Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas karunia-Nyalah,
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dengan judul “I’jaz Al-Qur’an”. Salam dan
shalawat kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah mengubah akhlak manusia
dari zaman biadab menuju zaman yang beradab.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan telah banyak
meneriama bantuan dari berbagai pihak. Maka dari itu, ucapan terimakasih kami ucapkan
kepada kedua orang tua kami yang telah senantiasa membimbing dan mendoakan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini dan
masih jauh dari kesempurnaan. Mohon kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun sangat diharapkan guna memperbaiki makalah ini.

Gowa, 17 November 2019

penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................1

C. Tujuan Pembahasan...................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2

A. Pengertian I’jazul Qur’an..........................................................2

B. Aspek-Aspek Kemukjizatan al-Qur’an.....................................3

C. Hikmah Mengetahui Mukjizat al-Qur’an..................................6

BAB III PENUTUP.......................................................................................8

A. Kesimpulan................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-qur’an diturunkan kepada Rasulullah saw sebagai pelita, petunjuk dan pedoman
dalam mencapai kebahagiaan dan keridhaan Allah di dunia dan di akhirat. Begitu pula Al-
qur’an sebagai pembeda antara yang haq dan yang bathil. Jadi fungsi Al-qur’an sangat
penting bagi manusia di dunia untuk menuntun kehidupan mereka ke jalan yang benar demi
memperoleh kebahagiaan yang abadi di akhirat. Nabi Muhammad sendiri mengatakan
barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al-qur’an, niscaya dia tidak sesat selamanya.
Allah memberi kepadanya kemukjizatan untuk membuktikan kebenaran
kenabian dan kerasulannya. Setiap kaum biasanya tidak akan dengan begitu saja
menerima seruan/ dakwah para Rasul sebelum mereka mengetahui bukti kebenaran
bahwa dia sebagai utusan Allah. Maka mukjizat sangat diperlukan agar kaumnya
dapat menerima seruannya. Mukjizat yang diterima Rasulullah Muhammad saw amat
banyak, namun yang paling besar adalah Al-Qur’an Al-Karim, kitab suci wahyu Ilahi
terakhir yang diturunkan kepada Rasulnya sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi
seluruh umat manusia di dunia, kitab suci yang akan dijaga kemurniannya oleh Allah
sampai akhir zaman. Sehingga pada makalah ini akan dibahas lebih lanjut tetang
I’jazul Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian I’jazul qur’an?
2. Apa saja yang menjadi mukjizat al-Qur’an?
3. Apa hikmah mengetahui mukjizat al-Qur’an?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian i’jaz Qur’an.
2. Untuk mengetahui apa mukjizat al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui hikmah mengetahui mukjizat al-Qur’an.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian I’jazul Qur’an


Kata I’jaz merupakan bagian yang tak terlepaskan dari seorang Rasul yang diutus
oleh Allah kepada umatnya untuk menyampaikan risalah. I’jaz merupakan kemampuan untuk
menundukkan manusia sehingga secara serta merta menjadikan seorang manusia
mempercayai akan kebenaran dari jaran atau risalah yang dibawah oleh seorang Rasul.
Kemampuan I’jaz ini kemudian menjadi bagian dari seorang Rasul yang dapat disebut juga
dengan mukjizat.
Kata mukjizat berasal dari bahasa Arab yag berakar dari kata ٌ‫َجس‬
َ ‫ ع‬yang artinya
adalah melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Sedangkan menurut istilah mukjizat
adalah sesuatu yang luar biasa yang terjadi pada diri Nabi untuk menunjukkan kebenaranya
sebagai Nabi atau Rasul yang selamat dari perlawanan atau tidak dapat dikalahkan.
Dari segi istilah juga, maka para ahli ulama berbeda-beda pendapat dalam
memberikan definisi. Menurut Mutawalli’ al-Sya’rawiy memberikan batasan mukjizat
sebagai sesuatu yang diluar dari kebiasaan atau hukum alam, yang diberikan oleh Allah
kepada Rasul-Nya untuk menunjukkan dan mnetapkan kerasulannya.
Al-Zarqaniy secara singkat menyebutkan, bahwa mukjizat adalah sesuatu yang
melemahkan manusia baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama untuk
mendatangkan semisalnya. Selanjunya ditambahkan, bahwa mukjizat adalah sesuatu yang
luar biasa yang keluar dari batas-batas kemampuan manusia, yang diciptakan oleh Allah swt
untuk Nabi-Nya dalam membuktikan dakwahnya.
Al-Sayutiy menyimpulkan bahwa mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa yang
disertai dengan tahaddi (tantangan) dan terlepas dari balasan.
Menurut al-Baqillaniy, mukjizat berarti tidak adanya kemampuan hamba-hamba
Allah untuk menandingi sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah swt sebagai bukti
kebenaran kerasulan seorang Rasul. Sedangkan menurut Muhammad Rasyid Rida bahwa
Allah swt tidak pernah mengutus seorang Rasul tanpa dibekali mukjizat untuk menjadi bukti
kerasulannya terhadap kaumnya. Dengan demikian, mukjizat sengaja diberikan oleh Allah
swt terhadap Rasul-Nya untuk menjadi bukti kerasulannya dihadapan kaumnya.

