Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI DASAR ULUMUL QUR’AN


“AMTSAL DALAM AL-QUR’AN”

Dosen Pengampu:
Ibanah Suhrowardiyah S.M, S.Th.I., MA,

Anggota Kelompok:
Lailatul Maulidia (U20181007)
Luthfiyatul Azizah F (U20181033)
Zahratus Shofa (U20181026)
Zakiatul Ainiyah (U20181042)

ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami memanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan yang kami harapkan.
Dalam makalah ini kami membahas tentang “Amtsal Al-Qur’an”.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman terhadap Al-Qur’an dan
sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah, ”Teori
Dasar Ulumul Qur’an”. Dalam proses pendalaman tentang ini kami bekerja sama dalam
kelompok untuk saling melengkapi dan rasa terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa
yang telah memberi masukan untuk makalah ini.
Kami sadar makalah yang kami buat ini masih jauh dari makalah yang baik, untuk itu
kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat menjadi lebih
baik lagi. Demikian makalah yang kami buat semoga bermanfaat, kurang lebihnya kami
ucapkan terima kasih dan mohon maaf.

Jember, 24 September 2019

                      
                                                    Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
Kata Pengantar……... .................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN…......................................................................................................1
A. Latar Belakang …………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………1
C. Tujuan.. …………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN…... …………………………………………………………………2
A. Definisi Amtsal Al-Qur’an………………………………….........…….........…………2
B. Macam-Macam Amtsal Al-Qur’an.........................................…………………………2
C. Manfaat Amtsal Al-Qur’an.............................................................……………………5
D. Penggunaan Amtsal Sebagai Media Dakwah….........................……………………….6
BAB III PENUTUP... ……………………………………………………………………..…..7
A. Kesimpulan… …………………………………………………………………..……..7
B. Saran.. …………………………………………………………………..……………..7
DAFTAR PUSTAKA…...................................................………………………………...…..8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu aspek retorika Al-Qur’an adalah Amtsal (perumpamaan-perumpamaan)-


nya. Al-Qur’an tidak hanya memuat masalah kehidupan dunia yang diindera, tetapi juga
memuat kehidupan akhirat dan hakikat lainnya yang memiliki makna dan tujuan ideal yang
tidak dapat diindera dan berada di luar pemikiran manusia. Pembicaraan yang terakhir ini
dituangkan dalam bentuk kata yang indah, mempesona, dan mudah dipahami, yang dirangkai
dalam untaian perumpamaan dengan sesuatu yang telah diketahui secara yakin, yang dinamai
tamtsil (perumpamaan) itu.

Tamtsil (membuat perumpamaan) merupakan gaya bahasa yang dapat menampilkan


pesan yang berbekas pada hati sanubari. Muhammad Mahmud Hujazi menyatakan bahwa
bentuk amtsal yang rumt merupakan inti sebuah kaliamat yang sangat berdampak bagi jiwa
dan berbekas bagi akal.

Berkaitan dengan Amtsal Al-Qur’an ini, Rosihon Anwar mengutip dari Kuntowijoyo
memandang bahwa pada dasarnya kandungan Al-Qur’an itu terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah sejarah dan
Amtsal. Bagian pertama dimaksudkan untuk membentuk pemahaman yang komprehensif
mengenai nilai-nilai secara islam, sedangkan bagian kedua dimaksudkan sebagai ajakan
perenungan untuk memperoleh wisdom atau hikmah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi Amtsal Dalam Al-Qur’an?


