Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AL-‘AMAL WA AL-SANA’

Dosen Pengampu : Suci Ramadhona L.c., M.H.I

Disusun Oleh Kelompok 6


Iis Suyanti
Vina Aldina
Yuni Antari
Zulfahri Hidayat
Yulia Tantri

Semester : III- Reguler Pagi


Prodi : Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


SYEKH H.A.HALIM HASAN AL-ISLAHIYAH
BINJAI
TAHUN AKADEMIK 2020–2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur  kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah–Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan  tugas  mata kuliah Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an tentang “Al-‘Amal
Wa Al-Sana’”.

Dalam makalah ini, akan dijelaskan tentang amal atau perbuatan dalam
islam. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan, baik dalam penyusunan kata, bahasa, dan sistematika
pembahasannya. Oleh sebab itu kami sangat mengharapkan masukan atau kritikan
serta saran yang bersifat membangun untuk mendorong  kami menjadi lebih baik
ke depannya.

            Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang sudah
berkenan membaca makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi kami dan pembaca. Amin..

Binjai, Oktober 2020

Penulis

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................................1

C. Tujuan Masalah...............................................................................................1

PEMBAHASAN.....................................................................................................2

A. Pengertian Al- ‘Amal dan Yang Semakna....................................................2

B. Tafsir Q.S At-Taubah Ayat 105....................................................................4

C. Tafsir Q.S Al- Kahfi Ayat 79........................................................................5

D. Tafsir Q.S Al- Naml Ayat 88........................................................................5

E. Tafsir Q.S Al- Baqarah Ayat 197..................................................................6

F. Tafsir Q.S An- Nisa Ayat 32.........................................................................7

G. Tafsir Q.S Yasin Ayat 71..............................................................................8

H. Tafsir Q.S An- Nisa Ayat 29.........................................................................8

I. Kontekstualisasi Ekonomi Islam...................................................................9

PENUTUP.............................................................................................................11

A. Kesimpulan.................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Amal dalam bahasa Indonesia berarti perbuatan baik atau buruk. Dalam
pemakaian sehari-hari, kedua kata itu dipandang sebagai kata kembar yang
mempunyai satu arti, sehingga keduanya sering dimajemukkan dalam ungkapan
"amal perbuatan”.

Dalam pandangan Al-Qur’an, kerja dan amal adalah yang menentukan


posisi dan status seseorang dalam kehidupan. Islam memberikan ruang yang
sedemikian luas dan menganggap penting semua kerja yang produktif. Kerja yang
produktif diberikan sebuah ibadah untuk memberikan kesempatan tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian ‘amal dan istilah yang semakna?


2. Bagaimana tafsir Q.S At-Taubah ayat 105?
3. Bagaimana tafsir Q.S Al- Kahfi ayat 79?
4. Bagaimana tafsir Q.S Al-Naml ayat 88?
5. Bagaimana tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 197?
6. Bagaimana tafsir Q.S An-Nisa ayat 32?
7. Bagaimana tafsir Q.S Yasin ayat 71?
8. Bagaimana tafsir Q.S An-Nisa ayat 29?
9. Bagaimana kontekstualisasi ekonomi Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui pengertian amal dan istilah yang semakna.


2. Mengetahui tafsir Q.S At-Taubah ayat 105.
3. Mengetahui tafsir Q.S Al- Kahfi ayat 79.
4. Mengetahui tafsir Q.S Al-Naml ayat 88.
5. Mengetahui tafsir Q.S Al-Baqarah ayat 197.
6. Mengetahui tafsir Q.S An-Nisa ayat 32.
7. Mengetahui tafsir Q.S Yasin ayat 71.
8. Mengetahui tafsir Q.S An-Nisa ayat 29.
9. Mengetahui kontekstualisasi ekonomi Islam.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al- ‘Amal dan Yang Semakna

Al-Qur’an menyebutkan tentang kerja, dalam satu konteks dengan


yang lainnya. Dengan frekuensi yang sedemikian banyak. Bahkan hampir di
setiap halaman Al-Qur’an menyebutkan tentang kerja. Sebagai bukti ialah
kita mendapatkan sebanyak 360 ayat yang membicarakan tentang amal dan
109 yang membicarakan tentang fi’il (dua kata yang itu sama-sama bermakna
kerja dan aksi).

