KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ I’lal ”
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang pengertian I’lal
pengertian I’lal , pembagian jenis I’lal,
jenis I’lal, dan
dan
pengecualiannya.. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
pengecualiannya
mengenai I’lal.
mengenai I’lal.
Atas dukungan materi yang telah diberikan, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Shorof III, ibu Triyanti Nurul Hidayati, S.S, M.A.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah Subhanhu Wa Ta’ala
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I .............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 1
BAB II............................................................................................................................................................. 2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................. 2
PENUTUP .................................................................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I’lal memiliki
memiliki berbagai macam jenis penyebab, hukum serta pengecualian hukum
yang sebagian orang belum mengetahuinya. Oleh karena itu kami akan menjelaskan I’lal
secara mendetail.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian I’lal
I’lal
Secara bahasa berasal dari kata ل - - yang bermakna menimpakan suatu
I’lal menurut prosesnya dibagi menjadi 3 yaitu penghapusan, penggantian, dan taskin.
taskin.
Ditambah dengan i’lal yang khusus pada huruf hamzah.
Contoh :
2
أ ر ر (
musyabbahah berwazan ( )أ.
musyabbahah berwazan ).
Contoh : ر - - buta sebelah mata)
7) Jika huruf wawu
wawu berada
berada pada posisi ‘ain fi’il (ajwaf) yang
(ajwaf) yang mengikuti wazan
( )أdan memiliki makna musyarakah
Contoh : م
اا ر ( اجsaling bertetangga)
(Al-Ghulayaini, 2009 : 258)
258)
Asalnya I’lal
I’lal Arti
3
2) Jika huruf wawu berada diakhir suatu kata dan huruf sebelumnya berharakat
wawu berada
kasrah..
kasrah
Contoh :
Asalnya I’lal Arti
ر ر Rela
دا دا Da’i (yang berdakwah)
4
Contoh :
Proses Asal 1 2 3
Huruf mim di-kasrah
di-kasrah-kan
-kan
Wawu yang
Wawu yang Di-idgham
Di-idgham-kan
-kan untuk menjamin huruf ya’
huruf ya’
Kaidah - bergandeng
dengan ya’
dengan ya’ karena 2 huruf
satu jenis dan yang seharusnya
wawu karena
wawu diganti
karena menyesuaikan
diganti dengan yang pertama dhammah
huruf ya’ dalam sukun (Mundzir, tanpa tahun : 10)
satu kalimat.
ي
Hasil
(ل
)
7) Jika wawu merupakan lam
lam fi’il pada kata jamak yang mengikuti wazan (ل
fi’il pada ).
Contoh :
Proses Asal 1 2 3 4
Wawu pada Wawu yang
Wawu yang Di-idgham-
Di-idgham- Huruf mim di-
lam fi’il bergandeng kan karena kasrah-kan
kasrah -kan untuk
berwazan dengan ya’
dengan ya’ ada 2 huruf menjamin huruf ya’
huruf ya’
ل diganti diganti satu jenis dan yang seharusnya
Kaidah - dengan ya’ dengan huruf yang pertama diganti wawu
wawu karena
karena
ya’ dalam disukun menyesuaikan
satu kalimat. dhammah
(Mundzir, tanpa
tahun : 10)
د ي
Hasil
(ل
) د د د د
kecuali ism
Contoh :
ism jama’
jama’ yang
yang berwazan (
)
5
(Tambahan
Tambahan))
d. Wazan ( )فdan ( )فyang lam fi’ilnya berupa huruf ‘illat
a) Wazan ( ف ) yang lam fi’ilnya berupa wawu, maka tidak di-i di-i’ lal
lal ketika
ketika
dalam bentuk isim seperti ( ى )دع, dan dalam bentuk sifat seperti (ى )ن.
Jika lam fi’ilnya berupa ya’ maka tidak di -i’lal dalam
dalam bentuk sifat seperti (
خزي ) dan di-i
di-i’ lal
lal dalam
dalam bentuk isimnya seperti (ى )
isimnya
Asalnya I’lal Artinya
6
ح dari
dari
( jamak
jamak
ح )
Lampu-lampu
شش
ش Disaksikan
dari
(bentuk majhul dari )شش
3) Apabila alif merupakan huruf ke-empat ( isim atau fi’il ) dari hasil i’lal
penggantian wawu’ atau ya’
atau ya’ . Maka alif diganti
diganti dengan ya’
dengan ya’ apabila
apabila
bersambung dengan dhomir mutsanna, dhomir rafa’ mutaharrik pada fi’il, atau
alif tatsniyah pada isim.
Contoh :
dari fi’il madhi
dari fi’il madhi
نApabila
ا
ا dari isim mufrod
ا
ا
alif merupakan huruf ke-tiga dari hasil i’lal
i’lal penggantian
penggantian wawu
atau ya’ dan
atau ya’
dan pada keadaan diatas. Maka dikembalikan pada asalnya.
Contoh :
تد dari fi’il madhi دasalnya د
ر dari fi’il madhi ر asalnya ر
2. Taskin
Kata taskin disini memiliki 2 pengertian. Yang pertama adalah membuang harakat
huruf ‘illat dengan tujuan untuk meringankan bacaan. Kedua, memindahkan harakat huruf
shohih ‘illat
‘illat pada
pada huruf sebelumnya yang mati ( sukun).
sukun).
