Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MUKJIZAT AL-QUR’AN

Dosen Pengampu : Drs. ZIKRI

Disusun Oleh :

Ayu Oktariani

NPM.2121020021

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

(SIYASAH SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Al-Hamdulillah kepada Allah Subhanahu wata’ala, yang selalu
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawa tserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad ShollAllahu ‘alaihi wasalam

Penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, dorongan, dan bimbingan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu penulis menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi parapembaca pada umumnya dan
khususnya bagi penulis.

AamiinYaRobbal ‘Alamin

Bandar Lampung, 04 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mukjizat .............................................................................................................. 3


2.2 Macam-Macam Mukjizat ...................................................................................................... 4
2.3 Bentuk dan Tahap Tentang AL-Qur’an ................................................................................ 6
2.4 Aspek-Aspek Kemukjizatan AL-Qur’an .............................................................................. 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................... 12


3.2 Penutup ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi dengan
tantangan dan tidak bisa dikalahkan. Makalah ini membahas tentang mukjizat al-quran, diantara
kemurahan Allah terhadap manusia, adalah bahwa dia tidak saja menganugerahkan fitrah yang
suci yang dapat membimbingnya kepada kebaikan, bahkan juga dari masa kemasa mengutus
seorang rasul yang membawa kitab sebagai pedoman hidup dari Allah dan mengajak manusia
untuk beribadah kepada-Nya semata. Setiap rasul yang diutus selain membawa kitab yang
didalamnya mengandung kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka dengan
berbagai mukjizat untuk membantu mereka dalam berbagai kesulitan dan tantangan dari
asyarakat yang menolak risalahnya sesuai dengan tingkat dan pola pikir masyarakatnya.

Nabi Muhammad Saw., diutus ketika masyarakat Arab ahli dalam bahasa dan sastra. Dimana-
mana diadakan musabaqah (perlombaan) dalam menyusun syair atau khutbah, petuah dan
nasehat. Syair-syair yang dinilai indah, digantung dika’bah sebagai penghormatan kepada
penggubahnya sekaligus untuk dapat dinikmati oleh yang melihat dan membacanya. Penyair
mendapat kedudukan yang sangat istimewa dalam masyarakat Arab.

Pada saat turunnya al-Quran sebenarnya orang-orang Arab adalah masyarakat yang paling
mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan al-Quran serta ketidak mampuan mereka untuk
menyususun seumpamanya. Namun diantara mereka tidak mengakuinya, bahkan suatu kali
mereka menyatakan bahwa al-Quran adalah syair, al-Quran adalah sihir ulung atau pendukunan.
Karenanya al-Quran datang menantang mereka untuk menyusun semacam al-Quran, ternyata
mereka tidak mampu menyusun seperti susunan al-Quran yang indah dan bersastra tinggi, maka
jelaslah kemukjizatan al-Quran. Untuk mengkaji lebih lanjut tentang mukjizat al-Qur an, maka
dalam makalah ini akan dibahas tentang pengertian mukjizat, macam-macam mukjizat, bentuk
dan tahapan tantangan al-Quran, aspek-aspek kemukjizatan al-Quran, paham ash-sharfah, dan
penutup.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian Mukjizat?
2. Macam-Macam Mukjizat?
3. Bentuk dan Tahap Tentang AL-Qur’an?
4. Aspek-Aspek Kemukjizatan AL-Qur’an?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Pengertian Mukjizat.


2. Agar mengetahui macam-macam Mukjizat
3. Agar mengetahui bentuk dan tahap tentang al-qur’an
4. Agar mengetahui aspek-aspek mukjizat al-qur’an

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mukjizat

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa kata mukjizat diartikan sebagai
kejadian (peristiwa) yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Kata mukjizat
terambil dari bahasa Arab ‫( أعجز‬a’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Sedangkan kata ‫( أعجز‬a’jaza) itu sendiri berasal dari kata ‫‘( عجز‬ajaza) yang berarti tidak
mempunyai kekuatan (lemah). Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mukjiz, dan bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan,
maka dinamai‫( معجزة‬mu’jizat). Tambahan ta marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna
mubalaghah (superlatif).

Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai sesuatu yang luar biasa yang
diperlihatkan Allah melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan
kenabian dan kerasulannya. Dalam al-Quran, kata ‘ajaza dalam berbagai bentuk terulang
sebanyak 26 kali dalam 21 surat dan 25 ayat. Dalam Kamus al-Mu’jam al-Washith, mukjizat
diartikan:

“Sesuatu (hal atau urusan) yang menyalahi adat kebiasaan yang ditampakkan Allah diatas
kekuasaan seorang nabi untuk memperkuat kenabiannya.”

Imam Jalaluddin al-Sayuti menjelaskan bahwa mukjizat itu adalah : “Suatu hal atau peristiwa
luar biasa yang disertai tantangan dan selamat (tidak ada yang sanggup) menjawab tantangan
tersebut.”

Sedangkan menurut Manna al-Qattan, I’jaz (kemukjizatan) adalah : Menetapkan


kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum adalah ketidak mampuan mengerjakan
sesuatu, lawan dari qudrah (potensi, power, kemampuan). Apabila kemukjizatan muncul, maka
nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan. Yang dimaksud dengan i’jaz dalam
pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran nabi dalam pengakuannya sebagai seorang rasul,
dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam melawan mukjizat yang kekal yakni al-
Quran.

3
Maka mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi dengan
tantangan dan tidak bisa dikalahkan. Al-Quran menantang orang-orang Arab, mereka tidak kuasa
melawan meskipun mereka merupakan orang-orang yang fasih, hal ini tiada lain karena al-Quran
adalah mukjizat. Berdasarkan defenisi diatas maka dapat dikemukakan tiga unsur pokok
mukjizat, yaitu:

1. Mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan.


2. Mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, dan
3. Mukjizat tidak terkalahkan.

Sedangkan menurut M. Qurais Shihab ada empat unsur yang harus menyertai sesuatu
sehingga ia dinamakan mukjizat. Keeempat unsur itu adalah :

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.


Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab akibat yang
diketahui secara umum hukum-hukumnya.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi.
Apabila hal-hal yang luar biasa terjadi bukan dari seseorang yang mengaku nabi, ia tidak
dinamai mukjizat.
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi, bukan sebelumnya.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, maka ini berarti bahwa
pengakuan sang penantang tidak terbukti.

2.2 Macam-Macam Mukjizat

Secara garis besar mukjizat dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang bersifat
hissiyah (material indrawi), dan mukjizat yang bersifat ‘aqliyah (rasional). Mukjizat nabi-nabi
terdahulu semuanya merupakan jenis pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi
dalam arti keluarbiasaan tersebut dapat disaksikan atau dijangkau langsung lewat indra oleh
masyarakat tempat nabi tersebut menyampaikan risalahnya, seperti perahu nabi Nuh yang dibuat
atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang

4
demikian dahsyat; tidak terbakarnya nabi Ibrahim dalam kobaran api; tongkat nabi Musa yang
berobah menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan nabi Isa atas izin Allah dan lain-lain.

Semuanya bersifat material indrawi, terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada dan
berakhir dengan wafatnya masing-masing nabi. Berbeda dengan mukjizat nabi Muhammad Saw,
sifatnya bukan material indrawi, tetapi ‘aqliyah (dapat dipahami oleh akal). Karena sifatnya yang
demikian, maka ia tidak terbatas pada suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat al-Quran dapat
dijangkau oleh setiap orang yang menggunakan akalnya, kapan dan dimanapun berada.

Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok :

• Pertama, para nabi sebelum nabi Muhammad Saw., ditugaskan untuk masyarakat dan
masa tertentu. Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat
tersebut, tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan nabi Muhammad Saw., yang
diutus untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman, sehingga bukti kebenaran
ajarannya harus selalu siap dipaparkan kepada setiap orang yang ragu kapanpun dan
dimanapun mereka berada
• Kedua, manusia mengalami perkembangan dalam pemikirannya. Umat para nabi
sebelum nabi Muhammad Saw., amat membutuhkan bukti kebenaran yang harus sesuai
dengan tingkat pemikiran mereka, bukti tersebut harus jelas dan terjangkau indra mereka.
Tetapi, setelah manusia mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, maka bukti yang
bersifat indrawi tidak dibutuhkan lagi. Ini bukan berarti bahwa tidak terjadi hal-hal luar
biasa dari atau melalui nabi Muhammad Saw. Keluarnya air dari celah jari-jari beliau,
makanan yang sedikit dapat mencukupi orang banyak, genggaman pasir yang beliau
lontarkan kepada kaum musyrik dalam perang badar hingga menutupi pandangan
mereka, dan lain-lain merupakan hal-hal luar biasa yang telah terjadi.

