Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUDI AL-QUR'AN

“NUZUL/TANZIL AL-QUR'AN: PROSES NUZUL, HIKMAH TURUN SECARA


BERANGSUR”

Dosen Pengampu : Hairul Amri M.ag

Di susun oleh:

Asyifa Andini Putri : 12320822435

Putri Aurelya : 12320823692

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TP.2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hadiahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul
“Nuzul/Tanzil Alquran: Proses nuzul, hikmah turun secara berangsur” ini dengan tepat
waktu.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur'an.
Penulis berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca semua,
dan tentunya dapat menambah wawasan.
Tak lupa ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
terlibat dalam menyelesaikan makalah ini yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini kedepannya.

Pekanbaru,18 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
1.1. Latar belakang...........................................................................................................1
1.2. Rumusan masalah..................................................................................................... 2
1.3. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................... 3
A. Pengertian Nuzul Al-Qur'an...................................................................................... 3
B. Proses Nuzul Al-Qur'an..............................................................................................5
C. Hikmah Turunnya Al-Qur'an secara Berangsur-Angsur............................................6
BAB III PENUTUP................................................................................................................8
1.1. Kesimpulan...............................................................................................................8
1.2. Saran..........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Lartar belakang

Peristiwa Nuzulul Quran merupakan peristiwa dimana kitab suci Al-Quran


diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu pertama dan tanda
dimulainya kenabian Rasulullah SAW. Menurut bahasa, Nuzulul Quran terdiri atas
dua kata, yaitu 'Nuzulul' dan 'Quran'. Nuzulul berarti menurunkan sesuatu dari tempat
yang tinggi ke tempat yang rendah dan Quran berasal dari kata Al-Quran, yaitu kitab
suci umat Muslim. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Nuzulul Quran
merupakan peristiwa turunnya Al-Quran dari tempat yang tinggi (Lauful Mahfuz) ke
bumi. Turunnya Al-Quran ini diperantarai oleh Malaikat Jibril.
Hari itu, 17 Ramadhan 610 M, Nabi Muhammad SAW yang berusia 40 tahun
sedang menyendiri di Gua Hira. Tiba-tiba sosok asing dan besar menghampirinya.
Sosok tersebut adalah Malaikat Jibril. Tubuh Rasulullah SAW bergetar karena
terkejut dan ketakutan dengan kehadiran Malaikat Jibril. Malaikat Jibril pun
memeluk Rasulullah yang gemetar kemudian mengucapkan kata "Iqra’" sebanyak
tiga kali. Kata "iqra" ini memiliki makna "bacalah". Rasulullah yang ketakutan pun
menjawab "Aku belum mengenal bacaan,". Kemudian, Malaikat Jibril pun
melanjutkan perkataannya dengan ayat Al-Alaq 1-5 yang berbunyi:
Artinya: "Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya." Surat Al-Alaq ini
pun menjadi wahyu pertama sekaligus surat pertama di dalam Al-Quran yang
disampaikan kepada Rasulullah SAW. Al-Quran kemudian diturunkan ke bumi
secara bertahap selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari dan menjadi pedoman hidup
umat Muslim hingga saat ini.

1
1.2. Rumusan masalah
a. Pengertian Nuzul Quran
b. Proses Nuzul Qur'an
c. Hikmah Turunnya Al-Qur'an secara Berangsur-Angsur
1.3. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu nuzul qur'an
b. Untuk mengetahui bagaimana proses nuzul qur'an
c. Untuk mengetahui hikmah turunnya al-qur'an secara berangsur-angsur

