KEMU’JIZATAN AL QUR’AN
Disusun oleh:
Kelompok 5
1. Yuslenda (1920110087)
2. Yunita Nur Muthmainah (1920110081)
3. Muarifah (1920110108)
4. Nidya Anggita Putri (1920110088)
.
Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan
dan ketabahan bagi hamba-Nya. Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak
merasa kesulitan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir
zaman.
Makalah yang berjudul “Kemukjizatan Al Quran” ini, disusun sebagai salah satu tugas
mata pelajaran Ulumul Qur’an di Fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Kalijaga.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran,
serta dorongan dari berbagai pihak, tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami tidak menutup diri dari pembaca untuk memberi kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan makalah dimasa yang akan
datang.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. latar Belakang
Salah satu objek penting lainya dalam kajian ‘Ulumul Qur’an’ adalah perbincangan
mengenai mukjizat. Persoalan mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an , sempat menyeret para
teolog klasik dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan
Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.
Dengan perantara mukjizat, Allah mengingatkan manusia bahwa para rasul itu
merupakan utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah
diberikan kepada para nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan perananya dan
mengatasi kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada
diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam ilmu kedokteran, misalnya tidak wajar
dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata bahasa, begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan
pengarahan yang ditunjukan pada suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka
karena Allah tidak akan mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui.
Tujuanya adalah agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat
yang telah diberikan kepada para Nabi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
PEMBAHASAN
Kitab suci Al Quran adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Al Quran adalah mukjizat abadi yang membuktikan
kebenaran risalah Nabi Muhammad SAW.
Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang berarti melemahkan
atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il (yang melemahkan) disebut mu’jiz.
tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata sehingga menjadi mu’jizah menunjukkan mubalaghah
(superlatif) artinya yang sangat melemahkan. Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau
i’jaz Al Quran adalah ketidak mampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al Quran sebagai
bukti kebenaran Risalah Nabi Muhammad SAW.
Al Quran menantang siapa saja, baik manusia maupun jin, untuk membuat kitab suci
seperti Al Quran. Tantangan Al Quran tersebut disampaikan dalam tiga tahapan :
Pertama, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al Quran secara utuh. (QS. Al-
Isra:88). Kedua, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al Quran 10 surat saja. (QS.
Hud: 13-14). Ketiga, Allah menantang siapa saja untuk membuat seperti Al Quran satu surat
saja.
Tantangan tersebut tidak ada yang bisa menjawabnya pada masa Nabi masih hidup,
setelah Nabi meninggal, sampai saat sekarang ini pun, dan , menurut Al Quran sebagaimana
dinyatakan didalam surat Al Baqarah:24, bahwa sampai kapanpun tidak akan ada yang sanggup
menandinginya.
Jika tidak ada seorang pun yang mampu membuat satu surat saja seperti Al Quran,
bagaimana mungkin Nabi Muhammad dapat membuatnya? Bukankah beliau seorang yang
ummiy (tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis).
Al Quran adalah firman Allah SWT, Nabi hanya berfungsi menerima, kemudian
menyampaikan kepada umat apa adanya, tanpa tambahan, pengurangan atau editing sedikitpun. 1
Pertama: Kemukjizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan hal-hal yang gaib. Seperti
informasi tentang kekalahan bangsa Romawi, peristiwa fathu Makkah(pembebasan kota
Makkah), kemenangan peperangan Badar, dan lain-lain yang diinformasikan al-Qur’an jauh-jauh
hari sebelum peristiwa itu sendiri benar-benar terjadi.
Kedua: Kemukjizatan al-Qur’an yang berkenaan dengan informasi masa lampau yang
teramat jauh. al-Qur’an mengabarkan sejumlah informasi masa lalu yang teramat panjang
perjalanannya. Yakni, sejak zaman kejadian manusia pertama Adam a.s. hingga Nabi
Muhammad SAW. Yang tidak pernah diketahui oleh siapapun dan dari kalangan mana pun
kecuali melalui kitab-kitab samawi yang terdahulu. Padahal, Nabi Muhammad SAW sendiri
adalah seorang Nabi yang ummi (tidak pandai baca tulis), lebih-lebih sebelum masa-masa
kenabian dan kersulannya. Semua informasi ini jelas-jelas termaktub dalam al-Qur'an.
