Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

I’JAZUL QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Balaghah Al-Qur’an

Oleh kelompok 8:

Aiga Georgia (20120098)

Dosen Pengampu:

Ahmad Dzulfikar, Lc. MH

PRODI ILMU ALQUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT DAARUL QUR’AN

2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami


panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan pada
mata kuliah Balaghoh Al-Qur‟an dengan judul makalah “I’jaz Alqur’an”

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah Balaghoh Al- Qur‟an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan keilmuan dibidang Ulumul Quran bagi pembaca dan
juga penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Ahmad Dulfikar Lc,
MH selaku dosen pengampu pada mata kuliah Balaghoh Quran yang telah
memberikan tugas ini sehingga bisa menambah wawasan, pengetahuan, dan
keilmuan sesuai bidang studi yang kami tekuni. Kami menyadari betul, makalah
yang kami tulis jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang diberikan pada kami untuk
kesempurnaan makalah ini kedepannya. Terima kasih.

Sabtu, 04 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB 1 ..................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan Pembahasan ..................................................................................... 1
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Mukjizat ................................................................................ 3
B. Sejarah Konsep Mukjizat ............................................................................. 4
C. Kemukjizatan Al-Qur‟an (I‟jaz Al-Qur‟an) ................................................. 5
D. Kemukjizatan Sastrawi................................................................................. 7
E. I‟jaz Balaghi ................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................. 11
PENUTUP ............................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur‟an adalah kitab suci umat islam yaitu kalaamullah yang


disampaikan oleh Allah S.W.T kepada Nabi Muhammad SAW melalui
perantara Jibril A.S dalam bentuk wahyu. Turunnya al-Qur‟an adalah
untuk menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia yang beriman. Al-
Qur‟an tidak hanya berbicara tentang ketuhanan akan tetapi al-Qur‟an pun
membicarakan tentang kehidupan manusia, dengan aturan-aturan yang
jelas agar manusia dapat hidup dengan tertib.
Sebagaimana di ketahui, Al-Quran diturunkan ke dalam bahasa
Arab. Kendati Al-Quran berbahasa Arab, tidak berarti semua orang
Arab atau orang yang mahir dalam bahasa Arab, dapat memahami Al-
Quran secara rinci. Bahkan para Sahabat sendiri tidak sedikit yang
mengalami kesulitan dalam memahami kandungan Al-Quran. Hal ini
disebabkan untuk memahami Al-Quran tidak cukup dengan kemampuan
dalam menguasai bahasa Arab saja, tetapi lebih dari itu juga harus
menguasai ilmu-ilmu penunjang. Selain itu Al-quran adalah sebuah
mukjizat terbesar Rasulullah S.A.W, yang selalu memunculkan misteri
baru untuk dipecahkan, baik dari segi sastra, sains teknologi, dll.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dasar mukjizat?


2. Bagaimanakah sejarah konsep mukjizat?
3. Apa yang dimaksud dengan kemukjizatan Alqur‟an
4. Apa yang dimaksud dengan kemukjizatan Sastrawi?
5. Apa yang dimaksud dengan I‟jaz al-Balaghi?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui konsep dasar mukjizat


2. Memahami sejarah konsep mukjizat
3. Memahami apa itu kemukjizatan al-Qur‟an

1
4. Memahami apa itu kemukjizatan sastrawi
5. Memahami apa itu I‟jaz al-Qur‟an

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Mukjizat

Kata “mukjizat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan


sebagai “kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal
manusia”. Pengertian ini, mesti memiliki beberapa persamaan, tapi ia
tidak sama persis dengan pengertian kata tersebut dalam istilah agama
Islam. Kata “mukjizat” adalah bentuk isim fa‟il (nama pelaku) dari
َ ‫( َا ج‬a'jaza) yang berarti melemahkan atau menghilangkan
kata ََ‫ْع ََز‬