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nuzul Qur'an
Al-Qur'an secara bahasa (etimologi) adalah isim masdar dari kata "Quranan"
dengan makna isim maf'ul yang artinya "yang dibaca". Dari segi istilah (terminologi)
Al-Qur'an adalah kitabullah yang mengandung i'jaz, yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang termaktub dalam mushaf, yang disampaikan dengan cara
mutawatir dan dinilai ibadah bagi yang membacanya. 1
Definisi Nuzul al-Qur'an secara etimologi yaitu, Nuzul Al-Qur'an terdiri atas
dua kata dalam bahasa Arab, yakni nuzul dan Al-Qur'an. Kata nuzul adalah bentuk
masdar dari nazala – yanzulu – nuzulan yang menurut Ibn Faris bermakna turunnya
sesuatu atau jatuhnya. Sedangkan menurut Ragib al-Asfahani, kata tersebut berarti
turun dari ketinggian. Dawud Al-'Attar mengartikan kata nuzul dengan arti tiba
tempat dari ketinggian. Kata ketinggian disini menunjukkan tempat, berkenaan
dengan Rasulullah SAW., Al-Qur'an turun dari arah yang tinggi, karena itu proses
diwahyukannya al-Qur'an dinamakan nuzul artinya tiba ditempat dari ketinggian.2
Imam Al-Ja’bari mengatakan bahwa nuzulul Qur'an (turunnya Al-Qur'an) itu
terbagi menjadi dua bagian: satu bagian turun sejak awal (tidak ada sebab
musababnya), sedangkan bagian yang lainnya itu turun disertai dengan adanya
peristiwa atau adanya pertanyaan.3
Al-Qur'an sebagai wahyu Allah Swt. diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. dengan perantaraan malaikat Jibril as. sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an
surat as-syuara ayat 192-195. Ayat tersebut menjelaskan bahwa al-qur'an adalah
Kalam Allah yang dituangkan oleh malaikat Jibril as ke dalam hati Rasulullah SAW
dengan lafadznya berbahasa Arab. Maksud turunan disini bukanlah turunnya yang
pertama kali ke langit dunia, tetapi yang dimaksudnya adalah turunnya Al-Qur'an itu
secara bertahap. Sebagai ungkapan (untuk arti menurunkan) dalam ayat di atas
menggunakan kata "tanzil". Menurut ahli bahasa antara kata "tanzil" dengan "inzal"
berbeda pengertiannya. Kata "tanzil" berarti turun secara berangsur-angsur, sedang
"inzal" hanya menunjukkan turun atau menurunkan dalam arti umum. Dengan

1
H. Chatubul Umam dkk, Belajar Membaca Al-Qur’an dengan lagu, (Jakarta:Biro Bina
Mental Spritual DKI,1991), hlm. 12
2
Achmad Abu Bakar dkk, HIKMAH EDUKATIF NUZUL AL-QUR`AN, Jurnal ushuluddin, (2022), Vol.24 No 2,
hlm.156
3
Imam Suyuhti, Studi Al-Qur`an Komprehensif, (Surakarta:Indiva Pustaka, 2008), hlm. 123

3
demikian, dapat dipahami bahwa penurunan Al-Qur'an adalah secara bertahap dan
berangsur-angsur, bukan sekaligus seperti halnya kitab kitab suci terdahulu.
Asy-Sya'bi menyebutkan bahwa Al-Qur'an mula-mula turun pertama kalinya
pada malam qadar (lailatul qadr) di bulan Ramadhan. Kemudian setelah itu turunnya
berlanjut secara berangsur-angsur sesuai dengan kejadian dan pristiwa selama kurang
lebih 23 tahun. Pendapat ini didasarkannya pada firman Allah Swt. dalam surat Al-
Qadr ayat 1 :
‫ِاَّنٓا َاْنَز ْلٰن ُه ِفْي َلْيَلِة اْلَقْد ِر‬.
Artinya: Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Al-Qur`an) pada malam qadar.

Ibnu Abbas dan sejumlah ulama lainnya yang dapat dipercaya menyebutkan
bahwa yang dimaksud turunnya Al-Quran dari ayat-ayat di atas adalah turunnya Al-
Quran sekaligus ke Baitul 'izzah di langit dunia, agar para malaikat menghormati
kebesarannya. Kemudian setelah itu Al-Quran diturunkan kepada Rasul secara
bertahap selama 23 tahun sesuai dengan pristiwa dan kejadian-kejadian sejak ia diutus
sampai wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada hadis-hadis dari Ibn Abbas dalam
beberapa riwayat, antara lain hadis yang diriwayatkan oleh Hakim:

"Al-Quran itu dipisah dipisahkan dari Al-Dzikr, lalu diletakkan di Baitul 'Izaah di
langit pertama, kemudian disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Saw."

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa penurunan Al-Qur'an itu


ada dua cara; yaitu sekaligus dan secara terpisah (berangsur-angsur). Pengertian
turunnya Al-Qur'an tahap pertama adalah turunnya Al-Qur'an sekaligus dari Lauhul
Mahfudz ke Baitul 'Izzah di langit dunia (langit lapis pertama). Sedangkan yang
dimaksud turunnya Al-Qur'an cara kedua pula adalah turunnya Al-Qur'an secara
berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan secara bertahap, sebagiannya menjelaskan
bagian yang lain sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, serta selaras pula dengan
kepentingan-kepentingan yang dihadapi Rasulullah dan kaum muslimin, yang
diperkirakan dari permulaan sampai ayat yang terakhir turun.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebelum diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw., Al-Qur'an telah tertulis di Lauhul Mahfudz. Kemudian penurunan
selanjutnya, Al-Qur'an itu diturunkan secara lengkap ke Baitul 'Izzah di langit
pertama, dan terakhir diturunkan secara terpisah dan berangsur-angsur sejalan dengan

