Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“ pemgertian mu’jizat dan I’jaz Al-Qur’an, Unsur-unsur mu’jizat,


Tahapan-tahapan tantangan Al-Qur’an, Upaya-upaya menandingi Al-
Qur’an, Aspek-aspek I’jaz Al-Qur’an“

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ada mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu : Asep Syahrul Mubarok, M.Ag

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Ninda Miftahul Hamdah : 211220061


2. Senly Seftya Permadani : 211220074

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN


BANTEN
1
2022/1444 H

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengertian mu’jizat dan
I’jaz al-qur’an, unsur-unsur mu’jizat, tahapan-tahapan tantangan al-qur’an, upaya-upaya
menndigi al-qur’an, aspek-aspek I’jaz al-qur’an” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas oleh bapak Asep Syahrul Mubarok,
M.Ag pada bidang studi Ulumul Qur’an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga
Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Kami
nantikan demi kesempurnaan ini.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Serang, 17 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2

BAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................................4

A. Latar Belakang.......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan....................................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................................................5

1. Sejarah Peradaban Manusia Dari Mulai Manusia Purba Hingga Sekarang...............................5


2. Urgensi Pendidikan Dalam Kehidupan Manusia......................................................................8
3. Urgensi Pendidikan Karakter Pada Masa Kini Dan Yang Akan Datang 10

BAB III...............................................................................................................................................15

PENUTUP.......................................................................................................................................15

A. Kesimpulan..........................................................................................................................15

B. Saran...................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan salah satu mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad
SAW, Al-Quran menyatakan dirinya sebagai alfurqan, al-shifa’, al huda dan masih banyak lagi, itu
artinya bahwa Al-Quran memiliki banyak dimensinya dan berwawasan luas serta terdapat isyarat-
isyarat ilmiah yang sangat dikagumi oleh ilmuan masa kini. Bahkan tidak sedikit dari ayat Al-Quran
yang menjelaskan tentang penciptaan bumi dan tujuh langit. Kemudian Al-Quran juga sebagai
mukjizat yang berfungsi untuk membenarkan kerasulan Nabi Muhammad SAW. AlQuran
berkedudukan sebagai kitab yang diberikan kepada umat terakhir dan berlaku sepanjang waktu dan
zaman, hal Inilah yang membuat kemukjizatan Al-Quran senantiasa dapat dipertahankan keasliannya
dan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, apabila tidak mampu
menunjukkan kemukjizatannya, maka kemungkinan besar Al-Quran akan ditinggalkan oleh
penganutnya. Dengan demikian al-Quran selalu bisa membuktikan kebenarannya baik yang berkaitan
tentang ajaran-ajarannya, berita-berita yang ghaib bahkan ilmu-ilmu pengetahuan sains yang
terbarukan telah diisyaratkan oleh al-Quran.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian I’jaz dan mu’jizat Al-Qur’an?


2. Apa Unsur-Unsur Mu’jizat?
3. Apa Tahapan-Tahapan Tantangan Al-Qur’an?
4. Apa
5. Apa Aspek-Aspek I’jaz Al-Qur’an?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian I’jaz Dan Mu’jizat Al-Qur’an
2. Mengetahui Unsur-Unsur Mu’jizat
3. Mengetahui Tahapan-Tahapan Tantangan Al-Qur’an
4. Mengetahui Upaya-Upaya dalam Menandingi Al-Qur’an
5. Mengetahui Aspek-Aspek dalam I’jaz Al-Qur’an

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian mu’jizat dan I’jaz Al-Qur’an


Secara etimologis kata ‫’( اعجاز‬jaz) berasal dari akar kata ‫‘( عجز‬ajun) artinya tidak
mampu/kuasa. Kata ‫ عجز‬adalah jenis kata yang tidak memiliki muatan aktifitas (pasif). Kemudian
kata ini dapat berkembang menjadi kata kerja aktif supaya dengan wajan(af’ala) ‫( يعجز اعجز‬a`jaza-
yu’jizu) berarti melemahkan, dengan demikian, Al-Qur`an sebagai mukjizat bermakna bahwa al-
qur’an merupakan sesuatu yang mampu melemahkan tentang menciptakan karya yang serupa
dengannya.1

