Anda di halaman 1dari 17

MU’JIZAT DAN I’JA AL-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas:


Mata Kuliah: Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Dllaifurrahman, S.H.I., M.H.

Disusun oleh:
Akhmad Mujahid
NIM. 2311140027
Ariansyah
NIM. 2311140023
Muhammad Rahman
NIM. 2311140038

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI
TAHUN 2023 M / 1445 H

1
KATA PENGANTAR
Al-Qur’an merupakan sumber rujukan utama yang menempati posisi sentral bagi
seluruh disiplin ilmu keislaman. Kitab suci tersebut, disamping menjadi huda
(petunjuk), juga bayyinat min al-huda (penjelasan bagi petunjukpetunjuk tersebut)
serta menjadi furqan (tolok ukur pemisah antara yang benar dan yang salah). Dari
sini, tidak heran jika Al-Qur’an mendapat perhatian yang amat besar dari semua
pihak yang ingin memperoleh cahaya petunjuk dan/atau mengenal lebih dekat
ajaran-ajaran Islam. Diantara keistimewaan Al-Qur’an bahawa ia merupakan kitab
yang bersifat i’jaz (melemahkan dan meyakinkan para penentangnya). Allah
menjadikannya sebagai tanda kekuasaan terbesar dan mukjizat teragung bagi
pamungkas rasul-rasul-Nya, Muhammad saw. Bahkan Allah menjadikannya tanda
kebesaran satu-satunya yang bersifat menantang. Allah tidak menantang orang-
orang musyrik dengan setiap tanda (kejadian) yang Allah anugerahkan dengan
segala keragaman dan kuantitasnya, kecuali Al-Qur’an. Dan akhirnya penulis
menyadari bahawa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu dibutuhkan masukan serta perbaikan yang sifatnya
membangun dari para pembaca. Semoga tulisan yang singkat ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
A. Pengertian mu’jizat dan I’ja al-qur’an ..................................................... 3
B. Unsur-unsur mu’jizat ................................................................................ 4
1. Kejadian luar biasa yang tidak dapat dipelajari .................................... 4
2. Terjadi pada seseorang yang mengaku nabi ......................................... 4
3. Tantangan bagi yang meragukan kenabian ........................................... 4
4. Tantangan tidak mampu ditandingi....................................................... 4
C. Tahapan-tahapan menandingi al-qur’an ................................................... 4
D. Upaya-upaya menandingi al-qur’an ......................................................... 5
1. Musailamah al-kadzab .......................................................................... 5
2. Abu al-walid ......................................................................................... 6
E. Aspek-aspek I’ja Qur’an .......................................................................... 8
1. Aspek Ilmu Pengetahuan ...................................................................... 8
2. Aspek Berita Gaib ................................................................................. 9
3. Aspek Isyarat Ilmiah ............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan ..............................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernyataan al-Qur’an terhadap suatu masalah yang sangat unik, tidak tersusun
secara sistematis seperti halnya buku-buku ilmu pengetahuan yang dikarang
manusia. Pembicaraan al-Qur’an terhadap suatu masalah pada umumnya bersifat
global parsial dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip-prinsip
pokoknya saja.1 Keadaan demikian, menurut penulis, tidak berarti mengurangi nilai
al-Qur’an. Sebaliknya, justru di sanalah letak keunikan sekaligus kemukjizatannya.
Mukjizat para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad Saw pada umumnya
bersifat hissi (material-inderawi), temporal dan lokal. Misalnya, Nabi Ibrahim yang
tidak terbakar oleh api, tongkat Nabi Msa yang dapat berubah menjadi ular dan
menelan semua ular-ular buatan (sihir) dari tukang-tukang sihir Fir’aun, tongkat
Nabi Musa juga dapat membelah lautan luas. Nabi Daud yang mampu melunakkan
logam, kepandaian Nabi Sulaiman menundukkan berbagai jenis makhluk termasuk
jin dan ia juga menundukkan angin, keahlian Nabi isa meciptakan burung dari
tanah, juga menyembuhkan orang buta dan orang berpenyakit lepra. Keberadaan
mukjizat-mukjizat para nabi dan rasul Allah swt, seperti yang dikemukakan ini
bersifat fisik indrawi, berlaku temporal, sehingga tidak bisa lagi disaksikan oleh
generasi kemudian. Hal ini disebabkan karena keluarbiasaan tersebut hanya
dipersiapkan untuk menghadapi tantangan zamannya sendiri secara lokal. Berbeda
dengan al-Qur’an yang merupakan kitab suci terakhir yang dibawa oleh nabi dan
rasul terakhir Muhammad Saw untuk agama yang terakhir pula, maka ia sejak
semula dipersiapkan untuk menghadapi segala macam kelompok masyarakat di
semua ruang dan waktu hingga akhir kiamat. Untuk itu, al-Qur’an baik secara
keseluruhan maupun sebahagian mengandung kemukjizatan sekaligus
keistimewaan yang sangat menarik untuk dikaji secara cermat dan mendalam.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mu’jizat dan I’ja al-qur’an
2. Apa saja unsur-unsur mu’jizat
3. Apa saja Tahapan-tahapan tantangan al-qur’an
4. Apa saja Upaya-upaya menandingi al-qur’an
5. Apa saja aspek-aspek I’ja al-qur’an