Namun demikian dapat disimpulkan, Pertama, Bahwa mukjizat itu luar biasa dalam mengatasi
segala persoalan manusia, tiada yang kuasa membuatnya, selain Allah menentukan ketentuan
tersebut. Kedua, bahwa antara mukjizat nabi yang satu dengan lainnya adalah sama fungsinya,
yaitu untuk memainkan peranannya dan mengatasi kepandaian kaumnya, disamping
membuktikan kekuasaan Allah diatas segala-galanya.

5
2.3 Bentuk dan Tahap Tentang Al-Qur’an

Tantangan yang datang dari al-Quran terdiri dari dua bentuk, yaitu:

1. Tantangan umum

Tantangan ini ditujukan kepada semua golongan, baik kaum filosof, cendikiawan, ulama, dan
hukama, serta semua manusia tanpa kecuali, orang Arab atau orang Ajam, orang putih atau
orang hitam, mukmin atau kafir. Hal ini dijelaskan Allah dalam al-Quran surat al-Isra’ ayat
88.

2. Tantangan khusus

Tantangan ini ditujukan khusus kepada orang-orang Arab, terutama bagi orang-orang kafir
Quraisy. Tantangan bertanding khusus ini terbagi atas dua macam, yaitu :

Tantangan yang Bersifat Kulli (keseluruhan), yaitu tantangan dengan seluruh al-Quran
mengenai hukum-hukumnya, keindahan bahasanya, balaghahnya dan kejelasannya. Hal ini
dijelaskan Allah dalam surat al-Thuur ayat 34.

Tantangan yang bersifat juz’i (sebagian), yaitu tantangan untuk mendatangkan sepuluh
surat atau satu surat saja yang menyerupai surat-surat al-Quran. Hal ini sebagaimana
dijelaskan Allah dalam surat Hud ayat 13 dan surat al-Baqarah ayat 23.

Adapun tahapan-tahapan tantangan al-Quran adalah sebagai berikut:

1. Allah menantang untuk membuat semacam “keseluruhan al-Quran”, sebagaimana


dipahami dari surat al-Thuur ayat 34.
“Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal al-Quran itu jika mereka
termasuk orang-orang yang benar.” (Al-Thuur : 34).
Dalam satu riwayat dinyatakan bahwa ketika ayat ini turun untuk menantang orang-orang
kafir Quraisy yang meragukan dan menolak kebenaran al-Quran, maka mereka berdalih
“kami tidak mengetahui sejarah umat terdahulu” (yang merupakan sebagian kandungan
al-Quran).
Adapun yang dimaksud dengan kalimat (bihadiitsin) dalam ayat diatas adalah tandingan
al-Quran, namun ternyata mereka tidak mampu mendatangkan sesuatu yang menyamai
al-Quran.

6
2. Allah meringankan tantangan, yaitu menantang untuk membuat sepuluh surat saja yang
menyamai al-Quran, sebagaimana dinyatakan Allah Swt., dalam surat Hud ayat 13.
“Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu”,
Katakanlah: “(Kalau demikian), Maka datangkanlah sepuluh surat yang menyamainya,
dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah jika kamu
memang orang-orang yang benar.” (Hud : 13).
Kata (muftarayaat) yang diterjemahkan dengan “dibuat-buat” dalam ayat diatas adalah
tudingan orang-orang kafir Quraisy terhadap nabi Muhammad Saw., bahwa al-Quran itu
dibuat-buat, oleh karenanya Allah menantang, kalaupun al-Quran itu dibuat-buat
(bohong), jikalau mereka mampu menyusun redaksi seindah dan seteliti al-Quran maka
itu sudah cukup untuk mengakui kebenaran dugaan mereka, tetapi tantangan kedua
inipun tidak sanggup mereka layani.
3. Allah meringankan lagi tantangan, yaitu tantangan untuk membuat satu surat saja yang
menyamai al-Quran, sebagaimana firman Allah Swt., dalam surat Yunus ayat 38.
“Atau patutkah mereka berkata, “Dia (Muhammad) membuat-buatnya?”, Katakanlah
(kalau benar tuduhan kamu itu), maka buatlah satu surah semacamnya dan panggillah
siapapun yang dapat kamu panggil selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar.” (Yunus : 38).
Tiga tahapan tantangan tersebut semuanya disampaikan ketika nabi Muhammad Saw.,
masih berada di Mekkah.
Ketika nabi sudah hijrah ke Madinah Allah menantang kembali dengan tantangan yang
lebih ringan lagi yaitu membuat satu surat yang hampir sama dengan al-Quran,
sebagaimana dapat dipahami dalam surat al-Baqarah ayat 23,
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat yang seumpamanya dan panggillah
penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang yang benar.” (al-Baqarah :
23).
Ayat 23 yang terdapat dalam surat al-Baqarah ini mirip redaksinya dengan ayat 38 dalam
surat Yunus. Perbedaannya antara lain pada kalimat (fa’tuu bisuuratin mitslihi dan fa’tuu
bisuuratin min mitslihi). Kata ‫( من‬min) disini diartikan “lebih kurang”, sehingga dengan