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “kata mukjizat” diartikan sebagai kejadian yang luar biasa
yang sukar dijangkau oleh akal pikiran manusia. Pengertian ini punya muatan yang berbeda dengan
pengertian i`jaz dalam perspektif islam.2

I`jaz sesungguhnya menetapkan kelemahan ketika mukjizat telah terbukti, maka yang nampak
kemudian adalah kemampuan atau “mu`jiz” [yang melemahkan], oleh sebab itu i`jaz AI-Qur`an
menampakan kebenaran Muhammad SAW dalam pengakuannya sebagai rosul yang
memperlihatkan kelemahan manusia dalam menandingi mukjizatnya. 3

Kemukjizatan menurut persepsi ulama harus memenuhi keriteria 5 syarat sebagai berikut:

1. Mukjizat harus berupa sesuatu yang tidak di sanggupi oleh makhluk sekalian alam.

2. Tidak sesuai dengan kebiasaan dan tidak berlawanan dengan hukum islam.

3. Mukjizat harus berupa hal yang dijadikan saksi oleh seorang mengaku membawa risalah ilahi
sebagai bukti atas kebenaran dan kebesarannya.

4. Terjadi bertepatan dengan penagakuan nabi yang mengajak bertanding menggunakan mukjizat
tersebut.

5. Tidak ada seorang pun yang dapat membuktikan dan membandingkan dalam pertandingan
tersebut.

Sedang yang di maksud dengan i`jaz secara terminology ilmu AI-Qur`an sebagaimana yang
dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1
H.Muh.Quraish Syihab dkk, Sejarah Dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta:Pustaka Firdaus,1999), hal.106
2
Quraish Syihab, Mukjizat Al-Qur’an Dan Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah Dan Pemberitaan Yang Ghaib,
(Bandung:Mizan 1998), Cet.IV, hal 23
3
Manna Khalil Al-Qothahthahan, Mabahits Fiulumul Qur’an diterjemahkan oleh Muzakkir AS. Dengan judul
Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Bogor:Pustaka Lentera Antar Nusa 1996), cet.III, hal.371

5
1. Menurut Manna’ Khalil Al-Qhatan

I`jaz adalah menampakkan kebenaran nabi SAW dalam pengakuan orang lain sebagai rasul utusan
Allah SWT dengan menampakan kelemahan orang-orang Arab untuk menandinginya
ataumenghadapi mukjizat yang abadi. Yaitu AL Qur`an dan kelemahan-kelemahan generasi sesudah
mereka.4

2. Menurut Ali Al-Shabuni

I`jaz ialah menetapkan kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk
menandingi hal yang serupa dengannya, maka mukjizat merupakan buktiyang datangnya dari Allah
SWT yang di berikan kepada hamba-Nya.

Mukjizat adalah perkara yang luar biasa yang disertai dengan tsantangan yang tidak mungkin dapat
ditandingi oleh siapapun dan kapanpun. Muhammad Bakar ismail menegaskan, mukjizat adalah
perkara luar biasa yng di sertahin dan di ikuti tantangan yng di berikan oleh Allah Swt kepada nabi-
nabi sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran terhadap apa yang di embannyah
yang bersumber dari Allah swt.

