Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEMUKJIZATAN AL-QUR’AN
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Al-Qur’an

Dosen pengampu:

Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd

Disusun oleh:

Razif Surya Manangka (2293044048)

Indar Dea Rahma Azizah (2293044044)

Azizie (2293044066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS HASYIM AS’ARI

TEBUIRENG JOMBANG

2023
KATA PENGANTAR

Terimakasih kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena atas
perkenan beliau lah bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.semua itu hanya karena berkat serta tuntunan tuhan dalam kehidupan
kami. Dalam makalah yang kami susun ini berisi tentang bagaimana
“Kemukjizatan Al-qur’an”
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Baik itu teman-teman, dosen dan
semua yang telah membantu yang kami tidak bisa sebut satu persatu .

Besar harapan kami bahwa makalah ini bernilai baik, dan dapat di gunakan
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini
belum lah sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka
penyempurnaan untuk pembuatan makalah selanjutnya. Sesudah dan sebelumnya
kami ucapkan terimakasih.

Jombang, 08 Maret 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi………………………………………………………….……………...….…. 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………..…. 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 5
C. Tujuan ………………………………………………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN………..…………………………………………………….. 6
A. Pengertian kemukjizatan al-qur'an………………….…………..……….. 6
B. Macam-Macam Mukjizat ……………………………………………....….7
C. Bentuk dan Tahapan Tantangan al Quran …………………………......8
D. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al Quran ………………………………….12

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...15


A. Simpulan………………………………………………………………….... 15
B. Saran……………………………………………………………….……..... 15
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa
yang dibarengi dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan.makalah ini
membahas tentang mukjizat al-quran Diantara kemurahan Allah terhadap
manusia, adalah bahwa Dia tidak saja menganugerahkan fitrah yang suci
yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa
kemasa mengutus seorang rasul yang membawa kitab sebagai pedoman
hidup dari Allah dan mengajak manusia untuk beribadah kepada-Nya
semata. Setiap rasul yang diutus selain membawa kitab yang didalamnya
mengandung kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka
dengan berbagai mukjizat untuk membantu mereka dalam berbagai
kesulitan dan tantangan dari masyarakat yang menolak risalahnya sesuai
dengan tingkat dan pola pikir masyarakatnya.
Nabi Muhammad Saw., diutus ketika masyarakat Arab ahli dalam
bahasa dan sastra. Dimana-mana diadakan musabaqah (perlombaan) dalam
menyusun syair atau khutbah, petuah dan nasehat. Syair-syair yang dinilai
indah, digantung dika’bah sebagai penghormatan kepada penggubahnya
sekaligus untuk dapat dinikmati oleh yang melihat dan membacanya.
Penyair mendapat kedudukan yang sangat istimewa dalam masyarakat Arab.
Pada saat turunnya al-Quran sebenarnya orang-orang Arab adalah
masyarakat yang paling mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan al-
Quran serta ketidak mampuan mereka untuk menyususun seumpamanya.
Namun diantara mereka tidak mengakuinya, bahkan suatu kali mereka
menyatakan bahwa al-Quran adalah syair, al-Quran adalah sihir ulung atau
pendukunan. Karenanya al-Quran datang menantang mereka untuk
menyusun semacam al-Quran, ternyata mereka tidak mampu menyusun
seperti susunan al-Quran yang indah dan bersastra tinggi, maka jelaslah
kemukjizatan al-Quran. Untuk mengkaji lebih lanjut tentang mukjizat al-
Qur an, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian mukjizat,

4
macam-macam mukjizat, bentuk dan tahapan tantangan al-Quran, aspek-
aspek kemukjizatan al-Quran, paham ash-sharfah, dan penutup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya
sebagai berikut:
1. Apa  Pengertian Mukjizat?
2. Apa saja  Macam-Macam Mukjizat?
3. Apa Bentuk dan Tahapan Tantangan al Quran?
4. Apa saja  Aspek-Aspek Kemukjizatan Al Quran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuannya sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui Pengertian Mukjizat
2. Untuk mengetahui Macam-Macam Mukjizat
3. Untuk mengetahui Bentuk dan Tahapan Tantangan al Quran
4. Untuk mengetahui Aspek-Aspek Kemukjizatan Al Quran