Selain kata amal dan fi’il, beberapa pengertian lain seperti kata Al-
sunu’ dan Al-kasbu. Banyaknya penyebutan kata kerja yang demikian banyak
ini menunjukkan betapa pentingnya segala bentuk kerja produktif dan
aktivitas yang menghasilkan di dalam Al-Qur’an.

1. Al-‘Amal
Kata kerja di dalam al-Qur’an, diungkapkan setidaknya melalui
empat kata, al-‘amal, al-sunu’, al-fi’il dan al-kasbu. Kata al-‘amal
merupakan kata yang paling banyak disebut di Al-Qur’an. Ditemukan kata
‘amal dengan segala derivasinya. Disebut sebanyak 360 kali.
Konsep amal dalam pada umumnya berkenaan dengan persoalan-
persoalan yang bersifat eskatologis atau keakhiratan. Tidak kalah
menariknya, kata amal yang diartikan sebagai perbuatan yang
menghendaki perilaku, ternyata perilakunya cukup beragam. Pelaku kata
amal itu adalah Allah SWT. Disamping itu, pelaku lain adalah jin,
malaikat, setan, dan manusia itu sendiri. Perbuatan itu mencakup kebaikan
dan kejahatan, perbuatan baik yang selalu dianjurkan disebut dengan salib
(amal shalihat) dan perbuatan jelek yang diperintahkan untuk dijauhi.
Diungkap dengan kata syyi’at.1

1
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
133-134
2
2. Al-Sunu’

Kata sunu’ dengan segala bentuk deservasinya di dalam Al-Qur’an


di dalam Al-Qur’an (istana’tuka, isna’, tasna’un sun’a, san’a masani’, dll)
disebut sebanyak 20 kali yang tersebar pada surah 14 dan 19 ayat. Al-
sunu’ di dalam Al-Qur’an mengandung arti perbuatan yang pelakunya
terkadang Allah sendiri dan pada bagian lain, pelakunya manusia itu
sendiri. Sehubungan dengan manusia sebagai pelaku, ada kalanya
perbuatan baik dan terkadang bisa juga perbuatan buruk.

Kata sunu’ yang memiliki arti khusus. Sunu’ adalah daya cipta
manusia yang lahir dari keterampilan dan keahlian tertentu. Dalam makna
lain, kata sunu’ adalah profesi yang pada gilirannya akan melahirkan
profesionalisme.

3. Fi’il

Kata al-fi’il dengan segala derivasinya (if’al, taf’al, taf’alun,


yaf’alun, fa’il, maf’ul, dll) disebut 108 kali – bahkan menurut Al-Quraisy
disebut 190 kali di dalam Al-Qur’an. Kata fi’il juga berarti perbuatan
dengan pelaku yang macam-macam. Tampaknya konsep fi’il juga bersifat
umum sama halnya dengan ‘amala. Adapun pelaku dalam konsep fi’il ini
mengacu kepada Allah SWT.

Kata fi’il yang artinya perbuatan atau kegiatan mencakup perbuatan


secara umum, perbuatan baik(al-khairat) dan al-ma’ruf. Kata fi’il juga
mengacu kepada perbuatan yang buruk atau negatif. 2

4. Al-Kasbu
Kata kasbu dengan segala derivasinya disebut di dalam Al-Qur’an
sebanyak 67 kali di dalam 27 surah dan 60 ayat. Kata kasbu mengacu
kepada perbuatan, sama ada perbuatan baik ataupun buruk. Kata kasb di
dalam Al-Qur’an mengacu kepada perbuatan secara umum, perbuatan

2
Ibid, hal. 137-139
3
jelek umum, perbuatan baik tertentu, perbuatan jelek tertentu, perbuatan
tentang harta dan rezeki.3
Al-Kasb (kerja) menurut Al-Syaibani merupakan upaya mencari
harta melalui berbagai hal dengan cara yang tidak dilarang dalam Islam.
Dalam ilmu ekonomi, biasanya disebut dengan aktifitas produksi. Aktifitas
produksi secara Islam dan konvensional berbeda, perbedaan dalam
ekonomi Islam adalah tidak semua aktifitas akan menghasilkan barang
atau jasa, karena erat kaitannya dengan halal dan haram sesuatu barang
dalam cara memeroleh.4

