Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TURUN DAN PEMELIHARAAN ALQUR’AN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pembimbing :

Bapak Akhmad Nurasikin S.E.I, M.H.

Penyusun :

Ilham Sultan Alfatih (23106051089)

Ade Dwi Saputra (23106051084)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

2024
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah turunnya Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya merupakan salah satu pokok
bahasan yang sangat penting untuk dikaji dalam mata kuliah Ulumul Qur’an, di mana Al-
qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat yang di turunkan pada rasulullah melalui
malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah bernilai ibadah.
Oleh karena itu sebagai umat Islam setidaknya mengetahui tentang Al- qur’an, salah satunya
adalah sejarah turunnya dan pemeliharaannya.

Dalam pokok bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang dianggap
sangat penting dalam pembahasan sejarah turunnya Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya
tahapan turunnya Al – qur’an, cara al – qur’an di turunkan, dan cara- cara pemeliharaannya.
Yang nantinya akan di bahas dalam makalah ini

Dalam hal ini kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan
yang lain dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk dikaji lebih
dalam lagi sehingga kita sebagai umat islam mengerti dan memahami tentang sejarah dan
pemeliharaan al Qur’an. Untuk itu semoga makalah ini dapat bermanfaat dengan sebaik-
baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahapan diturunkannya al Qur’an?

2. Bagaimana proses / cara diturunkannya al Qur’an?

3. Bagaimana pemeliharaan al Qur’an ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menjelaskan tahapan diturunkannya al Qur’an.

2. Untuk menjelaskan proses / cara diturunkannya al Qur’an.

3. Untuk menjelaskan cara pemeliharaan al Qur’an.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Tahapan Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Al- Qur’an)

Dipandang dari segi bahasa “nuzul” (‫ )نزول‬berasal dari kata ‫زول‬A‫ن‬-‫نزل‬A‫ي‬-‫زل‬A‫ ن‬artinya
turun. Diungkapkan turunnya Al- Qur’an kepada Rasulullah itu memberi pengertian turun
dari atas kebawah. Demikian itu karena tingginya kedudukan Al- Qur’an dan besarnya ajaran
– ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup manusia mendatang serta dunia dengan
akhirat.

Al- Qur’an tersimpan di Lauhul Mahfudz, setelah itu di turunkan melalui 2 tahap
yakni :

1. Al – Qur’an turun sekaligus


2. Al – Qur’an turun berangsur

Maksud dari Al – Qur’an yang turun sekaligus ialah turnnya Al- Qur’an di
dunia Baitul ‘Izzah ( langit dunia ) pada malam lailatul Qadar. Seperti yang difirmankan
Allah pada surat AL- Qadr ayat 1

“Sesungguhnya kami telah menurunkanya (Al- Qur’an ) pada malam kemulian” (QS. Al
Qadr :1)

Pendapat Ibnu Abbas dan sejumlah ulama, kemudian dipegang oleh jumhur
ulama,bahwa “turunnya Alqur’an sekaligus ialah turunnya Al- Qur’an ke Baitul
Izzah dilangit dunia untuk menununjukkan kepada para malaikat Nya bahwa betapa besar
masalah ini. selanjutnya Al – Qur’an diturunkan kepada Nabi Shallallahu Alaihi
wasallam, secara bertahap selama dua puluh tiga tahun sesui dengan peristiwa – peristiwa
yang mengiringi sejak beliau di utus hingga wafatnya. Selama tiga belas tahun beliau tinggal
di makkah, dan selama itu pula wahyu turun kepadanya, sesudah hijrah beliau tinggal di
madinah selama sepuluh tahun. Beliu wafat di usia enam puluh tiga tahun.” Pendapat ini di
dasarkan riwayat – riwayat yang shahih Ibnu Abbas. Antara lain:

Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, “ Al – Qur’an diturunkan sekaligus ke


langit dunia pada lailatul qadr. Kemudian setelah itu, ia diturunkan selama dua puluh tahun.”
Lalu dia membacakan ;
“dan mereka tidak membawa kepadamu sesuatu kata–kata yang ganjil ( untuk
menentangmu) melainkan Kami bawakan kepadamu kebenaran dan penjelasan yang sebaik–
baiknya ( untuk menangkis segala yang mereka katakana itu).”(Al–Furqan : 33)

“Dan Al – Qur’an telah kami turunkan dengan berangsur – angsur agar kamu
membacanya peerlahan – lahan kepada manusia dan dan kami turunkan bagian demi
bagian.” (Al- Isra’ : 106)

1. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Al- Qur’an itu dipisahka dari Adz-
Dzikr, lali di letskkan di Baitul Izzah di langit dunia. Maka Jibril mulai
menurunkannya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
2. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Allah Menurunkan Al-Qur’an sekaligus
kelangit dunia, pusat turunya Al –Qur’an secara gradual. Lalu . Allah menurunkanya
kepada Rasui Nya bagian demi bagian”.

Menurut Ibnu Abbas , “Al – Qur’an di turunkan pda lailatul qadr pada buan Ramadhan
kelangit dunia sekaligus; lalu di turunkan secara berangsur.”[1].

Adapun mengenai tanggal turunnya, dalam Al- Qur’an tidak di sebutkan secara jelas,
melainkan dikatakan bahwa Al – Qur’an itu diturunka pada “yaumul furqan”, yang
bertepatan dengan hari “ bertemunya dua pasukan” di medan perang.

Allah berfirman :“…….jika betul – betul kamu beriman kepada Allah dan kepada apa
yang Kami turunkan kepada hamba kami Muhammad, pada yaumul furqan, yaitu hari
bertemunua dua pasukan”(Q.S Al – Anfal: 41)

Kemudian disebutkan oleh Al- Qur’an dalam ayat tersebut bahwa yaumul furqan itu
bersamaan jatuhnya dengan hari bertemunya dua golongan atau pasukan, yaitu pasukan kaum
muslimin dan pasukan musuh pada peristiwa perang Badar. Penyelidikan para ahli sejarah
menunjukkan bahwa peristiwa yang tersebut terakhir ini terjadi pada tanggal 1 Ramadhan.
Oleh karena Al – Qur’an menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari atau
tanggal yang sama dengan hari turunya Al – Qur’an pertama kali, yaitu Yaumul Furqan.[2]

Turunnya seluruh ayat – ayat Al – Qur’an itu memakan waktu selama 22 tahun, 2
bulan, 22 hari. (ini menurut perhitungan ustaz Al – Khudhari dalam bukunya “ Tarikhut –
Tasyri “ ). Masa tersebut terbadi menjadi dua periode, yaitu;
1. Masa sebelum Hijrah, ketika Rasulullah masih berdiam di makkah, yaitu selama 12
tahun, 5 bulan, 13 hari, ialah sejak turunnya ayat – ayat pertama kali tanggal 17
ramadhan tahun ke 41 dari usia rasulullah,sampai dengan permulaan bulan Rabiul
Awwal tahun ke 54 dari usia beliau. Semua surat – surat atau ayat – ayat yang turun
pada periode ini disebut dengan istilah “ surat – surat atau ayat – ayat makkiyah “.
Ayat – ayat yang turun pada waktu peristiwa Hijrah itu terjadi, juga termasuk dalam
klasifikasi ini.
2. Masa sesudah Hijrah, yaitu setelah Rasulullah berhijrah dari Mekkah ke Madinah,
dalam 9 tahun, 9 bulan, 9 hari, yakni semenjak permulaan bulan Rabiul Awwal tahun
ke 54 dari usia Rasulillah sampai dengan 9 Zulhijjah tahun ke 10 H atau tahun ke 63
usia beliau. Semua surat – surat dan ayat – ayat yang turun dalam periode ini disebut
dengan istilah “surat – surat atau ayat – ayat Madaniyah., [3]