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mukjizat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata
mukjizat diartikan sebagai kejadian (peristiwa) yang sukar dijangkau oleh
kemampuan akal manusia.1 Kata mukjizat terambil dari bahasa Arab ‫أعجز‬
(a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu].2
Sedangkan kata ‫( أعجز‬a’jaza) itu sendiri berasal dari kata ‫‘( عجز‬ajaza) yang
berarti tidak mempunyai kekuatan (lemah).3 Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mukjiz, dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat
menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka dinamai‫زة‬JJJ‫معج‬
(mu’jizat). Tambahan ta marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna
mubalaghah (superlatif).4
Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai
sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalui para nabi dan
rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan
kerasulannya.5
Sedangkan menurut Manna al-Qattan, I’jaz (kemukjizatan) adalah
menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum adalah
ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power,
kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka nampaklah kemampuan
mu’jiz (sesuatu yang melemahkan. Yang dimaksud dengan i’jaz dalam
pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya
sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam
melawan mukjizat yang kekal yakni al-Quran. 6

1
WJS Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 395.
2
WJS Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 395.
3
Ibnu Mansur Jamaluddin Muhammad bin Mukarram al-Ansari, Lisan al-Arab, (Beirut: al-Dar al-Misriyah,
1990), Juz IV, h. 236.
4
Shihab, Mukjizat…, h. 25.
5
Said Aqil Husain al-Munawwar, I’jaz al-Quran dan Metodelogi Tafsir, (Semarang: Dimas, 1994), h. 1.
6
]Manna’ al-Qattan, Mabahis fi Ulum al-Quran, cet. XIII, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2004), h. 258.

6
B. Macam-Macam Mukjizat
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok,
yaitu mukjizat yang bersifat hissiyah (material indrawi), dan mukjizat yang
bersifat ‘aqliyah (rasional).7 Mukjizat nabi-nabi terdahulu semuanya
merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi
dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung
lewat indra oleh masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya,
seperti perahu nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu
bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian dahsyat; tidak
terbakarnya nabi Ibrahim dalam kobaran api; tongkat nabi Musa yang
berobah menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan nabi Isa atas izin Allah
dan lain-lain. Semuanya bersifat material indrawi, terbatas pada lokasi
tempat nabi tersebut berada dan berakhir dengan wafatnya masing-masing
nabi. Berbeda dengan mukjizat nabi Muhammad Saw, sifatnya bukan
material indrawi, tetapi ‘aqliyah (dapat dipahami oleh akal). Karena sifatnya
yang demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu tempat atau masa tertentu.
Mukjizat al-Quran dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan
akalnya, kapan dan dimanapun berada.8
Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok. Pertama, para nabi
sebelum nabi Muhammad Saw., ditugaskan untuk masyarakat dan masa
tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan
masyarakat tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan nabi
Muhammad Saw., yang diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir
zaman, sehingga bukti kebenaran ajarannya harus selalu siap dipaparkan
kepada setiap orang yang ragu kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya.


Umat para nabi sebelum nabi Muhammad Saw., amat membutuhkan bukti
kebenaran yang harus sesuai dengan tingkat pemikiran mereka, bukti

7
Jalaluddin al-Sayuti, al-Itqan fi Ulum al-Qur an, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2000), h. 228.
8
M. Qurais Shihab, Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan
Gaib, cet II, (Bandung: Mizan, 2007), h. 38-39

7
tersebut harus jelas dan terjangkau indra mereka. Tetapi, setelah manusia
mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, maka bukti yang bersifat
indrawi tidak dibutuhkan lagi. Ini bukan berarti bahwa tidak terjadi hal-hal
luar biasa dari atau melalui nabi Muhammad Saw. Keluarnya air dari celah
jari-jari beliau, makanan yang sedikit dapat mencukupi orang banyak,
genggaman pasir yang beliau lontarkan kepada kaum musyrik dalam perang
badar hingga menutupi pandangan mereka, dan lain-lain merupakan hal-hal
luar biasa yang telah terjadi9
Namun demikian dapat disimpulkan, Pertama, Bahwa mukjizat itu
luar biasa dalam mengatasi segala persoalan manusia, tiada yang kuasa
membuatnya, selain Allah menentukan ketentuan tersebut. Kedua, bahwa
antara mukjizat nabi yang satu dengan lainnya adalah sama fungsinya, yaitu
untuk memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaumnya,
disamping membuktikan kekuasaan Allah diatas segala-galanya10
C. Bentuk dan Tahapan Tantangan al Quran
Tantangan yang datang dari al-Quran terdiri dari dua bentuk, yaitu:
1. Tantangan umum
Tantangan ini ditujukan kepada semua golongan, baik kaum filosof,
cendikiawan, ulama, dan hukama, serta semua manusia tanpa kecuali,
orang Arab atau orang Ajam, orang putih atau orang hitam, mukmin
atau kafir. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat
88.
2. Tantangan khusus