Sebagai penyelidik yang obyektif, hendaknya Ia membenarkan segala aspek kemukjizatan pada
al-Qur’an. Berikut ini akan dibahas tiga macam aspek kemukjizatan al-Qur’an seperti; aspek
bahasa, aspek ilmiah, dan aspek tasyri’(hukum).
Dalam susunan kata, al-Qur’an sungguh menakjubkan. Sekalipun tata penyusunannya tidak
dapat ditandingi oleh syair-syair arab yang dikarang oleh pakar syair terbaikpun. Begitu rapi,
indah, dan penuh dengan makna-makna yang tak ada kontradiksi.
Rahasia-rahasia kemukjizatan Al-Qur’an dari segi bahasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2
Mohammad Gufron, Ulumul Qur’an: Praktis dan Mudah, (Yogyakarta : Teras, 2013), hlm.140-141
3
Dr. Naqiyah Mukhtar, M.Ag.,Ulumul Qur’an,(Purwokerto:STAIN Press,2003),hlm. 180.
Keteraturan bunyinya yang indah melalui nada huruf-hurufnya ketika ia mendengar harakat
dan sukun-nya, madd dan ghunnah-nya, fasilah dan maqtha’-nya, sehingga telinga tidak
pernah merasa bosan, bahkan ingin senantiasa terus mendengarnya.
Lafazh-lafazhnya yang memenuhi setiap makna pada tempatnya. Tidak satu pun di antara
lafazh-lafazh itu yang dikatakan sebagai kelebihan. Juga tak ada seorang peneliti terhadap
suatu tempat (dalam Al-Qur’an) menyatakan bahwa pada tempat itu perlu tambahkan
sesuatu lafazh karena ada kekurangan.
Dalam macam-macam khithab di mana berbagai golongan manusia yang berbeda tingkat
intelektualitasnya dapat memahami khithab itu sesuai dengan tingkatan akalnya, sehingga
masing-masing dari mereka memandangnya cocok dengan tingkatan akalnya dan sesuai
dengan keperluannya, baik mereka orang awam maupun kalangan ahli.
Sifatnya yang dapat memuaskan akal dan menyenangkan perasaan. Al-Qur’an dapat
memenuhi jiwa manusia, pemikiran maupun perasaan, secara sama dan imbang.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa semua aspek yang dikandungnya-seperti
telah kita sebutkan, berada dalam satu batas keindahan sistem dan keelokan susunan tanpa
adanya perbedaan dan penurunan derajat. Maka semakin kita mengerti bahwa Al-Qur’an adalah
menjadi sesuatu yang berada di luar batas kemampuan manusia.
Kelebihan aspek :
Kemukjizatan ilmiah Al-Qur’an terletak dalam konteks akidah, sebagai berikut :
Semangatnya(Al-Qur’an) dalam mendorong manusia untuk berpikir dan menggunakan akal.
Ilmu pengetahuan telah maju dan telah banyak pula masalah-masalahnya, namun apa yang
telah tetap dan mantap dari padanya tidak bertentangan sedikitpun dengan salah satu ayat-
ayat Al-Qur’an.
Al-Qur’an menjadikan pemikiran yang lurus dan perhatian yang tepat terhadap alam dan
segala apa yang ada di dalamnya sebagai sarana terbesar untuk beriman kepada Allah. Ia
mendorong kaum muslimin agar memikirkan makhluk-makhluk Allah yang ada di langit
dan di bumi : dirinya sendiri, bumi yang ditempatinya dan alam yang mengitarinya.
Kemukjizatan Al-Qur’an ilmiah dalam konteks hidayah :
Kekurangan aspek :
Pertama, kekalahan internal yang menyebabkan sebagian orang memandang ilmu
pengetahuan sebagai batu uji panutan, dan Al-Qur’an harus mengikuti. Oleh karena itu mereka
berusaha memantapkan Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan atau membuktikan kebenarannya
berdasarkan ilmu pengetahuan, padahal Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang sempurna isinya dan
final hakikat-hakikatnya. Sedang ilmu pengetahuan yang sekarang selalu membatalkan apa yang
telah ditetapkan kemarin. Segala apa yang dicapainya tidak mutlak dan tidak final, karena ia
terikat dengan sarana yang berupa manusia, akal dan alatnya yang kesemuanya itu pada
hakikatnya tidak memberikan hakikat yang satu, final dan mutlak.