4
peristiwa-peristiwa tertentu. Justru itu, tidaklah tepat bila dikatakan bahwa penurunan
Al-Qur'an itu hanya satu malam dan satu bulan, yaitu bulan Ramadhan saja. Akan
tetapi Al-Quran diturunkan secara berangasur-angsur di sepanjang hari dan bulan,
bahkan tahun.4

B. Proses Nuzul Qur'an


Dalam suatu hadis yang diriwayatkan dari Aisyah r.a bahwa Harist bin
Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal itu, di mana menurut hadist
tersebut ada dua cara penyampaian wahyu yang dialami Nabi Muhammad SAW.
Yaitu:

1. Rasulullah Saw. sama sekali tidak melihat malaikat Jibril a.s. itu, hanya saja
datang kepadanya berupa suara seperti dencingan suara lonceng, dan suara yang
amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor kesadaran, sehingga ia dengan segala
kekuatannya siap menerima pengaruh itu. Kemudian suara itu terputus dan beliau
telah dapat memahami dan menghafalkan wahyu yang disampaikan oleh Jibril as
itu. Menurut penjelasan Rasulullah, cara ini paling berat ia rasakan. Sebabnya
dengan cara ini berarti malaikat Jibril tetap dalam sifatnya semula, yaitu sebagai
alam ghaib, dan Rasulullah harus meninggalkan alam zhahirnya agar ia dapat
berkomunikasi dengan alam ghaib, yakni dengan mengumpulkan segala kekuatan
kesadarannya untuk menerima, menghafal dan memahaminya. Dan suara itu
mungkin sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat, seperti diisyaratkannya di
dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari: "Apabila Allah menghendaki
suatu urusan di langit, maka para malaikat memukul-mukulkan sayapnya karena
tunduk kepada firman-Nya, bagaikan gemercingnya mata rantai di atas batu-batu
licin".
2. Malaikat Jibril datang menjelma kepada Rasul sebagai seorang laki-laki dalam
bentuk manusia biasa, sehingga Rasulullah dapat melihatnya dengan nyata. Jibril
itu lalu menyampaikan wahyu itu kepadanya, dan beliau dapat memahami dan
menghafalkannya. Cara yang seperti ini lebih ringan dari pada yang sebelumnya,
karena adanya kesesuaian antara pembicara dengan pendengar. Rasul merasa
senang sekali mendengarkan dari utusan pembawa wahyu itu, karena ia merasa

4
Muhammad Yasir, Studi Al-Qur`an, (Pekanbaru: Asa Riau [CV. Asa Riau], 2016), hlm. 51-56

5
seperti seorang manusia yang berhadapan dengan saudaranya sendiri. Keadaan
Jibril menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki itu tidaklah mengharuskan ia
melepaskan sifat kerohaniannya, dan tidak pula berarti bahwa zatnya telah berubah
menjadi seorang laki-laki. Akan tetapi, yang dimaksudkan adalah dia
menampakkan diri dalam bentuk manusia tadi untuk menyenangkan Rasulullah
sebagai manusia. Sedangkan keadaan pertama yang dialami Rasul dalam menerima
wahyu tersebut tidaklah menyenangkan, karena keadaan yang demikian menuntut
ketinggian rohani dari Rasulullah yang seimbang dengan tingkat kerohanian
malaikat. Menurut Ibn Khaldum seperti yang dikutip Manna' Qattan dalam
keadaan pertama, Rasulullah melepaskan kodratnya sebagai manusia yang bersifat
jasmani untuk berhubungan dengan malaikat yang rohani sifatnya. Sedangkan
dalam keadaan lain sebaliknya, malaikat berubah dari rohani semata menjadi
manusia jasmani". Kedua hal tersebut merupakan cara penyampaian wahyu yang
dialami Rasulullah melalui perantaraan malaikat Jibril.

Ketika wahyu turun baik melalui cara pertama maupun yang kedua, disertai
tekanan ringan maupun berat Rasulullah tetap sadar dan memahami sepenuhnya apa
yang diwahyukan kepadanya. Bahkan Rasulullah selalu menggerakkan lidah dan
bibirnya mengulang-ulangi bacaan wahyu yang diterimanya agar tidak lupa. Akhirnya
dengan mantap Rasulullah dapat mengikuti seluruh yang disampaikan malaikat Jibril
huruf demi huruf, karena Allah memudahkannya untuk dapat memisah-misahkan
wahyu yang diterimanya dan menghafalkannya berangsur-angsur. Disamping itu,
Allah SWT juga mengingatkan Nabi supaya tenang (QS. Al-Qiyamah 16-19) dan
tidak tergesa-gesa (QS. Thaha: 114) dalam membaca dan menghapalnya.5