Tantangan ini ditujukan khusus kepada orang-orang Arab, terutama bagi


orang-orang kafir Quraisy. Tantangan bertanding khusus ini terbagi atas
dua macam, yaitu :

9
M. Qurais Shihab, Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan
Gaib, cet II, (Bandung: Mizan, 2007), h. 38-39

10
Muhammad al-Mutawalli al-Sya’rawi, Mukjizat al-Quran, terj. Muhammad Ali dan Abdullah, (Surabaya:
Bungkul Indah, 1995), h. 2.

8
a. Tantangan yang bersifat kulli (keseluruhan), yaitu tantangan dengan
seluruh al-Quran mengenai hukum-hukumnya, keindahan bahasanya,
balaghahnya dan kejelasannya. Hal ini dijelaskan Allah dalam surat al-
Thuur ayat 34.
b. Tantangan yang bersifat juz’i (sebagian), yaitu tantangan untuk
mendatangkan sepuluh surat atau satu surat saja yang menyerupai
surat-surat al-Quran. Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam surat
Hud ayat 13 dan surat al-Baqarah ayat 23. 11 Adapun tahapan-tahapan
tantangan al-Quran adalah sebagai berikut:
Pertama, Allah menantang untuk membuat semacam “keseluruhan al-
Quran”, sebagaimana dipahami dari surat al-Thuur ayat 34,

ٍ ‫فَ ْليَْأتُوا بِ َح ِدي‬


َ ‫ث ِم ْثلِ ِه ِإ ْن َكانُوا‬
)34 :‫صا ِدقِينَ (الطور‬

“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-


Quran itu jika mereka termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Thuur :
34).

Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa ketika ayat ini turun untuk
menantang orang-orang kafir Quraisy yang meragukan dan menolak
kebenaran al-Quran, maka mereka berdalih “kami tidak mengetahui
sejarah umat terdahulu” (yang merupakan sebagian kandungan al-
Quran).
Adapun yang dimaksud dengan kalimat ‫( بحديث‬bihadiitsin) dalam ayat
diatas adalah tandingan al-Quran, namun ternyata mereka tidak
mampu mendatangkan sesuatu yang menyamai al-Quran.
Kedua, Allah meringankan tantangan, yaitu menantang untuk
membuat sepuluh surat saja yang menyamai al-Quran, sebagaimana

11
Muhammad Ali al-Shabuniy, Studi Ilmu al-Quran, terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.
122.

9
dinyatakan Allah Swt., dalam surat Hud ayat 13,

‫تَطَ ْعتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم‬JJ‫اس‬ ٍ ‫َأ ْم يَقُولُونَ ا ْفتَ َراهُ قُلْ فَْأتُوا بِ َع ْش ِر ُس َو ٍر ِم ْثلِ ِه ُم ْفت ََريَا‬
ْ ‫ت َوا ْدعُوا َم ِن‬
)13:‫صا ِدقِينَ (هود‬
َ

“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat al-


Quran itu”, Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka datangkanlah
sepuluh surat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang
kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu memang orang-
orang yang benar.” (Hud : 13).

Kata ‫ات‬JJ‫( مفتري‬muftarayaat) yang diterjemahkan dengan “dibuat-


buat” dalam ayat diatas adalah tudingan orang-orang kafir Quraisy
terhadap nabi Muhammad Saw., bahwa al-Quran itu dibuat-buat, oleh
karenanya Allah menantang, kalaupun al-Quran itu dibuat-buat
(bohong), jikalau mereka mampu menyusun redaksi seindah dan
seteliti al-Quran maka itu sudah cukup untuk mengakui kebenaran
dugaan mereka, tetapi tantangan kedua inipun tidak sanggup mereka
layani.
Ketiga, Allah meringankan lagi tantangan, yaitu tantangan untuk
membuat satu surat saja yang menyamai al-Quran, sebagaimana
firman Allah Swt., dalam surat Yunus ayat 38,

ْ ‫وا َم ِن‬JJ‫ ِه َوا ْد ُع‬J ِ‫و َر ٍة ِم ْثل‬J ‫ْأتُوا بِ ُس‬J َ‫لْ ف‬JJُ‫ َراهُ ق‬J َ‫ونَ ا ْفت‬JJُ‫َأ ْم يَقُول‬
َ ‫تَطَ ْعتُ ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ ِإ ْن ُك ْنتُ ْم‬J ‫اس‬
َ‫ا ِدقِين‬J ‫ص‬
)38 :‫(يونس‬

“Atau patutkah mereka berkata, “Dia (Muhammad) membuat-


buatnya?”, Katakanlah (kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah
satu surah semacamnya dan panggillah siapapun yang dapat kamu
panggil selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar.”
(Yunus : 38).

