Anda di halaman 1dari 10

Makalah “KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an dan


Hadits

Dosen Pengampu:
Dony Burhan Noor Hasan, Lc, M.A

Disusun Oleh Kelompok 5:


1.Rismawati Sa’diyah
2.Aisyah Amimi
3.In Amir Ridho Alfadholi

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS KEISLAMAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Tahun Akademik 2020/2021

KATA PENGANTAR

1
Bismillahirrohmanirrohim
Asaalamu’alaikumwarohmatullohi wa barokatuh

Segala puji kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, InsyaAllah. Sholawat
serta salam semoga tetap terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW serta
segenap keluarga dan sahabatnya serta para pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.
Makalah yang membahas tentang Kemukjizatan Al-Qur’an ini mudah-mudahan
bisa bermanfaat bagi mahasiswa semua, meskipun dalam penyusunannya jauh
dari kesempurnaan, akan tetapi tanpa mengurangi rasa hormat kami, penyusun
juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari dosen
mata kuliah maupun dari mahasiswa sekalian. Kesempurnaan dan kebenaran itu
hanya dari Allah SWT sedangkan kesalahan dan kekurangan adalah dari
keikhlafan kami pribadi.

Wassalamu’alaikumwarohmatullohi wabarokatuh

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
A.Pengertian Al-I’jaz.............................................................................................................2
B.Macam-macam Mukjizat dan Tujuannya...........................................................................2
C.Pandangan Ulama tentang anggapan bahwa Al-Qur’an Mu’jiz bi al-Sharfah...................3
D.Aspek-Aspek Kemukjizatan dalam al-Qur’an...................................................................4
E.Tafsiran Ilmiah terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan sikap Ulama.........................................5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
Kesimpulan............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan ini, kita sering menilai sesuatu itu mustahil
karena akal manusia yang terbatas dan terpaku dengan hukum-hukum alam atau
hukum sebab akibat yang telah kita ketahui. Sehingga kita sering menolak
suatu yang tidak sejalan dengan logika atau hokum yang berlaku.
Manusia dengan akal yang tidak mampu merenungkan ciptaan Allah dimuka
bumi dan di alam semesta. Mereka tidak mencoba untuk menyempatkan diri
3
mentadabburi kebesaran Allah yang terlukis pada alam semesta. Sehingga
Allah mengutus setiap Rasul pada kaumnya. Kemudian bersamaan dengan itu
Allah bekali setiap Rasul dengan mukjizat sebagai tandingan terhadap
kemampuan diluar kebiasaan yang berkembang ditengah-tengah kaumnya.
Kemampuan luar biasa atau yang lebih sering dikenal dengan mukjizat
yang dimiliki oleh setiap rasul untuk menandingi dan mengalahkan kemampuan
luar biasa yang ada di kaum mereka sehingga dengan adanya itu mereka tidak
sanggup melawan.
Pembicaraan tentang kemukjizatan Al-Qur’an merupakan suatu mukjizat
tersendiri, dimana para peneliti tidak bisa mencapai kesempurnaan dari
setiap sisi-sisi kemukjizatannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Al-I’jaz
Secara bahasa, kata I’jaz berasal dari kata ‘ajz yang berarti
kelemahan atau ketidakmampuan. Kata I’jaz adalah bentuk nomina verbal dari
kata ‘ajaza yang berarti mendahului.secara istilah I’jaz yaitu suatu
perkara di luar kebiasaan disertai dengan tahaddi dan berhasil mengalahkan
tantangan. Dengan demikian istilah al-I’jaz al-Ilmi(kemukjizatan ilmiah)

