Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“AMSTALUL QUR’AN”
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pembimbing :
Bagus Ramadi, MH

Disusun oleh :
Nurhayati Daulay (0204202013)

Syifa Ramadhan (0204202054)

PRODI HUKUM EKONOMI SYA’RIAH (MUAMALAH)


FAKULTAS SYA’RIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kehadiran Allah Swt. Yang telah
memberikan kepada kami kesempatan yang luar biasa sehingga kami dapat
menyusun makalah ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan ke ruh dan
junjungan alam yakni Nabi besar Muhammad Saw.
Kemudian rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan
kepada Bagus Ramadi, MH sebagai Dosen mata kuliah Ulumul Qur’an, yang
telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul: “Amstalul Qur’an”.
Kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua untuk
menambah ilmu pengetahuan kita.

Medan, Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................... 2

BAB II PENJELASAN ............................................................................ 3


A. Pengertian Amstalul Qur’an .................................................. 3
B. Macam-macan Amstalul Qur’an ...........................................
C. Ciri-ciri Amstalul Qur’an ......................................................
D. Unsur-unsur Amstalul Qur’an ...............................................
E. Faedah Amstalul Qur’an ........................................................

BAB III PENUTUP ...................................................................................


A. Kesimpulan ...........................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak zaman jahiliyah atau sebelum kedatangan Rasulullah SAW, salah satu
kegemaran orang arab adalah berpantun atau bersyair dengan menggunakan
bahasa-bahasa yang menurut standar mereka sudah mengandung nilai-nilai
estetika bahasa. Sehingga dalam beberapa cataatan sejarah menunjukkan
semakin indah bahasa yang digunakan seseorang dalam melantunkan syair maka
semakin menguatkan status sosialnya dikalangan masyarakat umum. Ketika
Allah SWT yang Maha Mengetahui, Maha Indah, mengutus seorang Rasul di
tengah-tengah masyarakat pada saat itu ,maka Allah SWT membekalinya dengan
sebuah kitab, yang keindahanya bahasa dan sastranya tidak bisa di tandingi oleh
para penyair arab.
Disamping gaya bahasa dan sastra yang bernilai tinggi, Al-Qur’an juga
menawarkan ungkapan dengan menggunakan perumpamaan-perumpamaan
(amtsal) yang sangat indah dan logis, sehingga perumpamaan-perumpamaan
mengandung ajaran itu bisa diterima masyarakat pada masa itu. Karena terlalu
indah, kadang-kadang para ulama tidak mampu untuk membahasakan keindahan
perumpamaan-perumpamaan yang ada di dalam al Qur’an.
Untuk memahami itu semua maka ulama tafsir menganggap perlu adanya
ilmu yang menjelaskan tentang perumpamaan dalam Al-Qur’an agar manusia
mampu mengambil pelajaran dengan perumpamaan-perumpamaan tersebut.
Karena itulah kami mencoba menjelaskan tentang ilmu tersebut,yaitu ILMU
AMTSALUL AL- QUR’AN.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Amstalul Qur’an?
2. Apa Macam-macan Amstalul Qur’an?
3. Apa Ciri-ciri Amstalul Qur’an?

1
4. Apa Unsur-unsur Amstalul Qur’an?
5. Apa Faedah Amstalul Qur’an?

C. Tujuan
1. Pengertian Amstalul Qur’an
2. Macam-macan Amstalul Qur’an
3. Ciri-ciri Amstalul Qur’an
4. Unsur-unsur Amstalul Qur’an
5. Faedah Amstalul Qur’an

2
BAB II
PENJELASAN

A. Pengertian Amstalul Qur’an


Secara bahasa (etimologi) kata Amtsal adalah bentuk jamak dari matsal,
mitsul dan matsil.1 Kata ini memiliki makna kata syabah, syibah dan syabih baik
secara lafal maupun maknanya. Bentuk tersebut di ungkapkan sebanyak 19 kali
di berbagai ayat dan surat dalam Al-Qur’an.2 Sedang dalam bentuk lain di
ungkapkan sebanyak 146 kali dalam berbagai ayat dan surat dalam Al-
Qur’an.3 Pengertian Amtsal secara bahasa ada tiga macam yaitu:
1. Perumpamaan, gambaran atau perserupaan
2. Cerita atau kisah, jika keadaannya sangat menakjubkan
3. Sifat, keadaan atau tingkah laku.