10
Tiga tahapan tantangan tersebut semuanya disampaikan ketika nabi
Muhammad Saw., masih berada di Mekkah.
Keempat, Ketika nabi sudah hijrah ke Madinah Allah menantang
kembali dengan tantangan yang lebih ringan lagi yaitu membuat satu
surat yang hampir sama dengan al-Quran, sebagaimana dapat
dipahami dalam surat al-Baqarah ayat 23

َ ‫ب ِم َّما نَ َّز ْلنَا َعلَى َع ْب ِدنَا فَْأتُوا بِس‬


‫ُور ٍة ِم ْن ِم ْثلِ ِه َوا ْدعُوا ُشهَدَا َء ُك ْم ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ ِإ ْن‬ ٍ ‫وَِإ ْن ُك ْنتُ ْم فِي َر ْي‬
)23 :‫صا ِدقِينَ (البقرة‬ َ ‫ُك ْنتُ ْم‬

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang kami
wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat
yang seumpamanya dan panggillah penolong-penolongmu selain
Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (al-Baqarah : 23).

Ayat 23 yang terdapat dalam surat al-Baqarah ini mirip redaksinya


dengan ayat 38 dalam surat Yunus. Perbedaannya antara lain pada
kalimat (fa’tuu bisuuratin mitslihi dan fa’tuu bisuuratin min mitslihi).
Kata ‫( من‬min) disini diartikan “lebih kurang”, sehingga dengan
demikian tantangan ini lebih rendah daripada tantangan sebelumnya
yang menuntut membuat satu surah tanpa menggunakan kata ‫(من‬min)
atau “lebih kurang”.
Memang sejak semula Allah telah menegaskan bahwa siapapun
dan kapanpun al-Quran tetap menjadi mukjizat dan tidak dapat
ditandingi. Hal ini dapat kita pahami dari firman Allah dalam surat al-
Isra’ ayat 88,

ُ ‫ان اَل يَْأتُونَ بِ ِم ْثلِ ِه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬


‫ضهُ ْم‬ ِ ‫ت اِإْل ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى َأ ْن يَْأتُوا بِ ِم ْث ِل هَ َذا ْالقُرْ َء‬
ِ ‫قُلْ لَِئ ِن اجْ تَ َم َع‬
)88 :‫ْض ظَ ِهيرًا(اإلسراء‬ ٍ ‫لِبَع‬

11
“Katakanlah (hai Muhammad): Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka
tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian
mereka menjadi pembantu sebagian yang lain.” (al-Isra’ : 88).

Dengan demikian jelaslah bahwa tahap demi tahap tantangan al-


Quran, ternyata tidak seorangpun sanggup untuk memenuhi tantangan
tersebut, terutama orang-orang Arab kafir Quraisy yang dengan
terang-tarangan tidak menerima kebenaran al-Quran. Dengan
demikian jelaslah mukjizat al-Quran yang benar-benar diwahyukan
Allah untuk nabinya Muhammad Saw., yang ummi.

D. Aspek-Aspek Kemukjizatan Al Quran


Para ulama sepakat bahwasanya al-Quran tidaklah melemahkan
manusia untuk mendatangkan sepadan al-Quran hanya karena satu aspek
saja, akan tetapi karena beberapa aspek, baik aspek lafzhiyah (morfologis),
ma’nawiyah (semantik) dan ruhiyah (psikologis). Semuanya bersandarkan
dan bersatu, sehingga melemahkan manusia untuk melawannya.12Namun
demikian mereka berbeda pendapat dalam meninjau segi kemukjizatan al-
Quran. Perbedaan itu adalah sebagai berikut:
1. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah
sesuatu yang terkandung dalam al-Quran itu sendiri, yaitu susunan yang
tersendiri dan berbeda dengan bentuk puisi orang Arab maupun bentuk
prosanya, baik dalam permulaannya, maupun suku kalimatnya.
2. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran itu
terkandung dalam lafal-lafalnya yang jelas, redaksinya yang bernilai
sastra dan susunannya yang indah, karena nilai sastra yang terkandung
dalam al-Quran itu sangat tinggi dan tidak ada bandingannya.
3. Ulama lain berpendapat bahwa kemukjizatan itu karena al-Quran
terhindar dari adanya pertentangan, dan mengandung arti yang lembut
12
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Figh, cet. 8, terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh. Tolchah Mansoer,
(Kairo: Dar al-‘Ilm:1978), h. 30.