Dari ketiga definisi di atas dapat di pahami antara i’jaz dan mukjizat itu dapat di katakan melemakan.
Hanya saja pengertian I’jaz di atas mengesankan Batasan yang lebih spesifik, yaitu Al-Qur’an.
Sedangkan pengertin mukjizat itu dapat, menegaskan Batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya
berupa Al-Qur’an, tetapi juga perkaraperkara lain yang tidak mampu di jangkau manusia secara
keseluruhan. Dengan demikian dalam konteks ini antara pengertian I’jaz dan mukjizat itu saling
melengkapi, sehingga nampak jelas keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus
diberikan kapada Rasul-rasulnya pilihan-nya sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang
di bawanya.5

Di tampilkan I’jaz atau mukjizat itu bukanlah semata- semata bertujuan untuk menampakan
kelemahan manusia untuk menandinginya tetapi untuk menyakinkan mereka bahawa Nabi
muhammad SAW adalah benar-benar utusan Allah, Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan di sisi Allah
swt. Kepada Muhammad yang mana AlQur’an itu sama sekali bukanlah perkataan manusia atau
perkataan lainnya.

Al-Qur’an di gunakan oleh nabi muhamad saw untuk menantang orang-orang pada masa beliau dan
generasi sesudanya tidak percaya akan kebenaran Al-Qur’an sebagai firman Allah (bukan ciptaan
Muhammad) dan tidak percaya akan risalah nabi saw dan ajaran yang di bawanya. Terhadap mereka
sesungguhnya mereka memiliki tingkat fashahah dan balaghah sedemikian tinggi di bidang bahasa
Arab. Nabi meminta mereka untuk menadingi Al-Qur’an dalam tiga tahapan. 6

Fungsi dari mukjizat adalah untuk membuktikan dan membenarkan kerasulan rasul terhadap
kaumnya sehingga memudahkan dalam memberikan hidayah bagi yang sadar serta memecahkan
sikap keras kepala orang yang menolaknya dan mengingkarinya.

4
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (terjemahan dari Mubahits Fiulumuil Qur’an),
(Jakarta:Lentera Antar Musa,2004), hal.371
5
Usman, Ulumul Qur’an, hal.287
6
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung:Mizan 1997), hal.23

6
Maksud dari kemukjizatan Al-Qur’an ini bukanlah untuk melemahkan lawan, namun dengan tujuan
sebenarnya yaitu untuk menjelaskan kebenaran dan keotentikan Al-Qur’an, serta Rasul yang
membawanya sekaligus menandakan kalau yang disampaikan oleh mereka untuk menyampaikan
risalah dari Allah SWT.

Al-Qur’an merupakan mukjizat yang nyata bagi seluruh manusia yang menjadi bukti bahwasannya
Al-Qur’an benar adanya semata-mata hanya datang dari Allah SWT. Dan selanjutnya akan terbukti
bahwasannya semua yang terkandung di dalam Al-Qur’an adalah sebuah kebenaran, dan juga Al-
Qur’anadalah sirath al-mustaqiim yaitu jalan yang benar/lurus. Kemukjizatan Al-Qur’an ini sangat
diperkuat dengan seiring kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat. Ia diturunkan oleh
Allah kepada Rasulullah SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang
terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Keluarbiasaan yang tampak atau terjadi
melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan : “Apa yang dinyatakan sang nabi adalah
benar. Dia adalah utusan-Ku, dan buktinya adalah Aku melakukan mukjizat itu.” 7

Mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an dimana akan
masih tetap eksis hingga hari akhir kelak. Berbeda dengan mukjizat para Nabi terdahulu yang hanya
sebatas mukjizat indrawi saja, seperti halnya mukjizat nabi Nuh a.s berupa perahu yang dibuat atas
petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi ombak dan gelombang yang demikian
dahsyat; tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s dalam kobaran api yang sangat besar; tongkat Nabi
Musa a.s yang beralih wujud menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s atas izin
Allah. Kesemuanya bersifat material indriawi, sekaligus terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut
berada, dan berakhir dengan wafatnya masing-masing nabi. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi
Muhammad Saw, yang sifatnya bukan indrawi atau material, namun dapat dipahami oleh akal.
Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi oleh suatu tempat atau masa tertentu. 8

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa mukjizat sebagai suatu kejadian atau peristiwa
luar biasa yang terjadi melalui seorang nabi, sebagai bukti akan kenabiannya dan sebagai tantangan
kepada orang-orang yang tidak beriman untuk membuat mereka menjadi lemah.