B. Tafsir Q.S At-Taubah Ayat 105


At-Taubah Ayat 105
ِ ‫وا فَ َسيَ َرى ٱهَّلل ُ َع َملَ ُك ْم َو َرسُولُهۥُ َو ْٱل ُم ْؤ ِمنُونَ ۖ َو َستُ َر ُّدونَ ِإلَ ٰى ٰ َعلِ ِم ْٱل َغ ْي‬
‫ب َوٱل َّش ٰهَ َد ِة فَيُنَبِّئُ ُكم بِ َما‬ ۟ ُ‫َوقُ ِل ٱ ْعمل‬
َ
َ‫ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون‬

Artinya: Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, Maka Allah dan


rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.5

Ayat ini sesungguhnya bertujuan agar manusia mawas diri dan


mengawasi amal-amal mereka, dengan jalan mengingatkan mereka bahwa
setiap amal yang baik dan yang buruk, memiliki hakikat yang tidak dapat
disembunyikan, dan mempunyai saksi-saksi yang mengetahuai dan melihat
hakikatnya, yaitu Rasul dan para saksi amal-amal dari kelompok kaum
mukminin, tentu saja setelah disaksikan Allah SWT.
Kendati para mufassir memahami ayat di atas dalam konteks amal
dalam arti sempit atau ibadah mahdah, namun kita dapat mengembangkan
maknanya lebih luas. Kata ‘amal mencakup segala aktivitas manusia yang

3
Ibid, hal. 141
4
Diakses melalui tautan http://www.forshei.org/2018/01/konsepsi-makna-al-kasb-pekerjaan-
layak.html#:~:text=Al%2DKasb%20(kerja)%20menurut,guna%20mencari%20ridha%20allah
%20SWT., pada 21 Oktober 2020, pukul 15.53 WIB
5
Al-Qur’an, surat At-Taubah :105
4
bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa. Inilah yang disebut kerja
dalam makna yang luas.6

C. Tafsir Q.S Al- Kahfi Ayat 79

Al-Kahfi Ayat 79
َ ‫ك ۚ َسأُنَبِّئُكَ بِتَأْ ِوي ِل َما لَ ْم تَ ْستَ ِطع َّعلَ ْي ِه‬
‫ص ْبرًا‬ ُ ‫ال ٰهَ َذا فِ َرا‬
َ ِ‫ق بَ ْينِى َوبَ ْين‬ َ َ‫ق‬

Artinya: Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang


miskin yang bekerja di laut, dan Aku bertujuan merusakkan bahtera itu,
karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap
bahtera.7

Ayat ini menjelaskan kata ‘amal (ya’maluna) harus diterjemahkan


dengan bekerja. Orang yang bekerja di laut itu disebut dengan nelayan.
Ayat di atas sama sekali tidak berhubungan dengan ibadah mahdah. Di
samping itu, penjelasan para mufassir bahwa yang memiliki kapal tersebut
adalah orang lemah dan miskin, maka penafsiran ini semakin menguatkan
kita bahwa manusia tidak boleh berpangku tangan. Termasuk orang-orang
miskin, diperintahkan tetap berusaha semaksimal mungkin dan
menghindarkan diri jadi peminta-minta.8

D. Tafsir Q.S Al- Naml Ayat 88


Al-Naml Ayat 88

‫ى أَ ْتقَنَ ُك َّل َش ْى ٍء‬


ٓ ‫ص ْن َع ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذ‬ ِ ‫ۚ َوتَ َرى ْٱل ِجبَا َل تَحْ َسبُهَا َجا ِم َدةً َو ِه َى تَ ُمرُّ َم َّر ٱل َّس َحا‬
ُ ۚ‫ب‬

َ‫إِنَّهۥُ َخبِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْف َعلُون‬

Artinya: Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia


tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan.