2. Apa saja macam-macam Amtsal Al-Qur’an?
3. Apakah Manfaat Dari Amtsal Al-Qur’an?
4. Bagaimana Penggunaan Amtsal sebagai Media Dakwah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami definisi dari Amtsal Al-Qur’an


2. Untuk mengetahui Macam-macam Amtsal Al-Qur’an
3. Untuk mengetahui Manfaat dari Amtsal Al-Qur’an
4. Untuk mengetahui Pengguaan Amtsal sebagai Media Dakwah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Amtsal Al-Qur’an

Amtsal adala bentuk jamak dari kata matsal (perumpamaan) atau mitsil (serupa) atau
matsil, sama halnya dengan kata syabah atau syabih.1 Karena itu dalam ilmu balaghah,
pembahasan yang sama ini lebih dikenal dengan istilah tasybih, bukan amtsal. Dalam
perngertian bahasa (etimologi), amtsal menurut Ibn Al-Farits adalah persamaan dan
perbandingan sesuatu dengan sesuatu yang lain. 2 Atau menuut Al-asfahani, amtsal berasal
dari kata al-Mutsul, yakni al-intishab (asal, bagian). Matsal berati mengungkapkan
perumpamaan.

Amtsal menurut pengertian istilah (terminologi) dirumuskan oleh para ulama dengan
redaksi yang berbeda-beda.3

Menurut Rasyid Ridha Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan dan
menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati yang
paling dalam.4 Menurut Ibnul Qayyim Amtsal yakni menyerupakan sesuatu dengan sesuatu
yang lain dalam hukumnya, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit,
atau salah satudari keduanya dengan yang lainnya.5

B. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an

Menurut Al-Qaththan, amtsal Al-Qur’an dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Amtsal Musharrahah
Amtsal Musharrahah adalah amtsal yang jelas, yakni yang menjelaskan
menggunakan kata-kata perumpamaan atau kata yang menunjukkan penyerupaan
(tasybih)6, contohnya:
ٍ ‫مَثلُهم َكمثَ ِل الَّ ِذي اسَتوقَ َد نَارا َفلَ َّما َأضاءت ما حولَه ذَهب اللَّه بِنُو ِر ِهم وَتر َكهم يِف ظُلُم‬
‫ات‬ َ ُْ َ َ ْ ُ َ َ ُ َْ َ ْ َ َ ً ْْ َ ُْ َ
‫ات َو َر ْع ٌد‬ ِ ِ ِ َّ ‫ب ِمن‬ ٍ َ ‫) َْأو َك‬18(‫ص ٌّم بُكْم عُ ْمي َف ُهم اَل َير ِجعُو َن‬ ِ
ٌ ‫الس َماء فيه ظُلُ َم‬ َ ِّ‫صي‬ ْ ْ ٌ ٌ ُ )17(‫اَل يُْبصُرو َن‬
1
Manna Al-Qaththan, Mabahits fi Ulumul Al-Qur’an, Mansyurat Al-Hasr Al-Hadits,1973,hlm.282
2
Muhammad Bakar Ismail, Dirasah fi Ulum Al-Qur’an, Dar AL-Manar, Kairo,1991,hlm.337.
3
Rosihon Anwar, Ilmu afsir, Bnadung,Pustaka setia,2000, hlm.92
4
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir AL-Manar, Jilid 1, Dar AL-Fikr,beirut.,t.t.hlm.236.
5
Al-Qaththan,Ibid., 283.
6
Rosihon Anwar., Ibid.Hlm.93

2
ِ ِ َّ ‫وبر ٌق جَي علُو َن َأصابِعهم يِف آَ َذاهِنِم ِمن‬
ِ ‫اع ِق ح َذر الْمو‬
ٌ ‫ت َواللَّهُ حُمِي‬
ُ ‫) يَ َك‬19(‫ط بِالْ َكاف ِرين‬
‫اد الَْب ْر ُق‬ ْ َ َ َ ‫الص َو‬ َ ْ ْ َُ َ َ ْ َْ َ
‫ب بِ َس ْمعِ ِه ْم‬ ِ ‫ِ ِ ِإ‬
َ ‫َأضاءَ هَلُ ْم َم َش ْوا فيه َو َذا َأظْلَ َم َعلَْيه ْم قَ ُاموا َولَ ْو َشاءَ اللَّهُ لَ َذ َه‬
َ ‫ص َار ُه ْم ُكلَّ َما‬
َ ْ‫ف َأب‬
ُ َ‫خَي ْط‬
)20 ‫صا ِر ِه ْم ِإ َّن اللَّهَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِد ٌير(البقرة‬
َ ْ‫ َوَأب‬ 

17. Perumpamaan mereka adalah seperti orang-orang yang menyalakan api. setelah
menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.