2. Unsur-unsur Mu’jizat
1) Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, misalnya yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan
tidak dinamai mukjizat, karena ia telah merupakan sesuatu yang luar biasa. Yang
dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang berada diluar jangkauan sebab dan
akibat yang diketahui secara umum hukum-hukumnya. Dengan demikian,
hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun sekilas terlihat Ajaib atau luar basa,
karena dapat diplajari, Ia ridak termasuk dalam pengertian “luar biasa” dalam
definisi tadi.

7
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiah, dan Pemberitaan
Ghaib) (Bandung:Mizan, 2007) hal 35
8
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiah, dan Pemberitaan
Ghaib) (Bandung:Mizan, 2007) hal.39

7
2) Terjadi atau dipaparkan oleh orang yang mengaku nabi
Tidak mustahil terjadi hal-hal diluar kebiasaan pada diri siapapun. Namun, apabila
bukan dari seseorang yang mengaku nabi, ia tidak dinamai mukjizat. Boleh jadi
sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabi.
Inipun tidak dinamai mukjizat, tetapi irhash. Boleh jadi juga keluarbiasaan itu terjadi
pada seseorang yang taat dan dicintai Allah Swt. Tetapi inipun tidak bisa dinamai
mukjizat. Hal ini dinamai karamah atau kekaramatan, yang bahkan tidak mustahil
terjadid pada seseorang yang durhaka kpada-Nya. Yang terakhir ini dinamai ihanah
(penghinaan) dan istidraj (“rangsangan”untuk lebih durhaka). Bertitik tolak dari
keyakinan umat islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, maka
tidak mungkin lagi trjadi sesuatu mukjizat sepeninggal beliau., walaupun ini bukan
berarti bahwa keluarbiasaan tidak terjadi lagi dewasa ini.

3) Mengandung tantangan terhadap yang meragkan kenabian


Tentu saja tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi,
bukan sebelum atau sesudahnya. Disisi lain, tantangan tersebut harus pula
merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang nabi. Kalua misalnya dia
berkata, “batu ini dapat berbicara”, tetapi ketika batu tersebut berbicara,
dikatakannya bahwa “sang penantang berbohong”, keuarbiasaan ini bukanlah suatu
mukjizat , melainkan ihanah atau istidraj.
4) Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Apabila yang ditantangi berhasil melakukan hal serupa, ini berarti pengakuan sang
penantang tidak terbukti. Perlu digaris bawahi disini bahwa kandungan tantangan
harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Bahkan untuk lebih membuktikan
kegagalan mereka, biasanya aspek kemukjizatan masing-masing nabi adalah hal-hal
yang sesuai dengan bidang keahlian umatnya. Tantangan yang diajukan oleh para
nabi pun kepada yang ragu selalu disesuaikan dengan aspek yang paling mereka
ketahui. Memang tidaklah adil dan tidak bermakna apabila suatu tantangan dalam
rangka membuktikan keunggulan tidak dikuasai apalagi tidak dimengerti oleh yang
ditantang. 9

3. Tahapan-tahapan tantangan Al-Qur’an


Tahapan - tahapan Tantangan Al - Qur'ân Untuk menjawab penolakan orang Quraisy
terhadap kebenaran Al - Qur'ân sebagai wahyu Allah , Al - Qur'ân menentang mereka
dengan tahapan - tahapan yang sangat mengesankan yaitu :
1 ) Mereka diminta untuk mendatangkan semisal Al - Qur'ân . Sebagaimana di jelaskan pada
Surah 17 / al - Isra ' : 88 .
‫ ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا‬، ‫قل بين اجتمعت اإلنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرءان ال يأتون بمثله‬