6
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
135-136
7
Al-Qur’an, surat Al-Kahfi:79
8
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
137
5
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap
sesuatu; Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.9

Para mufassir memahami ayat di atas dalam konteks peristiwa hari


kiamat. Menurut Al-Biqa’i ayat ini berbicara tentang keadaan gunung pada
saat manusia dibangkitkan dari kubur. Ayat ini menurutnya menyatakan:
dan engkau wahai Muhammad atau siapapun akan melihat gunung-gunung
pada saat kebangkitan dari kubur, engkau menyangkanya tetap di
tempatnya tidak bergerak. Padahal ia berjalan, sampai menjadi bagaikan
kapas yang berterbangan, perjalanannya sebenarnya sangat cepat, tetapi
karena tidak jelas maka ia terlihat bagaikan jalannya awan. Begitulah
perbuatan Allah yang membuat dengan sebaik-baiknya tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.10

E. Tafsir Q.S Al- Baqarah Ayat 197

Al-Baqarah Ayat 197


۟ ُ‫ق َواَل ِجدَا َل فِى ْٱل َحجِّ ۗ َوما تَ ْف َعل‬
‫وا ِم ْن‬ َ ‫ث َواَل فُسُو‬ َ َ‫ض فِي ِه َّن ْٱل َح َّج فَاَل َرف‬ َ ‫ت ۚ فَ َمن فَ َر‬ ٌ ‫ْٱل َحجُّ أَ ْشهُ ٌر َّم ْعلُو ٰ َم‬
َ
ِ َ‫ُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ٱل َّزا ِد ٱلتَّ ْق َو ٰى ۚ َوٱتَّقُو ِن ٰيَٓأ ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬
‫ب‬ ۟ ‫َخيْر يَ ْعلَ ْمهُ ٱهَّلل ُ ۗ َوتَ َز َّود‬
ٍ

Artinya: (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,


barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan
haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di
dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa
kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya
sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-
orang yang berakal.11

Ayat ini tidak hanya berbicara tentang waktu atau bulan


disyari’atkannya pelaksanaan ibadah haji, tetapi juga berbicara tentang
larang-larang haji seperti rafas, fusuq dan jidal. Ketiga larangan ini sangat
dilarang dalam menunaikan haji. Sebaliknya, Alquran malah

9
Al-Qur’an, surat Al-Naml: 88
10
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
138
11
Al-Qur’an, surat Al-Baqarah: 197
6
memerintahkan kepada orang yang melaksanakan haji untuk melakukan
kebaikan.

Hati dan pikiran hanya tercurah kepada ibadah, mencari keridhaan


Allah dan selalu mengingat-Nya. Apa saja kebaikan yang dikerjakan
seorang muslim yang telah mengerjakan haji, pasti Allah akan mengetahui
dan mencatatnya dan akan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda.
Agar ibadah haji dapat terlaksana dengan baik dan sempurna maka setiap
orang hendaklah membawa bekal, baik bekal fisik, material dan tidak
kalah pentingnya bekal ilmu dan spiritual.12

F. Tafsir Q.S An- Nisa Ayat 32

An-Nisa Ayat 32
۟ ‫صيبٌ ِّم َّما ٱ ْكتَ َسب‬ َ ‫ْض ۚ لِّلر‬ َّ َ‫َواَل تَتَ َمنَّوْ ۟ا َما ف‬
َ ‫ض َل ٱهَّلل ُ بِ ِهۦ بَ ْع‬
ِ َ‫ُوا ۖ َولِلنِّ َسٓا ِء ن‬
‫صيبٌ ِّم َّما‬ ِ َ‫ِّجا ِل ن‬ ٍ ‫ض ُك ْم َعلَ ٰى بَع‬
۟ ُ‫ل‬±َٔ‫ٱ ْكتَ َس ْبنَ ۚ َوسْٔـ‬
‫وا ٱهَّلل َ ِمن فَضْ لِ ِٓۦه ۗ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ًم‬ َ

Artinya: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang


dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari
sebahagian yang lain. (karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari
pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada
bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.13

Keutamaan laki-laki atau perempuan dalam ayat tersebut adalah


harta dan kekayaan yang diperoleh masing-masing. Harta itu diperoleh
melalui hasil kerja keras (al-jiddat wa al-kasb). Lebih jauh diungkapkan
bahwa kekayaan (al-jah) yang sesungguhnya adalah seperti ilmu tepat
guna, kedudukan, melakukan kebaikan dan harta kekayaan. Semuanya itu
hanya dapat diperoleh dengan kerja dan usaha (alkasb wa al sa’yu).