7
demikian tantangan ini lebih rendah daripada tantangan sebelumnya yang menuntut
membuat satu surah tanpa menggunakan kata ‫( من‬min) atau “lebih kurang”.
Memang sejak semula Allah telah menegaskan bahwa siapapun dan kapanpun al-Quran
tetap menjadi mukjizat dan tidak dapat ditandingi. Hal ini dapat kita pahami dari firman
Allah dalam surat al-Isra’ ayat 88,
“Katakanlah (hai Muhammad): Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk
membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu sebagian yang lain.”
(al-Isra’ : 88).

Dengan demikian jelaslah bahwa tahap demi tahap tantangan al-Quran, ternyata tidak
seorangpun sanggup untuk memenuhi tantangan tersebut, terutama orang-orang Arab kafir
Quraisy yang dengan terang-tarangan tidak menerima kebenaran al-Quran. Dengan demikian
jelaslah mukjizat al-Quran yang benar-benar diwahyukan Allah untuk nabinya Muhammad Saw.,
yang ummi.

2.4 Aspek-Aspek Kemukjizatan Al-Qur’an

Para ulama sepakat bahwasannya al-Quran tidaklah melemahkan manusia untuk mendatangkan
sepadan al-Quran hanya karena satu aspek saja, akan tetapi karena beberapa aspek, baik aspek
lafzhiyah (morfologis), ma’nawiyah (semantik) dan ruhiyah (psikologis). Semuanya
bersandarkan dan bersatu, sehingga melemahkan manusia untuk melawannya. Namun demikian
mereka berbeda pendapat dalam meninjau segi kemukjizatan al-Quran. Perbedaan itu adalah
sebagai berikut :

a. Sebagian ulama berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah sesuatu yang
terkandung dalam al-Quran itu sendiri, yaitu susunan yang tersendiri dan berbeda dengan
bentuk puisi orang Arab maupun bentuk prosanya, baik dalam permulaannya, maupun
suku kalimatnya.
b. Sebagian yang lain berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran itu terkandung dalam
lafal-lafalnya yang jelas, redaksinya yang bernilai sastra dan susunannya yang indah,
karena nilai sastra yang terkandung dalam al-Quran itu sangat tinggi dan tidak ada
bandingannya.

8
c. Ulama lain berpendapat bahwa kemukjizatan itu karena al-Quran terhindar dari adanya
pertentangan, dan mengandung arti yang lembut dan memuat hal-hal ghaib diluar
kemampuan manusia dan diluar kekuasaan mereka untuk mengetahuinya.
d. Ada lagi ulama yang berpendapat bahwa segi kemukjizatan al-Quran adalah
keistimewaan-keistimewaan yang nampak dan keindahan-keindahan yang terkandung
dalam al-Quran, baik dalam permulaan, tujuan maupun dalam menutup setiap surat.

Imam al-Qurtubi dalam tafsirnya al-Jami’i Ahkamil Quran menyebutkan sepuluh segi
kemukjizatan al-Quran, sementara al-Zarkani dalam kitabnya Manahilul Irfan mencatat empat
belas segi kemukjizatan al-Quran. Perbedaan pendapat ulama diatas diketahui sesuai dengan
kemampuan mereka masing-masing. Jadi bukan berbeda dalam menentukan batasan-batasan
kemukjizatan al-Quran, karena aspek-aspek kemukjizatan al-Quran tidak hanya terbatas pada
aspek-aspek tertentu yang mereka sebutkan. Adapun aspek-aspek kemukjizatan al-Quran adalah:

• Susunan bahasanya yang indah, berbeda dengan susunan bahasa Arab.