kemampuan seseorang untuk mendatangkan sesuatu, baik berupa


pekerjaan, pendangan atau pemahaman.
Mukjizat secara istilah didefinisikan oleh para tokoh agama Islam
antara lain, sebagai hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada
yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun
mereka tidak mampu memenuhi tantangan itu.
Dari pengertian di atas, maka kita dapat ambil kesimpulan bahwa
suatu perkara dapat dikatakan mukjizat, apabila memenuhi empat unsur
berikut:
Pertama, di luar kebiasaan manusia. Mukjizat adalah media utama bagi
seorang nabi untuk membuktikan kepada kaumnya bahwa dia benar
utusan Allah Swt. Oleh karena itu, mukjizat harus sesuatu yang tidak
biasa. Jika mukjizat adalah perkara yang biasa maka hal ini tidak akan
menarik perhatian kaumnya untuk mengimaninya.
Kedua, diberikan Allah Swt kepada nabi atau rasul. Mukjizat harus
berada di tangan seorang rasul. Jika terdapat perkara luar biasa, tetapi
bukan berada di tangan seorang rasul maka perkara itu tidak dapat
dianggap sebagai mukjizat.
Ketiga, adanya tantangan. Suatu mukjizat harus disertai tantangan
kepada manusia untuk menandinginya. Dalam Bahasa Arab, tantangan
ini dikenal dengan nama tahaddi (‫)اىتحذي‬, berarti suatu pekerjaan yang

3
sengaja dilakukan untuk menantang orang lain melakukan hal serupa
dengan tujuan menunjukkan kehebatannya.
Keempat, tidak dapat ditandingi siapapun. Syarat keempat ini berkaitan
erat dengan syarat ketiga yang disebutkan sebelumnya. Sebagian
melihatnya kontradikftif karena memuat dua hal yang seakan
bertentangan, yaitu menantang dan tidak dapat ditandingi. Akan tetapi,
jika dicermati justru ini nilai kemukjizatan suatu perkara. Dia harus
menantang manusia dan manusia tidak dapat menandinginya. Jika
manusia dapat menandinginya maka perkara itu tidak dapat disebut
mukjizat.
Dapat dipahami bahwa kemu‟jizatan adalah sesuatu yang tak
mungkin ditandingi oleh manusia baik secara pribadi maupun kolektif.
Dia merupakan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan, artinya tidak
terikat oleh hubungan sebab akibat yang dikenal oleh manusia. Ia
merupakan pemberian Allah swt kepada Nabi-Nya sebagai bukti
kebenaran risalah yang dibawanya.

B. Sejarah Konsep Mukjizat

Ada ulama yang berpendapat, orang yang pertama kali menulis


I‟jazul Quran ialah Abu Ubaidah (wafat 208 H) dalam kitab Majazul
Quran. Lalu disusul oleh Al-farra (wafat 207 H) yang menulis
kitab Ma’anil Quran. Kemudian disusul Ibnu Quthaibah yang mengarang
kitab Ta’wilu Musykikil Qur’an. Pernyataan terebut dibantah Abdul Qohir
Al-Jurjany dalam kitabnya Dalailul I‟jaz, bahwa semua kitab tersebut di
atas bukan ilmu I‟jazul Qur‟an, melainkan sesuai dengan nama judul-
judulnya itu. Menurut Dr. Subhi Ash-sholeh dalam kitabnya Mabahis fi
Ulumil Qur‟an, bahwa orang yang pertama kali membicarakan ijazul
Qur‟an adalah imam Al-jahidh (wafat 255 H), ditulis dalam
kitab Nuzhumul Qur’an, hal ini seperti diisyaratkan dlam kitabnya yang
lain, Al Hayyam. Lalu disusul muhammad bin Zaid Al-wasithy (wafat 306
H) dalam kitab I‟jazul Qur‟an yang banyak mengutip isi kitab Al-jahidh
tersebut di atas. Kmudian dilanjutkan Imam Arrumany (wafat 384 H).

4
Dalam kitab Al-i‟jaz yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan Al-
Qur‟an. Lalu disusul oleh Al-Qadhy Abu bakar Al-baqillany (wafat 403
H) dalam kitab I‟jazul Qur‟an , yang isinya mengupas segi-segi
kebhalagahan Alquran, di samping segi-segi kemukjizatanya. Kitab ini
sangat populer. Kemudian disusul Abdul Qohir Al-jurjany (wafat 471 H)
dalam kitab Dala’alul i’jaz dan Asrarul Balaghah.
Para pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi‟y menulis tentang
ilmu ini dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi dan prof. Dr. Sayyid Quthub
dalam buku At-tashwirul fanni fil qur’an dan At-ta’birul fanni fil Qur’an.