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mu’jizat dan I’ja al-qur’an
Menurut bahasa kata i’jaz adalah mashdar dari kata kerja a’jaza, yang
berarti melemahkan. Kata a’jaza ini termasuk fi’il ruba’i mazid yang berasal dari
fi’il tsulasi mujarrad ajaza yang berarti lemah, lawan dari qadara yang berarti
kuat/mampu .
Dalam hal ini Dawud Al-Aththar dalam kitabnya Mujaz ‘Ulum Al-Qur’an,
menjelaskan bahawa I’jaz secara bahasa berarti “keluputan”. Dikatakan: A’jazani
al-amru”, artinya: Perkara itu luput dariku”. Juga berarti ”membuat tidak mampu”.
Seperti dalam contoh A’jaza akhahu (dia telah membuat saudaranya tak mampu)
manakala dia telah menetapkan ketidakmampuan saudaranya itu dalam suatu hal
atau berarti juga “dia telah menjadikan saudaranya itu tidak mampu” .
I’jaz menurut Istilah adalah sesuatu yang membuat manusia tidak mampu,
baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, untuk mendatangkan yang
seperti itu.
Sedangkan kata mukjizat dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai “kejadian ajaib yang sukar diungkap oleh kemampuan akal manusia.”
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa arab ‫ )ز ج ع ا‬a’jaza) yang berarti
“melemahkan atau menjadikan tidak mampu”. Pelakunya (yang melemahkan)
dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol
sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamai ‫ )زة ِجع م‬mukjizat).
Tambahan ta’ marbutah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah
(superlatif).
Mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam, antara lain sebagai “suatu
hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi,
sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan
atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu.

3
Bisa dikatakan bahawa mukjizat adalah apa yang dibawa oleh seorang manusia
(nabi) yang memperoleh penguatan dari Allah dan yang tak mampu.1

B. Unsur-unsur mu’jizat
1. Kejadian luar biasa yang tidak dapat dipelajari
Luar biasa dalam konteks ini maksudnya adalah sesuatu yang berada di luar
hukum sebab akibat dan tidak dapat dipelajari.
2. Terjadi pada seseorang yang mengaku nabi
Mukjizat hanya terjadi kepada seorang nabi. Karenanya, jika hal luar biasa
terjadi pada seorang yang bukan nabi tidak disebut sebagai mukjizat.
3. Tantangan bagi yang meragukan kenabian
Tantangan ini harus terjadi bersamaan dengan pengakuan nabi. Apabila
terjadi sebelum atau sesudahnya, maka itu bukan mukjizat. Contohnya adalah
peristiwa Daud kecil menantang Jalut yang tidak disebut sebagai mukjizat
karena belum diangkat sebagai nabi.
4. Tantangan tidak mampu ditandingi
Mukjizat seorang nabi harus dilayani oleh kaum yang menentangnya.
Apabila tantangan itu dapat ditandingi, maka itu bukan mukjizat.2
C. Tahapan-tahapan menandingi al-qur’an
Pada tahap pertama, tantangan al-Qur’an datang dalam bentuk uslub umum
dan khitabnya ditujukan kepada manusia, bahkan termasuk seluruh jin, untuk
membuat semacam al-Qur’an jika mereka mampu. Namun dalam kurun waktu yang
sama al-Qur’an pun menegaskan bahwa mereka pasti tidak akan mampu menjawab
tantangan itu meskipun seluruh jin dan manusia bersatu untuk melakukannya. Hal
ini dijelaskan dalam QS. al-Isr (17): 88, yakni;
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al Qur'an ini, niscaya mereka tidak akan 38 I’jaz Al-Qur’an