Wahyu yang pertama tama di terima oleh Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surah Al – alaq, pada
waktu Nabi sedang berada di gua Hira’. Sedang wahyu yanga terakhir yang di terima Nabi
adalah surat Al – maidah :3 pada waktu Nabi sedang berwukuf di Arafah melakukan haji
wada’ pada tanggal 9 Dzul Hijjah tahun kesepuluh Hijriyah 7 maret 632 M.[4]

B. Cara Al Qur’an Diturunkan

Adapun cara – cara Al – Qur’an diturunkan pada Rasulullah dengan bermacam –


macam cara dan keadaan, di antaranya:

1. Malaikat mewahyukan al – Qur’an kedalam hatinya. Dalam hal ini Rasulullah tidak
melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa wahyu Al – Qur’an sudah berada
dalam kalbunya. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS Asyu’ara : 192-194

“ Dan sesungguhnya Al Qur’an benar benar diturunkan oleh tuhan semesta alam”, “
Dia dibawa turun oleh Ar- ruh Al – amin ( jibril),” kedalam hatimu (Muhammad) agar
kamu menjadi salah satu orang yang di beri peringatan (QS Asyu’ara :192-194)

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad, berupa seorang laki- laki
yang mengucapkan kata – kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar akan kata – kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng. Cara inilah yang amat
berat dirasakan oleh Nabi. Kadang- kadang pada keningnya berpacaran keringat,
meskipun turunya wahyu itu pada musim sangat dingin. Kadang – kadang unta beliau
terpaksa berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika
beliu sedang mengendarai unta.

Rasulullah bersabda:” Terkadang mailakat datang kepadaku bagaikan dencingan


lonceng dan itulah yang paling berat bagiku, lalu dia pergi dan akupun telah
menyadari apa yang telah dikatakanya. Terkadang dia menjelma untukku sebagai
seorang laki – laki lalu di berbicara padaku dan aku memahami apa yang
dikatakanya.”(HR. Bukhari)

4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Rasulullah tidak berupa seorang laki – laki,
namun menampakkan wujud yang asli. Seperti pada QS. Al- Najm :13-14

“Sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam wujud asli), pada wakyu
yang lain”, “(yaitu) di sidratul Muntaha” (QS. Al – Najm :13-14)

C. Pemeliharan Al – Qur’an

1. Pemeliharaan Al – Qur’an pada masa Rasulullah

Al – Qur’an Al – Karim turun kepada nabi yang Ummi (tidak bisa baca tulis). Karena
itu perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayati, agar ia
dapat menguasai Al – Qur’an yang diturunkan setelah itu membacakannya kepada orang –
orang dengan berita terang agar merekapun dapat menghafalnya. Yang jelas Nabi adalah
seorang yang Ummi dan diutus Allah di kalangan orang – orang yang Ummi pula. Allah
berfirman:

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka
yang mrmbacakan ayat – ayatNya kepada mereka dengan mengajarkan kepada mereka Kitab
dan Hikmah”(QS.Al Jumu’ah:2)

Bangsa Arab pada saat itu belum banyak yang dapat membaca dan menulis, namun
pada umumnya mereka memiliki daya ingat yang kuat.[5]

Agar tetap terjaga Rasulullah menyampaikan Al – Qur’an kepada para sahabat agar
menghafalnya (menjaga dalam hati). Para sahabat begitu semangat dalam mempelajari,
membaca dan menghafalnya. Selain itu para sahabat juga mengajarkan pada anak istrinya.
Oleh karena itu para sahabat yang hafal Al – Qur’an banyak sekali. Sebagaimana di ketahui,
pada masa Khalifah Abu Bakar, jumlah yang meniggal pada perang Yamamah 70 huffadz,
dan kurang lebih sejumlah itu pula dari kalangan huffadz yang mati syahid di Birru
Ma’unah pada masa Rasulullah.[6]

Pada saat perang Badar, banyak kaum musyrikin di tahan oleh nabi,mereka tidak
punya uang atau harta apapun. Maka sebagai hukumannya Nabi menyuruh mereka belajar
membaca dan menulis setiap hari dan merekapun menjadi hafal Al Qur’an.