C. Kemukjizatan Al-Qur’an (I’jaz Al-Qur’an)

Kata i‟jaz diambil dari akar kata a‟jaza-yu‟jizu yang secara


harfiyah(bahasa) berarti lemah,tidak mampu,tidak berdaya. Yang
dimaksud i‟jaz dalam pembicaraan ini ialah menampakkan kebenaran
Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul dengan menampakkan
kelemahan orang arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu
Al-Qur‟an. Dan kelemahan generasi-generasi sesudah mereka.
Adapun Manna Al Qatthan mendefinisikan dengan hal serupa yaitu
suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur
tantangan,dan tidak dapat ditandingi. Sedangkan Al-Thushi
mendefinisikan mu‟jizat dengan terjadinya sesuatu yang tidak bisa terjadi
yang disertai dengan pemberontakan terhadap adat kebiasaan dan hal itu
sesuai dengan tuntutan. Pengertian ini adalah pengertian mu‟jizat dari segi
istilah sebagaimana yang diugkapkan Az zarqani, mu‟jizat adalah sesuatu
yang membuat manusia tidak mampu baik secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama, untuk mendatangkan yang seperti itu, dan pengertian
mu‟jizat menurut Dr.Tantowi ialah ilmu yang membahas tentang
keunggulan Al-Qur‟an dan menyikap ilmu yang ada di dalamya yang
dapat diungkap oleh ilmu pengetahuan di era modern.
Sedangkan kalimat I‟jazul Qur‟an itu sendiri merupakan bentuk
idhafah, menurut Imam Zarqani “I‟jazul Qur‟an secara bahasa berarti di
tetapkannya Al Qur‟an itu melemahkan bagi yang akan menandinginya.

5
Adapun pengertian mu‟jizat menurut theology (mutakallimin) adalah
munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di
dunia (khariqun adah) untuk menunjukkan kebenaran kenabian
(nubuwwah) para ulama.
Penjelasan mengenai macam-macam I‟jazul Qur‟an ini memiliki
perbedaan di kalangan ulama karena berbeda-beda dalam tinjauannya.
Berikut beberapa keterangan mengenai macam-macam I‟jazul Qur‟an
antara lain:
1) Dr. Abd. Rozaq Naufal, dalam kitab Al I‟jazu Al Adadi lil Qur‟anil
Karim, menjelaskan bahwa I‟jazil Qur‟an ada 4 macam yaitu:
 Al-I‟jazul Balaghah, yaitu kemu‟jizatan segi sastra balaghahnya.
 Al-I‟jazul Tasyri‟i, yaitu kemu‟jizatan segi pensyariatan hukum-
hukum ajarannya, yang muncul pada masa penetapan hukum-
hukum syariat Islam.
 Al-I‟jazul Ilmu, yaitu kemu‟jizatan segi ilmu pengetahuan, yang
muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat
Islam.
 Al-I‟jazul Adadi, yaitu kemu‟jizatan segi kuantity atau matematis.
2) Sedangkan menurut Imam Al-Khoththoby (wafat 388 H) dalam buku
Al-Bayan Fi I‟jazil Qur‟an sebagaimana yang dikutip oleh Abdul
Djalal, mengatakan bahwa kemu‟jizatan Al Qur‟an terfokus pada
bidang kebalaghahan saja. Jadi hanya ada I‟jazul Balaghi yang
mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan yaitu keserasian susunan
huruf-hurufnya dan ketertiban kalimat-kalimatnya, serta keindahan
makna.
3) Imam Ali bin Isa Ar Ramany (wafat 384 H), kitab An Naktu Fi I‟jazil
Qur‟ani Al Balaghi dan Syekh Musthafa Shodiq Ar Rafii, kitab I‟jazul
Qur‟an Al Balaghatu An Nabaawiyyah. Beberapa pendapat ulama yang
menguatkan pendapat di atas, di antara aspek kemu‟jizatan al-qur‟an itu
ialah dari segi balagah nya, yang mempunyai tingkat tinggi dan tidak
ada bandingannya. Ini adalah pendapat ahli bahasa arab yang gemar