18. Mereka tuli, bisu dan buta. sehingga mereka tidak dapat kembali (ke jalan yang
benar),

19. Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan,
petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara
petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.

20. Hampir saja kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu)
menyinari, mereka berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menimpa mereka,
mereka berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia menghilangkan
pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.

Pada contoh itu terlihat jelas kata-kata yang menunjukkan perumpamaan dan
penyerupaan, yaitu matsaluhun dan aw kasyayyibin.contoh diatas juga
memperlihatkan dua perumpamaan bagi orang munafik. Pertama, seperti orang yuang
menyalakan api (katsal ladzi istauqad nar) karena di dalam api terdapat unsur cahaya.
Kedua, seperti orang-orang yang ditimpa hujan dari langit untuk menerangi dan
menghidupkan hati hamba-Nya.
Perumpamaan pertama menyiratkan bahwa orang-orang munafik tak ubahnya
seperti orang yang menyalakan api dengan cara memasuki agama islam secara
formalitas, tetapi keislamannya tidak berpengaruh apa-apa terhadap hati sehingga
Allah pun menghilanhkan cahaya yang telah dinyalakan mereka (dzahaballah bi
nurihim) dan tetap membiarkan apinya terus menyala

3
Adapun perumpamaan kedua menyiratkan bahwa orang-orang munafik
laksana orang yang ditimpa hujan diiringi dengan gelap gulita, guruh, dan kilat.
Mereka menutup kedua telinganya karena takut terkena sambaran petir. Perintah-
perintah dan larangn-larangan Al-Qur’an yang turun kepada mereka tak ubahnya pula
seperti petir bagi kebenaran dan kebatilan.7
2. Amtsal Kanimah
Amtsal Kanimah adalah amtsal yang tidak menyebutkan dengan jelas kata-
kata yang menunjukkan perumpamaan, tetapi kalimat itu mengandung pengertian
yang mempesona, sebagaimana yang terkandung di dalam ungkapan-ungkapan
singkat. Contohnya sebagaimana berikut:
Ayat-ayat yang senada dengan suatu ungkapan “sebaik-baik perkara adalah
yang tidak berlebihan, adil, dan seimbang.”yaitu:
a. Firman Allah tentang sapi betina: “ sapi betina yang tua dan tidak muda;
pertengahan diantara itu...”(Al-Baqarah:68)
b. Firman Allah tentang Nafkah: “Dan mereka yang membelanjakan (hartanya),
mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu)
seimbang.” (Al-Furqan : 67)
c. Firman-Nya mengenai sholat: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam
salammu dan jangan pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah diantara
kedua itu.” (Al-Isra’: 110)
d. Firman-Nya mengenai infaq: ”Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu
pada lehermu dan jangan (pula) terlalu mengulurkannya.” (Al-Isra’: 29)
AL-Mawardi menceritakan bahwa ia pernah mendengar Abu Ishaq Ibrahim
bin Muhdharib bin Ibrahim mengatakan bahwa bapaknya pernah bertanya kepada Al-
Hasan bin Fadhil:8
3. Amtsal Mursalah
Amtsal Mursalah adalah kalimat-kalimat Al-Qur’an yang disebut secara lepas
tanpa ditegaskan redaksi penyerupaan, tetapi dapat digunakan untuk penyerupaan,
Contohnya berikut ini:9

