Disusun Oleh :
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Ulumul Qur‟an
Kami bersyukur dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah Ulumul
Qur‟an. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Ulumul Qur‟an yaitu Bapak H. Fu‟ad Riyadi, Lc, M.Ag. yang telah
memberikan dukungan serta ilmunya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
A. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur‟an adalah mukjizat terbesar bagi Rasulullah dan umatnya yang terpelihara
sepanjang zaman. Ia diturunkan Allah SWT kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang
lurus.
Al-Quran tidak henti-hentinya diteliti dan dikaji. Kandungan kitab suci tersebut terus
menerus digali oleh para pengkajinya. Mereka berusaha menemukan jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan tentang otentisitas al-Qur‟an, kebenaran kandungannya, nilai-nilai universal yang
terkandung di dalamnya, dan eksistensi al-Qur‟an sebagai mukjizat abadi Nabi Muhammad
SAW.
Kajian al-Qur‟an sebagai mukjizat ini berkenaan dengan kehebatan al-Qur‟an dalam
menantang dan mengalahkan berbagai upaya orang-orang yang mencari atau mencari-cari
kekurangan atau kelemahan al-Qur‟an. Tantangan al-Qur‟an dan kemampuan mengalahkan
“musuh-musuhnya” itu ini dinamakan i‟jaz atau mukjizat al-Qur‟an.
I‟jaz atau mukjizat al-Qur‟an adalah studi tentang bagaimana al-Qur‟an mampu
melindungi dirinya dari beragam “serangan”, baik yang berbentuk ketidakpercayaan, maupun
keragu-raguan sampai pengingkaran terhadapnya. Pada saat yang sama, al-Qur‟an juga mampu
melakukan counter attack yang mampu mementahkan dan mengalahkan serangan-serangan
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang menjadi
bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas maka tujuan yang menjadi
bahan kajian dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
PEMBAHASAN
Dari segi bahasa, kata i‟jaz, masdar dari kata kerja a‟jaza, yu‟jizu, i‟jaz, yang berarti
melemahkan atau memperlemah. Kata ini termasuk fiil ruba‟I majid yang berasal dari fi‟il
tsulatsi muijarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti kuat atau mampu.
Sementara Ali al-Shabuny mengartikan i‟jaz sebagai “menetapkan kelemahan manusia baik
secara kelompok atau bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya.” Jadi i‟jaz
ini upaya untuk menegaskan kebenaran seorang nabi dan pada saat yang sama ia juga
menegaskan kelemahan manusia yang meragukan dan mengingkari kenabian. Wajar dalam
konsep i‟jaz ini kalau konsepsi kenabian diklaim sebagai kebenaran yang tidak bisa dibantah,
apalagi dikalahkan. Sedangkan mukjizat adalah perkara luar biasa yang disertai dengan tantangan
yang tidak mungkin dapat di tandingi oleh siapapun.
Muhammad Bakar Ismail menegaskan mukjizat adalah “ perkara luar biasa yang di sertai
dan diikuti dengan tantangan yang di berikan oleh Allah SWT. kepada nabi-nabinya sebagai
hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap yang di embannya, yang bersumber
dari Allah SWT.
Muhammad Ali al-Shabuniy mengemukakan I‟jaz ialah menetapkan kelemahan manusia
baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal yang serupa dengannya,
maka mukjizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah Swt.yang di berikan kepada hamba-
Nya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan dan kenabiannya.
Dari definisi di atas dapat di pahami bahwa antara i‟jaz dengan mukjizat itu dapat
dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian i‟jaz di atas mengesankan batasan
yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya Al-Qur‟an. Sedangkan pengertian mukjizat,
mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa al-Qur‟an, tetapi juga perkara-
perkara lain yang tidak mampu di jangkau oleh segala daya dan kemampuan manusia secara
keseluruhan. Dengan demikian, dalam konteks ini antara pengertian i‟jaz dan mukjizat itu saling
isi mengisi dan saling lengkap melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak
dengan jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada rasul-
rasul pilihan-Nya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang di bawanya itu.