2
Dengan demikian, yang dimaksud dengan mukjizat adalah sesuatu yang diluar
kebiasaan yang datangnya dari Allah swt untuk rasul-Nya sebagai argumentasi dalam
membuktikan dan membenarkan kerasulannya.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka yang dimaksud dengan I’jaz al-qur’an
(kemukjizatan al-Qur’an) ialah menampakkan kebenaran Nabi Muhammad saw. dalam
pengakuannya sebagai seorang rasul dengan menunjuk-kan kelemahan orang-orang Arab dan
kelemahan generasi-generasi sesudah mereka untuk mengahadapi mukjizatnyayang abadi,
yaitu al-Qur’an.
B. Kemukjizatan al-Qur’an
Al-Qur’an adalah mukjizat yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. yang
tidak dapat ditiru oleh siapapun. Para ulama sepakat bahwa al-Qur’an adalah kitab yang
mu’jiz. Akan tetapi para ulama berbeda pendapat pada segi-segi kemukjizatan al-Qur’an itu
sendiri. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing dari mereka.
Setidaknya ada beberapa poin i’jazul qur’an, yaitu sebagai berikut:
1. Kemukjizatan dari segi bahasa
Al-Jurjaniy dan al-Syarif al-Rida berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an
merupakan dari segi bahasanya. Keduanya melihat keindahan lafal, susunan kata, gaya
bahasa, serta makna yang dikandung segi kemukjizatan al-Qur’an yang tidak mungkin
ditiru oleh manusia. Berbicara tentang aspek kemukjizatan al-Qur’an dari segi bahasa,
maka tidak dapat dilepaskan pembicaraan tentang bahasa al-Qur’an dari segi
balaghahnya. Salah satu cabang ilmu balaghah adalah ma’ani al-qur’an. Pokok bahasan
ilmu ma’ani adalah lafal-lafal bahasa Arab yang dimaksudkan oleh pembicaranya yang
sesuai dengan keadaan dan situasi pembicaraan/kalimat tersebut disampaikan. Dalam
membahasa mukjizat al-Qur’an dari segi ma’aniy al-Qur’an terdapat dua aspek yaitu
kalam khabriy dan kalam insya’iy
 Kalam Khabari
Kalam khabari adalah ungkapan atas suatu peristiwa yang terjadi dengan
cara memberitahukan kepada yang tidak mengetahuinya, mengingatkan kepada
yang lupa, atau meguatkan apa yang telah diketahui oleh sipemberitahu atau yang
diberitahu.
Di dalam ilmu ma’ani, kalimat berita dapat menyimpang dari tujuan-
tujuan yang disebutkan pada definisi diatas. Bahkan ia mempunyai beberapa tujuan
lain dengan melihat maksud dan hubungan kalimat tersebut. Dalam al-Qur’an,
banyak pula ditemukan ayat yang menunjukkan suatu peristiwa dengan makna
3
yang berbeda-beda. Untuk memperluas hal tersebut, dapat dilihat dalam beberpa
contoh berikut
Di dalam al-Qur’an, terdapat ayat-ayat yang mengandung makna tentang