Firman Allah surat Yusuf ayat 51

7
Rosihon Anwar,Op.Cit,hlm.95.
8
Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al Husni, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj.Rosihon Anwar, Pustaka Setia,
Bandung,1999.hlm,335.
9
Rosihon Anwar,Op.Cit,hlm.105

4
َ ‫او ْدتُ َّن يُوسُفَ ع َْن نَ ْف ِس ِه ۚ قُ ْلنَ َح‬
‫اش هَّلِل ِ َما َعلِ ْمنَا َعلَ ْي ِه ِم ْن‬ َ ‫طبُ ُك َّن ِإ ْذ َر‬ْ ‫قَا َل َما َخ‬

َ ‫ق َأنَا َر‬
َ‫او ْدتُهُ ع َْن نَ ْف ِس ِه َوِإنَّهُ لَ ِمن‬ ُّ ‫ص ْال َح‬َ ‫يز اآْل نَ َحصْ َح‬ ِ ‫ت ْال َع ِز‬ ُ ‫ت ا ْم َرَأ‬ ِ َ‫سُو ٍء ۚ قَال‬
)51( ‫الصَّا ِدقِين‬
Raja berkata (kepada wanita-wanita itu): "Bagaimana keadaanmu ketika
kamu menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadamu)?" Mereka berkata:
"Maha Sempurna Allah, kami tiada mengetahui sesuatu keburukan dari padanya".
Berkata isteri Al Aziz: "Sekarang jelaslah kebenaran itu, akulah yang menggodanya
untuk menundukkan dirinya (kepadaku), dan sesungguhnya dia termasuk orang-orang
yang benar".

C. Manfaat Amtsal Al-Qur’an

1. Menampilkan sesuatu yang Abstrak (yang hanya ada dalam pikiran) ke dalam sesuatu
yang konkrit-material yang dapat diindera manusia. Dengan cara ini, akal dapat
menerima pesan yang disampaikan oleh perumpamaan itu. Makna yang abstrak masih
membuat hati ragu, kecuali bila telah ditransfer terlebih dahulu kedalam makna yang
konkret. Contohnya Allah membuat perumpaan terhadap sesuatu yang diinfakkan
secara riya’ bahwa ia tidak akan mendapatkan pahala sedikit pun dari perbuatannya
itu.10
“Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah,
kemudian batu itu ditimpa hujan lebat lalu menjadilah ia bersih (tidak bertanah).
Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan.”(Al-Baqarah:
264).
2. Mengungkapakan hakikat-hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu
yang tampak, misalnya:
“mereka yang memakan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan penyakit gila)” (Al-
Baqarah: 275.
3. Menghimpun makna yang menarik dan indah dalam satu ungkapan yang padat,
seperti Amtsal Kaminah dan Amtsal Mursalah dalam ayat-ayat diatas.
4. Menjauhkan dari menghindarkan, jika isi matsal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
Misalnya tentang larangan bergunjing,

10
Manna Al-Qaththan,Mabahits fi UlumAl-Qur’an,terj.Aunur Rafiq El-Mazni,(Jakarta:Pustaka Al-
Kautsar,2006)hlm.361.

5
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu
kamu merasa jijik kepadanya.” (Al-Hujurat: 12).
5. Membuat si pelaku amtsal menjadi senang dan bersemangat, seperti disebutkan dalam
firman Allah pada surat Al-Baqarah: 26111
“perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir pada tiap-tiap bulir sertus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa
yang ia kehendaki. Dan Allah mahaluas lagi maha mengetahui.” (Al-Baqarah: 261)

D. Penggunaan Amtsal Al-Qur’an sebagai Media Dakwah

Sebagaimana telah diutarakan bahwa pesan yang disampaikan melalui amtsal lebih
mengena dihati, lebih mantap dalam menyampaikan nasihat, dan lebih kuat pengaruhnya.
Itulah sebabnya, Nabi Muhammad Saw. Banyak mengguankan amtsal ketika menyampaikan
dakwahnya dan banyak pula juru dakwah dan pendidik yang menyampaikan pesan-pesannya
melalui media Amtsal.

