merupakan pendapat yang benar dan kuat menurut hasil
seleksi para ulama yang diantara tokohnya Asy-Suyuthi. Pendapat ini dikutip
dari seprangtokoh umat, Abdullah bin Abbas yang diriwayatkan oleh Nasa’i
dari Ikrimah dari Ibnu Abbas yang menyebutkan bahwa ayat Al-Qur’an yang
terakhir diturunkan ialah ayat wattqu yauman turja’una fihi ilallahi.
Pendapat lain pula mengatakan bahwa ayat Al-Qur’an yang terakhir
diturunkan ialah firman Allah سبحانه وتعالىdalam surat al-Maidah ayat 3:
اَّلس َْال َم ِد ْينً ۗا
ِ ْ ُضيْتُ لَكُم َ ُا َ ْليَ ْو َم ا َ ْك َم ْلتُ لَكُ ْم ِد ْينَكُ ْم َواَتْ َم ْمت
ِ علَ ْيكُ ْم نِعْ َمتِ ْي َو َر
Artinya:
“Pada hari ini, telah-Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Ku cukupkan nikmat Ku kepadamu serta telah Ku ridhai bagimu Islam
sebagai agama”. (Q.S. al-Maidah:03)
Menurut Ash-Shabuni pendapat ini merupakan pendapat yang tidak
shahih (benar), karena ayat tersebut diturunkan kepada Rasulullah صلى هللا عليه
وسلمpada waktu beliau melaksanakan haji wada’ dikala beliau wukuf di
‘Arafah, yang setelah itu beliau masih sempat hidup selama 81 hari, dan
sebelum beliau wafat turunlah ayat dari surat al-Baqarah diatas
az-Zarqany pula mengungkapkan kenapa ayat al-Maidah itu bukan
ayat terakhir yang diturunkan…? Padahal ayat tersebut secara jelas
menyatakan pemberitahuan dari Allah سبحانه وتعالىtentang kesempurnaan
16
agama-Nya dan diturunkan pada suatu hari yang disaksikan (banyak orang),
yaitu hari ‘Arafah pada haji Wada’ ditahun ke-10 H…? jawabannya adalah
karena dua bulan lebih setelah ayat tersebut turun dan kiranya anda tidak lupa
bahwa (wattaqu yauman turjau’na fihi illahi) adalah ayat terakhir yang
diturunkan, dan setelah ayat ini turun Rasulullah masih sempat hidup selama
tujuh hari saja.
17
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, M. D., Lestari, D. A., & Fauzi, A. (2020). Hikmah Penurunan Al-Qur'an Secara
Berangsur. MIMBAR Agama Budaya.
Yasir, M., & Jamaruddin, A. (2016). Studi Al-Qur'an. Pekanbaru-Riau: Asa Riau (CV. Asa
Riau).
19