Sedangkan menurut istilah (terminologi) Amtsal mempunyai beberapa definisi


diantaranya sebagai berikut:
1. Menurut ulama ahli ilmu adab:
ُ‫ص ُذ تِ ِو تَ ْشثِ ْيو‬َ ْْ ‫ب قٌَْ ٌل ُيحْ ِك ٌّي َساَئِ ٌر يُ ْق‬ ِ ‫في ْا ََل َد‬
ِ ‫ًَ ْان ًَثَ ُم‬
ِ ‫ال ْالََّْ ِري ُح ِك َي فِ ْي ِو تِ َح ِم ْالََّْ ِري قِي َْم َِلًجْ هِو‬ ِ ‫َح‬

Artinya: “Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang


seringkali disebutkan untuk menggambarkan ungkapan lain yang
dimaksudkan untuk menyamakan atau menyerupakan keadaan sesuatu
yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang dituju”.

1
Ahmad Warson al-munawwir, Qamus al-munawir, Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-Buku
Ilmiah Keagamaan Pondok Pesantren Krapyak, 1984,h.1404
2
Untuk lebih mengenal kata amtsal tersebut lebih jelas ,lihat QS.al-An’am 38,160. QS.al-A’raf
194. QS.al-Ra’du 17. QS. Ibrahim 25. QS.al-Nahl 74. QS.al-Nur 35. QS.al-Furqon 39. QS.al-
Ankabut 43. QS. Muhammad3,10,38.
3
Muhammad Fu’ad Abd al Baqi ,al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral
Kutub,t.t.,h.659-661

3
Maksud dari definisi diatas adalah Amtsal itu bertujuan untuk
menyamakan hal yang akan di ceritakan dengan asal ceritanya (asal mula
cerita). Contohnya yaitu ucapan orang arab: ٍْ ‫رُبَّ َر ِيي َّ ٍة ِي‬

‫َغي ِْر َر ٍاو‬


Artinya: ” Banyak panahan yang tidak ada panahanya”
Maksudnya, betapa banyak lemparan panah yang mengenai sasaran yang
dilakukan oleh seorang pelempar yang biasanya tidak tepat lemparannya.

2. Menurut ulama ahli ilmu bayan :


‫ت ُْهُ ْان ًُتَ َشاتِيَة‬ ُ َ‫اََْ ْن ًَثَ ُم ىُ ٌَ ْان ًَ َجا ُز ْان ًُ َر َكةُ الََّْ ِري ت‬
ُ ََْ‫ك ًُْْ ٌُ َعالَق‬
Artinya: “Perumpaan ialah bentuk majaz murakkab yang
kaitanya/konteknya ialah persamaan”.
Maksudnya, Amtsal adalah sebuah ungkapan majaz atau kiasan yang
majemuk, dimana hubungan antara yang disamakan dengan asalnya adalah
karena adanya persamaan atau keserupaan antar keduanya.

B. Macam-macam Amstalul Qur’an


Amtsal dalam Al-Quran ada tiga macam, yaitu:
1. Amtsal Musharrahah
Yaitu amtsal yang tegas dan jelas menggunakan kata-kata
perumpamaan. Di dalamnya ada lafadz matsal atau yang menunjuk
kepada tasybih.
Contohnya firman Allah tentang orang-orang munafik: (QS. Al-Baqarah :
17-20)
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api.
Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan,
tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka
akan kembali (ke jalan yang benar) atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat.

