Anda di halaman 1dari 18

TUGAS : Ulumul Qur’an dan Hadis.

MAKALAH
“MUKJIZAT AL-QUR’AN”

OLEH :
RUSDI ARIF SYAM BS
NIM : 10620180024

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR 2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrohiim Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokaatuh

Segala puji dan syukur kehadirat Alloh ‘azza wajala Robb semesta alam karena atas

hidayah dan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, insya Alloh.

Sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad sholallohu ‘alaihi wasalam serta

segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga akhir

zaman.

Makalah yang membahas tentang Kemu’jizatan al-Quran ini, mudah-mudahan bisa

bermanfaat bagi mahasiswa semua, meskipun dalam penyusunannya jauh dari

kesempurnaan, akan tetapi tanpa mengurangi rasa hormat kami, penyusun juga

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah

maupun dari mahasiswa sekalian. Kesempurnaan dan kebenaran itu hanya dari Alloh ‘azza

wajala sedangkan kesalahan dan kekurangan adalah dari manusia kami pribadi.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokaatuh


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

1.1 Pengertian Al Qur’an ............................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 5

2.1 Al-qur’an Sebagai Mukjizat dan Wahyu ........................................................ 5

A. Pengertian Mukjizat ............................................................................ 5

B. Pengertian Wahyu ............................................................................... 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 15

A. Kesimpulan. .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 18


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Al Qur’an

Beberapa definisi tentang al-qur’an telah di kemukakan oleh beberapa ulama dari

berbagai keahlian dalam bidang bahasa, ilmu kalam, ushul fiqh dan sebagainya. Definisi-

definisi itu sudah tentu berbeda antara satu dengan yang lain, karena stressing

(penekanannya) berbeda-beda yang disebabkan oleh perbedaan keahlian dan disiplin ilmu

mereka.

Sehubungan dengan itu, Dr. Subhi al-Shalih merumuskan definisi al-qur’an yang

dipandang sebagai definisi yang dapat diterima para ulama, terutama ahli bahasa, ahli fiqh

dan ahli ushul fiqh. Sebagai berikut:

“Al Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan

jalan mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.”


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Al-qur’an Sebagai Mukjizat dan Wahyu

A. Pengertian Mukjizat

Pengertian mukjizat diambil dari bahasa Arab a’jaza-i’jazyang berarti melemahkan

atau menjadikan tidak mampu.

Dari segi bahasa, kata i’jaz berasal dari kata a’jaza, yu’jizu, i’jaz yang berarti

melemahkan atau memperlemah. Juga dapat berarti menetapkan kelemahan.

Secara normatif, I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang melakukan sesuatu yang

merupakan lawan dari ketidakberdayaan. Sedangkan yang dimaksud dengan i’jaz secara

terminologi ilmu al-Qur’an adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli,

seperti yang dikemukakan oleh Khalil al-Qaththan :

“I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi s.a.w. dalam pengakuan orang lain

sebagai seorang rosul utusan Allah SWT , dengan menampakkan kelemahan orang-orang

Arab untuk menandinginya atau menghadapi mukjizat yang abadi, yaitu al-Qur’an dan

kelemahan-kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.”

Sedang mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dengan tantangan yang tidak

mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun.

Muhammad Bakar Ismail menegaskan :


“Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti dengan tantangan yang

diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas

misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz dan mukjizat itu dapat

dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan

yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya al-Qur’an.

Sedangkan pengertian mukjizat mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan

hanya berupa al-Qur’an, tetapi juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau oleh

segala daya dan kemampuan manusia secara keseluruhan.

Dengan demikian, dalam konteks ini antara pengertian i’jaz dan mukjizat itu saling

isi mengisi dan saling lengkap melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak

dengan jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada

rasul-rasul pilihan-Nya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya

itu.

Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab untuk

menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu.

Pelakunya (yang melemahkan) dinamakan mukjiz dan pihak yang mampu

melemahkan pihak lain sehingga mampu membungkamkan lawan, dinamakan mukjizat.


