Disusun Oleh
Kelompok 2 :
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul tepat waktu.Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas pada mata pelajaran TAFSIR AYAT-AYAT EKONOMI. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak M.NUR
IQBAL,S.H.I.,M.H.I selaku dosen yang telah banyak membantu dalam penulisan makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Agar tercapai suatu kemashlahatan, kita memahami dasar-dasar mengenai hal tersebut
yaitu yang paling utam dengan mengkaji dan memahami makna yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan mengamalkannya dalam bermuamalah. Untuk itu kami mebahas tafsir beberapa
ayat dalam Al-Qur’an dan hadis yang berkaitan dengan ekonomi (al-iqtishad).
B. Pembahasan Masalah
1. Tafsir Al-Qur’an surah Luqman ayat 19.
2. Tafsir Al-Qur’an surah Fathir ayat 32.
3. Tafsir Al-Qur’an surah Al-Ma’idah ayat 66.
4. Hadis yang berkaitan dengan Al-iqtishad.
5. Hubungan ayat dengan ekonomi.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui tafsir Al-Qur’an surah Luqman ayat 19.
2. Mengetahui tafsir Al-Qur’an surah Fathir ayat 32.
3. Mengetahui tafsir Al-Qur’an surah Al-Ma’idah ayat 66.
4. Mengetahui hadis yang berkaitan dengan Al-iqtishad.
5. Mengetahui hubungan ayat dengan ekonomi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Isfahani menuliskan bahwa kata al-iqtishad yang akar katanya adalah al-qasd,
bermakna istiqamah al-tariq (jalan lurus). Jika disebut kata qasadtu
qasdahu maknanya nahawtu nahwahu. Selanjutnya al-iqtishad memiliki dua sisi, salah
satunya adalah yang mahmud (terpuji) seperti al-jud (kesederhanaan) merupakan sifat yang
baik antara al-israf (boros) dan al-bukhl (pelit). Demikian juga dengan syaja'ah (berani)
adalah sifat yang baik antara al-tahawwur (nekad) dan al-jubn (pengecut). Sedangkan sisi
lainnya adalah taraddud (plin-plan atau ragu) antara yang mahmud dengan yang mazmun.
Contohnya adalah al-waqi' antara adil dan melampaui batas. Yang dekat dengan yang jauh.2
Nazid Hammad di dalam kitabnya Mu'jam Al-Mushtalahat Al-Iqtishadiyyat fi Lughat Al-
Fuqaha' menuliskan makna al-iqtishad adalah al-tawassut wa talab al-asad. Para fuqaha
menggunakan kata ini dalam artial-tawassut baina tarafai al-ifrat wa al-tafrit. Muqtashid
adalah orang yang mengambil sikap moderat dan adil di antara dua sisi .3
Penulis Mu'jam tersebut juga mengutip Izz Abd Al-Salam yang menerjemahkan al-
iqtishad dengan ratbat baina ratbatain, manzilah baina manzilatain. Dan al-manazil itu tiga
bentuk, al-taqsir fi jalab al-masalih, al-israf fi jalabiha wa al-iqtishad bainahuma. Al-
taqsir (pelit) itu tidak baik, dan israf (boros) juga tidak baik. Adapun yang baik (al-hasanah)
adalah tawassut (moderat) di antara al-israf dan taqsir.
1 Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi Melalui Kata-kata Kunci dalam Al-
Qur`an, Citapustaka Media Perintis, Bandung, 2012, hlm. 18
2 Al-Isfahani, Mu'jam Al-Mufahras Li Alfaz Al-Quran, Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, Beirut, 2004, hlm. 451-452
3 Nazid Hammad, Mu'jam Al-Mushtalahat Al-Iqtishadiyyat fi Lughat Al-Fuqaha', Al-Ma'had Al-'Alami li Al-Fikr
Al-Islami,ITT, hlm. 64.
4
Menurut Ibn Al-Qayyim, perbedaan antara al-iqtishad dan al-syuh, adalah al-
iqtishad merupakan akhlak yang terpuji yang lahir dari dua sifat mulia; 'adl dan hikmah.