adanya kelemahan yang ada pada diri manusia, seperti pada Q.S. Maryam ayat 4

َ ‫ظ ُم ِمنِّي َوا ْشتَ َع َل ال َّرْأسُ َش ْيبًا َولَ ْم َأ ُك ْن بِ ُدعَاِئ‬


‫ك َربِّ َشقِيًّا‬ ْ ‫ال َربِّ ِإنِّي َوهَنَ ْال َع‬
َ َ‫ق‬

Artinya ; Ia berkata; “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan


kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa
kepada Engkau, ya Tuhanku.”
Pada ayat tersebut, diungkapkan tentang keadaan Nabi Zakariyya yang
tulangnya telah lemah dan kepalanya telah ditumbuhi uban, namun beliau belum
pernah kecewa dalam berdoa kepada Allah swt. Ungkapan demikian mengandung
makna pemberitahuan tentang adanya kelemahan yang ada pada diri pribadi
Zakariyya yang bersifat pengaduan.
Dalam al-Qur’an terdapat pula ayat-ayat yang mengandung makna

perintah yang harus dikerjakan oleh manusia, sekalipun susunan ayatnya berita,

seperti pada Q.S. Ali Imran ayat 92:

‫لَ ْن تَنَالُوا ْالبِ َّر َحتَّ ٰى تُ ْنفِقُوا ِم َّما تُ ِحبُّونَ ۚ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فَِإ َّن هَّللا َ بِ ِه َعلِي ٌم‬

Artinya: “kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),


sebelum kamu menafkahkan sebahagiaan harta yang kamu cintai. Dan apa saja
yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.
Pada ayat tersebut, diungkapkan tentang pernyataan bahwa seseorang
tidak akan memperoleh atau mencapai kebajikan sebelum orang tersebut
menafkahkan sebagian hartanya yang disenangi. Ungkapan tersebut berbentuk
pernyataan atau berita, namun mempunyai makna perintah, yaitu agar semua orang
hendaknya menafkahkan harta mereka.
 Kalam Insya’iy
Kalam insya’iy (kalimat permintaan) ialah permintaan hasil dari suatu

ungkapan dengan pertanyaan atau permintaan. Bentuk susunan kalimat dalam al-

Qur’an banyak menggunakan kalimat yang mengandung makna permintaan akan

tetapi menggunakan redaksi kalimat yang berbeda. Salah satu contohnya yaitu:

4
didalam al-Qur’an terdapat perintah untuk mengerjakan sesuatu dengan

menggunakan kata-kata yang bermakna menyuruh, seperti yang terdapat dalam

Q.S. Yusuf ayat 40:

ُ‫َأ َم َر َأاَّل تَ ْعبُدُوا ِإاَّل ِإيَّاه‬

“…Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia…


Demikian juga dalam Q.S. an-Nahl ayat 90
‫إ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواِإْل حْ َسا ِن َوِإيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَ ٰى‬
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat,…”
Kedua ayat tersebut mengandung arti perintah yang hanya menggunakan
kata-kata yang bermakna menyuruh, yaitu ‫ ) )امر‬pada ayat pertama dan ( ‫) يا مر‬
pada ayat yang kedua.
2. Kemukjizatan dari segi pensyariatan ajarannya (I’jazut tasyri’i)
Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

berbeda dengan kitab sebelumnya yang hanya berlaku sampai nabi yang

menerimanya wafat, kitab al-Qur’an berlaku bahkan sampai setelah wafatnya

Rasulullah. Ajarannya selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dan

juga al-Qur’an meskipun telah diturunkan berabad-abad yang lalu akan tetapi isinya

tidak akan pernah berubah. Hal itu sebagaimana dalam Q.S. al-Isra’ ayat 88

‫ْض ظَ ِهيرًا‬ ُ ‫ت اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَ ٰى َأ ْن يَْأتُوا بِ ِم ْث ِل ٰهَ َذا ْالقُرْ آ ِن اَل يَْأتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬

Artinya: Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain."
3. Kemukjizatan dari segi ilmu pengetahuan (I’jazul ilmi)
Al-Qur’an bukanlah buku IPA ataupun buku IPS yang di didalamnya
mengandung banyak teori-teori atau rumus yang dijelaskan secara rinci. Akan tetapi
di dalam al-Qur’an telah banyak mengisyaratkan tentang ilmu-ilmu pengetahuan.
Apalagi pada masa diturunkannya al-Qur’an peradaban belum maju seperti sekarang,

5
akan tetapi al-Qur’an telah menyebutkan banyak hal yang kebenarannya terungkap di
zaman modern ini.
Sebagai contoh: di dalam al-Qur’an di isyaratkan bahwa matahari bersinar
melalui dirinya sendiri sedangkan bulan bercahaya melalui pantulan sinar matahari.
Hal itu di sebutkan dalam al-Qur’an surah Yunus ayat 5:
ُ ‫ق هَّللا‬ َ ‫َاز َل لِتَ ْعلَ ُموا َع َد َد ال ِّسنِينَ َو ْال ِح َس‬
َ ››َ‫اب ۚ َما خَ ل‬ ِ ‫ضيَا ًء َو ْالقَ َم َر نُورًا َوقَ َّد َرهُ َمن‬ِ ‫س‬ َ ‫هُ َو الَّ ِذي َج َع َل ال َّش ْم‬
ِ ‫ق ۚ يُفَصِّ ُل اآْل يَا‬
َ‫ت لِقَوْ ٍم يَ ْعلَ ُمون‬ ِّ ‫ٰ َذلِكَ ِإاَّل بِ ْال َح‬

Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah
yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan
perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan
benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang
mengetahui.”
Contoh lainya yaitu dalam Q.S. an-Nahl ayat 7
‫ْص ›ا َر َواَأْل ْفِئ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ ‫الس › ْم َع َواَأْلب‬ َ ›‫›ون ُأ َّمهَ››اتِ ُك ْ›م اَل تَ ْعلَ ُم››ونَ َش › ْيًئا َو َج َع‬
َّ ‫›ل لَ ُك ُم‬ ِ ›ُ‫َوهَّللا ُ َأ ْخ› َر َج ُك ْم ِم ْن بُط‬
َ‫تَ ْش ُكرُون‬
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati
nurani, agar kamu bersyukur.”
Pada ayat tersebut dijelaskan mengenai urutan-urutan panca indera yaitu
telinga, mta dan hati. Ilmu pengetahuan mengungkapkan bahwa indera pendengaran
mulai melaksanakan tugasnya pada minggu-minggu pertama setalah dilahirkan.
Sedangkan indera penglihatan melaksanakan tugasnya pada bulan ketiga, dan
pemusatan pandangan mata belum sempurna kecuali setelah bulan keenam.
Kemukjizatan ilmiah di dalam ayat tersebut tampak lagi pada saat Allah menyebut
hati setelah pendengaran dan penglihatan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa
mencari ilmu pengetahuan itu berpindah dari fase mempersepsi secara inderawi
dengan mata dan telinga ke fase mempersepsi secara rasional.
4. Kemukjizatan dari segi pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib
Al-Qur’an merupakan kitab yang di dalamnya mengandung berita-berita
yang ghaib. Di dalam al-Qur’an banyak menginformasikan tentang berita-berita yang
terjadi di masa lampau dan menginformasikan peristiwa yang akan terjadi, sesuatu
yang tidak mungkin diketahui oleh manusia biasa. Akan tetapi al-Qur’an telah