Berkaitan dengan strategi dakwah, Musatafa Mansyur mengatakan bahwa setiap


pendakwah harus membakali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dapt mengetuk
dan membuka hati pendengarnya sehingga ia dapat menyampaikan pesan-pesannya. Salah
satu strategi yang digunakan adalah melalui media amtsal.

Disisi lain, banyak aspek ajaran Islam yang bersifat abstrak yang sulit diterima oleh
akal pikiran manusia, di antaranya adalah gambaran tentang hilangnya pahala sedekah
seorang yang disertai sifat riya. Gambaran ini terlihat sangat abstrak sehingga terkadang sulit
dipahami. Akan tetapi setelah gambaran ini diformalisasikan dalam bentuk perumpamaan,
yskni sirnanya tanah di atas batu akibat hujan yang menimpanya, maka gambaran itu menjadi
lebih mudah dipahami. Dengan demikian, agar strategi dakwah dalam bentuk menyampaikan
pesan dapat diterima denagn mudah oleh pendengar, dapat disalurkan melalui amtsal.12

BAB III

PENUTUP
11
Rosihon Anwar, Op.cit.,109
12
Rosihon Anwar, Op.cit.,113

6
A. Kesimpulan

Menurut Rasyid Ridha Amtsal adalah kalimat yang digunakan untuk memberi kesan
dan menggerakkan hati nurani. Bila didengar terus, pengaruhnya akan menyentuh lubuk hati
yang paling dalam. Macam-macam Amtsal Al-Qur’an, menurut Al-Qaththan, amtsal Al-
Qur’an dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu: Amtsal Musharrahah, Amtsal Kanimah, dan
Amtsal Mursalah.

Salah satu amanfaat dari amtsal Al-Qur’an ini adalah Mengungkapakan hakikat-
hakikat sesuatu yang tidak tampak seakan-akan sesuatu yang tampak, misalnya: “mereka
yang memakan (mengambil riba) tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran (tekanan penyakit gila)” (Al-Baqarah: 275).

Berkaitan dengan strategi dakwah, Musatafa Mansyur mengatakan bahwa setiap


pendakwah harus membakali dirinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang dapt mengetuk
dan membuka hati pendengarnya sehingga ia dapat menyampaikan pesan-pesannya. Salah
satu strategi yang digunakan adalah melalui media amtsal.

B. Saran

Bagi semua umat Islam, agar kiranya untuk lebih memahami ‘Ulumul Qur’an lebih
mendalam agar bertambah pula iman kita. Dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Dimana dalam makalah ini mengenai hal Amtsal Al-Qur’an
yang bertujuan agar seseorang yang belajar makna dari AL-Qur’an dapat menyentuh dihati
Arti dari ayat Al-Qur’an yang dipelajari.

DAFTAR PUSTAKA

7
Al-Husni,Muhammad bin Alawi Al-Maliki, Mutiara Ilmu-ilmu Al-Qur’an, terj.Rosihon
Anwar, Pustaka Setia, Bandung,1999.hlm,335.
Anwar, Rosihon , Ilmu afsir, Bnadung,Pustaka setia,2000, hlm.92
Al-Qaththan,Manna, Mabahits fi Ulumul Al-Qur’an, Mansyurat Al-Hasr Al-
Hadits,1973,hlm.282
Ismail, Muhammad Bakar, Dirasah fi Ulum Al-Qur’an, Dar AL-Manar, Kairo,1991,hlm.337.
Manna Al-Qaththan,Mabahits fi UlumAl-Qur’an,terj.Aunur Rafiq El-Mazni,(Jakarta:Pustaka
Al-Kautsar,2006)hlm.361.
Ridha, Muhammad Rasyid, Tafsir AL-Manar, Jilid 1, Dar AL-Fikr,beirut.,t.t.hlm.236.

Anda mungkin juga menyukai