1. Segi - Segi Kemukjizatan Al-Qur’an

Kemukjizatan Al-Qur’an antara lain terletak pada segi fashahah dan balaghahnya,

susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada tandingannya. Menurut Syeikh

Muhammad Ali al-Shabuniy menegaskan, bahwa diantara segi – segi kemukjizatan al-

Qur’an yang nampak adalah :

a. Keindahan sastranya yang sama sekali berbeda dengan keindahan sastra yang dimiliki

oleh orang-orang Arab.

b. Gaya bahasanya yang unik yang sama sekali berbeda dengan semua gaya bahasa yang

dimiliki bangsa Arab.

c. Kefasihan bahasanya yang tidak mungkin dapat ditandingi dan dilakukan oleh semua

makhluk termasuk jenis manusia.

d. Kesempurnaan syari’at yang dibawanya yang mengungguli semua syariat dan aturan-

aturan lainnya.

e. Menampilkan berita-berita yang bersifat eskatalogis yang tak mungkin dapat

dijangkau oleh otak manusia kecuali melalui pemberitaan wahyu al-Qur’an itu

sendiri.

f. Tidak adanya pertentangan antara konsep-konsep yang dibawakannya dengan

kenyataan kebenaran hasil penemuan dan penyelidikan ilmu pengetahuan.

g. Terpenuhinya setiap janji dan ancaman yang diberitakan al-Qur’an.

h. Ilmu pengetahuan yang dibawanya mencakup ilmu pengetahuan syariat dan ilmu

pengetahuan alam (tentang jagad raya).


i. Dapat memberikan pengaruh yang mendalam dan besar pada para pengikut dan

musuh – musuhnya.

j. Susunan kalimat dan gaya bahasanya terpelihara dari paradoksi dan kerancuan.

2. Perbedaan Al Qur’an dengan Hadits Qudsi

Menurut At Thibi : Al Quran adalah lafaz yang diturunkan oleh malaikat Jibril dari

Allah kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun hadits Qudsi adalah sesuatu yang dikehendaki

oleh Allah untuk disampaikan dengan jalan melalui ilham atau mimpi, kemudian Nabi

memberitahukan kepada umatnya dengan bahasa sendiri. Sedangkan hadits-hadits yang lain

tidak disandarkan kepada Allah dan tidak diriwayatkan dari Allah.

Perbedaan lainnya adalah:

a. Al-Qur’an adalah mukjizat dan mengandung tantangan kepada seluruh manusia dan

Jin yang mereka semua tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Al-Qur’an

walau satu ayat pun. Sedangkan hadis qudsi bukan merupakan mukjizat dan tidak

mengandung tantangan.

b. Seluruh isi Al-Qur’an dinukil secara mutawatir dan qoth’i, sedangkan hadis qudsi

sebagian ada yang shahih dan ada pula sebagiannya berupa khabar ahad yang sebatas

dzan (dugaan).

c. Al-Qur’an semuanya berasal dari Allah baik makna maupun redaksi lafalnya,

sedangkan hadis qudsi maknanya saja dari Allah, sedangkan redaksi lafalnya dari

Rasulullah atau dari periwayat hadis.


d. Perlakuan terhadap Al-Qur’an yaitu : dilarang menyentuhnya bagi yang berhadas

kecil, dilarang membacanya bagi yang ber hadas besar, tidak berlaku bagi hadis qudsi.

e. Membaca Al-Qur’an setiap hurufnya mendatangkan pahala, sedang membaca hadis

qudsi tidak.

B. Pengertian Wahyu

Wahyu menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat

sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada nabinya

tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi

meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa yang diterimanya adalah dari

Allah sendiri. Sesuai dengan ayat 51 dari surat Al-Surra.

Berdasarkan atas ayat tersebut maka wahyu itu ada tiga macam:

1. Pemberitahuan tuhan dengan cara ilham tanpa perantaraan termasuk mimpi yang tepat dan

benar, misalnya habi Ibrahim diperintah melalui mimpi menyembelih puteranya (Ismail).