4
al-qur’an atau al-Hadist misalnya mengandung makna bahwa kedua sumber
ajaran islam itu telah mengabarkan kepada kita tentang fakta-fakta ilmiah
yang kelak dibuktikan oleh eksperimen sains umat manusia, dan terbukti
tidak dapat dicapai atau diketahui dengan sarana kehidupan yang ada pada
zaman Rasulullah SAW. Hal itu membuktikan kebenaran yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW.(Ahmad Fuad Pasya, 2004: 23).
B.Macam-macam Mukjizat dan Tujuannya
Adapun mukjizat dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu :
1.Mukjizat Kauniyah
Mukjizat kauniyah adalah mukjizat yang berkaitan dengan peristiwa alam,
seperti dibelahnya bulan menjadi dua oleh Nabi Muhammad SAW dan dibelahnya
Laut Merah oleh Nabi Musa as dengan tongkatnya.
2.Mukjizat Syakhsiyyah
Mukjizat Syajhsiyyah adalah mukjizat yang keluar dari tubuh seorang
nabi dan rasul’ seperti air yang keluar dari celah-celah jari Rasulullah
SAW, cahaya bulan yang memancar dari tangan Nabi Musa as serta penyembuhan
penyakit buta dan kusta oleh Nabi Isa as.
3.Mukjizat Salbiyah
Mukjizat salbiyah adalah mukjizat yang membuat sesuatu tidak berdaya
seperti ketika Nabi Ibrahim as dibakar oleh Raja Namrud, akan tetapi api
tidak mampu membakarnya.

4.Mukjizat Aqliyyah
Mukjizat Aqliyyah adalah mukjizat yang rasioanal atau yang dapat
difahami dengan akal fikiran. Contoh satu-satunya adalah Al-Qur’an.
Tujuan adanya mukjizat :
Untuk menguatkan seruan dan pendakwaan sebagai Nabi dan Rasul Allah
kepada umat mereka masing-masing, terutama kepada orang yang belum atau
tidak percaya terhadap kenabian dan kerasulan mereka.

C.Pandangan Ulama tentang anggapan bahwa Al-Qur’an Mu’jiz bi al-Sharfah


Secara etimologi kata Shirfah berasal dari akar kata sharafa yang
berarti ‘’ia telah memalingkan’’. Dalam Al-Qur’an, Allah swt beberapa

5
kali menggunakan kata sharafa, baik dalam arti ‘’memalingkan’’, maupun
arti lain :’’ menghindarkan’’.
Ibrahim ibn Sayyar al-Nazzam seorang tokoh mu’tazilah berpendapat
bahwa Al-Qur’an dalam gaya dan bahasa tidak merupakan mukjizat ; Al-
Qur’an merupakan mukjizat hanya dalam isi.
Abu Fathi Muhammad ibn Abdu al-Karim al-Syahrastani menulis pandangan
al-Nazzam sebagai berikut ; ‘’I’jaz al-Qur’an terletak pada segi
pemberitaan kejadian masa lampau dan kejadian yang akan datang, dan dari
segi Allah memalingkan manusia untuk menantang, melarang orang Arab yang
berkeinginan seperti itu.
Salah seorang pendukung pandangan mukjizat bi al-shirfah dari kalangan
syiah adalah Imam Murtadha yang berpendapat bahwa Allah mencabut ilmu-ilmu
yang diperlukan ilmuwan dan satrawan Arab untuk menantang dan menulis
karangan seperti al-Qur’an (al-Shabuny, 1970). Orang Ara dalam pandangan
Murtadha memiliki banyak sastrawan yang tinggi pengetahuannya mengenai
uslub, balaghah, dan fashahah bahasa Arab, yang tentu saja akan mampu
menandingi al-Qur’an. Namun ternyata Allah melemahkan kemampuan mereka
tatkala berhadapan dengan kitab suci Al-Qur’an.
Imam Ibnu Hazm al-zhahiry dengan halus menyatakan pendapatnya yang
senada dengan al-Nazzam mengenai al-mu’jizat bi al-shirfah. Dalam kitabnya
al-Fishal, al-Zhahiry menyatakan bahwa tidak ada seorangpun yang
berpandangan kalam Allah itu tidak menundukkan (melemahkan), tetapi karena
Allah telah mengutarakan dan menetapkannya sebagai firman maka Al-Qur’an
cenderung untuk menundukkan dan terhalang untuk ditandingi (Al-Shabuny,
1970).
Pandangan Ibrahim ibn Sayyar al-Nazzam, Imam Murtadha dan Imam Ibn Hazm
al-Zhahiri diatas diikuti oleh beberapa peneliti (al-Bahitsun) yang intinya
menyatakan bahwa Allah telah memalingkan bangsa Arab dari menentang Al-
Qur’an, karena itu mereka tidak mampu mengimbangi keindahan balaghah al-
Qur’an sekaligus melemahkan cita-cita mereka untuk menandingi ketinggian
Al-Qur’an (al-Zurqany, tt).
Konklusi dari pemikiran tentang al-mu ‘jizat bi al-Shirfah bagi para
pendukungnya bahwa Al-Qur’an itu sebenarnya tidak istimewa dalam bahasa
dan satra yang dikandungnya. Karena itu kelebihan al-Qur’an dari segi ini