Kedua, kesalahpahaman terhadap watak dan fungsi Al-Qur’an. Yaitu bahwa Al-Qur’an
adalah sebuah kebenaran yang final dan mutlak, menangani pembangunan manusia dengan cara
yang sesuai, menurut kadar tabiat manusia yang nisbi, dengan tabiat alam dan hukum ilahinya,
sehingga manusia tidak akan berbenturan dengan alam sekelilingnya. Tetapi agar ia sejalan
dengan alam dan mengenali sebagian misterinya serta dapat memanfaatkan beberapa hukumnya
untuk kekhalifahannya. Hukum-hukum yang disingkapnya melalui pengamatan, penyelidikan,
percobaan dan penerapan, sesuai dengan petunjuk akal yang dikaruniakan kepadanya untuk
bekerja, bukan hanya untuk menerima pengetahuan-pengetahuan material yang telah siap.
Ketiga, penakwilan terus-menerus, dengan pemaksaan, terhadap nash-nash Al-Qur’an agar
dapat digiring dan diselaraskan dengan asumsi-asumsi, teori-teori yang tidak tetap dan labil,
padahal setiap hari selalu muncul teori baru.4
Jadi menurut uraian tersebut kebenaran Al-Qur’an adalah kebenaran final, pasti dan mutlak.
Sedang apa yang dicapai dalam penyelidikan manusia, betapa pun canggih alat-alat yang
dipergunakannya, adalah tetap saja kebenarannya tidak final dan tidak pasti.
Kemukjizatan al-Qur’an ilmiah dalam konteks hukum dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Al-Qur’an memulai dengan pendidikan individu, karena individu merupakan batu-bata sosial.
Pendidikan individu itu ditegakkan di atas kemerdekaan jiwanya dan rasa tanggung jawab.
Al-Qur’an memerdekakan jiwa seorang Muslim dengan akidah tauhid. Dengan akidah ini, ia
dibebaskan dari kekuasaan khufarat dan kepalsuan, belenggu hawa nafsu dan syahwat, agar ia
menjadi hamba Allah yang ikhlas yang hanya tunduk kepada-Nya, menanamkan rasa tinggi
hati kepada selain Dia, sehingga tidak membutuhkan makhluk. Yang ia butuhkan hanyalah
Sang Khaliq yang Maha Sempurna.
Al-Qur’an Al-Karim memperkuat keesaan Allah dengan argumentasi pasti dan tegas yang
didasarkan pada logika akal sehat, sehingga tidak dapat dibantah atau diragukan lagi.
Al-Qur’an menganjurkan untuk memiliki sifat-sifat mitsali (ideal) yang dapat melatih jiwa
dan keberagaman, seperti sabar, jujur, adil, ihsan (kebajikan), santun, pemaaf dan tawadhu’.
Al-Qur’an menetapkan prinsip-prinsip dasar pemerintahan Islam dalam bentuk yang paling
baik. Yaitu suatu pemerintahan yang didasarkan pada musyawarah, persamaan, dan larangan
berbuat diktator.
Al-Qur’an juga telah menetapkan perlindungan terhadap adh-dharuriyah al-khamsah (lima
macam kebutuhan primer) bagi kehidupan manusia yaitu: jiwa, agama, kehormatan, harta
benda dan akal.
4
Ibid.,hlm. 183.
Al-Qur’an juga menetapkan hukum tentang hubungan internasional,perang dan damai, antara
kaum Muslimin dengan negara tetangga atau dengan mereka yang mengadakan perjanjian
damai (mu’ahad).
Ringkasnya, al-Qur’an merupakan dustur tasyr’i (sistem, aturan perundang-undangan) paripurna
yang membangun kehidupan manusia di atas dasar konsep yang paling tinggi dan mulia. 5
1. Terpelihara Keasliannya
Al Quran adalah satu-satunya kitab di dunia yang sempurna dan terpelihara keasliannya,
karena sendirilah yang memeliharnya, sebagaimana firmanNya: “Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”. (al-Hijr : 9)
Al Quran satu-satunya kitab suci yang dihafalkan banyak manusia. Al Quran yang jumlah
halamannya mencapai 600 halaman mampu dihafal dengan tepat dan akurat, sampai huruf per
huruf bahkan panjang pendeknya. Al Quran bisa dihafalkan oleh orang yang tidak mampu
berbahasa arab sekalipun, sesuatu yang tidak mungkin terjadi pada kitab-kitab lainnya.