4
Mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya karena (mendengar
suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang
yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka.
Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar
itu dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah
menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.”
Dalam ayat-ayat di atas Allah membuat dua perumpamaan bagi orang
munafik:

 Matsal yang berkenaan dengan api


“… adalah seperti orang yang menyalakan api…”
Allah Swt menyebut orang munafik bagaikan orang yang menyalakan api
untuk penerangan dan manfaat. Mengingat mereka memperoleh manfaat
materi dengan sebab masuk Islam. Namun di sisi lain, Islam tidak
memberikan pengaruh cahayanya kepada hati mereka. Kenapa? karena
Allah Swt menghilangkan cahaya yang ada dalam api itu. “Allah
hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka…”

 Matsal yang berkenaan dengan air


“…atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit…”
Allah Swt menyerupakan orang munafik dengan keadaan orang yang
ditimpa hujan lebat yang disertai gelap gulita, gemuruh dan kilat.
Sehingga rusaklah segenap kekuatan orang itu dan ia meletakkan jari
jemari untuk menyumbat telinga serta memejamkan mata karena takut
petir menimpanya. Ini mengingat bahwa Al-Qur’an dengan segala
peringatan, perintah, larangan dan khitabnya bagi orang munafik tak
ubahnya seperti petir yang turun sambar-menyambar.

5
2. Amtsal Kaminah
Yaitu amtsal yang tersembunyi. Maksudnya, lafadz tamsil
(pemisalan) nya tidak ditegaskan. Tetapi menunjuk kepada makna-makna
yang indah, menarik dan mempunyai pengaruh tersendiri bila
dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contohnya sebagai berikut:

 Ayat-ayat yang senada dengan perkataan: ‫( خير اَليٌر انثسط‬Sebaik-baik


urusan adalah pertengahannya) yaitu:
a. Firman-Nya mengenai shalat:
Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman dengan nama yang
mana saja kamu seru. Dia mempunyai Al asmaaul husna (nama-nama
yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara
kedua itu” (QS. Al-Isra’ : 110)

b. Firman Allah mengenai sapi betina:


Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar
Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu. Maka kerjakanlah
apa yang diperintahkan kepadamu” (QS. Al-Baqarah: 68)

 Ayat yang senada dengan perkataan ‫( نيس انخثر كانًعاينة‬Kabar itu tidak
sama dengan menyaksikan sendiri). Misalnya firman Allah Swt tentang
Ibrahim:
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah
kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah
berfirman: “Belum yakinkah kamu?” Ibrahim menjawab: “Aku telah
meyakinkannya akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan
imanku) Allah berfirman: “ (Kalau demikian) ambillah empat ekor
burung lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu

6
letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu,
kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera.” dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana (QS. Al-Baqarah: 260)

 Ayat yang senada dengan perkataan ٌ‫( كًا تذيٍ تذا‬Sebagaimana kamu
telah menghutangkan maka kamu akan dibayar). Misalnya:
“(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong
dan tidak (pula) menurut angan-angan ahli Kitab. Barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong
baginya selain dari Allah” (QS. An-Nisa : 123)

 Ayat yang senada dengan perkataan ٍ‫( َليهذغ انًؤيٍ يٍ جحريرتي‬Orang


mukmin tidak akan disengat dua kali dari lubang yang sama). Misalnya
seperti pada firman Allah Swt mengenai lisan ya’kub:
Berkata Ya’qub: “Bagaimana aku akan mempercayakannya (Bunyamin)
kepadamu, kecuali seperti aku telah mempercayakan saudaranya (Yusuf)
kepada kamu dahulu?” Maka Allah adalah sebaik-baik penjaga dan Dia
adalah Maha Penyanyang di antara Para Penyanyang” (QS. Yusuf : 64)

3. Amtsal Mursalah
Yaitu amtsal yang terlepas. Maksudnya, kalimat-kalimat bebas yang
tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas. Tetapi kalimat-kalimat itu
berlaku sebagai matsal. Contohnya:
”Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah: 216)
“Dan rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang
merencanakannya sendiri” (QS. Fathir : 43).

