I’JAZUL QUR’AN
Oleh kelompok 8:
Dosen Pengampu:
FAKULTAS USHULUDDIN
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Pembahasan
1
4. Memahami apa itu kemukjizatan sastrawi
5. Memahami apa itu I‟jaz al-Qur‟an
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
sengaja dilakukan untuk menantang orang lain melakukan hal serupa
dengan tujuan menunjukkan kehebatannya.
Keempat, tidak dapat ditandingi siapapun. Syarat keempat ini berkaitan
erat dengan syarat ketiga yang disebutkan sebelumnya. Sebagian
melihatnya kontradikftif karena memuat dua hal yang seakan
bertentangan, yaitu menantang dan tidak dapat ditandingi. Akan tetapi,
jika dicermati justru ini nilai kemukjizatan suatu perkara. Dia harus
menantang manusia dan manusia tidak dapat menandinginya. Jika
manusia dapat menandinginya maka perkara itu tidak dapat disebut
mukjizat.
Dapat dipahami bahwa kemu‟jizatan adalah sesuatu yang tak
mungkin ditandingi oleh manusia baik secara pribadi maupun kolektif.
Dia merupakan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan, artinya tidak
terikat oleh hubungan sebab akibat yang dikenal oleh manusia. Ia
merupakan pemberian Allah swt kepada Nabi-Nya sebagai bukti
kebenaran risalah yang dibawanya.
4
Dalam kitab Al-i‟jaz yang isinya mengupas segi-segi kemukjizatan Al-
Qur‟an. Lalu disusul oleh Al-Qadhy Abu bakar Al-baqillany (wafat 403
H) dalam kitab I‟jazul Qur‟an , yang isinya mengupas segi-segi
kebhalagahan Alquran, di samping segi-segi kemukjizatanya. Kitab ini
sangat populer. Kemudian disusul Abdul Qohir Al-jurjany (wafat 471 H)
dalam kitab Dala’alul i’jaz dan Asrarul Balaghah.
Para pujangga modern seperti Musthofa Shodiq Ar-Rofi‟y menulis tentang
ilmu ini dalam kitab Tarikhul Adabil Arabi dan prof. Dr. Sayyid Quthub
dalam buku At-tashwirul fanni fil qur’an dan At-ta’birul fanni fil Qur’an.
5
Adapun pengertian mu‟jizat menurut theology (mutakallimin) adalah
munculnya sesuatu hal yang berbeda dengan kebiasaan yang terjadi di
dunia (khariqun adah) untuk menunjukkan kebenaran kenabian
(nubuwwah) para ulama.
Penjelasan mengenai macam-macam I‟jazul Qur‟an ini memiliki
perbedaan di kalangan ulama karena berbeda-beda dalam tinjauannya.
Berikut beberapa keterangan mengenai macam-macam I‟jazul Qur‟an
antara lain:
1) Dr. Abd. Rozaq Naufal, dalam kitab Al I‟jazu Al Adadi lil Qur‟anil
Karim, menjelaskan bahwa I‟jazil Qur‟an ada 4 macam yaitu:
Al-I‟jazul Balaghah, yaitu kemu‟jizatan segi sastra balaghahnya.
Al-I‟jazul Tasyri‟i, yaitu kemu‟jizatan segi pensyariatan hukum-
hukum ajarannya, yang muncul pada masa penetapan hukum-
hukum syariat Islam.
Al-I‟jazul Ilmu, yaitu kemu‟jizatan segi ilmu pengetahuan, yang
muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains di kalangan umat
Islam.
Al-I‟jazul Adadi, yaitu kemu‟jizatan segi kuantity atau matematis.
2) Sedangkan menurut Imam Al-Khoththoby (wafat 388 H) dalam buku
Al-Bayan Fi I‟jazil Qur‟an sebagaimana yang dikutip oleh Abdul
Djalal, mengatakan bahwa kemu‟jizatan Al Qur‟an terfokus pada
bidang kebalaghahan saja. Jadi hanya ada I‟jazul Balaghi yang
mencakup kefasihan lafal, kebaikan susunan yaitu keserasian susunan
huruf-hurufnya dan ketertiban kalimat-kalimatnya, serta keindahan
makna.
