Anda di halaman 1dari 26

NAFS DAN RUH

Makalah

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tafsir Aqidah

Dosen Pengampu : Dr. Faizah Ali Syibromalisi, M.A.

Disusun oleh kelompok sembilan,

Angga Suprayoga (11150340000047)

Syamsul Ma’arif (11170340000)

Ahmad Pauzi (11170340000121)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberi kita nikmat iman, islam dan ihsan
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana dan tepat waktu. Shalawat serta salam
selalu terlimpah curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada dosen kami yang telah
memberikan arahan dan bimbingannya serta seluruh pihak yang turut
membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat terkhusus untuk di presentasikan pada Mata Kuliah Tafsir Aqidah
nantinya.

Selanjutnya kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam makalah ini


terdapat banyak kekurangan, walaupun kami sudah berusaha semaksimal
mungkin untuk membuat yang terbaik. Kami menyadari sepenuhnya bahwa
di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penyusunan
makalah ini, yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat. Aamiin.

Ciputat, Oktober2019

Kelompok Sembilan
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… ii

DAFTAR ISI ………………………………………………………………. iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah ........................... 1

BAB II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Nafs dan Ruh......................................................... 2


B. Klasifikasi kosakata Ruh...................................................... 5
C. Hubungan Ruh dan Nafs........................................................... 10
D. Klasifikasi kosakata Nafs......................................................
E. Kemampuan manusia mengembangkan Nafsnya.................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………. 22

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 23
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam agama islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percaya serta
kita imani. Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Al-quran juga
dalam Hadits. Selain dari kitab Allah yang dturunkan melalui rasul melalui
malakiat Jibril, kita juga bisa berpedoman pada Hadits nabi Muhammad SAW dan
sahifah-sahifa/ suhuf/ lembaran firman Allah SWT yang diturunkan pada nabi
Adam, Ibrahim, dan Musa a.s..
Percaya kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya adalah wajib bagi seluruh
muslim di seluruh dunia. Dilihat dari pengertian atau defenisi, kitab Allah SWT
merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui rasul-rasulnya untuk
dijadikan pedoman hidup umat manusia sepanjang masa.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan kami bahas dalam penulisan makalah ini
diantaranya,
1. Apa pengertian/definisi dari Kitab Suci?
2. Apa saja nama-nama Kitab Suci?
3. Apa fungsi dari Kitab Suci?
C. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan dari penulisan makalah tentang Kitab Suci ini diantaranya,

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Aqidah di jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Untuk mengkaji lebih dalam mengenai Kitab Suci dalam perspektif Tafsir.
3. Untuk di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dari hasil temuan-
temuan yang nantinya akan didiskusikan.

BAB II

PEMBAHASAN
2

A. Pengertian Kitab Suci

Al-Kitab secara etimologi berasal dari bahasa arab, dari akar kata kataba
artinya menulis sedangkan al-Kitab dalam lisan al-Arabi mengumpulkan sesuatu.
Al-Kitab secara terminology adalah sekumpulan tulisan yang diwahyukan Allah
kepada Nabi Muhammad berbentuk teks dan berisikan hukum secara keseluruhan
didalamnya berisikan ayat-ayat al-Qur’an, dimulai dengan surah al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah an-Nas.

Dinamainya al-Qur’an dengan al-Kitab sebagai isyarat agar kitab suci itu
dituliskan di kemudian hari, terutama oleh kaum Muslimin sendiri. Ternyata
begitu ayat-ayatnya tersebut ditulis oleh para sahabat. Hal itu berlangsung sejak
ayat pertama dari kitab suci tersebut diturunkan sampai ayat yang terakhir
diturunkan. Dalam perkembangan sejarahnya, penulis ayat-ayat al-Qur’an tidak
ditunjukan semata-mata dalam rangka memelihara otentisitas al-Qur’an itu
sendiri, akan tetapi penulisan ini juga memiliki nilei sejarah keindahan seni tulisan
yang benar-benar menakjubkan. Dunia islam pernah menunjukan kebolehannya
dalam bidang tulis-menulis Arab al-Qur’an. Ini dapat dilihat antara lain dari
banyaknya jenis tulisan huruf al-Qur’an yang berkembang, trutama di masa-masa
Dinasti Abasyiah dan sesudahnya. Semua khazanah penulisan al-Qur’an ysng
khas Arab itu melahirkan cabang ilmu seni tulis tersediri yang lazim disebut
dengan istilah kaligrafi. 1