6
akan bentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-kata yang
terjalin kokoh retorika yang menarik.
Hal itu menunjukan al-Quran merupakan pedoman yang tidak
mengenal waktu bahkan semakin maju ilmu pengetahuan maka al-Quran
akan semakin menunjukan validitas kemukjizatannya Bukan hanya
maknanya yang multi tafsir gaya bahasanya pun tidak akan ada yang bisa
menandinginya walupun seluruh manusia dan jin berkongsi sepakat
membuat satu ayat saja yang dapat menandingi kebalaghahan al-Quran
sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an :
ُ ‫آُ الَ ٌَأْتَُُ٘ ِب َِثْ ِي ِٔ َٗىَ ْ٘ مَبَُ بَ ْؼ‬
ٌْ ُٖ ‫ض‬ ِ ‫ّس َٗ ْاى ِج ُِّ َػيَى أَُ ٌَأْتُ٘اْ ِب َِثْ ِو َٕـذَا ْاىقُ ْز‬
ُ ‫اإل‬
ِ ‫ت‬ِ ‫قُو ىَّئِ ِِ اجْ ت َ ََ َؼ‬
َ ‫ط‬
‫ظ ٍِٖزا‬ ٍ ‫ِى َب ْؼ‬
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Isra : 88)

D. Kemukjizatan Sastrawi

Mukjizat yang Allah berikan juga disesuaikan dengan keahlian dan


trend masyarakat pada waktu itu. Nabi Isa hidup di jamam kedokteran dan
pengobatan, kemudian Allah memberikan mukjizat kepadanya berupa
keahlian menyembuhkan penyakit, bahkan dengan izin Allah nabi Musa
bisa menghidupkan orang yang sudah meninggal. Nabi Muhammad hidup
pada masyarakat yang memiliki keahlian dalam ilmu sastra, kemudian al-
Quran diturunkan kepadanya, sebagai kitab yang mengandung nilai-nilai
sastra yang tinggi.
Al-Quran prinsipnya Shalihun li kulli zaman wa makan, selalu
relevan dalam setiap keadaan. Menurut Emha Ainun Nadjib, satu ayat
dalam al-Quran bisa menjawab semua permasalahan apapun. Tapi
masalahnya kekuatan nalar manusia sangat terbatas sehingga apabila ada
penafsiran-penafsiaran yang jauh keluar dari teksnya dianggap salah atau
keliru, padahal berbicara tentang tafsir tidak ada istilah benar atau salah,
tapi relevan atau tidak relevan.

7
Bukti kesusastraan al-Quran sebagai mukjizat teragung adalah kita
tidak pernah bosan membaca maupun mendengarkannya. Sejatinya sastra
adalah masalah rasa, kata dan ungkapan indah adalah yang sampai pesan
dan maknanya kepada si pembaca dan yang mendengarkannya, walaupun
dalam perkembangan ilmu sastra teori akan terus berkembang. Secara
garis besar unsur sastra terbagi menjadi dua macam. Pertama, unsur
intrinsik. Kedua, unsur ekstrinsik. Di dalamnya kita mengenal istilah tema,
diksi, majas, alur, amanat, tokoh, seting, dan lain-lain.
Al-Quran adalah kitab dengan diksi atau pemilihan kata yang
sangat kuat. Misalnya, pengguna kata yang bermakna manusia di dalam al-
Quran menggunakan dua term yang berbeda, yaitu al-Nas dan al-Insan.
Al-Nas artinya adalah manusia yang sudah dewasa, sehingga selalu
digunakan untuk seruan yang menunjukan perintah atau larangan. Seperti
yaa ayyuhannasu‟budu robbakum (wahai manusia, sembahlah tuhanmu).
Sedangkan kata al-Insan maknanya adalah manusia secara umum,
tidak terikat jenis kelamin, ataubatasan usia. Penyebutan al-Insan di dalam
al-Quran biasanya berupa penjelasan tentang tabiat atau watak manusia itu
sendiri, seperti dalam penggunaan al-Nas dan al-Insan tepat dan
konsisten. Perbedaan-perbedaan seperti ini tidak akan diketahui tanpa
memahami dan menyelami makna yang terkandung di dalamnya.
Al-Quran terlalu rendah kalau disebut sebagai kitab kumpulan
puisi atau kisah, lihatlah betapa kemukjizatan sastra dalam Al-Quran tidak
lantas hilang dengan trend masyarakat modern yang lebih memperhatikan
progress keilmuan dan sains. Al-Quran adalah petunjuk bagi semua
manusia, tetapi dengan keindahan bahasanya banyak orang yang memeluk
Islam, diantaranya adalah Labid bin Rabiah, Umar bin Khatab, Hakeem
Olajuwon, Barbara Bush, dll.