" Katakanlah , Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
9
M.Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an (Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Syarat Ilmiah, dan Pemberitaan
Ghaib) (Bandung:Mizan, 2007) hal.26-27,29

8
Al - Qur'an ini , niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannyaa ,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain . " ( QS . 17 / al - Isra
' : 88 )
2). Mereka diminta untuk menciptakan sepuluh surah yang dapat menyamai surah - surah
dalam Al - Qur'ân . Tawaran ini dijumpai dalam ayat berikut :
‫ مفتريت وادعوا من استطعتم من دون هللا إن كنتم صدقين‬، ‫ أم يقولون أفترنه قل فأتوا بعشر سور مثله‬- Bahkan
mereka mengatakan : " Muhammad telah membuat - buat Al - Qur'an itu " , Katakanlah : "
( kalau demikian ) , maka datangkanlah sepuluh surah yang dibuat buat yang menyamainya ,
dan panggillah orang - orang yang kamu sanggup ( me manggilnya ) selain Allah , jika kamu
memang orang - orang yang benar . " ( QS . 11 / Hud : 13 ) .
3 ) Mereka diminta untuk mendatangkan satu surah ( bukan satu ayat ) , yang sejajar dengan
surah yang terdapat dalam Al - Qur'ân . Firman Allah SWT :
‫ وأدعوا شهداءكم من دون هللا إن كنتم صدقين‬، ‫ " وإن كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فأتوا بسورة من مثله‬Dan jika
kamu ( tetap ) dalam keraguan tentang Al - Qur'an yang Kami wahyu kan kepada hamba
Kami ( Muhammad ) , buatlah satu surah ( saja ) yang semisal Al - Qur'an itu dan ajaklah
penolong - penolongmu selain Allah , jika kamu orang orang yang benar . " ( QS . 2 / Al -
Baqarah : 23 )10
4 ) Tantangan yang bersifat kulli ( keseluruhan ) , yaitu men datangkan serupa dengan Al -
Qur'an , hukum - hukumnya , keindahan bahasanya , dan kejelasannya . Hal ini dijelas kan
Allah : ‫ فليأتوا بحديث مثله إن كانوا صادقين‬. Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang se
misal Al - Qur'an itu jika mereka orang - orang yang benar . ( QS . at - Tuur [ 52 ] : 34 ) . 11
4. Upaya-upaya Menandingi Al-Qur’an

5. Aspek-aspek I’jaz Al-Qur’an


Sampai saat ini tidak ada kesepakatan ulama dalam menetapkan aspek-aspek kemukjizatan
Al-Qur’an. Namun demikian, aspek-aspek kemukjizatan Al-Qur’an dapat diklasifikasikan ke
dalam empat hal, yaitu aspek kebahasaan, aspek ilmu pengetahuan, aspek berita ghoib, dan
aspek isyarat ilmiah.

Aspek Kebahasaan
Gaya bahasa yang digunakan Al-Qur’an berbeda dengan gaya bahasa yang digunakan oleh
orang-orang Arab. gaya bahasa Al-Qur’an membuat orang Arab pada saat itu kagum dan
terpesona.
Walaupun Al-Qur’an menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa pengantarnya, kalimat demi
kalimat mengandung unsur sastra yang sangat baik namun tetap mudah dipahami tanpa
mengurangi sedikit pun kandungan misteri di dalamnya. Hal tersebut karena keistimewaan
aspek gaya bahasa yang digunakan oleh Al-Quran. Bahkan, Umar bin Khaththab pun yang
mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW dan bahkan
berusaha untuk membunuhnya, memutuskan untuk masuk Islam dan beriman pada
kerasulan Muhammad hanya karena membaca petikan ayat-ayat Alquran .
Susunan kalimat dan gaya bahasa Al-Qur'an, yang tidak terikat oleh pola atau susunan syair