Adapun nama al-Kitab tersebut, antara lain dijumpai di surat al-Isra’ayat: 9

‫صاَحِإلاَحِ إ‬ ‫إنن َّ ههلذا َّالملقرآْلن َّييهإديِ َّلإلنإت َّإهي َّألقَميوُم َّوييبششر َّالممؤإمنإ إ‬
‫ت َّألنن َّللمم‬ ‫ي َّالنذيلن َّيليمعلمللوُلن َّال ن ل‬
‫ل ل ل ل لل ل ل م ل‬ ‫ل م لم‬
‫ألمجيرا َّلكبإييا‬

“Sesungguhnys telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di


dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu
tiada memahaminya” (QS. Al-Isra[17]: 9)

1 Faizah Ali Syibromalisi,Tafsir Aqidah, (Ciputat: Uin Jakarta Press, 2016). h. 132-133
3

Kata al-kitab dalam al-Qur’an dipakai untuk beberapa pengertian :

1. Menunjukan semua kitab suci yang pernah diturunkan kepada para nabi dan
Rasul:

‫ب َّلوهلإكنن َّالمإ نب َّلممن َّآْلملن َّبإاَحِللنإه َّلوالميْليموُإم‬


‫لميْس َّالمإ نب َّألمن َّتليوُلوُا َّوجوُلهلكم َّقَإبل َّالمممشإرإق َّوالمممغإر إ‬
‫ل ل‬ ‫ل لل م لل ل‬ ‫ل‬
‫املإخإر َّوالممللئإلكإة َّوالمإكتلاَحِ إ‬
‫ب َّلوالنبإيْش ل‬
‫ي‬ ‫ل‬ ‫ل ل‬

“Bukankah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungungnya kabajikan itu ialah beriman kepaa Allah,
hari akhir, malaikat-malaikat, al-kitab (kitab-kitab suci), dan nabi-nabi...”(QS.
al-Baqarah[2]: 177).

2. Menunjukan semua Kitab Suci yang diturunkan sebelum al-Qur’an:

‫ت ي َّ لم يمرلس ي ييلي ي َّ ۚ َّ قَلي يمل ي َّلك يلف ي يهى ي َّ بإي ياَحِل لين يإه ي َّ لش ي يإه ييْ يدييا َّبل يميْ يإني ي ي َّ لوبل يميْ ينليلك ي يممي‬ ‫إ‬
‫لويل يلقي ييوُلل ي َّا لين ي يذييي لن ي َّلك يلف ي يلروا َّ ليمس ي ي ل‬
‫وم ين ي َّ إع يمن يلد يهلي َّ إع يمل يم ي َّا لميإك يتلياَحِ إ‬
‫بي‬ ‫ل‬ ‫لل م‬

“Berkatalah orang-orang kafir: kamu bukan seorang yang dijadikan


Rasul.”Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan kamu dan
anatara orang yang mempunyai ilmu tentang al-Kitab (Kitab-kitab Suci
sebelum al-Qur’an).” (QS. ar-Ra’d[13]: 43).

3. Menunjukan kitab suci tertentu sebelum al-Qur’an; misalnya Taurat:

‫ب‬ ‫إ‬
‫لوللقمد َّآْتليميْينلاَحِ َّلموُلسى َّالمكتلاَحِ ل‬

“Dan sesungghnya kami telah mendatangkan al-Kitab(Taurat) kepada


Musa...”(QS. al-Baqarah[2]: 87).