1
Mahfudil asror, MENGEKSPLANASI MUKJIZAT AL QUR’AN, Al-I’jaz, Volume 1. No 1 (juni
2019), 66.
2
Berita hari ini, Macam-Macam Mukjizat dan Unsurnya sevagai Keutamaan Nabi,
[m.kumparan.com minggu, 1 maret 2022 08.35 WIB], tersedia di: https://kumparan.com/berita-
hari-ini/macam-macam-mukjizat-dan-unsurnya-sebagai-keutamaan-nabi-1xZgcKvXMI6, diakses
pada tanggal 10 september 2023, pukul 10.12 WIB.

4
Karena tantangan pada tahap pertama tidak akan mungkin dipenuhi, maka
al-Qur’an kemudian mendatangkan tantangan yang lebih ringan, yaitu membuat
sepuluh surah saja seperti al-Qur’an, sebagaimana dalam QS. Hud (11):13 yakni
Terjemahnya : Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat
alQur'an itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-
surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu
sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang
benar". Tantangan yang lebih ringan ini juga tidak mampu dijawab oleh oleh orang-
orang kafir Quraisy.
Akhirnya al-Qur’an menantang lagi dengan tantangan yang jauh lebih
ringan daripada dua tantangan sebelumnya, yaitu membuat satu surat saja seperti
al-Qur’an, sebagaimana dalam QS. alBaqarah (2): 23 yakni;Dan jika kamu (tetap)
dalam keraguan tentang al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami
(Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur'an itu dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Ternyata,
tantangan terakhir di atas pun tidak mampu dijawab kaum kafir Quraisy oleh karena
al-Qur’an bukanlah ciptaan Muhammad atau makhluk, melainkan firman-firman
Allah (Kalāmullāh) yang merupakan bagian dari sifat-Nya yang Qadam.3
D. Upaya-upaya menandingi al-qur’an
1. Musailamah al-kadzab
Musailamah memanfaatkan ilmu sihirnya untuk memengaruhi banyak orang
hingga percaya padanya. Bahkan tidak sedikit yang terpengaruh dan percaya
dengan klaimnya sebagai nabi, khususnya Bani Hanifah yang berada di
lingkungannya. Baca juga: Perang Riddah, Pertempuran Abu Bakar Melawan
Kaum Murtad Oleh karena perkembangan yang pesat tersebut, Musailamah
kemudian merevisi beberapa syariat Islam. Salah satu syariat Islam yang direvisi
adalah terkait ibadah salat, di mana ia memberikan kebebasan terhadap pengikutnya
untuk tidak melaksanakan salat. Selain itu, Musailamah menyusun kitab suci untuk
menandingi Al Quran, yang isinya mengulas tentang keunggulan sukunya, Bani

3
Sulaiman ibarahim, Menelusuri Bukti Keotentikan Al-Qur’an, farabi, 1 juni 2015, hal. 38-39,
tersedia di: http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/fa, diakses: 10 September 2023 11.15