7
“Betapa banyak golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah” (QS. Al-baqarah : 249).
“Kamu kira mereka itu bersatusedang hati mereka terpecah belah”
(QS. Al-Hasyr : 14).

Namun, para ulama berbeda pendapat mengenai ayat-ayat yang


mereka namakan amtsal mursalah ini apa atau bagaimana hukum
menggunakannya sebagai matsal.
Sebagian ahli ilmu memandang hal demikian telah keluar dari adab
Al-Quran. Ar-Razy berkata ketika menafsirkan ayat, ‫دينكى‬ ‫نكى‬
ٍ‫“ ًنيذي‬Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (QS. Al-Kafirun
[109] : 6)
Sebagian orang menjadikan ayat ini sebagai matsal (untuk membela,
membenarkan perbuatannya ketika meninggalkan agama/murtad, padahal
hal demikian tidak dibenarkan. Sebab Allah menurunkan Al-Quran
bukan untuk dijadikan matsal, tetapi untuk direnungkan dan kemudian
diamalkan isi kandungannya.

C. Ciri-ciri Amstalul Qur’an


Pembahasan tentang cirri-ciri amtsal secara khusus dan terperinci belum
ditemukan dalam kitab Ulumul Qur’an. Namun, dari beberapa keterangan
yang ada, penulis dapat merumuskan beberapa ciri amtsal :
1. amtsal mengandung penjelasan atas makna yang samar atau abstrak
sehingga menjadi jelas, konkrit, dan berkesan
2. Amtsal memiliki kesejajaran antara situasi kondisi perumpamaan yang
dimaksud dan padanannya.
3. Amtsal memiliki keseimbangan (tawazun) antara perumpamaan dan
keadaan yang dianalogikan.

8
D. Unsur-unsur Amstalul Qur’an
Al-Qur’an Sebagian Ulama mengatakan bahwa Amtsal memiliki empat
unsur, yaitu:
1. Wajhu Syabah: segi perumpamaan
2. Adaatu Tasybih: alat yang dipergunakan untuk tasybih
3. Musyabbah: yang diperumpamakan
4. Musyabbah bih: sesuatu yang dijadikan perumpamaan.

E. Faedah Amstalul Qur’an


Beberapa faedah dari adanya Amtsalul Al-Qur’an adalah:
1. Memperjelas pengertian yang abstrak dengan menggunakan bentuk yang
kongkrit, akan mudah ditangkap oleh indera dan mendorong akal
manusia untuk memahami ajaran Al-Quran. Seperti gambaran Al-
Qur’an dalam surat Al Baqarah 264 yang menggambarkan
hilangnya pahala sedekah yang diserupakan dengan hilangnya debu
diatas batu akibat tersiram air hujan deras.
2. Dapat mengungkapkan realitas perkara dan mengkongkritkan hal yang
abstrak. Contoh surat Al Baqarah 275 Artinya: “Orang-orang yang
maakan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit
gila”. Ayat ini mengumpamakan orang yang makan riba adalah orang
yang tertipu oleh hawa nafsunya, diserupakan dengan orang yang
sempoyongan karena kesurupan syaitan.
3. Dapat mengumpulkan makna yang indah ,menarik,dengan ungkapan
ٍ ‫ك ُْ ُل ِح ْس‬
yang singkat dan padat. Contoh surat Al-Mu’minun 53. ‫ب تِ ًَا‬ ُ
ٌَ ٌُْ‫ َلَْ َد ْي ِي ْى فَ ِرح‬Artinya: “Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa
yang ada pada sisi mereka (masing-masing)”.