12
dan memuat hal-hal ghaib diluar kemampuan manusia dan diluar
kekuasaan mereka untuk mengetahuinya.
4. Ada lagi ulama yang berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran
adalah keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-
keindahan yang terkandung dalam al-Quran, baik dalam permulaan,
tujuan maupun dalam menutup setiap surat13
Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya al-Jami’i Ahkamil Quran menyebutkan
sepuluh segi kemukjizatan al-Quran, sementara al-Zarkani dalam
kitabnya Manahilul Irfan mencatat empat belas segi kemukjizatan al-
Quran.14
Perbedaan pendapat ulama diatas diketahui sesuai dengan kemampuan
mereka masing-masing. Jadi bukan berbeda dalam menentukan batasan-
batasan kemukjizatan al-Quran, karena aspek-aspek kemukjizatan al-Quran
tidak hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu yang mereka sebutkan. 15
Adapun aspek-aspek kemukjizatan al-Quran adalah:
1. Susunan bahasanya yang indah, berbeda dengan susunan bahasa Arab.
2. Uslubnya (susunannya) yang menakjubkan, jauh berbeda dengan segala
bentuk susunan bahasa Arab.
3. Keagungan yang tidak mungkin bagi makhluk untuk mendatangkan
sesamanya.
4. Syariat yang sangat rinci dan sempurna melebihi setiap undang-undang
buatan manusia.
5. Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan
wahyu.
6. Tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
7. Al-Quran memenuhi setiap janji dan ancaman yang dikabarkannya.
8. Luasnya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya.
9. Kesanggupannya dalam memenuhi segala kebutuhan manusia.
13
Muhammad Ali al-Shabuniy, Studi Ilmu al-Quran, terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.
1236-137
14
Muhammad Abdul ‘Azim al-Zarkani, Manahilul Irfan fi Ulum al-Quran, Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1988), h. 355.
15
T.M. Hasbi Al-Shiddiqiey, Mu’djizat al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 33.

13
10. Berpengaruh terhadap hati para pengikutnya dan orang-orang yang
memusuhinya.16

16
Muhammad Ali al-Shabuniy, Studi Ilmu al-Quran, terj. Aminuddin, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h.
137-138

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Quran adalah mukjizat nabi Muhammad Saw., terbesar yang sifatnya
‘aqliyah sehingga berlaku sepanjang zaman karena dapat dijangkau oleh
perkembangan akal manusia. Kemukjizatan al-Quran terletak pada aspek
keindahan bahasanya, kabar berita yang dibawanya, keluasan isi materi
yang terkandung didalamnya maupun dari segi-segi lainnya, dan tidak ada
seorang manusiapun sampai kapanpun dapat menandinginya. Mukjizat al-
Quran merupakan hal-hal yang luar biasa yang terdapat didalam al-Quran
itu sendiri, bukan datang dari luar al-Quran, karenanya paham as-sharfah
tidak dapat diterima. Demikianlah makalah ini disampaikan dalam seminar
mata kuliah al-Quran, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dan kekeliruan baik literature yang digunakan maupun susunan bahasanya,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat
diharapkan. Hanya kepada Allahlah kita menyerahkan diri.

B. Saran
Kami sebagai penulis merasa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kami mengharapkan saran dari para pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

M. Qurais Shihab. , 2007. Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan,


Isyarat Ilmiah dan Pemberitaan Gaib. Bandung: Mizan.

Muhammad al-Mutawalli al-Sya’rawi. 1995 Mukjizat al-Quran, terj. Muhammad


Ali dan Abdullah. Surabaya: Bungkul Indah.

Muhammad Ali al-Shabuniy. 1999. Studi Ilmu al-Quran, terj. Aminuddin.


Bandung: Pustaka Setia.

Muhammad Ali al-Shabuniy. 1999. Studi Ilmu al-Quran. terj. Aminuddin.


Bandung: Pustaka Setia.

Said Aqil Husain al-Munawwar. 1994. I’jaz al-Quran dan Metodelogi Tafsir.
Semarang: Dimas.

T.M. Hasbi Al-Shiddiqiey. 1996. Mu’djizat al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.

WJS Poerwodarminto. 1976 . Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka.

16

Anda mungkin juga menyukai