E. I’jaz Balaghi

I‟jaz Balaghi terdiri dari dua kata, yaitu I‟jazun dan Balaghotun.
Al-mu‟jizat adalah bentuk kata Muannats dari kata mudzakkar al-mu‟jiz.
Al-mu‟jiz adalah isim fa‟il dari kata kerja (fi‟il) a‟jaza. Secara harfiah,
mu‟jizat mempunyai arti lemah, tidak mampu, tidak berdaya, tidak

8
sanggup dan tidak kuasa. Al-„ajzu adalah lawan kata dari al-qudroh, yang
berarti sanggup, mampu atau kuasa.
Dalam hal ini, istilah mu‟jiz atau mu‟jizat lazim diartikan dengan
al-„ajib, artinya sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau mengherankan)
karena orang atau pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi atau
menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan suatu yang menyalahi
tradisi.
Dalam al-qur‟an, kata a‟jaza dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 26
kali dalam 21 suroh dalam 25 ayat. Dan a‟jaza dalam al-qur‟an digunakan
dalam beberapa pengertian di antaranya “tidak mampu”, seperti dalam
firman Allah :

‫س ْ٘ءة َ أ َ ِخٍ ِٔ قَب َه ٌَب َٗ ٌْيَتَب أ َ َػ َج ْزتُ أ َ ُْ أَ ُمَُ٘ ٍِثْ َو‬


َ ‫ْف ٌ َُ٘ ِاري‬َ ٍ‫ض ِىٍ ُِزٌَُٔ َم‬ِ ‫ث فًِ األ َ ْر‬ ُ ‫غ َزابب ٌَ ْب َح‬ُ ُ‫ّللا‬
ّ ‫ث‬ َ َ‫فَبَؼ‬
ْ َ ‫س ْ٘ءة َ أ َ ِخً فَأ‬
ٍٍَِِِ ‫صبَ َح ٍَِِ اىَّْبد‬ َ ‫ي‬ َ ‫ة فَأ ُ َٗ ِار‬
ِ ‫َٕـذَا ْاىغُ َزا‬

“kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak supaya menggali bumi


(tanah) untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) tentang bagaimana
seharusnya ia menguburkan saudaranya( Habil). Berkata Qabil : “Aduhai,
celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini,
lalu aku pun dapat menguburkan mayat saudaraku ini ?” karena itu, maka
jadilah dia (Qabil) salah seorang di antara orang-orang yang menyesal.
(Q.S. Al-Maidah : 31)

Dalam ayat di atas, digunakan untuk pengertian tidak mampu atau tidak
sanggup. Dalam kamus al-mu‟jam al-wasit, mu‟jizat dirumuskan dengan :
ٔ‫أٍز خبرق ىيؼبدة ٌظٖزٓ هللا ػيى ٌذ ّبً تأٌٍذا ىْب٘ت‬
“sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas
kekuasaan seorang Nabi untuk memperkuat kenabiannya.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mu‟jizat diartikan sebagai
“kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”.
Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah
agama islam.