Peristiwa ini diungkapkan oleh Allah dalam surat Al- Shofat ayat 102.

2. Mendengar firman Allah dibalik ta’bir, seperti yang dialami nabi Musa ketika menerima

pengangkatan kenabianya. Peristiwa ini disebutkan dalam surat Thaha ayat 11-13. Demikian

pula peristiwa mi’raj nabi Muhammad, dimana nabi menerima perintah langsung dari Allah

SWT untuk mendirikan shalat lima waktu

3. Penyampaian wahyu (amanat) Tuhan dengan perantaraan Jibril As .Ini ada dua macam :

• Nabi dapat melihat kehadiran Malaikat Jibril a.s.


• Nabi tidak melihat kehadiran Malaikat Jibril a.s ketika menerima wahyu, tetapi beliau

mendengar suaranya seperti suara lebah atau gemrincing bel.

Kebenaran Al-qur’an sebagai wahyu Allah :

1.Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab yang sangat indah

Diungkapkan oleh Muhammad bin Abdul Aziz bahwa keindahan bahasa Arab dalam Al-

Qur'an dapat terlihat dari beberapa hal, yaitu :

• Jalinan kalimat dalam Al-Qur'an tersusun sedemikian rupa sehingga ketika dibaca

terdengar indah dan mudah dihafal

• Bahasa Arab dalam Al-Qur'an mudah dipahami baik oleh orang umum maupun oleh

orang khusus

• Bahasa Arab dalam Al-Qur'an menggunakan pendekatan perasaan dan ilmiah

2. Al-Qur'an hadir berisi tentang history dan story

Hal ini berarti bahwa di dalam Al-Qur'an dijelaskan mengenai kejadian di masa lalu,

saat ini, dan kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang.

3. Al-Qur'an hadir dengan isyarat IPTEK

Banyak sekali ilmu pengetahuan yang saat ini berkembang atau ditemukan oleh para

ilmuwan merupakan suatu hal yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Misalnya saja
tentang teori big bang yang mengatakan bahwa dahulu langit dan bumi adalah kesatuan yang

padu kemudian keduanya terpisah.

"Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu

menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu

yang hiduo berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?"

(QS. Al-Anbiya (21) : 30)

Atau surah yang menerangkan mengenai manfaat angin sebagai media penyerbukan

tumbuhan. Ketika kita belajar biologi pun akhirnya kita tahu bahwa memang benar jika angin

mampu membantu beberapa jenis tumbuhan dalam proses penyerbukan.

"Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari

langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang

menyimpannya"

(QS Al-Hijr (15) : 22)

Bahkan proses penciptaan manusia pun banyak dijelaskan di dalam Al-Qur'an. Mulai dari

asal muasalnya, keberadaan zigot yang menempel pada rahim ibu, dsb.

4. Al-Qur'an hadir sebagai pedoman hidup bagi manusia secara komprehensif

Hal ini terbukti dari segala macam aturan dan hukum-hukum yang ad di dalam Al-

Qur'an bersifat mudah dan memudahkan, mulai dari yang kecil hingga aturan-aturan yang

kompleks. Berikut ini adalah bukti bahwa hukum yang ada dalam Al-Qur'an itu bersifat

mudah dan memudahkan.


• Allah memberikan kewajiban namun terkadang kewajiban itu diggugurkan. Misal,

ibadah haji diwajibkan oleh Allah namun digugurkan kewajibannya bagi orang-orang

yang tidak mampu.

• Allah meringankan suatu kewajiban dengan menggantinya. Misal, bila seorang

wanita sedang haid, maka ia dapat mengganti puasanya di lain waktu. Bila belum

sanggup berhaji maka berqurban, dsb.

• Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat dikurangi. Misal, bagi yang

melakukan perjalanan dapat mengqashar shalatnya, dari 4 menjadi 2.

• Allah membuat kewajiban namun terkadang dapat diubah waktunya. Misal, shalat

jamak bagi mereka yang sedang bepergian jauh.