4. Menunjukan Kitab Suci al-Qur’an secara khusus:


4

‫إ إ‬ ‫ك ي َّا لميإك يتلياَحِ ب ي َّ للي ي َّ ري ي إ إ‬ ‫إ‬


‫يي ي‬
‫ب ي َّ ۛۚ َّ ف ييْ ه ي َّ ۛۚ َّ له ييدييىً َّ ليمل يلم يتين يق ي ل‬
‫ل لم ل‬ ‫هلذي يل ي ل‬

“Al-Kitab (al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-
orang yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah[2]: 2)

Di samping al-Kitab, untuk menunjukan Kitab Suci yang diturunkan Allah


swt. kepada para Nabi dan Rasulnya, al-Qur’an memakaikan juga istiah lain
yaitu:

1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berati lembaran. Dipakai untuk
menunjukan Kitab-kitab Suci sebelum al-Qur’an, khususnya yang diturunkan
kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Sebagaiman yang dinyatakan dalam
surat al-A’la ayat 18-19

‫ف َّإإبميلراإهيْلم َّلولموُلسهى‬
‫لول هل َّصح إ‬ ‫إنن َّهلهلذا َّلإفي َّال ل إ‬
‫صلحف َّا م ل ل ل‬

“Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Shuhuf yang dahulu. Yaitu


Shuhuf Ibrahim dam Musa.” (QS. al-A’la[87]: 18-19)

2. Zubur, bentuk jama’ dari zabur yang berati buku. Dipakai untuk menunjukan
Kitab-kiatb Suci yang diturunkan Allah sebelum al-Qur’an, sebagaimana yang
dinyatakan dalam surat ali-Imran 184

‫إ‬
‫ت ي َّ وال لزب يإر ي َّ وا لميإك يتلياَحِ إ‬ ‫إ‬
‫بي‬ ‫إ‬ ‫ب ي َّ لرلس يلل ي َّ إم يمن ي َّ قَل يمب يل ي ل‬
‫ك ي َّ لج ياَحِ ءليوا َّ ب ياَحِ لمييبل ييْشي ينلياَحِ ل ل ل‬ ‫فليإ يمن ي َّلك ينذي يبيليوُلك ي َّ فل يلق يمد ي َّلك يشذي ي ل‬
‫ا لميلم ينإيإيي ي‬

“Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya Rasul-rasul sebelum


kamu pun telah didustakan pula, mereka membawa mukjizat-mikjizat yang
5

nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna”(QS. ali-
Imran[3]: 184)

3. Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipakaikan khusus untuk menunjukan Kitab
Suci yang diturunka Allah kepada Nabi Daud.2

‫ولآْتليميْينلاَحِ َّلدالوولد َّلزلبوُيرا‬


“...Dan kami berikan Zabur kepada Daud.” (QS. an-Nisa[4]: 163)

B. Nama-nama Kitab Suci

Sebelum Kitab Suci al-Qur’an Allah SWT telah menurunkan beberapa kitab
suci kepada para Nabi dan Rasulnya. Yang disebut di dalam al-Qur’an ada 5
(lima); tiga dalam bentuk kitab yaitu Taurat, Zabur dan Injil, dan dua dalam
bentuk Shuhuf yaitu Shuhuf Ibrahim dan musa. Kelima Kitab Suci tersebut antara
lain disebutkan dalam ayat-ayat berikut ini:

‫إ ناَحِ َّألنميلزلمنلاَحِ َّالتنيموُلرالة َّفإيْلهاَحِ َّلهيدىً َّلولنوُلر‬

“Sesungguhnya kami telah menurunkan Kitab Taurat, di dalamnya ada


petunjuk dan cahaya...”(QS. Al-Maidah [5]: 44).