Adapun al-syuh adalah akhlak yang buruk dan lahir dari buruk sangka dan kelemahan diri.
Ayat di atas menurut Al-Maraghi secara umum berbicara tentang seorang Hamba Allah
yang bernama Luqman. Allah Memberikan kepadanya al-hikmah. Luqman adalah Hamba
Allah yang pandai bersyukur atas segala Karunia yang Diberikan Allah baik siang ataupun
malam. Luqman atas Petunjuk Allah memberikan serangkaian nasihat kepada anaknya baik
dalam konteks habl min Allah juga habl min al-nas. Tegasnya, nasihat Luqman berkenaan
muamalah dengan orang tua dan pemeliharaan hak-hak mereka. Selanjutnya ayat di atas
adalah nasihat Luqman dalam membangun relasi dengan sesama manusia. Demikianlah Al-
Maraghi menguraikan ma'na ijmali (makna global) surah Luqman ayat 13-19. 4
Makna qasad pada ayat di atas adalah al-tawassut.Ibn Kasir menafsirkan kalimat "wa
iqsid fi masyyika wa ighdud min shautik, artinya berjalanlah muqtashidan (gerakan yang
sedang) tidak terlalu lambat dan tampak malas dan tidak pula kencang sehingga terkesan
berlebih-lebihan. Akan tetapi berjalanlah dengan tenang ('adlan wasathan) atau antara lambat
dan cepat.5
Syaukani menyatakan al-qashd adalah ma baina al-isra' wa al-batha'. Tegas
makna qasd pada ayat di atas adalah sikap moderat atau pertengahan antara jalan dengan
sangat cepat dan jalan dengan lambat. 6 Al Maraghi juga menjelaskan bahwa ayat di atas
mengajarkan kepada manusia dalam berjalan haruslah seimbang. Tidak terlalu lambat (al-
bathi') dan tidak pula terlalucepat bahkan terkesan berlebih-lebihan. Berjalanlah dengan
wajar sehingga tidak menjadi pusat perhatian karena keanehan yang kita tampakkan dalam
berjalan. Berjalan secara wajar tidak boleh lambat apalagi membungkuk hanya untuk
menunjukkan kita sebagai orang yang tawaddhu'. Tidak pula dengan cepat sehingga kita
seolah tak peduli dengan apa yang ada di sekeliling kita sehingga mengesankan kita
sombong.7
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan, maksudnya: ketika kamu berjalan, janganlah
terlampau cepat dan dan jangan pula terlalu lambat .8
4 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, Vol. VII, Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah, Beirut, 2004, hlm. 305
5 Ibn Kasir, Tafsir Al-Quran Al-'Azhim, Vol. III, Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah, Beirut, 2004, hlm. 415.
6 Syaukani, Fath Al-Qadir,Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah, Beirut, 2006, hlm. 382
7 Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi...,hlm. 310
8 Departemen Agama RI,Al-'Aliyy: Al-Quran Dan Terjemahnya, CV. Penerbit Diponegoro, Bandung,2003, hlm.
524.
5
B. Al-Quran Surah FathirAyat 32
Bentuk lain dari kata qasd adalah muqtasid. Kata muqtasid di dalam al-Quran digunakan
di dua tempat. Berikut ini adalah penjelasan makna muqtasid tersebut dalam surah Fathir ayat
32.
6
dan banyak melakukan kesalahan atas dirinya. Adapun sabiq bi al-khairat adalah mereka
yang selalu mendahulukan dalam melaksanakan kebaikan. Jelas terlihat dalam pemikiran Al-
Maraghi, al-muqtashid adalah mereka yang berada di tengah, antara zhalimun
linafsih dan sabiq bi al-khairat. 12
Di dalam Fath Al-Qadir, Al-Syaukani hanya menjelaskan bahwa mereka diwarisi al-
Kitab ada tiga golongan (afwaj). Pertama, zhalimun linafsih mereka adalah orang
yang yaksyifu wa yamhus. Kedua, muqtashid, mereka yang akan Dihisab oleh Allah dengan
hisab yang ringan. Ketiga, sabiq bi al-khairatyaitu mereka yang memperoleh surga tanpa
hisab dan tanpa azab.13 Akhirnya ada kecenderungan mufassir untuk memahami
kata zhalimun linafsih itu sebagai kelompok yang pada dasarnya bersalah namun karena
Ampunan Allahdan syafaat Nabi Muhammad, mereka akhirnya juga dimasukkan ke dalam
surga.