3) Imam Ali bin Isa Ar Ramany (wafat 384 H), kitab An Naktu Fi I‟jazil
Qur‟ani Al Balaghi dan Syekh Musthafa Shodiq Ar Rafii, kitab I‟jazul
Qur‟an Al Balaghatu An Nabaawiyyah. Beberapa pendapat ulama yang
menguatkan pendapat di atas, di antara aspek kemu‟jizatan al-qur‟an itu
ialah dari segi balagah nya, yang mempunyai tingkat tinggi dan tidak
ada bandingannya. Ini adalah pendapat ahli bahasa arab yang gemar
6
akan bentuk-bentuk makna yang hidup dalam untaian kata-kata yang
terjalin kokoh retorika yang menarik.
Hal itu menunjukan al-Quran merupakan pedoman yang tidak
mengenal waktu bahkan semakin maju ilmu pengetahuan maka al-Quran
akan semakin menunjukan validitas kemukjizatannya Bukan hanya
maknanya yang multi tafsir gaya bahasanya pun tidak akan ada yang bisa
menandinginya walupun seluruh manusia dan jin berkongsi sepakat
membuat satu ayat saja yang dapat menandingi kebalaghahan al-Quran
sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an :
ُ آُ الَ ٌَأْتَُُ٘ ِب َِثْ ِي ِٔ َٗىَ ْ٘ مَبَُ بَ ْؼ
ٌْ ُٖ ض ِ ّس َٗ ْاى ِج ُِّ َػيَى أَُ ٌَأْتُ٘اْ ِب َِثْ ِو َٕـذَا ْاىقُ ْز
ُ اإل
ِ تِ قُو ىَّئِ ِِ اجْ ت َ ََ َؼ
َ ط
ظ ٍِٖزا ٍ ِى َب ْؼ
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat
membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian yang lain.” (Q.S. Al-Isra : 88)
D. Kemukjizatan Sastrawi
7
Bukti kesusastraan al-Quran sebagai mukjizat teragung adalah kita
tidak pernah bosan membaca maupun mendengarkannya. Sejatinya sastra
adalah masalah rasa, kata dan ungkapan indah adalah yang sampai pesan
dan maknanya kepada si pembaca dan yang mendengarkannya, walaupun
dalam perkembangan ilmu sastra teori akan terus berkembang. Secara
garis besar unsur sastra terbagi menjadi dua macam. Pertama, unsur
intrinsik. Kedua, unsur ekstrinsik. Di dalamnya kita mengenal istilah tema,
diksi, majas, alur, amanat, tokoh, seting, dan lain-lain.
Al-Quran adalah kitab dengan diksi atau pemilihan kata yang
sangat kuat. Misalnya, pengguna kata yang bermakna manusia di dalam al-
Quran menggunakan dua term yang berbeda, yaitu al-Nas dan al-Insan.
Al-Nas artinya adalah manusia yang sudah dewasa, sehingga selalu
digunakan untuk seruan yang menunjukan perintah atau larangan. Seperti
yaa ayyuhannasu‟budu robbakum (wahai manusia, sembahlah tuhanmu).
Sedangkan kata al-Insan maknanya adalah manusia secara umum,
tidak terikat jenis kelamin, ataubatasan usia. Penyebutan al-Insan di dalam
al-Quran biasanya berupa penjelasan tentang tabiat atau watak manusia itu
sendiri, seperti dalam penggunaan al-Nas dan al-Insan tepat dan
konsisten. Perbedaan-perbedaan seperti ini tidak akan diketahui tanpa
memahami dan menyelami makna yang terkandung di dalamnya.
Al-Quran terlalu rendah kalau disebut sebagai kitab kumpulan
puisi atau kisah, lihatlah betapa kemukjizatan sastra dalam Al-Quran tidak
lantas hilang dengan trend masyarakat modern yang lebih memperhatikan
progress keilmuan dan sains. Al-Quran adalah petunjuk bagi semua
manusia, tetapi dengan keindahan bahasanya banyak orang yang memeluk
Islam, diantaranya adalah Labid bin Rabiah, Umar bin Khatab, Hakeem
Olajuwon, Barbara Bush, dll.
E. I’jaz Balaghi
I‟jaz Balaghi terdiri dari dua kata, yaitu I‟jazun dan Balaghotun.
Al-mu‟jizat adalah bentuk kata Muannats dari kata mudzakkar al-mu‟jiz.