Al Quran mampu dihafalkan oleh anak-anak yang masih sangat belia, Ibnu Sina Hafal
Al-Quran umur 5 tahun, Ibnu Khaldun Hafal Al-Quran usia 7 tahun, Imam Syafi’I Hafal Al-
Quran ketika usia 7 tahun, Imam Ath-Thabari hafal Al-Quran pada usia 7 tahun, As-Suyuthi
hafal al-Qur’an sebelum umur 8 tahun, Ibnu Hajar al-Atsqalani hafal al-Qur’an usia 9 tahun,
Ibnu Qudamah Hafal Al-Quran usia 10 tahun.
3. Keseimbangan Redaksinya
Salah satu bentuk mukjizat al Quran adalah keseimbangan redaksi al Quran, seperti pada
contoh berikut :
5
Ibid.,hlm.184-185
b. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan sinonim atau makna yang
dikandungnya, antara lain:
- Al-hartsu (sawah) dan az-ziraah (bertani) masing-masing 14 kali
- Al-quran, al-wahyu, dan al-islam masing-masing 70 kali
- Al-jahru (nyata) dan al-alaniyah (nyata) masing-masing 60 kali
c. Keseimbangan khusus, contoh antara lain :
Kata yaum (hari) dalam bentuk tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak jumlah hari dalam
setahun. Sedangkan kata hari dalam bentuk jamak (ayyam) dan mutsanna (yaumain)
hanya 30 kali sama dengan jumlah hari dalam sebulan. Sementara itu kata yang berarti
bulan (syahrun-asyhurun) hanya terdapat 12 kali, sama dengan jumlah bulan dalam
setahun. 6
Mukjizat Al Quran dapat juga dilihat dari banyaknya ayat-ayat al Quran berisi isyarat-
isyarat ilmiyah, antara lain :
Observasi Edwin P. Huble melalui teropong bintang raksasa pada tahun 1929
menunjukkan adanya pemuaian alam semesta. Ini berarti bahwa alam semesta berekspansi,
ekspansi itu melahirkan sekitar 100 milyar galaksi yang masing-masing rata-rata memiliki 100
bintang. Tetapi sebelumnya, bila ditarik ke belakang kesemuanya merupakan satu gumpalan
yang terdiri dari neutron. Gumpulan itulah yang meledak dan yang dikenal dengan istilah Big
Bang. Inilah agaknya yang diisyaratkan oleh Al Quran pada ayat diatas. 7
b. Tentang gunung
“ Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia
berjalan sebagai jalannya awan. (begitulah) perbuatan Allah yang membuat denga kokoh
tiap-tiap sesuatu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS. An-Naml:88)
6
M. Quraish Shihab, mukjizat Al Quran,(Bandung:Mizan,1997),hlm.140-142
7
Ibid.,hlm.171-172
Dari hasil rekaman satelit diperoleh bukti bahwa Jazirah Arabia beserta gunung-
gunungnya bergerak mendekati Iran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Sebelumnya sekitar 5
juta tahun yang lalu Jazirah Arabia bergerak memeisahkan diri dari Afrika dan membentuk
Lembah Belah yang membujur keselaan melalui deretan danau Afrika. Itulah agaknya yang
dimaksud oleh ayat-ayat diatas dengan berjalannya gunung-gunung sebagaimana berjalannya
awan.8
8
Ibid.,hlm.187-188
Macam-macam Kemukjizatan Al-quran
Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu pertamamukjizat
yang bersifat material indrawi lagi tidak kekal, dan kedua mukjizat imaterial, logis, lagi dapat
dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama.
Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan
atau dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat tempat Nabi tersebut menyampaikan
risalahnya.[4]
Perahu Nabi Nuh a.s yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam
situasi ombak dan gelombang dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api
yang sangat besar; tongkat Nabi Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang
dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas izin Allah; dan lain-lain. Kesemuanya bersifat material indrawi,
sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi
Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi atau material, namun dapat dipahami oleh akal.
Karena sifatnya yang demikian, maka ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu.