• Uslubnya (susunannya) yang menakjubkan, jauh berbeda dengan segala bentuk susunan
bahasa Arab.
• Keagungan yang tidak mungkin bagi makhluk untuk mendatangkan sesamanya.
• Syariat yang sangat rinci dan sempurna melebihi setiap undang-undang buatan manusia.
• Mengabarkan hal-hal ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
• Tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
• Al-Quran memenuhi setiap janji dan ancaman yang dikabarkannya.
• Luasnya ilmu-ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya.
• Kesanggupannya dalam memenuhi segala kebutuhan manusia.
• Berpengaruh terhadap hati para pengikutnya dan orang-orang yang memusuhinya.

Uraian singkat tentang aspek-aspek kemukjizatan al-Quran adalah sebagai berikut :

1. Susunan Bahasanya yang Indah

Susunan gaya bahasa dalam al-Quran tidak bisa disamakan oleh apapun, karena al-Quran
bukan susunan syair dan bukan pula susunan prosa, namun ketika al-Quran dibaca maka
ketika itu terasa dan terdengar mempunyai keunikan dalam irama dan ritmenya.
Cendikiawaan Inggris, Marmaduke Pickthall dalam The Meaning of Glorious Quran,

9
menulis: “Al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya dimana setiap nada-nadanya
bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka-cita”.

2. Uslubnya yang Menakjubkan

Al-Quran muncul dengan uslub yang sangat baik dan indah, mengagumkan orang-orang
Arab karena keserasian dan keindahannya, keharmonisan susunannya. Didalamnya
terkandung nilai-nilai istimewa yang tidak akn terdapat dalam ucapan manusia.

3. Keagungannya

Al-Quran mempunyai kemegahan ucapan yang luar biasa yang berada diluar kemampuan
manusia untuk menguasainya atau mendatangkan persamaannya. Kandungan al-Quran dapat
mempengaruhi jiwa-jiwa pendengarnya dan dapat melembutkan hati-hati yang keras.

4. Syariat yang Sangat Rinci dan Sempurna

Al-Quran menjelaskan pokok-pokok akidah, hokum-hukum ibadah, norma-norma keutamaan


dan sopan santun, undang-undang hukum ekonomi, politik, sosial dan kemasyarakatan. Al-
Quran juga mengatur kehidupan keluarga, menjunjung nilai-nilai kebebasan, keadilan
(demokrasi) dan musyawarah.

5. Berita tentang Hal-Hal yang Gaib

Al-Quran mengungkap sekian banyak ragam hal gaib. Al-Quran mengungkap kejadian masa
lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masanya telah demikian lama, dan
mengungkap juga peristiwa masa datang atau masa kini yang belum diketahui manusia.

6. Sejalan dengan Ilmu Pengetahuan Modern

Al-Quran memuat petunjuk yang detail mengenai sebagian ilmu pengetahuan umum yang
telah ditemukan terlebih dahulu dalam al-Quran sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan
modern. Tiori al-Quran itu sama sekali tidak bertentangan dengan tiori-tiori ilmu
pengetahuan modern, baik itu ilmu alam, arsitek dan fisika, geografi dan kedokteran.

7. Menepati Janji

Al-Quran senantiasa menepati janji dalam setiap apa yang telah dikabarkannya serta dalam
setiap janji Allah kepada hamba-Nya, baik janji mutlak seperti janji Allah untuk menolong
10
rasul-Nya, maupun janji terbatas yaitu janji yang bersyarat seperti harus memenuhi syarat
takwa, sabar, menolong agama Allah, dan sebagainya.

8. Terkandung Ilmu Pengetahuan yang Luas

Al-Quran datang dengan membawa berbagai ilmu pengetahuan tentang akidah, hokum
(undang-undang), etika, muamalat, dan berbagai lapangan lain dalam pendidikan dan
pengajaran, politik dan ekonomi, filsafat dan sosial.