‫ب ي َّ لولج يلع يمل ينلياَحِ َّ لم يلع يهلي َّ أليلخ ياَحِ هلي َّ له ياَحِ لرولن ي َّ لوإزي يرا‬ ‫إ‬
‫لوليلق يمد ي َّآْ تل يميْ ينلياَحِ َّ لمييوُلسييى َّا لميك يتلياَحِ ل‬

“Dan sesungguhnya kami telah memberikan Al-Kitab (Taurat) kepada musa


dan kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai dia sebagai wasir
(pembantu).” (QS. Al-Furqan[25]: 35)

‫يي ي َّ يليلد ييميإه ي َّ لوألينم يلزلل ي َّال تني يموُلرا لة ي َّ لوا مإلي ي مإني ييْ للي‬ ‫إ‬ ‫نل ينزلل ي َّ ع يل ييْ ي ل إ‬
‫ب ي َّ بإياَحِ مللي يشقي ي َّ لم ي ل‬
‫ص يشدي يقَيياَحِ َّ ل يلم ياَحِ َّبلي م ل‬ ‫ك ي َّا لميك يتلياَحِ ل‬ ‫لم‬

2 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc, Kuliah Aqidah Islam, (Yogyakarta, Lembaga Pengkajian
dan Pengamalan Islam(LPPI), 2013), h. 107-109
6

“Dia menurunkan al-Kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya;


membenarkan Kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan
Taurat dan Injil.” (QS. ali-Imram[3]: 3)

Firman Allah Ta’ala, “Dan menurunkanTaurat” kepda musa bin imran.


“Dan Injil, kepada Isa ibnu Maryam, “Sebelumnya” Sebelum al-Qur’an ini,
“Menjadi petunjuk bagi manusia.” Yaitu yang membedakan antara petujuk dan
kesesatan, kebenaran dan kebatilan, menyimpang dan petunjuk dengan apa yang
Allah Ta’ala sebutkan dari Hujah-hujah, penjelasan, dalil-dalil yang jelas, serta
argumen-argumen yang mematikan, dia menjelaskannya, menjabarkan,
menafsikan, menetapkan dan menunjukan kepadanya serta mengingatkan
kepadanya. Qatada dan Ar-Rabi' bin Anas berkata, Al-Furqan disini adalah al-
Qur’an. Ibnu Jarir memilih bawasannya dia sebagai masdar disini; karena sudah
mendahului penyebutan al-Qur’an dalam firman Allah Ta’ala dia menunjukan al-
Kitab kepadamu dengan sebenarnya.” Yaitu al-Qur’an.3

‫ب ي َّ لوا ملإي يمك يلم يةلي َّ لوال تني يموُلرا لة ي َّ لوا مإلي ي مإني ييْ لل ي‬ ‫إ‬
‫لويليلع يليش يلم يهلي َّا لميك يتلياَحِ ل‬

“Dan Allah akan mengajarkan kepadanya al-Kitab, hikmah Tauran dan


Ijil.”(QS. ali-Imran[3]: 48

At-Taurat berasal dari bahasa ibrani, artinya syari’at. Menurut orang yahudi
Taurat itu terdiri dari lima Kitab. Mereka mengatakan bahwa penulisannya adalah
Nabi Musa, yakni: Kitab kejadian, Kitab keluaran, Kitab lawiyin, Kitab bilangan,
dan Kitab Tasniyatul ‘isytira' sedang kaum Nasrani menamakan seluruhnya
sebagai perjanjian lama yang isinya ialah Kitab-kitab para Nabi, sejarah para
penguasa dan raja-raja Bani Israil sebelum Isa Al-Masih. Orang-orang Nasrani
juga menamakannya sebagai Kitab Perjanjian Baru, yang trhimun menjadi satu
yang disebut Injil.

3 Ahmad Syakir, Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Darus Sunnah), j.1, h. 822
7

Taurat menurut informasi al-Qur’an adalah wahyu yang diturunkan kepada


Nabi Musa agar disampaikan kepada umatnya, yang berisikan tentang hukum-
hukum dan syari’at.

