MAKALAH
“MUKJIZAT AL-QUR’AN”
OLEH :
RUSDI ARIF SYAM BS
NIM : 10620180024
Segala puji dan syukur kehadirat Alloh ‘azza wajala Robb semesta alam karena atas
hidayah dan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, insya Alloh.
Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasalam serta
segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir
zaman.
kesempurnaan, akan tetapi tanpa mengurangi rasa hormat kami, penyusun juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah
maupun dari mahasiswa sekalian. Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Alloh ‘azza
wajala sedangkan kesalahan dan kekurangan adalah dari manusia kami pribadi.
A. Kesimpulan. .......................................................................................... 16
PENDAHULUAN
Beberapa definisi tentang al-qur’an telah di kemukakan oleh beberapa ulama dari
berbagai keahlian dalam bidang bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh dan sebagainya. Definisi-
definisi itu sudah tentu berbeda antara satu dengan yang lain, karena stressing
(penekanannya) berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan keahlian dan disiplin ilmu
mereka.
Sehubungan dengan itu, Dr. Subhi al-Shalih merumuskan definisi al-qur’an yang
dipandang sebagai definisi yang dapat diterima para ulama, terutama ahli bahasa, ahli fiqh
“Al Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mukjizat
Dari segi bahasa, kata i’jaz berasal dari kata a’jaza, yu’jizu, i’jaz yang berarti
merupakan lawan dari ketidakberdayaan. Sedangkan yang dimaksud dengan i’jaz secara
terminologi ilmu al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
“I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi s.a.w. dalam pengakuan orang lain
sebagai seorang rosul utusan Allah SWT , dengan menampakkan kelemahan orang-orang
Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Qur’an dan
Sedang mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak
diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas
misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz dan mukjizat itu dapat
dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan
Sedangkan pengertian mukjizat mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan
hanya berupa al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau oleh
Dengan demikian, dalam konteks ini antara pengertian i’jaz dan mukjizat itu saling
isi mengisi dan saling lengkap melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak
dengan jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada
rasul-rasul pilihan-Nya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya
itu.
Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab untuk
menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu.
Kemukjizatan Al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan balaghahnya,
susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Menurut Syeikh
Muhammad Ali al-Shabuniy menegaskan, bahwa diantara segi – segi kemukjizatan al-
a. Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki
b. Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang
c. Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua
d. Kesempurnaan syari’at yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-
aturan lainnya.
dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Qur’an itu
sendiri.
h. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu
musuh – musuhnya.
j. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.
Menurut At Thibi : Al Quran adalah lafaz yang diturunkan oleh malaikat Jibril dari
Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits Qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki
oleh Allah untuk disampaikan dengan jalan melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi
memberitahukan kepada umatnya dengan bahasa sendiri. Sedangkan hadits-hadits yang lain
a. Al-Qur’an adalah mukjizat dan mengandung tantangan kepada seluruh manusia dan
Jin yang mereka semua tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al-Qur’an
walau satu ayat pun. Sedangkan hadis qudsi bukan merupakan mukjizat dan tidak
mengandung tantangan.
b. Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir dan qoth’i, sedangkan hadis qudsi
sebagian ada yang shahih dan ada pula sebagiannya berupa khabar ahad yang sebatas
dzan (dugaan).
c. Al-Qur’an semuanya berasal dari Allah baik makna maupun redaksi lafalnya,
sedangkan hadis qudsi maknanya saja dari Allah, sedangkan redaksi lafalnya dari
kecil, dilarang membacanya bagi yang ber hadas besar, tidak berlaku bagi hadis qudsi.
qudsi tidak.
B. Pengertian Wahyu
Wahyu menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat
sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada nabinya
tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi
meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa yang diterimanya adalah dari
Berdasarkan atas ayat tersebut maka wahyu itu ada tiga macam:
1. Pemberitahuan tuhan dengan cara ilham tanpa perantaraan termasuk mimpi yang tepat dan
benar, misalnya habi Ibrahim diperintah melalui mimpi menyembelih puteranya (Ismail).