9. Memenuhi Segala Kebutuhan Manusia

Al-Quran datang dengan membawa petunjuk-petunjuk yang sempurna, fleksibel lagi luwes,
dan dapat memenuhi segala kebutuhan manusia pada setiap tempat dan masa.

10. Berkesan dalam Hati

Al-Quran dapat menggetarkan hati pengikut dan penantangnya. Seseorang yang sangat
memusuhi al-Quran bisa berbalik dibawah lindungannya. Umar bin Khattab, Sa’ad bin
Mu’az, dan Usaid bin Hudhair misalnya, mereka adalah orang-orang yang paling kejam
terhadap kaum muslimin tetapi disebabkan mendengarkan beberapa ayat al-Quran maka
hatinya luluh dan masuk islam.

Filosof Perancis mengatakan “Sesungguhnya Muhammad Saw., membaca al-Quran dengan


khusyuk, sopan dan rendah hati, untuk menarik hati manusia agar beriman kepada Allah, dan
hal ini melebihi pengaruh yang ditimbulkan semua mukjizat nabi-nabi terdahulu.

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Quran adalah mukjizat nabi Muhammad Saw., terbesar yang sifatnya ‘aqliyah sehingga
berlaku sepanjang zaman karena dapat dijangkau oleh perkembangan akal manusia.
Kemukjizatan al-Quran terletak pada aspek keindahan bahasanya, kabar berita yang dibawanya,
keluasan isi materi yang terkandung didalamnya maupun dari segi-segi lainnya, dan tidak ada
seorang manusiapun sampai kapanpun dapat menandinginya.

Mukjizat al-Quran merupakan hal-hal yang luar biasa yang terdapat didalam al-Quran itu sendiri,
bukan datang dari luar al-Quran, karenanya paham as-sharfah tidak dapat diterima. Demikianlah
makalah ini disampaikan dalam seminar mata kuliah al-Quran, penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dan kekeliruan baik literature yang digunakan maupun susunan bahasanya,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Hanya kepada
Allahlah kita menyerahkan diri.

3.2 Saran

Dengan makalah ini pembaca diharapkan dapat memahai pembahasan tentang Kemukjizatan Al-
Qur’an. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karenannya diharapkan
masukan atau keritik/saran yang membangun sehingga penulis membuat karya yang lebih baik
dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat menambah keilmuan serta wawasan para
pembaca dalam hal Kemukjizatan Al-Qur’an.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anis, Ibrahim, et.all., al-Mu’jam al-Washith, Surabaya: t.t.

Ansari, Ibnu Mansur Jamaluddin Muhammad bin Mukarram al-, Lisan al-Arab, Beirut: al-Dar al-
Misriyah, 1990.

Khallaf, Abdul Wahab, Ilmu Ushul Figh, cet. 8, terj. Noer Iskandar al-Barsany dan Moh.
Tolchah Mansoer, Kairo: Dar al-‘Ilm:1978.

Munawwar, Said Aqil Husain al-, I’jaz al-Quran dan Metodelogi Tafsir, Semarang: Dimas, 1994.

Qattan, Manna’ al-, Mabahis fi Ulum al-Quran, Beirut: Maktabah Wahbah, 2004.

Rafi’i, Mustafa Shadiq al-, ‘Ijaz al-Quran wa al-Balaghah an-Nabawiyyah, Beirut: Dar al-Kutub
al-Arabi, 1990.

Sayuti, Jalaluddin al-, al-Itqan fi Ulum al-Qur an, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2000.

Shabuniy, Muhammad Ali al-, Studi Ilmu al-Quran, terj. Aminuddin, Bandung: Pustaka Setia,
1999.

Shiddiqiey, T.M. Hasbi al-, Mu’djizat al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1996.

Shihab, M. Qurais , Mukjizat al-Qur an Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah dan
Pemberitaan Gaib, cet II, Bandung: Mizan, 2007.

Suma, Muhammad Amin, Studi Ilmu-Ilmu al-Quran 3, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004.

Sya’rawi, Muhammad al-Mutawalli al-, Mukjizat al-Quran, terj. Muhammad Ali dan Abdullah,
Surabaya: Bungkul Indah, 1995.

Poerwodarminto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1976.

Zarkani, Muhammad Abdul ‘Azim al-, Manahilul Irfan fi Ulum al-Quran, Beirut: Dar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1988.

13

Anda mungkin juga menyukai