5
Hanidah atas Bani Quraisy. Karya Musailamah tersebut justru mengundang ejekan
karena isinya bahkan jauh di bawah standar sastra Arab kala itu. Oleh sebab itu,
Musailamah diberi gelar al-Kadzab, yang artinya pembohong.4
2. Abu al-walid
Peristiwa ini terjadi ketika Hamzah bin Abdul Muthalib telah masuk Islam, dan
mereka melihat sahabat-sahabat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam semakin
banyak dan menyebar. Orang-orang Quraisy berkata, “Baiklah, wahai Abu Al-
Walid. Temuilah dan bicaralah dengannya!”
Ketika itu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam sedang duduk sendirian di masjid.
Kemudian Utbah pergi ke tempat Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam dan duduk
di dekat beliau. Ia berkata, “Hai keponakanku, sesungguhnya engkau masih
memiliki ikatan kekeluargaan dengan kami. Engkau mempunyai kehormatan di
keluarga dan memiliki keluhuran nasab. Engkau telah merusak kemapanan
kaummu. Engkau memecah belah persatuan mereka, mencemoohkan mimpi-mimpi
mereka, mencaci-maki sesembahan dan agama mereka, dan mengkafirkan leluhur
mereka yang telah meninggal dunia. Dengarkan perkataanku, sebab aku akan
mengajukan beberapa tawaran yang bisa engkau pikirkan dan semoga engkau bisa
menerima sebagian tawaran-tawaran tersebut.”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Utbah, “Katakan, wahai
Abu Al-Walid, aku pasti menyimak apa yang engkau katakan!”
Utbah menjawab, “Wahai keponakanku, jika tujuan dakwahmu untuk
menginginkan harta, maka kami akan himpun seluruh harta kami agar engkau
menjadi orang terkaya di antara kami. Jika tujuannya kehormatan, kami akan angkat
engkau sebagai pemimpin dan kami tidak memutuskan satu perkarapun tanpamu.
Jika tujuannya kekuasaan, maka kami akan angkat engkau sebagai raja. Jika yang
datang kepadamu adalah makhluk halus yang tidak sanggup engkau usir, maka
kami mencarikan dokter untukmu dan mengeluarkan harta kami hingga engkau

4
Lukman hadi Subroto, Musailamah al-kadzab Nabi Palsu yang Menjiplak Al Quran,
[Kompas.com jum’at, 11 februari 2022 08.00 WIB], tersedia di:
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/stori/read/2022/02/11/080000179/musailamah-
al-kadzab-nabi-palsu-yang-menjiplak-al-quran, diakses pada 10 September 2023 10.13 WIB.

6
sembuh darinya, karena boleh jadi ini mengalahkan orang yang dimasukinya hingga
ia sembuh darinya…”
Ketika Utbah selesai bicara, Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam berkata,
“Apakah engkau sudah selesai bicara, wahai Abu Al-Walid?”
Utbah menjawab, “Ya, sudah.”
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka simaklah baik-baik apa
yang akan aku katakan.”
Bismillahi Ar-Rahmaani Ar-Rahiim. Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan
dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira
dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (daripadanya);
maka mereka tidak (mau) mendengarkan. Mereka berkata: “Hati kami berada dalam
tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami
ada sumbatan dan antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu;
sesungguhnya kami bekerja (pula).” (QS. Fush- shilat: 1-5).
Lalu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam membacakan kelanjutan ayat-ayat di
atas. Sementara Utbah, setiap kali ia mendengar Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa
Sallam membacakan ayat-ayat kepadanya, ia diam mendengarkannya dengan serius
sambil bersandar dengan kedua tangannya.
Tatkala Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wasallam sampai pada ayat Sajdah, beliau
sujud, kemudian beliau bersabda, “Hai Utbah, engkau telah menyimak dengan jelas
apa yang baru saja engkau dengar. Kini, terserah kepadamu mau dibawa kemana
apa yang engkau baru dengarkan itu.”
Utbah pulang menemui sahabat-sahabatnya. Sebagian di antara mereka berkata
kepada sebagian yang lain, “Kami bersumpah dengan asma Allah, sungguh, Abu
Al-Walid datang ke tempat kalian dengan wajah yang berbeda dengan wajah saat ia
berangkat.”
Ketika Utbah telah duduk, mereka berkata kepadanya, “Apa yang telah terjadi,
wahai Abu Al-Walid?”
Utbah menjawab, “Demi Allah, baru saja aku mendengar perkataan yang belum
pernah aku dengar sebelum ini. Demi Allah, perkataan tersebut bukan syair, bukan