C. Hikmah Turunnya Al-Qur'an secara Berangsur-Angsur

Secara umum turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah untuk


meneguhkan hati Nabi Muhammad selaku pembawanya dan menjamin kebaikan
bacaannya, disamping juga untuk memudahkan menghafalnya terutama bagi Nabi
Muhammad, mengingat dia adalah seorang yang buta aksara, tidak pandai membaca
dan menulis. Mekipun demikian, tentu ada hikmah lain yang terdapat di dalamnya,

5
Ibid, hlm. 58-61

6
antara lain yang bisa dijangkau oleh akal mengapa Al-Quran turun secara berangsur-
angsur adalah:

1. Menguatkan hati dan memperkuat tekad Nabi Saw. terutama dalam rangka
menerima Kalam Allah dan melaksanakan tugasnya sebagai seorang utusan
Allah 6
2. Memberikan kemudahan dan meringankan kaum muslimin yang pada masa itu
mereka pada umumnya masih buta huruf, untuk mempelajari, menghafal,
memahami ayat-ayat tersebut, dan selanjutnya untuk menerapkan dalam
kehidupan mereka sehari-hari.
3. Menetapkan dan menerapkan hukum samawy secara Tadarruj (selangkah demi
selangkah) dalam kehidupan umat manusia sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan dinamika masyarakatnya masa itu. Di samping juga
memberikan petunjuk bahwa Al-Quran itu diturunkan dari Dzat yang Maha
Bijaksana lagi terpuji.7

Al-Qur'an yang ada seperti sekarang ini tidaklah turun secara keseluruhan sekaligus
dalam satu kali pewahyuan. Al- Qur'an diturunkan secara bertahap. Al-Qur'an turun
secara periodik kepada Nabi ini dapat dipahami, karena memang tujuan utama
diwahyukan firman-Nya adalah untuk memperbaiki umat manusia, baik berupa
penjelasan, sanggahan terhadap kaum musyrik, teguran, ancaman, kabar gembira, dan
seruan.8

6
Ibid, hlm. 69-70
7
Ibid, hlm. 73-75
8
Amroeni Drajat, ULUMUL QUR`AN, (Depok:KENCANA, 2017), hlm. 33-34

7
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
A. Pengertian turunnya Al-Qur'an tahap pertama adalah turunnya Al-Qur'an sekaligus
dari Lauhul Mahfudz ke Baitul 'Izzah di langit dunia (langit lapis pertama).
Sedangkan yang dimaksud turunnya Al-Qur'an cara kedua pula adalah turunnya Al-
Qur'an secara berangsur-angsur, sedikit demi sedikit dan secara bertahap, sebagiannya
menjelaskan bagian yang lain sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, serta selaras
pula dengan kepentingan-kepentingan yang dihadapi Rasulullah dan kaum muslimin,
yang diperkirakan dari permulaan sampai ayat yang terakhir turun.
B. Ketika wahyu turun baik melalui cara pertama maupun yang kedua, disertai tekanan
ringan maupun berat Rasulullah tetap sadar dan memahami sepenuhnya apa yang
diwahyukan kepadanya. Bahkan Rasulullah selalu menggerakkan lidah dan bibirnya
mengulang-ulangi bacaan wahyu yang diterimanya agar tidak lupa. Akhirnya dengan
mantap Rasulullah dapat mengikuti seluruh yang disampaikan malaikat Jibril huruf
demi huruf, karena Allah memudahkannya untuk dapat memisah-misahkan wahyu
yang diterimanya dan menghafalkannya berangsur-angsur.
C. Secara umum turunnya Al-Quran secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan
hati Nabi Muhammad selaku pembawanya dan menjamin kebaikan bacaannya,
disamping juga untuk memudahkan menghafalnya

1.2. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, penulis menyadari makakah yang penulis buat
jauh dari kata sempurna, maka dari itu sebagai penulis mohon saran dan kritik yang
membangun, agar bisa membuat makalah yang lebih baik kedepannya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Umam H. Chatubul dkk, 1991, Belajar Membaca Al-Qur’an dengan lagu, Jakarta:Biro Bina
Mental Spritual DKI

Bakar Achmad Abu dkk, 2022, HIKMAH EDUKATIF NUZUL AL-QUR`AN, Jurnal
ushuluddin, Vol.24 No 2,

Suyuhti Imam,2008, Studi Al-Qur`an Komprehensif, Surakarta:Indiva Pustaka

Muhammad Yasir, 2016, Studi Al-Qur`an, Pekanbaru: Asa Riau [CV. Asa Riau]

Amroeni Drajat, 2017, ULUMUL QUR`AN, Depok:KENCANA

Anda mungkin juga menyukai