10
Syahrin Harahap, Islam Dan Modernitas Dari Teori Modernisasi Hingga Penegakkan Kesalehan Modern,
(Jakarta:Kencana, 2015)
11
Abdul Hamid, Pengantar Studi Al-Qur’an,(Jakarta:Kencana 2016)

9
atau sajak pada saat itu, justru semakin menunjukkan keistimewaan Al-Qur’an yang
mencakup semua bentuk puisi dan prosa. Keharmonisan irama yang muncul dari rangkaian
kata dan kalimat dalam setiap lafaz dan ayat-ayat Al-Qur’an, semakin memberikan ekspresi
keindahan pada setiap qalbu pendengarnya.

Aspek Ilmu Pengetahuan


Hakikat ilmiah yang disinggung dalam Al-Qur’an, dikemukakan dalam redaksi yang singkat
dan sarat akan makna. Ketika pengetahuan itu belum ditemukan, Al-Qur'an pada dasarnya
telah memberikan isyarat tentangnya, dan Al-Qur’an sendiri tidaklah mempunyai pretensi
pertentangan dengan penemuan-penemuan baru yang dihasilkan oleh penelitian-penelitian
ilmiah.
Misalnya, Al-Qur’an berbicara mengenai awan. Proses pembentukan hujan dimulai dengan
pembentukan awan tebal karena adanya dorongan angin sedikit demi sedikit, perhatikah
ayat berikut “tidakkah kamu melihat (bagaimana) Allah menggerakkan awan, kemudian
mengumpulkan (bagianbagian)-nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kamu
lihat hujan keluar dari celahcelah (awan). (QS. An-Nur: 43.). Para ilmuan kemudian
menjelaskan bahwa awan tebal bermula dari dorongan angin yang mengiringi ke awan-awan
kecil, menuju ke convergence zone (daerah pusat pertemuan awan). Pergerakan bagian-
bagian awan ini, menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya,
terutama pada convergece zone itu.
Meskipun ada sekian kebenaran ilmiah yang dipaparkan oleh Al-Qur'an tetapi tujuan itu
semua hanya untuk menunjukkan kebesaran Tuhan dan keunikan Al-Qur’an itu sendiri.
Sehingga Mahmud Syaltul pernah menyatakan dalam tafsirnya, “sesungguhnya Tuhan tidak
menurunkan alQur'an untuk menjadi suatu kitab yang menerangkan kepada manusia
mengenai teori-teori ilmiah,
problem seni, serta aneka warna pengetahuan, melainkan sebagai suatu kitab petunjuk,
ishlah, dan tsyri.”. Pernyataan Syaltut ini, karena mungkin berangkat dari asumsi bahwa
semua Haqaiq al-Kauni (kebenaran-kebenaran ilmiah di alam semesta) pada dasarnya
bermuara pada pengabdian kepada-Nya. Misalnya, keterangan tentang salah satu sahabat
Nabi yang bertanya mengenai bulan yang kadang kecil bagai benang, kemudian membesar
sampai menjadi purnama.
Lalu Allah berfirman “mereka bertanya kepadamu perihal bulan, katakanlah bulan itu untuk
menentukan waktu bagi manusia dan mengerjakan haji”. (QS. Al-Baqarah: 189).

Aspek Berita Gaib


Al-Qur’an juga meyakinkan kepada pembacanya bahwa Al-Qur’an mampu memprediksi
masa depan (nubuwah), kejadian-kejadian pada masa Nabi atau Umat terdahulu, dan
kejadian besar yang akan menimpa kaum muslim sepeninggal Nabi.
Al-Qur’an juga berisi tentang pengetahuan yang kemudian baru diketemukan pada ribuan
tahun setelah Al-Qur’an turun, misalnya kesatuan alam, (QS al-Anbiya": 30) terjadinya
perkawinan dalam tiap-tiap benda, (QS al-Dzariyat: 49) perbedaan sidik jari manusia, (QS al-
Qiyamah: 2-3)khasiat madu, (QS al-Nahl: 69) dll., yang ke semuanya itu terbukti sampai saat
ini.