7
sihir, bukan perdukunan. Wahai orang-orang Quraisy, dengarkan aku! Serahkan
perkara Quraisy kepadaku, biarkanlah orang itu dengan apa yang ia lakukan, dan
biarkanlah dia. Demi Allah, ucapannya yang aku dengar tadi pada suatu saat akan
menjelma menjadi kekuatan yang besar. Jika saja ucapannya tersebut dimiliki
orang-orang Arab, mereka sudah merasa cukup dengannya tanpa kalian. Jika ia
berhasil mengalahkan orang-orang Arab, maka kekuasaannya ialah kekuasaan
kalian, dan kejayaannya adalah kejayaan kalian juga, kemudian kalian menjadi
manusia yang paling berbahagia karenanya.”
Mereka berkata, “Ia telah menggunaguniaimu dengan mantranya, wahai Abul
Walid.”
Utbah berkata, “Ini hanya pendapatku saja tentang dia. Terserah kalian, mau
menerima atau tidak?!”5
E. Aspek-aspek I’ja Qur’an
1. Aspek Ilmu Pengetahuan
Hakikat ilmiah yang disinggung dalam Al-Qur’an, dikemukakan dalam
redaksi yang singkat dan sarat akan makna. Ketika pengetahuan itu belum
ditemukan, Al-Qur'an pada dasarnya telah memberikan isyarat tentangnya, dan
Al-Qur’an sendiri tidaklah mempunyai pretensi pertentangan dengan penemuan-
penemuan baru yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian ilmiah. Misalnya, Al-
Qur’an berbicara mengenai awan. Proses pembentukan hujan dimulai dengan
pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit,
perhatikah ayat berikut “tidakkah kamu melihat (bagaimana) Allah menggerakkan
awan, kemudian mengumpulkan (bagian-bagian)-nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kamu lihat hujan keluar dari celahcelah (awan). (QS. An-
Nur: 43.). Para ilmuan kemudian menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari
dorongan angin yang mengiringi ke awan-awan kecil, menuju ke convergence
zone (daerah pusat pertemuan awan). Pergerakan bagian-bagian awan ini,
menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya, terutama pada

5
Yudi, Abu Al-Walid Kagum dengan Isi Alquran yang dibacakan Rasulullah, [islampos minggu,
12 januari 2020], tersedia di: https://www.islampos.com/abu-al-walid-kagum-dengan-isi-alquran-
yang-dibacakan-rasulullah-179683/, diakses pada 10 seotember 2023 10.37 WIB.

8
convergece zone itu. Meskipun ada sekian kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh
Al-Qur'an tetapi tujuan itu semua hanya untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan
keunikan Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga Mahmud Syaltul pernah menyatakan
dalam tafsirnya, “sesungguhnya Tuhan tidak menurunkan al-Qur'an untuk menjadi
suatu kitab yang menerangkan kepada manusia mengenai teori-teori ilmiah,
problem seni, serta aneka warna pengetahuan, melainkan sebagai suatu kitab
petunjuk, ishlah, dan tsyri.” (Mahmud Syaltut, tth). Pernyataan Syaltut ini, karena
mungkin berangkat dari asumsi bahwa semua Haqaiq al-Kauni (kebenaran-
kebenaran ilmiah di alam semesta) pada dasarnya bermuara pada pengabdian
kepada-Nya. Misalnya, keterangan tentang salah satu sahabat Nabi yang bertanya
mengenai bulan yang kadang kecil bagai benang, kemudian membesar sampai
menjadi purnama. Lalu Allah berfirman “mereka bertanya kepadamu perihal
bulan, katakanlah bulan itu untuk menentukan waktu bagi manusia dan
mengerjakan haji”. (QS. Al-Baqarah: 189) (M. Quraish Shiahab, 2000).