12
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
140
13
Al-Qur’an, surat An-Nisa:32
7
Berbuat sungguh-sungguh untuk mendapatkan semua itu diperintahkan
Allah dalam ayat tersebut.14

G. Tafsir Q.S Yasin Ayat 71

Yasin Ayat 71
ْ َ‫أَ َولَ ْم يَ َروْ ۟ا أَنَّا خَ لَ ْقنَا لَهُم ِّم َّما َع ِمل‬
َ‫ت أَ ْي ِدينَٓا أَ ْن ٰ َع ًما فَهُ ْم لَهَا ٰ َملِ ُكون‬

Artinya: Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Sesungguhnya


kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian
dari apa yang Telah kami ciptakan dengan kekuasaan kami sendiri lalu
mereka menguasainya?15

Al-Qur’an menyebutkan bahwa kesenangan hidup dunia ini di


antaranya ialah binatang ternak. Ayat di atas menerangkan juga fitrah
manusia yang mempunyai keinginan untuk memiliki sumbersumber
kekayaan, termasuk binatang ternak, yang kemudian mendorongnya untuk
berusaha mengumpulkan harta. Al- Qur’an berbicara bagaimana binatang
ternak tersebut disembelih, misalnya dengan mengucapkan basmalah dan
Al- Qur’an juga memberi tuntunan tentang binatang yang halal untuk
dikonsumsi dan dikembangbiakkan.16

H. Tafsir Q.S An- Nisa Ayat 29


An-Nisa Ayat 29
‫اض ِّمن ُك ْم ۚ َواَل تَ ْقتُلُ ٓو ۟ا‬ ۟ ْ ۟ ٓ
ٍ ‫ٰيَأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تَأ ُكلُ ٓوا أَ ْم ٰ َولَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْٱل ٰبَ ِط ِل إِٓاَّل أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً عَن تَ َر‬
‫أَنفُ َس ُك ْم ۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan

14
Jalaluddin Rahman, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Al- Qur’an: Suatu kajian Tafsir
Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992) hal. 141
15
Al-Qur’an, surat Yasin: 71
16
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
145
8
janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.17

Adapun yang menarik dari Alquran ketika berbicara tentang


perdagangan adalah penekanan pada sisi etika perdagangannya. Alquran
sangat mengkritik para pedagang yang tidak jujur. Mengurangi atau
berlaku curang dalam timbangan disamakan dengan orang yang
melakukan kerusakan. Dengan demikian, kuatnya perintah Alquran
tentang berdagang yang diiringi dengan penekanan pada etika
menunjukkan bahwa tijarah adalah satu bentuk pengumpulan harta yang
sangat dianjurkan.18

I. Kontekstualisasi Ekonomi Islam

Secara sederhana kerja adalah melakukan sesuatu. Secara lebih


rinci kerja merupakan penggunaan kekuatan fisik atau daya mental untuk
melakukan sesuatu. Kamus lain menyebutkan kerja ialah aktivitas yang
merupakan usaha badan dan usaha akal yang digunakan untuk
menghasilkan sesuatu, lebih dari sekedar hiburan. Lebih tegas definisi
kerja dapat dilihat di dalam Ensiklopedi Indonesia yang mendefinisikan
kerja sebagai pengerahan tenaga (baik pekerjaan jasmani atau rohani) yang
dilakukan untuk menyelenggarakan proses produksi.
Dalam konteks Islam, kerja itu sendiri disebut ibadah yang akan
mendapatkan perkenan Tuhan. Kerja itu sendiri bisa mencakup kerja lahir
yaitu aktivitas fisik, anggota badan, termasuk panca indra seperti melayani
pembeli di toko, mencangkul di kebun, mengajar di sekolah, menjalankan
shalat dan mengawasi anak buah yang sedang bekerja.19
Adapun kerja batin adalah dua macam. Pertama, kerja otak, seperti
belajar, berpikir kreatif, memecahkan masalah, menganalisis dan
mengambil kesimpulan. Kedua, kerja qalb, seperti berusaha menguatkan