Peristiwa ini diungkapkan oleh Allah dalam surat Al- Shofat ayat 102.
2. Mendengar firman Allah dibalik ta’bir, seperti yang dialami nabi Musa ketika menerima
pengangkatan kenabianya. Peristiwa ini disebutkan dalam surat Thaha ayat 11-13. Demikian
pula peristiwa mi’raj nabi Muhammad, dimana nabi menerima perintah langsung dari Allah
3. Penyampaian wahyu (amanat) Tuhan dengan perantaraan Jibril As .Ini ada dua macam :
Diungkapkan oleh Muhammad bin Abdul Aziz bahwa keindahan bahasa Arab dalam Al-
• Jalinan kalimat dalam Al-Qur'an tersusun sedemikian rupa sehingga ketika dibaca
• Bahasa Arab dalam Al-Qur'an mudah dipahami baik oleh orang umum maupun oleh
orang khusus
Hal ini berarti bahwa di dalam Al-Qur'an dijelaskan mengenai kejadian di masa lalu,
saat ini, dan kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Banyak sekali ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang atau ditemukan oleh para
ilmuwan merupakan suatu hal yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Misalnya saja
tentang teori big bang yang mengatakan bahwa dahulu langit dan bumi adalah kesatuan yang
"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu
menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu
yang hiduo berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?"
Atau surah yang menerangkan mengenai manfaat angin sebagai media penyerbukan
tumbuhan. Ketika kita belajar biologi pun akhirnya kita tahu bahwa memang benar jika angin
"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari
langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang
menyimpannya"
Bahkan proses penciptaan manusia pun banyak dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Mulai dari
asal muasalnya, keberadaan zigot yang menempel pada rahim ibu, dsb.
Hal ini terbukti dari segala macam aturan dan hukum-hukum yang ad di dalam Al-
Qur'an bersifat mudah dan memudahkan, mulai dari yang kecil hingga aturan-aturan yang
kompleks. Berikut ini adalah bukti bahwa hukum yang ada dalam Al-Qur'an itu bersifat
ibadah haji diwajibkan oleh Allah namun digugurkan kewajibannya bagi orang-orang
wanita sedang haid, maka ia dapat mengganti puasanya di lain waktu. Bila belum
• Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat dikurangi. Misal, bagi yang
• Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat diubah waktunya. Misal, shalat
5. Al-Qur'an diturunkan kepada nabi yang tidak dapat membaca dan menulis
Seandainya Al-Qur'an tersebut diturunkan kepada orang yang mampu membaca dan
menulis bisa jadi isinya telah berubah sesuai dengan keingingan yang menerima ayat-ayat
tersebut. Namun kenyataannya Allah menurunkannya kepada Muhammad yang tidak dapat
membaca dan menulis, hal ini tidak memungkinkan bagi nabi untuk merubahnya dan tidak
mungkin pula Muhammad yang telah membuat sendiri ayat-ayat Al-Qur'an tersebut.
Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur'an diturunkan selama hampir 23 tahun. Dalam
waktu yang lama dan berangsur-angsur ini pasti telah banyak sekali saksi sejarah yang
mengetahui ayat-ayat Al-Qur'an ini. Hal ini tidak memungkinkan bagi mereka untuk
bersepakat secara bersama-sama untuk mengubah isi dari Al-Qur'an itu sendiri. Dan jika Al-
Qur'an bukan merupakan wahyu dari Allah melainkan buatan Muhammad SAW pastilah
sudah terjadi kesemrawutan dalam penulisannya. Karena dalam jangka waktu yang lama
tersebut pastilah pola pikir manusia akan suatu hal mengalami perkembangan.
Misalnya saja dua tahun lalu kita pernah menulis sesuatu, entah itu surat, puisi,
bahkan catatan harian kita, dan kita membacanya lagi saat ini bisa jadi kita tertawa
membacanya. Entah karena bahasanya yang aneh, atau karena pola pikir kita saat itu yang
belum berkembang sehingga banyak sekali kata-kata yang terasa janggal. Dan sungguh.. Al-
Qur'an tak ada satupun ayat yang saling bertentangan antar satu dan yang lain. Inilah yang
membuktikan bahwa Al-Qur'an bukanlah buah pikir manusia melainkan wahyyu dari Allah
SWT.