Mukjizat Al- Qur’an dapat dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan
kapanpun.[5]
Al-Qur’an mengemukakan, alasan mengapa bukti mukjizat Nabi Muhammad Saw adalah
Al-Qur’an? Karna sesungguhnya umat terdahulu jikalau di tunjukkan mukjizat para Nabi Allah
SWT, mereka berdusta. Sebagaimana firman Allah :
“Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi kami untuk mengirimkan tanda-tanda (mukjizat)
yang bersifat indrawi (melalui Engkau Nabi Muhammad) melainkan karena tanda-tanda
(semacam )itu telah (kami kirimkan sebelum ini, namun) didustakan oleh umat terdahulu” (QS
Al-Isra : 59)
Penolakan terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, sudah terjadi pada waktu turunnya.
Mereka menganggap bahwa Al- Qur’an merupakan buah karya Nabi Muhammad Saw, padahal
beliau sendiri seorang yang ummy (tidak bisa menulis dan membaca). Untuk menjawab
penolakan orang Quraisy terhadap Al- Qur’an sebagai wahyu Allah, Al- Qur’an menantang
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
Disini Allah memerintahkan Manusia dan Jin berkumpul untuk membuat semacam Al- Qur’an.
Sebagaimana Firman Allah :
َ ض ُهم ِلبَعض
ظ ِهيرا ِ علَى أَن يَأتُوا بِمِ ث ِل َهذَا القُر
ُ آن َّل يَأتُونَ بِمِ ث ِل ِه َولَو َكانَ بَع َ س َوال ِجن
ُ اْلن
ِ ت ِ قُل لَئ ِِن اجت َ َم َع
“katakanlah : sesungguhnya jika berkumpul manusia dan jin untuk mendatangkan yang seperti
Al- Qur’an ini, pastilah mereka tidak dapat mendatangkan yang sepertinya, walaupun sebagian
mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain” (QS. Al- Isra’ : 88)
2. Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al- Qur’an.
Meskipun lebih ringan dibanding tantangan yang pertama, namun tak seorang pun yang berhasil
menjawab tantangan tersebut.
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba
kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-
penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(QS. Al-Baqarah : 23)[6]
D. Pendapat Ulama
Dalam ilmu kalam, terjadi perbedaan pandangan para ulama tentang apakah al-Qur’an itu
merupakan makhluk atau bukan. Hal itu juga mendasari perbedaan pendapat mengenai mukjizat
al-Qur’an. Pendapat mereka terbagi menjadi beberapa ragam, antara lain:
1. Abu Ishaq Ibrahim al-Nizam dan pengikutnya dari kaum Syiah berpendapat bahwa
kemukjizatan al-Qur’an adalah dengan cara shirfah. Maksudnya ialah bahwa Allah memalingkah
orang-orang arab yang menentang al-Qur’an, padahal sebenarnya mereka mampu untuk
menghadapinya. Pendapat ini merupakan pendapat yang salah.
2. Satu golongan ulama berpendapat bahwa al-Qurr’an itu bermukjizat dengan balaghahnya
yang mencapai tingkat tinggi dan tidak ada bandingannya dan ini adalah pendapat ahli bahasa.
3. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Qur’an adalah karena
mengandung badi’ yang sangat unik dan berbeda dengan apa yang dikenal dalam perkataan
orang arab pada umumnya.
4. Golongan yang lain berpendapat bahwa al-Qur’an itu kemukjizatannya terletak pada
pemberitaannya tentang hal-hal yang ghaib, yang telah lalu dan yang akan datang yang tidak ada
seorang pun yang tahu.
5. Satu golongan berpendapat bahwa mukjizat al-Qur’an itu terjadi karena ia mengandung
berbagai macam ilmu hikmah yang dalam.[7]
[7] Shihab, Quraish, Mu’jizat al-Qur’an: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Ghaib, Bandung: Mizan, 2007
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologi mukjizat berasal dari kata a’jaza-yu’jizu-i’jaz yang berarti melemahkan
atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya atau ism fa’il (yang melemahkan) disebut mu’jiz.
tambahan ta’ marbuthoh diakhir kata sehingga menjadi mu’jizah menunjukkan mubalaghah
(superlatif) artinya yang sangat melemahkan. Secara terminologi yang dimaksud mukjizat atau
i’jaz Al Quran adalah ketidak mampuan siapapun untuk menjawab tantangan Al Quran sebagai
bukti kebenaran Risalah Nabi Muhammad SAW.
Aspek-aspek kemukjizatan Al Quran, yaitu:
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap para pembaca sudi memberikan kritik
dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis, khususnya juga bagi para pembaca. Apabila terdapat kesalahan dalam
penulisan makalah ini mohon dimaafkan
DAFTAR PUSTAKA