Akan tetapi, setelah manusia mulai menanjak ketahap kedewasaan berfikir, bukti yang
bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi. Itulah sebabnya, Nabi Muhammad SAW, ketika diminta
bukti-bukti yang sifatnya demikian oleh mereka yang tidak percaya, beliau diperintahkan oleh
Allah untuk menjawab:
Artinya: “Katakanlah: “Maha suci Tuhanku, Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang
menjadi rasul?” ( Q.S. Al-Isra‟ 17: 93)
Artinya: ”......dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa
batas”. ( QS. al-Baqarah 2: 212).
b) Susunan Kalimat
Kendatipun al-Qur‟an, hadis Qudsi, dan hadis Nabawi sama-sama keluar dari mulut Nabi,
uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub bahasa al-Qur‟an jauh lebih
tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan dua yang lainnya. Al-Qur‟an muncul dengan uslub
yang begitu indah. Di dalam uslub tersebut terkandung nilal-nilai istimewa dan tidak akan pernah
ada pada ucapan manusia.
Dalam al-Quran misalnya, banyak ayat yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang
disusun dalam bentuk yang sangat indah lagi memesona, jauh lebih indah daripada apa yang
dibuat oleh para penyair dan sastrawan. Dapat dihat salah satu contoh dalam surat al-Qāriah
[101] ayat 5 Allah berfirman:
Artinya : “Ia berkata, ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepala ku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada engkau, ya Tuhanku.”
(QS. Maryam[19]:4)
Menurut pakar ilmu balaghah, al-Qur‟an selain menggunakan tasybih dan isti‟arah, juga
menggunakan majaz (metafora) dan matsal (perumpamaan).
d) Ketelitian Redaksinya
1) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya Beberapa contoh
diantaranya:
a. “al-hayah” (hidup) dan “al-maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali,
b. “an-Naf” (manfaat) dan al-Madharah” (mudarat), masing-masing sebanyak 50 kali,
c. “al-Har” (panas) dan “al-bard” (dingin), masing-masing 4 kali,
d. “ash-Shalihat”(kebajikkan) dan “as-sayyiat” (keburukan), masing-masing 167 kali,
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-
Nya manzilah-manzilah (tempattempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu
melainkan dengan hak (Penuh hikmah). Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)
kepada orang-orang yang mengetahui.(QS. Yunus : 5)
2. Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh Firman Allah SWT:
Artinya: “Bukan demikian, sebenarnya kami kuasa menyusun [kembali] jari jemarinya
dengan sempurna”.(QS. al-Qiyāmah[12]:04)
Artinya : “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?”
4. Ilmu sidik jari dalam QS. al-Qiyāmah 3-4 (ditemukantahun 1884 di Inggris)
Artinya : “Apakah manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan (kembali)
tulang belulangnya? Bukan demikian, Sebenarnya kami Kuasa menyusun (kembali) jari
jemarinya dengan sempurna”
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa al-Qur‟an ini adalah mukjizat
terbesar dari Allah yang di berikan kepada Nabi muhammad SAW. Kita ketahui bahwa setiap
Nabi diutus Allah selalu dibekali dengan mukjizat untuk meyakinkan manusia yang ragu dan
tidak percaya terhadap pesan atau misi yang di bawa oleh Nabi.
Mukjizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang
dihadapi tiap-tiap Nabi, setiap mukjizat bersifat menantang baik secara tegas maupun tidak, oleh
karena itu tantangan tersebut harus di mengerti oleh orang-orang yang di tantangnya itulah
sebabnya jenis mukjizat yang di berikan kepada para Nabi selalu di sesuaikan dengan keahlian
masyarakat yang di hadapunya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat
yang di tantang tersebut. Dan Allah memberikan mukjizat kepada Nabi Muhammad berupa kitab
suci al-Qur‟an Yang kalimat-kalimat dan bahasanya penuh dengan keindahan di karenakan
ummat yang di hadapi oleh Nabi Muhammad dikenal pandai dalam segi bahasa dan sastranya.
DAFTAR PUSTAKA
Ajahari, M.Ag. 2018: Ulumul Qur‟an (Ilmu-ilmu Al-Qur‟an) Sleman Yogyakarta : Aswaja
Pressindo.