Adapun muqtashid, tafsiran Al-Syaukani menyangkut keberadaannya di hari akhir,
masuk ke dalam surga dengan Rahmat Allah Subhanahu wata'ala. Dalam tafsir yang lain
disebutkan bahwa muqtashid adalah mereka yang mengikuti atsar para sahabat dan mereka
beramal seperti amalnya generasi awal Islam. Dalam bentuk lain, muqtashid disebut juga
sebagai ashab al-yamin atau ashab al-maimanah. 14
Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih
banyak kesalahannya daripada kebaikannya; dan pertengahan ialah orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya; sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih
dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat
jarang berbuat kesalahan.15
C. Al-Quran SurahAl-Ma`idahAyat 66
Kata muqtashid yang dirangkai dengan kata ummat sehingga menjadi ummatan
muqtasidah terdapat pada surah al-Ma`idah ayat 66.
66. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (Hukum) Taurat, Injil dan (al
Quran) yang Diturunkan kepada mereka dari Tuhan-nya, niscaya mereka akan mendapat
12 Ibid
13 Al-Syaukani, Fath Al-Qadir, Juz II, hlm 471.
14 Ibid
15 Departemen Agama RI,Al-'Aliyy: Al-Quran Dan...,hlm. 527.
7
makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka. Di antara mereka ada golongan
yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
Membaca asbab al-nuzul ayat di atas tampak bahwa ayat tersebut merupakan kritik
terhadap orang Yahudi dan Nasrani yang kerap melampaui batas dalam memahami dan
mengamalkan ajaran agamanya.
Syaukani menjelaskan tafsir ayat di atas dengan mengatakan, andainya mereka yang
berpegang kepada al-kitab (ahl al-kitab), merekalah orang Yahudi dan Nasrani beriman
sebagaimana yang Diperintahkan Allah kepada mereka, termasuk beriman kepada apa yang
dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, meninggalkan maksiat seperti syirik,
mereka juga menegakkan ajaran-ajaran baik Taurat atau Injil atau apa yang telah Diturunkan
Allah, niscaya mereka akan memperoleh rezeki yang berlimpah baik dari atas ataupun dari
bawah kaki mereka. Di antara orang Yahudi dan Nasrani itu ada yang disebut
ummat muqtashidah, yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat di atas atau setidaknya sebagian
dari sifat tersebut. Merekalah orang-orang yang beriman kepada Allah.17
8
umat yang moderat. Dalam konteks ayat di atas, kelompok pertengahan adalah mereka yang
dalam melaksanakan ajaran agamanya, tidak berlebihan dan tidak pula melalaikan.
Niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka,
maksudnya: Allah akan Melimpahkan Rahmat-Nya dari langit dengan Menurunkan hujan dan
Menimbulkan Rahmat-Nya dari bumi dengan Menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang
buahnya melimpah ruah.Di antara mereka ada golongan yang pertengahan, maksudnya: orang
yang berlaku jujur dan lurus dan tidak menyimpang dari kebenaran.18
Tingkah laku yang baik (al-samtu al-hasan), tidak tergesa-gesa (al-tu'adah) dan
bersederhana (al-iqtishad) adalah satu bagian dari 24 bagian sifat-sifat kenabian (al-
nubuwwah). Sunan At-Tirmidzi Juz III abwab al-Birr wa as-Shilah. Di dalam riwayat yang
lain, Nabi juga bersabda, tiga perkara yang menyelamatkan yaitu :
9
Kata al-iqtishad dengan segala maknanya ternyata memiliki relasi yang sangat kuat
dengan hakikat ekonomi Islam itu sendiri. Tujuan ekonomi Islam –dan sesungguhnya tujuan
syariat itu sendiri- adalah mewujudkan kemashlahatan. Maslahah dapat dicapai hanya jika
manusia hidup dalam keseimbangan (equilibrium). Sebab keseimbangan merupakan
sunnatullah. Ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan dan menciptakan kehidupan yang
seimbang ini, di mana antara lain mencakup keseimbangan fisik dengan mental, material dan
spiritual, individu dengan sosial, masa kini dengan masa depan, serta dunia dengan akhirat.