7
a. Apabila ada wawu atau ya’ berada pada akhir kata, berharakat kasrah atau
dhammah, dan huruf sebelumnya shohih berharakat hidup. Maka harakat wawu
wawu
atau ya’
atau ya’ dibuang/
dibuang/ dimatikan dengan maksud untuk meringankan bacaan.
Contoh :
Dan apabila wawu atau ya’ berharakat fathah, maka tidak dibuang /
di sukunkan
sukunkan harakatnya. Contohnya seperti : و ع د ن ا (Aku tidak akan
mengundangmu)
Adapun ketika wawu
wawu dan ya
ya’
’ itu berada diakhir kata dan huruf sebelumnya
berharakat sukun maka tidak sukun
tidak sukunkan
kan ( tetap ). Contohnya : و ا د هذ (Ini ember)
b. Apabila wawu
wawu atau ya’ berharakat dan huruf sebelum keduanya adalah huruf
shohih yang
shohih yang mati ( sukun
sukun ),
), maka wajib menukar harakat wawu
wawu atau
atau ya’
ya’ dengan
huruf shohih tersebut. Hal ini karena huruf shohih
huruf shohih lebih
lebih berhak untuk mendapatkan
harakat.
Contoh :
:
Contoh :
I’lal I’lal
Proses Asal
(Pemindahan) (Penggantian)
Menukar harakat Huruf wawu diganti
huruf ‘illat kepada dengan ya’ jika
Kaidah - huruf shohih berharakat sukun dan
sebelumnya yang jatuh setelah kasrah
mati
وم
Hasil (
) م و
8
Akan tetapi kaidah pemindahan harakat ini tidak berlaku pada beberapa
keadaan, yaitu :
1) Shighot fi’il ta’ajjub, seperti وم ق (lebih tegak/lurus)
2) Berbentuk isim tafdhil atau musyabbahah yang berwazan , seperti
9
ت ق
ت ق ت ق تق
( ت )ف
Hasil
Proses Asal 1 2 3
Menukar harakat
huruf
kepadaI’llat
huruf Wawu dihapus
untuk mencegah Alif ziyadah
dihapus karena
Kaidah - shahih bertemunya 2 huruf pertama
sebelumnya yang sukun sudah berharakat
mati
م أق
Hasil مأق أق ق
( ل)أف
Juga dihilangkan pada isim mashdar yang dibentuk dengan ta’ marbuthoh
marbuthoh
sepertiة. Apabila ta’ marbuthoh dihilangkan, maka huruf ‘illat dimunculkan
kembali menjadi و. Dan tidak boleh memunculkan kedua huruf tersebut
bersamaan seperti ةو .
Tidak dihilangkan huruf ‘illat nya
nya jika fi’il itu
itu mabniy seperti .
mabniy majhul seperti
wawu yang berwazan seperti ج . (Al-Ghulayaini,2005 :
Dan pada mitsal wawu yang
259)
) (ار
ر Lemparlah!
) (
3) Dihilangkan juga pada fi’il
pada fi’il mudori’ majzum yang
majzum yang tidak bersambung dengan kata
setelahnya. Penghapusan itu untuk menunjukan mabniy
mabniy sukun pada
sukun pada fi’il
fi’il amr dan
dan
i’rab sukun pada
i’rab sukun pada fi’il
fi’il mudore
mudore.. Contoh:
11
Hamzah sebenarnya adalah huruf shohih, akan tetapi karena dia menyerupai huruf
‘illat maka berlaku lah hukum i’lal padanya.
padan ya.
Berikut kaidah-kaidah yang berlaku :
1) Jika hamzah yang pertama berharakat dan yang kedua sukun/mati. Maka wajib
mengganti hamzah yang kedua dengan huruf mad yang sejenis/sesuai dengan
harakat hamzah yang pertama. Contoh :
2) Jika kedua hamzah tersebut berharakat fathah, maka hamzah yang kedua diganti
dengan wawu.
wawu. Seringkali
Seringkali ini terjadi saat pembentukan ism tafdhil.
tafdhil.
Contoh : ون bentuk
bentuk isim tafdhil dari - ن
3) Jika hamzah yang pertama berupa huruf mudhoro’ah
mudhoro’ah (dhomir ana), maka
hukumnya boleh untuk mengganti hamzah yang kedua dengan wawu jika
dhammah dan diganti dengan ya’ jika berharakat fathah.
berharakat dhammah berharakat fathah. Contoh :
Asal Wazan I’lal
م أؤ أ م أو
أئ أ أ
Namun, jika bukan berupa hamzah mudhoro’ah
mudhoro’ah maka hukumnya menjadi
wajib seperti ب
و asalnya ب
ؤ jamak dari ب
c. Apabila ada hamzah yang disukun dan terletak setelah huruf shahih (selain hamzah),
maka hukumnya boleh untuk mengganti hamzah dengan huruf yang sesuai dengan
harakatnya. Atau boleh juga membiarkannya. Contoh :
س
رأ س
را Kepala
12
e. Apabila hamzah terletak ditengah kata dan harakat sebelumnya kasrah atau
dhammah. Maka boleh membiarkannya atau menggantinya dengan huruf mad yang
sesuai dengan harakat sebelumnya. Contoh :
ب
ذئ ب
ذ Serigala-serigala
Demikian pula jika hamzah terletak diakhir kata dan huruf sebelumnya berharakat hidup.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15