• Allah memberikan keringanan dalam kewajiban-kewajiban yang telah dibuat.

5. Al-Qur'an diturunkan kepada nabi yang tidak dapat membaca dan menulis

Seandainya Al-Qur'an tersebut diturunkan kepada orang yang mampu membaca dan

menulis bisa jadi isinya telah berubah sesuai dengan keingingan yang menerima ayat-ayat

tersebut. Namun kenyataannya Allah menurunkannya kepada Muhammad yang tidak dapat

membaca dan menulis, hal ini tidak memungkinkan bagi nabi untuk merubahnya dan tidak

mungkin pula Muhammad yang telah membuat sendiri ayat-ayat Al-Qur'an tersebut.

6. Al-Qur'an diturunkan dalam jangka waktu yang lama

Seperti yang kita tahu bahwa Al-Qur'an diturunkan selama hampir 23 tahun. Dalam

waktu yang lama dan berangsur-angsur ini pasti telah banyak sekali saksi sejarah yang

mengetahui ayat-ayat Al-Qur'an ini. Hal ini tidak memungkinkan bagi mereka untuk
bersepakat secara bersama-sama untuk mengubah isi dari Al-Qur'an itu sendiri. Dan jika Al-

Qur'an bukan merupakan wahyu dari Allah melainkan buatan Muhammad SAW pastilah

sudah terjadi kesemrawutan dalam penulisannya. Karena dalam jangka waktu yang lama

tersebut pastilah pola pikir manusia akan suatu hal mengalami perkembangan.

Misalnya saja dua tahun lalu kita pernah menulis sesuatu, entah itu surat, puisi,

bahkan catatan harian kita, dan kita membacanya lagi saat ini bisa jadi kita tertawa

membacanya. Entah karena bahasanya yang aneh, atau karena pola pikir kita saat itu yang

belum berkembang sehingga banyak sekali kata-kata yang terasa janggal. Dan sungguh.. Al-

Qur'an tak ada satupun ayat yang saling bertentangan antar satu dan yang lain. Inilah yang

membuktikan bahwa Al-Qur'an bukanlah buah pikir manusia melainkan wahyyu dari Allah

SWT.

7. Al-Qur'an di jaga kebenarannya dan kesuciannya langsung oleh Allah SWT

Sampai saat ini para penghapal Al-Qur'an di muka bumi bukan hanya ratusan, ribuan,

atau ratusan ribu, tapi pengahapal Al-Qur'an saat ini telah mencapai ratusan juta jiwa.

Subhanallah... (siapa yang pengen jadi salah satu di antara mereka?)

1. Perbedaan Wahyu dan Ilham

Meskipun secara bahasa tidak ada perbedaan antara wahyu dan ilham, namun kedua

adalah dua sisi yang membedakan kualitas manusia: antara nabi dan bukan nabi. Ilham

diberikan kepada setiap manusia, sedangkan wahyu hanya diberikan kepada para nabi. Meski

keduanya berasal dari Allah SWT, namun cara penerimaannya yang berbeda. Ilham adalah
penyusupan makna, pemikiran, kabar, atau hakekat dalam hati lewat limpahan karunia batin

dari Allah SWT. Jalan untuk mendapatkan ilham bisa lewat usaha rohani maupun tanpa usaha

(Yusuf Qardhawi, 1997: 16).

Ketika menafsirkan surat al-Syams: 8, Quraish Shihab (2002: XV: 297) menulis

pemahaman tentang ilham,

“Memang ilham atau intuisi datang secara tiba-tiba tanpa disertai analisis

sebelumnya, bahkan kadang-kadang tidak terpikirkan sebelumnya. Kedatangannya bagaikan

kilat dalam sinar dan kecepatannya, sehingga manusia tidak bisa menolaknya, sebagaimana

tidak dapat pula mengundang kehadirannya. Potensi ini ada pada setiap insan, walaupun

peringkat dan kekuatannya berbeda antara seseorang dengan yang lain”.