Pada setiap kali rasulullah menerima wahyu yang berupa ayat – ayat Al – Qur’an
beliau membacanya di depan para sahabat, kemudian para sahabat menghafalkan ayat – ayat
tersebut sampai hafal di luar kepala. Namun kemudian beliau menyuruh kuttab ( penulis
wahyu ) untuk menuliskan ayat – ayat yang baru diterimanya itu. Mereka yang termasyhur
adalah:

1. Abubakar As-Siddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
5. Ubay bin Ka’ab bin Qays
6. Zayd bin Tsabit
7. Az- Zubayr bin Awwam
8. Mu’awiyah bin Abi Sufyan
9. Al- Arqam bin Maslamah
10. Muhammad bin Maslamah
11. Abbad bin Said bin Al – ‘As
12. Khalid bin Sa’id (saudara Abbad)
13. Tsabir bin Qays
14. Hanzalah bin Rabi
15. Khalid bin Walid
16. Abdullah bin Al- Arqam
17. Al – A’la bin Utbah
18. Syurahbil bin Hasanah.

Diantara mereka yang paling banyak menulis wahyu ialah Zayd bin Tsabit[7]

2. Pemeliharaan Pada Masa Sahabat


Rasulullah wafat, sedangkan Al- Qur’an Seluruhnya telah di tulis pada pelepah –
pelepah kurma, batu batu tipis dan tulang tulang belikat, di samping itu Al – Qur’an itu telah
di hafal di dada kaum muslimin. Sebelum Rasulullah wafat, beliau telah menempatkan surat
– surat dan ayat – ayat Al –Qur’an seperti yang telah dihafal oleh kaum muslimin. Dan
hafalan kaum muslimin itu sesuai pula dengan hafalan Rasul. Pastilah yang tertulis itu
menguatkan hafalan – hafalan agar dari dibaca sehingga dapat di ambil faedahnya oleh orang
– orangpada zaman berikutnya.[8]

Sesudah Rasulullah wafat, para sahabat memilih abu bakar sebagai penerus nabi
Muhammad SAW. Pada saat pemerintahan Abu Bakar muncul banyak permasalahan. Salah
satu diantaranya yaitu munculnya nabi palsu dan banyak kaum yang tidak mau membayar
zakat. Sampai akhirnya Abu Bakar berkata “siapa saja yang tidak mau membayar zakat maka
aku akan memeranginya”.

Dan akhirnya terjadilah perang besar antara Abu Bakar yang di temani pasukan kaum
yang hafal al qur’an dengan pasukan nabi palsu. Perang ini dinamakan PERANG
YAMAMAH. Pada perang ini ,70 kaum penghafal al Qur’an menjadi korbannya. Karena
Abu Bakar dan Umar khawatir maka pada perang ini mereka mengumpulkan kaum hafal al
qur’an dan menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulis dan membukukan al Qur’an.

Sesudah abu bakar meninggal al qur’an di tempatkan di rumah Hafsah ,putri Umar
sampai pengumpulan dan penyusunan al Qur’an di masa Khalifah Utsman.

Pada masa khalifah Utsman bin Afan terdapat perselisihan cara pembacaan al Qur’an.
Karena terdapat banyak kaum yang merasa lebih baik cara membaca al qur’an nya. Karena
dikhawatirkan nantinya akan berakibat fatal maka Utsman membentuk satu panitia, terdiri
dari Zaid bin Tsabit sebagai ketuanya, Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdur
Rahman bin Harits.

Panitia ini berencana untuk menyalin bacaan-bacaan yang terdapat pada lembaran-
lembaran al Qur’an tersebut. Dan al qur’an yang telah disalin dan di bukukan tersebut
dinamai dengan “Al Mushhaf”. Sesudah itu Utsman memerintahkan mrngumpulkan
lembaran-lembaran al Qur’an yang ditulis sebelum itu dan membakarnya.