6
ditentukan oleh adanya al-mu’jizat bi al-Shirfah, baik dengan jalan
dilenyapkannya potensi manusia atau dilemahkannya hasrat manusia untuk
bersaing dengan Al-Qur’an (Al-Shabuny, 1970).
Muhammad ibn Thayyib ibn Muhammad Abu al-Bakar al-Baqillani dari
kalangan Asy’ariyah berpendapat bahwa sekiranya menentang Al-Qur’an itu
mungkin, sedangkan Allah melarang dengan cara shirfah(pemalingan), maka al-
Qur’an itu bukanlah mukjizat tetapi justru larangan itulah mukjizat (al-
Qattan, 1973). Pandangan tersebut menurut al- Baqillani jelas keliru karena
dalam kenyataannya ketidakmampuan mereka justru dalam menghadapi
kemu’jizatan al-Qur’an itu (pandangan ini diperkuat oleh ‘abdu al-Qadir
al-Jurjani (seorang ahli Balaghah) dalam bukunya Dalail al-I’jaz dan Asrar
al-Balaghah).

D.Aspek-Aspek Kemukjizatan dalam al-Qur’an


1.Kemukjizatan Bahasa
Dalam sejarah mengatakan bahwa pada masa itu bangsa Arab adalah para
ahli bahasa dan balaghah. Para pakar bahasa Arab telah menekuni ilmu ini
sejak awal. Mereka merubah puisi,prosa, kata-kata bijak, dan matsal yang
dideskripsikan dalam redaksi-redaksi yang memukau.
Para ahli bahasa telah terjun dalam festival bahasa dan mereka
memperoleh kemenangan. Akan tetapi, tidak seorangpun dari mereka yang
sanggup menandingi keindahan bahasa yang terdapat dalam Al-Qur’an. Bahkan
sejarah mencatat kelemahan bahasa ini terjadi pada masa kemajuan dan
kejayaannya ketika al-Qur’an diturunkan.
Al-Qur’an memperlihatkan kefasihan dan balaghahnya. Artinya, untuk
menyampaikan maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT menggunakan
kata dan kalimat yang paling lembut,indah, ringan, serasi, dan kokoh.
Melalui cara tersebut, Allah menyampaikan makna-makna yang dimaksudkan
kepada para mukhathab, yaitu melalui sastra yang paling baik dan mudah
dipahami.
2.Kemukjizatan Ilmiah
Kebanyakan manusia keliru ketika mereka beranggapan bahwa Al-Qur’an
mengandung semua teori ilmiah. Sehingga setiap kali muncul teori keilmuwan