10
Aspek Isyarat Ilmiah
Isyarat-isyarat ilmiah itu dapat dilihat dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan. Misalnya:
1. Astronomi (Penciptaan alam, bentuk bulat oval bumi, matahari berotasi, Bintang-Bintang
dan Planet-Planet, Lapisan Gas Sebelum Penciptaan Galaksi, Sinar Bulan Pantulan dan Sinar
Matahari dari Dirinya).
2. Geologi (Gunung-gunung sebagai pasak, gunung-gunung berdiri tegak).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan makalah ini adalah :.
Al-Qur’an sudah sangat jelas kemu’jizatannya. Namun demikian, masih ada juga hal-hal
yang dipertentangkan, dipermasalahkan, dikritik yang berkaitan dengan kemukjizatan alQur’an oleh
sebagaian para ilmuan, di antaranya berkaiatan dengan sistematika dan kritik
terhadap bahasa al-Qur’an.
Ijaz dengan mukjizat itu dapat dikatakan searti, yakni melemahkan. Hanya saja pengertian ijaz
mengesankan batasan yang lebih bersifat spesifik, yaitu hanya Al-Qur'an. Sedangkan pengertian
mukjizat, mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa al-Qur'an, tetapi juga
perkara-perkara lain yang tidak mampu di jangkau oleh segala daya dan kemampuan manusia secara
keseluruhan.
Ijaz atau mukjizat al-Qur'an adalah studi tentang bagaimana al-Qur'an mampu melindungi
dirinya dari beragam "serangan", baik yang berbentuk ketidakpercayaan, maupun keragu-raguan
sampai pengingkaran terhadapnya. Pada saat yang sama, al-Qur'an juga mampu melakukan counter
attack yang mampu mementahkan dan mengalahkan serangan-serangan tersebut.
Kemukjizatan Al-Qur’an tidak mungkin bisa tertandingi. Hal ini terwujud karena unsur
keindahan bahasa serta karena aspek ilmu pengetahuan yang terkandung didalamnya, aspek berita
gaib, kisah yang terkandung di dalamnya dan sebagainya.

B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan kami selaku pembuat
makalah. Serta dengan dibuatnya makalah, kami meminta saran kepada para pembaca untuk
mengoreksi apabila ada kesalahan dalam sistematika penulisan dan isi pembahasan pada makalah.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Drijakara, percikan filsafat, Semarang:kanisius, 1978, hal.138

Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi Pembalajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya Untuk Membentuk
Daya Saing Dan Karakter Bangsa; Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa (Jakarta Pusat
Kurikulum Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional, 2010), hal.3, hal 7-8

Jurnal Buana Pengabdian, vol.1, no.1, Februari 2019

Karen E.Bohlin, Deborah Farmer, Kevin Ryan, Building Character In School Resource Guide (San Fransisco: Josey
Bass, 2001), hal.1

Muhammad Munir Mursyi, Al-tarbiyyat al-islamiyyat: Ushuluha wa Tathawwuruha fil bilad al-‘arab,
Kahirat: ‘Alam al-kitab, 1986, hal 16

Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:Rajawali Press, 2007, hal.105

Thomas Likona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect And Responsibility (New
York:Bantam Books, 1992) hal.12-22

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka,2008), hal.639

Umar Tirtarahardja dan La sulo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2005, hal.3.

Yuval Noah Harari, Sapiens;Riwayat Singkat Manusia, Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2017, hal.525

Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta:Bina Aksara , 2009 hal.82, lihat juga Syahminan Zaini, Mengenal
Manusia Lewat Al-qur’an, Surabaya:1980, hal.5-6

14

Anda mungkin juga menyukai