2. Aspek Berita Gaib


Al-Qur’an juga meyakinkan kepada pembacanya bahwa Al-Qur’an
mampu memprediksi masa depan (nubuwah), kejadian-kejadian pada masa Nabi
atau Umat terdahulu, dan kejadian besar yang akan menimpa kaum muslim
sepeninggal Nabi (Abu Zahra, 1991). Al-Qur’an juga berisi tentang pengetahuan
yang kemudian baru diketemukan pada ribuan tahun setelah Al-Qur’an turun,
misalnya kesatuan alam, (QS al-Anbiya": 30) terjadinya perkawinan dalam tiap-
tiap benda, (QS al-Dzariyat: 49) perbedaan sidik jari manusia, (QS al-Qiyamah: 2-
3) khasiat madu, (QS al-Nahl: 69) dll., yang ke semuanya itu terbukti sampai saat
ini.
3. Aspek Isyarat Ilmiah
Isyarat-isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu
pengetahuan. Misalnya: 1. Astronomi (Penciptaan alam, bentuk bulat oval bumi,
matahari berotasi, Bintang-Bintang dan Planet-Planet, Lapisan Gas Sebelum

9
Penciptaan Galaksi, Sinar Bulan Pantulan dan Sinar Matahari dari Dirinya). 2.
Geologi (Gunung-gunung sebagai pasak, gunung-gunung berdiri tegak)6

6
Atila Nurkhatiqah (dkk), BEDAH MAKNA, UNSUR DAN ASPEK IJAZ AL-QUR’AN, Jurnal Ilmu
Al Quran dan Hadis, Vol. 2 No. 2 (agustus 2022), 155-157.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. "i'jaz" dalam bahasa Arab merujuk pada konsep melemahkan atau membuat
tidak mampu, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Dalam
konteks istilah agama Islam, "i'jaz" mengacu pada mukjizat, yaitu peristiwa luar
biasa yang terjadi melalui seorang nabi sebagai bukti kenabiannya yang
ditantangkan kepada yang ragu. Mukjizat ini adalah tindakan atau kejadian yang
sukar diungkapkan oleh kemampuan akal manusia dan menghasilkan bukti kuat
akan kenabiannya. Dengan kata lain, mukjizat adalah tanda dari Allah yang
memperkuat dan menguatkan kenabian seorang nabi, yang pada akhirnya tidak
dapat ditiru atau dijelaskan oleh manusia.
2. mukjizat adalah kejadian luar biasa yang berada di luar hukum sebab akibat dan
tidak dapat dipelajari. Mukjizat terjadi pada seorang yang mengaku nabi dan
berfungsi sebagai tantangan bagi mereka yang meragukan kenabiannya.
Tantangan ini harus tidak mampu ditandingi oleh mereka yang menentang nabi
tersebut. Dengan demikian, mukjizat adalah bukti kuat dari kenabian seseorang
yang tidak dapat dijelaskan oleh akal manusia dan merupakan salah satu elemen
penting dalam ajaran agama Islam.
3. al-Qur'an mengajukan tiga tingkat tantangan yang semakin ringan kepada
manusia dan jin. Tantangan pertama adalah untuk membuat al-Qur'an serupa,
yang disampaikan kepada seluruh manusia dan jin, tetapi al-Qur'an mengklaim
bahwa mereka tidak akan mampu melakukannya. Tantangan kedua adalah
untuk membuat sepuluh surah seperti al-Qur'an, yang juga tidak dapat dijawab
oleh orang-orang kafir Quraisy. Akhirnya, tantangan terakhir adalah untuk
membuat satu surah seperti al-Qur'an, yang tetap tidak mampu dijawab oleh
mereka. Ketiga tingkat tantangan ini menunjukkan bahwa al-Qur'an dianggap
sebagai kata-kata Allah yang tidak dapat disamai oleh ciptaan manusia. Ini
merupakan bagian dari bukti keistimewaan al-Qur'an sebagai wahyu ilahi dan
menjadi salah satu elemen utama dalam i'jaz (ketidakmampuan manusia untuk
menirunya).