Setiap manusia pasti mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang baik dan buruk

berdasarkan akalnya. Pengetahuan ini merupakan ilham dari Allah SWT. Kelanjutan

pengetahuan dalam sikap dan perbuatan merupakan kehendak manusia. Agar manusia

cenderung berbuat baik dan meninggalkan perbuatan buruk, maka Allah SWT mengutus para

nabi yang telah mendapatkan wahyu dari-Nya. Dengan demikian, Allah SWT Maha Pengasih

dan Maha Penyayang, karena memberikan ilham kebaikan dan keburukan kepada manusia

serta mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk kepada manusia menuju jalan yang

benar.

Al-Qur’an adalah hasil wahyu, bukan ilham. Ketika menerima wahyu al-Qur’an,

badan Nabi SAW terasa berat hingga keringatnya bercucuran. Meski demikian, Nabi SAW

senang menerimanya. Nabi SAW pernah tidak menerima wahyu dalam jangka waktu yang

lama. Nabi SAW sedih. Masyarakat pun mengolok-olok Nabi SAW sebagai orang yang telah
ditinggal Tuhannya. Akhirnya, turunlah surat al-Dluha. Nabi SAW pun kembali bahagia.

Terkadang Nabi SAW berharap datangnya wahyu. Namun, kedatangannya pun tidak tepat.

Padahal, Nabi SAW diminta mengatasi permasalahannya. Demikian ini merupakan

lika-liku penerimaan wahyu oleh Nabi SAW. Bukan kehendak Nabi SAW, melainkan

Kehendak Allah SAW. Nabi SAW adalah manusia terakhir yang mendapatkan wahyu,

selanjutnya manusia hanya bisa mendapatkan ilham. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir

yang mengumpulkan wahyu, berikutnya hanya buku yang ditulis berdasarkan ilham. Selain

wahyu Al-Qur’an, Nabi SAW juga mendapatkan wahyu di luar al-Qur’an yang disebut hadis.

Al-Qur’an juga telah menjadi dasar atas wahyu hadis ini, antara lain: surat al-Najm ayat 3-4

dan surat al-Hasyr ayat 7.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan.

1. Pengertian Al-Qur’an

“Al Quran adalah firman Allah yang bersifat mukjizat yang diturunkan kepada nabi

Muhammad SAW, yang tertulis dalam mushaf–mushaf, yang dinukil (diriwayatkan) dengan

jalan mutawatir, dan membacanya merupakan ibadah.”

2. Al-Qur’an Sebagai Mukjizat

“Mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dan diikuti dengan tantangan yang

diberikan oleh Allah SWT., kepada nabi-nabiNya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas

misi dan kebenaran terhadap apa yang diembannya, yang bersumber dari Allah SWT.”

Al-Qur’an adalah mukjizat dan Allah menunjukkan kelemahan orang Arab untuk

menandingi Al-Qur’an, padahal mereka memiliki faktor-faktor dan potensi untuk itu.

Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa antara i’jaz dan mukjizat itu dapat

dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i’jaz diatas mengesankan batasan

yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya al-Qur’an.

3. Al-Qur’an Sebagai Wahyu

Wahyu menurut bahasa ialah memberikan sesuatu dengan cara yang samar dan cepat

sedangkan menurut pengertian agama, wahyu adalah pemberitahuan tuhan kepada nabinya

tentang hukum-hukum tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar tetapi
meyakinkan kepada nabi / rasul yang bersangkutan, bahwa apa yang diterimanya adalah dari

Allah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

http://ragatrisni.multiply.com/journal/item/149/Argumen_tentang_Kebenaran_Al-
Quran_sebagai_Wahyu_Allah_SWT?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
http:// quranhadits20.wordpress.com/2011/04/16/definisi-al-qur%E2%80%99an-dan-wahyu/
http:// religiousstudy.heck.in/pembahasan-makalah-mukjizat-al-quran.xhtml
http:// cinta-allahswt.blogspot.com/2011/05/al-quran-sebagai-wahyu.html

Anda mungkin juga menyukai