Keseimbangan fisik dengan mental atau material dengan spiritual akan menciptakan
kesejahteraan holistik bagi manusia. Pembangunan ekonomi yang terlalu mementingkan
aspek material dan mengabaikan aspek spiritual hanya akan melahirkan kebahagiaan semu,
bahkan justru menimbulkan petaka.19
19 P3EI dan Bank Indonesia, Ekonomi Islam, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hlm. 55.
20 Ibid
21 Nurcholis Madjid, "Kalam Kekhalifahan Manusia dan Reformasi Bumi (Suatu Percobaan Pendekatan
Sistematis Terhadap Konsep Antropologis Islam)"dalam Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, Paramadina, Jakarta, 1999,
hlm. 241.
10
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi Islam mempelajari aktivitas atau perilaku manusia
secara aktual dan empirikal, baik dalam produksi, distribusi maupun konsumsi berlandaskan
syari'ah Islam yang bersumber dari al-Quran dan Sunnah dengan tujuan untuk mencapai
kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Penelusuran terhadap terminologi qasd,ekonomi Islam
bertujuan membentuk manusia menjadi pribadi yang seimbang antara dua kutub yang
sebenarnya tidak boleh dipertentangkan. Jasmani dan rohani, duniawi dan ukhrawi, individu
dan sosial, material dan spiritual, sejatinya harus seimbang di dalam diri dan kesadaran
manusia. Pada gilirannya, pribadi yang moderat inilah yang akan melahirkan ummat
yang muqtashidah. Umat yang moderat (umat yang pertengahan) yang akan mampu berperan
dalam mendorong masyarakat dunia ke dalam kehidupan yang seimbang dan beradab untuk
tatanan kehidupan dunia yang lebih adil yang pada gilirannya akan menjadi saksi bagi
seluruh kehidupan manusia. 22
22 Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi ..., hlm. 29-30.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Iqtishad jika ditambah dengan kata islam, al-iqtishad al-islami atau islamiyyah,
maka terjrmahannya menjadi ekkonomi islam. Kata al-iqtisah sendiri berasal dari kata al-
qasad bermakna bermaksud, mengendaki dan mengikuti. Dari kata ini, terbentuklah kata al-
iqtisad dan al-muqtashid yang mengandug arti penghematan dan tidak berlebih-lebihan.
Agar terciptanya perekkonomian yang seimbang pelaku ekonomi hendaklah berlaku adil
yang bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah dan dengan tidak mengutamakan hal materi saja
melainkan juga hal spiritual, dunia dan akhirat dan lain sebagainya sehingga tercapai
perekonomian yang benar-benar membawa kemaslahatan dan keseimbangan bagi seluruh
umat islam.
12
DAFTAR PUSTAKA
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi Melalui Kata-kata
Kunci dalam Al-Qur`an, Citapustaka Media Perintis, Bandung, 2012, hlm. 18.
Nurcholis Madjid, "Kalam Kekhalifahan Manusia dan Reformasi Bumi (Suatu Percobaan
Pendekatan Sistematis Terhadap Konsep Antropologis Islam)"dalam Cita-cita Politik Islam
Era Reformasi, Paramadina, Jakarta, 1999, hlm. 241.
Azhari Akmal Tarigan, Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi: Sebuah Eksplorasi ..., hlm. 29-30.
Departemen Agama RI,Al-'Aliyy: Al-Quran Dan Terjemahnya, CV. Penerbit Diponegoro,
Bandung,2003, hlm. 524.
13