9
Ada juga yang berpendapat bahwa mu‟jizat itu adalah “Suatu tindakan di
luar kekuasaan manusia, atau suatu ketidak mungkina menurut akal,
sehingga menimbulkan kekaguman.
Sedangkan balaghah menurut ulama adalah :
ٔ‫أُ ٌنُ٘ اىنالً ٍطببقب ىَقتضى أح٘اه اىَخبطبٍِ ٍغ فصبحت‬
“bahwa perkataan (kalam) yang disampaikan sesuai dengan
keadaan pendengarnya dengan kata-kata yang fasih (jelas).
Jadi, i‟jaz balghi adalah kemukjizatan segi sastra balaghahnya, sebab
setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur‟an dapat mewakili suatu makna dan
maksud dari kalimat tersebut.
Contoh ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur‟an, terdapat
nama-nama Allah yang sangat mulia (Asma Al-Husna), seperti Ar-
Rahman, Ar-Rahim, yang artinya Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sekalipun sebenarnya arti Ar-Rahman dan Ar-Rahim tidak sama dengan
makna Pengasih dan Penyayang.
Allah berfirman :
‫ع ْاى َُ ْيلَ ٍِ ََِّ تَشَبء َٗت ُ ِؼ ُّز ٍَِ تَشَبء َٗت ُ ِذ ُّه ٍَِ تَشَبء‬
ُ ‫قُ ِو اىيَّ ُٖ ٌَّ ٍَبىِلَ ْاى َُ ْي ِل تُؤْ تًِ ْاى َُ ْيلَ ٍَِ تَشَبء َٗت َِْز‬
‫ش ًْءٍ قَذٌِز‬ َ ‫ِب ٍَ ِذكَ ْاى َخٍ ُْز ِإَّّلَ َػ َي‬
َ ‫ى ُم ِّو‬
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau
Berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau Kehendaki, dan Engkau
Cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau Kehendaki. Engkau
Muliakan siapa pun yang Engkau Kehendaki dan Engkau Hinakan siapa
pun yang Engkau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran : 26)
Shigoh ke balaghoh an ayat tersebut adalah terdapat pada kalimat
qadiir (‫)قذٌز‬, yang tidak hanya qadir (‫ )قبدر‬mampu atau kuasa, akan tetapi
sangat mampu berbuat dalam hal apapun. Begitu juga dengan sifat-sifat
nama-nama Allah yang lainya, yang menggambarkan betapa dan sangat
Allah berkuasa dalam hal apapun.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan materi diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya:


1. Dapat dipahami bahwa kemu‟jizatan adalah sesuatu yang tak
mungkin ditandingi oleh manusia baik secara pribadi maupun
kolektif. Dia merupakan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan,
artinya tidak terikat oleh hubungan sebab akibat yang dikenal oleh
manusia. Ia merupakan pemberian Allah swt kepada Nabi-Nya
sebagai bukti kebenaran risalah yang dibawanya.
2. Pertama kali I‟jazul Qur‟an di tulis pada abad ke2 Hijriah oleh
Imam Al-Jahidh yang ditulis dalam kitab Nuzulul Qur’an.
3. Hal itu menunjukan al-Quran merupakan pedoman yang tidak
mengenal waktu bahkan semakin maju ilmu pengetahuan maka al-
Quran akan semakin menunjukan validitas kemukjizatannya Bukan
hanya maknanya yang multi tafsir gaya bahasanya pun tidak akan
ada yang bisa menandinginya walupun seluruh manusia dan jin
berkongsi sepakat membuat satu ayat saja yang dapat menandingi
kebalaghahan al-Quran
4. Bukti kesusastraan al-Quran sebagai mukjizat teragung adalah kita
tidak pernah bosan membaca maupun mendengarkannya. Sejatinya
sastra adalah masalah rasa, kata dan ungkapan indah adalah yang
sampai pesan dan maknanya kepada si pembaca dan yang
mendengarkannya, walaupun dalam perkembangan ilmu sastra
teori akan terus berkembang. Secara garis besar unsur sastra
terbagi menjadi dua macam. Pertama, unsur intrinsik. Kedua, unsur
ekstrinsik. Di dalamnya kita mengenal istilah tema, diksi, majas,
alur, amanat, tokoh, seting, dan lain-lain.

11
5. Jadi, i‟jaz balghi adalah kemukjizatan segi sastra balaghahnya,
sebab setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur‟an dapat mewakili
suatu makna dan maksud dari kalimat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Shihab, Quraish. 1998. Mukjizat Al-Quran (Bandung : Mizan)

Fadli, M. Aroka. (2017, Januari 31). Kesusastraan Sebagai Mukjizat Alquran.


Bincang Syariah. Diakses pada 4 Juni 2022 melalui

https://bincangsyariah.com/kolom/kesusastraan-sebagai-mukjizat-al-quran/

Mansur. (2016, November 18). Makalah Konsep Mukjizat. Blogspot.

http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-konsep-mukjizat.html

Harahap, Heriansyah. 2015. I’jaz Balaghi. Makalah

12

Anda mungkin juga menyukai