7
yang baru, mereka berupaya mencocokkannya dengan Al-Qur’an agar sesuai
dengan teori tersebut.
Sumber kekeliruan dalam hal ini adalah bahwa ilmu pengetahuan selalu
mengalami perkembangan seiring dengan perubahan zaman. Sehingga ilmu itu
masih dalam upaya penyempurnaan terus menerus dan terkadang mengalami
kekeliruan.
Kemukjizatan ilmiah yang dimiliki oleh Al-Qur’an bukan terletak pada
sisi cakupannya terhadap seluruh aspek teori-teori ilmiah yang akan selalu
bertambah dan mengalami perubahan, akan tetapi terletak pada anjurannya
untuk selalu berfikir. Al-Qur’an memerintahkan manusia untuk menggunakan
akalnya memikirkan penciptaan alam semesta.
3.Kemukjizatan Syariat
Al-Qur’an merupakan system perundang-undangan paripurna yang
membangung kehidupan manusia diatas dasar konsep yang paling tinggi dan
mulia. Kemukjizatan ini tidak bisa dipisahkan dari kemukjizatan ilmiah dan
kemukjizatan bahasanya. Ketiganya akan senantiasa eksis bersama tak seorang
pun dapat mengingkari bahwa Al-Qur’an memiliki kemukjizatan sebagai bukti
kekuasaan Allah swt.

E.Tafsiran Ilmiah terhadap ayat-ayat al-Qur’an dan sikap Ulama


Dijelaskan dalam surah Al-Furqan : 53, yang artinya : ‘’Dan Dia Allah
swt yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ini tawar lagi segar
dan yang lain asin lagi pahit, dan Dia jadikan diantara keduanya dinding
dan batas yang menghalangi.’’
Dari ayat diatas terdapat lafadz ‘’Al-Bahraini’’ yang artinya dua
laut. Dari lafadz tersebut ada beberapa ulama yang memberikan penafsiran
yaitu :
1. Menurut Imam Ar-Razi dalam Tafsir Mafatih al-Gaib memberikan pengertian
bahwa yang dimaksud dengan al-Bahraini (dua laut) yaitu laut langit (air
hujan) dan laut bumi (air asin).
2. Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Al-Qur’an al-adzim, yang menyebutkan
lafadz al-Bahraini tertuju pada dua air yakni sebagai air asin dan air
manis, yang mengalir di tengah-tengah umat manusia. Pertemuan dua laut
ini dimaksudkan agar tidak saling melampaui dan merusak.

8
3. Buya Hamka dalam tafsirnya Tafsir Al-Azhar mengatakan bahwa telah beribu
tahun lamanya pertemuan diantara air sungai yang tawar dengan air laut
yang asin.
4. Menurut ulama khalaf terkemuka Quraish Shihab dalam tafsirnya Tafsir al-
Misbah, yang memahami lafadz al-bahraini yaitu lautan yang memenuhi ¾
bumi ini, serta sungai yang ditampung oleh tanah dan yang memancarkan
mata air serta sungai-sungai besar yang kemudian mengalir kelautan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Intisari dari uraian makalah ini menunjukkan bahwa al-Qur’an merupakan
mukjizat dalam bahasa, sastra, dan bahkan isi yang dikandungnya. Pernyataan
ini menolak anggapan beberapa tokoh mu’tazilah dan Syiah yang menyatakan
adanya al-mu’jizat bi al-Shirfah dalam menghadapi al-Qur’an, dan
penolakan tersebut didasarkan pada analisis logis dan fakta sejarah semasa
diwahyukannya al-Qur’an.
Pembuktian kebenaran mukjizat al-Qur’an secara menyeluruh belum selesai
dan akan terus berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kandungan al-
Qur’an yang syarat dan bahan pemikiran,sains, teknologi, sejarah, fisika
dan metafisika memerlukan pembahasan yang mendalam.

9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, M. (1973). Mabahits fi ‘Ulum al-Qur’an. Mansyurat al-‘Ashri
al-Hadits.
Al-Sayuti, I, J. (1979). Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. Beirut: Dar al-
Fikr.
Al-shabuny, M. A. (1970). Al-Tibyan fi ‘ULum al-Qur’an. Beirut: Dar al-
Irsyad.
Al-Siddiqi, H. (1980). Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir.
Jakarta : Bulan Bintang.

10

Anda mungkin juga menyukai