9
4. Mendorong manusia giat beribadah, beramal dengan melakukan hal-hal
yang dijadikan perumpamaan yang sangat menarik dalam Al-Quran.
Contoh: Surat Al-Baqarah 261, Artinya: “…Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan (pahala)
bagi siapa yang Dia kehendaki”. Perumpamaan diatas dapat mendorong
orangn untuk lebih banyak beramal sedekah dikarenakan besarnya pahala
bagi yang mengerjakanya karena terdorong oleh perumpamaan tersebut.
5. Menghindarkan orang dari perbuatan tercela yang dijadikan
perumpamaan dalam alquran, setelah ia memahami kejelekan dari
perbuatan tersebut. Contoh: Surat Al-Hujurat ayat 12, Artinya: “… Dan
janganlah sebagian dari kalian menggunjing sebagian yang lain.
Apakah senang jika salah seorang diantara kamu suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya”. Manusia akan merasa jijik dan tidak suka
memakin bangkai, karena itu Allah SWT menyamakan perbuatan
menggunjing orang lain dengan tersebut agar manusia menjauhi
perbuatan tercela itu.
6. Untuk memuji sesuatu yang dicontohkan, seperti pujian Allah kepada
sahabatnya Rasulullah dalam Surat Al-Fath 29 Artinya: “…Demikianlah
sifat-sifat mereka dalam taurat dan sifat-sifat mereka dalam injil, yaitu
seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu
menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus
di atas pohonnya, tanamn itu menyenangkan hati penanamnya karena
Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kufur (dengan kekuatan
mu’min)…’’. Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa pada permulaan
islam, kaum yang mau beriman hanyalah sedikit, tidak lebih dari10.
Namun dalam waktu yang terbilang singkat 23 tahun, para sahabat
jumlahnya menjadi sangat banyak dan mampu menaklukkan kaum
musyrikin dalam peristiwa Fatkhul Makkah.

10
7. Digunakan untuk mencela ,ini terjadi apabila sesuatu yang menjadi
perumpamaan adalah hal yang di anggap buruk oleh manusia. Seperti
dalam Surat Al-A’raf 176, Artinya: “Dan kalau kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi
dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang
rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya
diulurkanya lidahnya dan jika kamu membiarkanya dia mengulurkan
lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami…”. Dalam mencela orang-orang yang
berilmu namun mereka tetap cenderung pada kehidupan dunia dan
mengikuti hawa nafsunya, Allah menyerupakan mereka dengan anjing
yang selalu menjulurkan lidahnya.
8. Pesan yang disampaikan melalui Amtsal lebih mengena dihati ,lebih
mantap dalam menyampaikan nasehat atau larangan serta lebih kuat
pengaruhnya. Dalam kaitanya ini Allah berfirman di surat Az-Zumar 27,
Artinya: “Sesungguhnya telah Kami buatkan bagi manusia dalam Al-
Qur’an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat
pelajaran”.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi dari yang telah diuraikan diatas, bahwa amtsalul Qur’an adalah ilmu
yang membahas tentang perumpamaan-perumpamaan di dalam Al-Qur’an.
Dengan mensyarah ayat-ayat yang ada didalamnya. Pada pembahasan diatas
juga telah dijelaskan bahwa amtsal terbagi kedalam tiga bagian yaitu:
1) Amtsal Musharahah,
2) Amtsal Kaminah
3) Amtsal Mursalah.
Dan diantara faedah yang dapat kita petik dari mempelajari ilmu ini
adalah, kita dapat mengetahui salah satu aspek kemukjizatan Al-Qur;an, kita
lebih memahami kandungan ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan
perantaraan amtsal.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, Ahmad Warson. 1984. Qamus al –munawwir. Yogyakarta: Unit Pengadaan


Buku Ilmiah Keagamaan, Pondok Pesantren Krapyak
Channa, Liliek dan Hidayat ,Syaiful. 2014. Ulumul Qur’an dan Pembelajaranya. Surabaya:
Kopertais IV Press
Fu’ad, Muhammad. al-Mu’jam al- Mufahras li Alfa Al-Qur’an. Kairo: Daral Kutub
Radhiati. Makalah Amstalul Qur’an. 2013. http://Radhiatiali, blogspot.com

13

Anda mungkin juga menyukai