Sampai saat ini para penghapal Al-Qur'an di muka bumi bukan hanya ratusan, ribuan,
atau ratusan ribu, tapi pengahapal Al-Qur'an saat ini telah mencapai ratusan juta jiwa.
Meskipun secara bahasa tidak ada perbedaan antara wahyu dan ilham, namun kedua
adalah dua sisi yang membedakan kualitas manusia: antara nabi dan bukan nabi. Ilham
diberikan kepada setiap manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para nabi. Meski
keduanya berasal dari Allah SWT, namun cara penerimaannya yang berbeda. Ilham adalah
penyusupan makna, pemikiran, kabar, atau hakekat dalam hati lewat limpahan karunia batin
dari Allah SWT. Jalan untuk mendapatkan ilham bisa lewat usaha rohani maupun tanpa usaha
Ketika menafsirkan surat al-Syams: 8, Quraish Shihab (2002: XV: 297) menulis
“Memang ilham atau intuisi datang secara tiba-tiba tanpa disertai analisis
kilat dalam sinar dan kecepatannya, sehingga manusia tidak bisa menolaknya, sebagaimana
tidak dapat pula mengundang kehadirannya. Potensi ini ada pada setiap insan, walaupun
Setiap manusia pasti mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang baik dan buruk
berdasarkan akalnya. Pengetahuan ini merupakan ilham dari Allah SWT. Kelanjutan
pengetahuan dalam sikap dan perbuatan merupakan kehendak manusia. Agar manusia
cenderung berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah SWT mengutus para
nabi yang telah mendapatkan wahyu dari-Nya. Dengan demikian, Allah SWT Maha Pengasih
dan Maha Penyayang, karena memberikan ilham kebaikan dan keburukan kepada manusia
serta mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang
benar.
Al-Qur’an adalah hasil wahyu, bukan ilham. Ketika menerima wahyu al-Qur’an,
badan Nabi SAW terasa berat hingga keringatnya bercucuran. Meski demikian, Nabi SAW
senang menerimanya. Nabi SAW pernah tidak menerima wahyu dalam jangka waktu yang
lama. Nabi SAW sedih. Masyarakat pun mengolok-olok Nabi SAW sebagai orang yang telah
ditinggal Tuhannya. Akhirnya, turunlah surat al-Dluha. Nabi SAW pun kembali bahagia.
Terkadang Nabi SAW berharap datangnya wahyu. Namun, kedatangannya pun tidak tepat.
lika-liku penerimaan wahyu oleh Nabi SAW. Bukan kehendak Nabi SAW, melainkan
Kehendak Allah SAW. Nabi SAW adalah manusia terakhir yang mendapatkan wahyu,
selanjutnya manusia hanya bisa mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir
yang mengumpulkan wahyu, berikutnya hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham. Selain
wahyu Al-Qur’an, Nabi SAW juga mendapatkan wahyu di luar al-Qur’an yang disebut hadis.
Al-Qur’an juga telah menjadi dasar atas wahyu hadis ini, antara lain: surat al-Najm ayat 3-4
PENUTUP
A. Kesimpulan.
1. Pengertian Al-Qur’an
“Al Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan
“Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti dengan tantangan yang
diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas
misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”
Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab untuk
menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu.
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz dan mukjizat itu dapat
dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan
Wahyu menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat
sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada nabinya
tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi
meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa yang diterimanya adalah dari
Allah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
http://ragatrisni.multiply.com/journal/item/149/Argumen_tentang_Kebenaran_Al-
Quran_sebagai_Wahyu_Allah_SWT?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http:// quranhadits20.wordpress.com/2011/04/16/definisi-al-qur%E2%80%99an-dan-wahyu/
http:// religiousstudy.heck.in/pembahasan-makalah-mukjizat-al-quran.xhtml
http:// cinta-allahswt.blogspot.com/2011/05/al-quran-sebagai-wahyu.html