Jumlah Al – Qur’an yang di tulis pada masa khalifah Ustman terdapat perbedaan
dikalangan ulama. Al- Dani mengtakan bahwa jumlah mushaf terdapat ada 4 buah, masing –
masih di kirin ke Kuffah, Basrah, Syiriya, dan yang satunya di pegang Ustman. Sedangkan Al
– Sijistasi mengatakan ada tujuh buah.

3. Pemeliharaan al Qur’an pada zaman sekarang

Pada zaman sekarang di Mesir, banyak sekolah-sekolah yang diwajibkan untuk


menghafal al Qur’an. Di Indonesia pun sekarang banyak madrasah-madrasah, pondok-
pondok, bahkan perguruan tinggi yang terdapat pula usaha-usaha menghafal al Qur’an.

Selain itu di Indonesia sudah mempunyai al Qur’an pusaka yang berukuran 1×2
m,yang ditulis oleh penulis-penulis Indonesia sendiri, mulai tanggal 23 Juni 1948 sampai 15
Maret 1960. Yang sekarang disimpan di Istana Negara . Al Qur’an pusaka itu dimaksudkan
untuk menjadi induk dari al Qur’an yang diterbitkan di Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Alqur’an di turun sejara sekaligus di langit dunia (Baitul Izzah) pada malam lailatul
Qadr. Setelah itu barulah di turunkan kepada rasulullah secara berangsur- angsur selama 22
tahun, 2 bulan dan 22 hari, sejak Rasulullah di angkat sebagai nabi hingga beliau wafat di
usia 63 tahun.

Cara di turunkannya Al – qur’an kepada Rasulullah ada berbagai cara, yakni :

1. Malaikat mewahyukan al – Qur’an kedalam hatinya. Dalam hal ini Rasulullah tidak
melihat sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa wahyu Al – Qur’an sudah berada
dalam kalbunya
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad, berupa seorang laki- laki
yang mengucapkan kata – kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal
benar akan kata – kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya lonceng
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Rasulullah tidak berupa seorang laki – laki,
namun menampakkan wujud yang asli

Pemeliharan Al- Qur’an pada masa rasulullah dengan cara dihafal dalam dada. Yang
kemudian pada masa sahabat di satukan menjadi sebuah Mushaf.

B. SARAN

Makalah yang telah tersusun ini adalah banyak kekurangan atau dapat dikatakan jauh
dari kata sempurna, tetapi kami sebagai tim penyusun makalah yang telah menjadi tugas kami
ini sepenuhnya mengucapkan syukur . kami selaku tim penyusun makalah ini mengharapkan
supaya makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat untuk diri kami sendiri dan orang lain,
tidak lupa kami mengharapkan partispasi dari teman- teman pembaca agar menyalurkan
partisipasinya untuk memeberikan saran ataupun kritikan yang membangun yang dapat
memberikami kami sebagai tim penyusun motivasi supaya hari esok menjadi lebih baik.amin

DAFTAR PUSTAKA

Al- Qaththan, Manna’. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al – Qur’an, :Pustaka Al-Kautsar,

AW, Liliek Chana, dkk. 2014. Ulum Al- Qur’an dan Pembelajarannya, Surabaya : Kopertais
IV Press

Gufron, Muhammad, dkk. 2013.Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras

Hakim, M Fikri , dkk. 2014.Membumikan Al- Qur’an, Kediri : Lirboyo press

Syadali, Ahmad, dkk. 2000.Ulumul Quran, Bandung : Pustaka Setia

[1] Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al – Qur’an, (Pustaka Al Kautsar,2004) hal
125.

[2] Ahmad Syadali, Ulumul Quran I , (Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 33.

[3] Ahmad Syadali, Ulumul Quran I ,( Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 44.

[4] Liliek Chana AW, Ulum Al- Qur’an dan Pembelajarannya, (Surabaya:Kopertais IV
Press,2014), hal 19.

[5] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 64

[6] Mohammad Gufron, Rahmawari, Ulumul Qur’an,(Bandung:Teras,2013), hal 28

[7] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an,( Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 65

[8] Ahmad Syadali, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2000), hal 69

Anda mungkin juga menyukai