6
membuktikannya, terlebih lagi kitab ini diterima oleh seorang yang ummi. Sebagai
salah satu contohnya yaitu tentang kemenangan yang diperoleh tentara Romawi
dalam menghadapi bangsa Persia yang tertulis dalam al-Qur’an Surah ar-Rum ayat 1-
4:
‫ض› ِع ِس›نِينَ ۗ هَّلِل ِ اَأْل ْم› ُر ِم ْن‬
ْ ِ‫ فِي ب‬. َ‫ض َوهُ ْم ِم ْن بَ ْع› ِد َغلَبِ ِه ْم َس›يَ ْغلِبُون‬ِ ْ‫ فِي َأ ْدنَى اَأْلر‬. ‫ت الرُّ و ُم‬ ِ َ‫ ُغلِب‬.‫الم‬
َ‫قَ ْب ُل َو ِم ْن بَ ْع ُد ۚ َويَوْ َمِئ ٍ›ذ يَ ْف َر ُح ْال ُمْؤ ِمنُون‬
Artinya: “Alif Lam Mim. (1) Bangsa Romawi telah dikalahkan,(2) di negeri yang
terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang, (3) dalam beberapa tahun
(lagi). Bagi Allahlah urusan sebelum dan setelah (mereka menang). Dan pada hari
(kemenangan bangsa Romawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman (4),”
Selain itu juga diceritakannya dalam al-Qur’an tentang selamatnya tubuh Fir’aun
ketika mengaejar Nabi Musa. Q.S. Yunus ayat 92
5. Tahaddi (tantangan)
Salah satu bukti kemukjizatan al-Qur’an, adanya tahaddi al-Qur’an kepada
manusia untuk meniru al-Qur’an. Hal ini terdapat dalam Q.S. al-Isra ayat 88
ُ ‫›ل ٰهَ› َذا ْالقُ››رْ آ ِن اَل يَ›ْأتُونَ بِ ِم ْثلِ› ِه َولَ››وْ َك››انَ بَع‬
‫ْض›هُ ْم‬ ِ ›‫ت اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَ ٰى َأ ْن يَ›ْأتُوا بِ ِم ْث‬
ِ ‫قُ››لْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬
‫ظ ِهيرًا‬ َ ‫ْض‬ٍ ‫لِبَع‬
Artinya: “katakanlah: “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
serupa al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan
dia, meskipun sebagian dari mereka menjadi pembantu bagian sebagian yang lain.”
C. Hikmah Mengetahui Mukjizat Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan berabad-abad yang lalu, akan tetapi isi
kandungannya masih berlaku sampai saat ini. Ajaran-ajarannya yang selalu sesuai dengan
perkembangan zaman sehingga menjadikanya sebagai mukjizat terbesar dari Nabi
Muhammad saw. al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan kepada seorang yang ummi
akan tetapi isi kandunganya mengandung banyak berita, baik itu berita masa lalu, masa
sekarang ataupun masa depan. Beberapa hikmah dengan diketahuinya mukjizat al-Qur’an
adalah
a. Meningkatkan keyakinan terhadap al-Qur’an sebagai firman Allah
b. Meningkatkan keyakinan akan kebenaran yang terkandung di dalam al-Qur’an
meskipun diterima oleh seorang yang ummi.
c. Meningkatkan kecintaan kepada Allah
d. Selalu menggunakan al-Qur’an sebagai pedoman hidup

7
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw
sebagai pedoman bagi umat manusia. Al-Qur’an sebagi mukjizat dari Rasulullah saw
haruslah memiliki keistimewaan tersendiri sehingga umat Rasulullah saw dapat berpegang
teguh terhadap al-Qur’an tanpa ragu. Meskipun pada hakikatnya, kebenaran al-Qur’an
memang sudah tidak dapat diragukan lagi sebagaimana dirman-Nya dalam QS. Al-Baqarah
ayat 2
َ ‫ٰ َذلِكَ ْال ِكتَابُ اَل َري‬
َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى لِ ْل ُمتَّقِين‬
Artinya:”kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.”
I’jaz al-qur’an (kemukjizatan al-Qur’an) ialah menampakkan kebenaran Nabi
Muhammad saw. dalam pengakuannya sebagai seorang rasul dengan menunjuk-kan
kelemahan orang-orang Arab dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka untuk
mengahadapi mukjizatnya yang abadi. Dalam membagi kemukjizatan al-Qur’an, para ulama
berbada pendapat mengenai aspek yang menjadi mukjizat al-Qur’an, sehingga dalam
makalah ini, kemukjizatan al-Qur’an dibagi kedalam 5 aspek yaitu dari sedi bahasa,
pensyariatan ajaran yang terkandung dalam al-Qur’an, segi ilmu pengetahuan, pemberitaanya
terkait hal-hal yang ghaib, dan dari segi tahaddi.

Anda mungkin juga menyukai