Al-mu‟jiz adalah isim fa‟il dari kata kerja (fi‟il) a‟jaza. Secara harfiah,
mu‟jizat mempunyai arti lemah, tidak mampu, tidak berdaya, tidak
8
sanggup dan tidak kuasa. Al-„ajzu adalah lawan kata dari al-qudroh, yang
berarti sanggup, mampu atau kuasa.
Dalam hal ini, istilah mu‟jiz atau mu‟jizat lazim diartikan dengan
al-„ajib, artinya sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau mengherankan)
karena orang atau pihak lain tidak ada yang sanggup menandingi atau
menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan suatu yang menyalahi
tradisi.
Dalam al-qur‟an, kata a‟jaza dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 26
kali dalam 21 suroh dalam 25 ayat. Dan a‟jaza dalam al-qur‟an digunakan
dalam beberapa pengertian di antaranya “tidak mampu”, seperti dalam
firman Allah :
Dalam ayat di atas, digunakan untuk pengertian tidak mampu atau tidak
sanggup. Dalam kamus al-mu‟jam al-wasit, mu‟jizat dirumuskan dengan :
ٔأٍز خبرق ىيؼبدة ٌظٖزٓ هللا ػيى ٌذ ّبً تأٌٍذا ىْب٘ت
“sesuatu yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah di atas
kekuasaan seorang Nabi untuk memperkuat kenabiannya.”
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Mu‟jizat diartikan sebagai
“kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia”.
Pengertian ini tidak sama dengan pengertian kata tersebut dalam istilah
agama islam.
9
Ada juga yang berpendapat bahwa mu‟jizat itu adalah “Suatu tindakan di
luar kekuasaan manusia, atau suatu ketidak mungkina menurut akal,
sehingga menimbulkan kekaguman.
Sedangkan balaghah menurut ulama adalah :
ٔأُ ٌنُ٘ اىنالً ٍطببقب ىَقتضى أح٘اه اىَخبطبٍِ ٍغ فصبحت
“bahwa perkataan (kalam) yang disampaikan sesuai dengan
keadaan pendengarnya dengan kata-kata yang fasih (jelas).
Jadi, i‟jaz balghi adalah kemukjizatan segi sastra balaghahnya, sebab
setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur‟an dapat mewakili suatu makna dan
maksud dari kalimat tersebut.
Contoh ayat-ayat yang terdapat di dalam Al-Qur‟an, terdapat
nama-nama Allah yang sangat mulia (Asma Al-Husna), seperti Ar-
Rahman, Ar-Rahim, yang artinya Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sekalipun sebenarnya arti Ar-Rahman dan Ar-Rahim tidak sama dengan
makna Pengasih dan Penyayang.
Allah berfirman :
ع ْاى َُ ْيلَ ٍِ ََِّ تَشَبء َٗت ُ ِؼ ُّز ٍَِ تَشَبء َٗت ُ ِذ ُّه ٍَِ تَشَبء
ُ قُ ِو اىيَّ ُٖ ٌَّ ٍَبىِلَ ْاى َُ ْي ِل تُؤْ تًِ ْاى َُ ْيلَ ٍَِ تَشَبء َٗت َِْز
ش ًْءٍ قَذٌِز َ ِب ٍَ ِذكَ ْاى َخٍ ُْز ِإَّّلَ َػ َي
َ ى ُم ِّو
“Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau
Berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau Kehendaki, dan Engkau
Cabut kekuasaan dari siapa pun yang Engkau Kehendaki. Engkau
Muliakan siapa pun yang Engkau Kehendaki dan Engkau Hinakan siapa
pun yang Engkau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sungguh, Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali Imran : 26)
Shigoh ke balaghoh an ayat tersebut adalah terdapat pada kalimat
qadiir ()قذٌز, yang tidak hanya qadir ( )قبدرmampu atau kuasa, akan tetapi
sangat mampu berbuat dalam hal apapun. Begitu juga dengan sifat-sifat
nama-nama Allah yang lainya, yang menggambarkan betapa dan sangat
Allah berkuasa dalam hal apapun.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
5. Jadi, i‟jaz balghi adalah kemukjizatan segi sastra balaghahnya,
sebab setiap kalimat yang ada dalam Al-Qur‟an dapat mewakili
suatu makna dan maksud dari kalimat tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
https://bincangsyariah.com/kolom/kesusastraan-sebagai-mukjizat-al-quran/
http://menzour.blogspot.com/2016/11/makalah-konsep-mukjizat.html
12