11
4. Musailamah al-Kadzab adalah seorang individu yang menggunakan ilmu
sihirnya untuk mempengaruhi banyak orang hingga mereka percaya bahwa ia
adalah seorang nabi. Meskipun ia merevisi beberapa aspek syariat Islam dan
mencoba membuat kitab suci yang bersaing dengan Al-Qur'an, klaimnya tidak
mendapatkan pengakuan dan ia dikenal sebagai "al-Kadzab" atau pembohong.
Dalam pertemuan antara Utbah bin Rabi'ah dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam, Utbah awalnya datang untuk menawarkan berbagai bentuk
kekayaan, kehormatan, dan kekuasaan kepada Nabi Muhammad sebagai
imbalan untuk menghentikan dakwah Islam. Namun, setelah mendengar bacaan
ayat Al-Qur'an yang dibacakan oleh Nabi Muhammad, Utbah menjadi terkesan
dan menyadari bahwa kata-kata tersebut bukanlah sihir, syair, atau perdukunan.
Meskipun ada tekanan dari teman-temannya, Utbah tidak berhasil
menggoyahkan keyakinannya tentang keistimewaan Al-Qur'an dan
meninggalkan pertemuan tersebut dengan pengakuan akan kekuatan kata-kata
tersebut.
5. Al-Qur'an mengandung aspek ilmu pengetahuan yang mencakup berbagai
fenomena alam dan kejadian-kejadian di alam semesta. Meskipun Al-Qur'an
memberikan isyarat tentang berbagai aspek ilmiah, tujuannya bukanlah untuk
menjadi buku teks ilmiah, tetapi untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan
keunikan Al-Qur'an sebagai petunjuk dan pedoman hidup.
Al-Qur'an juga mengandung berita gaib atau prediksi tentang masa depan,
kejadian-kejadian pada masa Nabi atau umat terdahulu, dan peristiwa besar
yang akan menimpa umat Islam. Beberapa pengetahuan yang terdapat dalam
Al-Qur'an baru diketahui oleh manusia ribuan tahun setelah Al-Qur'an
diturunkan, yang menunjukkan keunggulan wahyu ilahi.
Al-Qur'an memberikan isyarat ilmiah dalam berbagai bidang, seperti astronomi
dan geologi. Isyarat-isyarat ini mencerminkan pengetahuan yang mendalam
tentang alam semesta dan menciptakan rasa kagum terhadap penciptaannya.

12
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan Makalah ini meskipun
penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari penulisan makalah
ini, karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa, kami juga butuh
saran/ kritikan dari kalian semua, agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan
yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih
atas dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Qur’an Yang telah memberi kami
tugas membuat Makalah ini demi kebaikan diri kami sendiri dan untuk orang lain.

13
Daftar Pustaka
Asror, M. (2019). MENGEKSPLANASI MUKJIZAT AL QUR’AN. Al-I’jaz, 66.
Ibrahim, :. (2015). I'jaz Al-Qur'an: Menelusuri Bukti Keotentikan Al-Qur’an.
farabi, 38-39.
Ini, B. H. (2022, Maret Minggu). m.kumparan. Diambil kembali dari m.kumparan
Web site: https://kumparan.com/berita-hari-ini/macam-macam-mukjizat-
dan-unsurnya-sebagai-keutamaan-nabi-1xZgcKvXMI6
Nurkhatiqah, A., Fitri, C., & Rahmatina, D. (2022). BEDAH MAKNA, UNSUR
DAN ASPEK IJAZ AL-QURAN. Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis, 156-
157.
Subroto, L. H. (2022, Februari Jum'at). kompas. Diambil kembali dari
kompas.com:
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/stori/read/2022/02/11/08
0000179/musailamah-al-kadzab-nabi-palsu-yang-menjiplak-al-quran
Yudi. (2020, Januari Minggu). islampos. Diambil kembali dari islampos.com:
https://www.islampos.com/abu-al-walid-kagum-dengan-isi-alquran-yang-
dibacakan-rasulullah-179683/

14

Anda mungkin juga menyukai