17
Al-Qur’an, surat An-Nisa:29
18
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), hal.
146
19
Ibid, hal. 149
9
kehendak mencapai cita-cita, berusaha mencintai pekerjaan dan ilmu
pengetahuan, sabar dan tawakkal dalam rangka menghasilkan sesuatu.20
Dalam perspektif Islam, bekerja bukan sekedar untuk
mengumpulkan harta. Tidak pula dalam jangka waktu yang pendek, saat
ini dan di sini. Namun lebih jauh dari itu, kerja dalam perspektif Islam
memiliki jangka waktu yang cukup jauh, masa akan datang bahkan hatta
yaumi al-qiyamah. Point penting yang harus dicatat adalah, dampak kerja
atau balasan kerja yang akan kita peroleh sangat tergantung dari apa dan
bagaimana kita mengerjakannya. Pekerjaan yang dilakukan dengan baik,
akan menghasilkan kebaikan itu sendiri. Sebaliknya, pekerjaan yang buruk
atau sesuatu yang dilakukan dengan cara yang buruk, akan berdampak
buruk. 21
Pekerjaan yang halal dan yang haram dalam Islam dapat dilihat
dari dua sisi.
1. Pekerjaan yang halal (bertani, berdagang dan sebagainya) namun
dalam pelaksanaannya melanggar aturan syari‘at.
2. Pekerjaan yang nyata-nyata diharamkan Allah seperti mencuri,
merampok, praktek rentenir (membungakan uang), melacurkan diri
dan lain-lain.
Pekerjaan dalam Islam bukan hanya dilihat dari sudut ekonomi
untuk meraih keuntungan tetapi juga memiliki dimensi etis. Artinya,
pekerjaan-pekerjaan yang haram mengasumsikan adanya pihak lain yang
dirugikan atau dikorbankan. Ini tentu saja bertentangan dengan asas-asas
ekonomi Islam yang sangat menjunjung nilai-nilai kemaslahatan dan
saling tolong menolong. Implikasinya lebih jauh adalah pekerjaan yang
haram akan menghasilkan sesuatu yang diharamkan pula. Pada akhirnya
barang yang haram ini pula yang dijadikan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, seperti memberi makan keluarga. Pada hal dalam ajaran Islam
dijelaskan, makanan yang haram atau sesuatu yang diperoleh dari yang
haram, tidak saja diharamkan tetapi juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan jiwa manusia yang tidak baik.22

20
Ibid, hal. 150
21
Ibid, hal. 152-153
22
Ibid, hal. 154
10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kata kerja di dalam Al-Qur’an, diungkap setidaknya melalui empat


kata. 1. Al-‘Amal, 2. Al-Sun’u, 3. Al-Fi’il, 4. Al-Kasbu. Ditemukan
kata ‘amal dengan segala derivasinya (‘amal, ‘amilu, a’mal, ta’malun,
ya’malun, dll) disebut sebanyak 360 kali.
2. Sunu’ adalah daya cipta manusia yang lahir dari keterampilan dan
keahlian tertentu.
3. Kata fi’il yang artinya perbuatan atau kegiatan mencakup perbuatan
secara umum, perbuatan baik(al-khairat) dan al-ma’ruf. Kata fi’il juga
mengacu kepada perbuatan yang buruk atau negatif.
4. Al-Kasb merupakan upaya mencari harta melalui berbagai hal dengan
cara yang tidak dilarang dalam Islam. Dalam ilmu ekonomi, biasanya
disebut dengan aktifitas produksi.
5. Bekerja dalam Islam bukan sekedar untuk mengumpulkan harta.
Namun lebih jauh dari itu, kerja dalam perspektif Islam memiliki
jangka waktu yang cukup jauh, masa akan datang bahkan hatta yaumi
al-qiyamah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Akmal Tarigan, Azhari, Tafsir Ayat Ekonomi, (Bandung: Citapustaka Media


Perintis, 2012)

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama Republik Indonesia

http://www.forshei.org/2018/01/konsepsi-makna-al-kasb-pekerjaan-
layak.html#:~:text=Al%2DKasb%20(kerja)%20menurut,guna%20mencari
%20ridha%20allah%20SWT.

Rahman, Jalaluddin, Konsep Perbuatan Manusia Menurut Al- Qur’an: Suatu


kajian Tafsir Tematik, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)

Anda mungkin juga menyukai