Al-injil berasal dari bahasa Yunani, artinya pengajaran baru atau berita
gembira. Menurut kaum Nasrani, Kitab Injil memuat serta ringkasan perjalanan
hidup Nabi Isa al-Masih, dan ajaran-ajarannya. Tetapi tidak ada satu sanad pun
yang bersambung sampai ke Nabi Isa. Mereka berbeda pendapat mengenai sejarah
penulisanny.a,sehingga berisi banyak pendapat yang simpang siur.4

‫لوآْتليميْينلاَحِ َّلدالوولد َّلزلبوُيرا‬

“...Dan kami berikan Zabur Kepada Dawud.”(QS. Al-Isra[17]: 55)

‫ثلنم َّقَلينفميْينلاَحِ َّلعلهى َّآْثلاَحِإرإهمم َّبإلرلسلإنلاَحِ َّلوقَلينفميْينلاَحِ َّبإعإيْلسى َّابمإن َّلممرليل َّلوآْتليميْينلاَحِهل َّا مإل مإنيْلل‬

“Kemudian kami iringkan dibelakang mereka Rasu-rasul kami dan kami


iringkan pula Isa putra Maryam; dan kami berikan kepadanya Injil...”(QS.
Al-Hadid[57]: 27)

‫ف َّإإبميلراإهيْلم َّلولموُلسى‬
‫لول هل َّصح إ‬ ‫إنن َّهلهلذا َّلإفي َّال ل إ‬
‫صلحف َّا م ل ل ل‬

“Sesunggungnya ini benar-benar terdapat dalam Shuhuf yang dahulu. Yaitu


Shuhuf Ibrahim dan Musa.” (QS. Al-A’la[87]: 18-19)

Itulah lima Kitab Suci yang disebutkan oleh Allah SWT nama dan kepada
siapa diturunkan. Sedangkan Kitab-kitab Suci lainnya yang diturunkan.kepada
para Nabi dan Rasul terperinci, tapi secara global dijelaskan bahwa Allah SWT
mengutus para Nabi dan Rasul dan menurunkan bersama mereka Kitab Suci. Hal
ini dinyatakan oleh Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat: 213

4 Faizah Ali Syibromalisi,Tasir Aqidah ,h. 139-141


8

‫إ‬ ‫إ‬
‫ي َّلمبلششإريلن َّلولممنذإريلن َّلوألنميلزلل َّلملعلهلم َّالمكتلاَحِ ل‬
‫ب‬ ‫س َّألنمةي َّلواإحلدية َّفليبليلع ل‬
‫ث َّاللنهل َّالنبإيْش ل‬ ‫لكاَحِلن َّالناَحِ ل‬
‫ي َّالناَحِإس َّفإيْلماَحِ َّامختليللفوُا َّفإيْإه‬ ‫إ‬
‫بإاَحِمللشق َّليْلمحلكلم َّبلي م ل‬

“Manusia itu adalah umat yang satu, maka (setelah timbul perselisihan)
Allah mengutus para Nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi
peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab Suci dengan
benar, untuk memberi keputusan di anatara manusiatentang perselisihan
mereka perselisihkan...”(QS. al-Baqarah[2]: 213)

Untuk Kitab-kitab suci yang tidak disebutkan namanya kita cukup


mengimaninya secara global (ijmal) bahwa Allah SWT telah menurunkan Kitab-
kitab Suci kepada para Nabi dan Rasulnya. Atau dengan kata lain kita mengimani
semua Kitab Suci yang di turunkan Allah SWT kepada para nabi dan Rasulnya,
baik yang disebutkan namanya atau yang tidak sebutkan.

Kitab-kitab Allah yang di turunkan sebelum Kitab Suci al-Qur’an tidaklah


bersifat Universal al-Qur’an, tapi hanya bersifat lokal untuk umat tertentu. Dan
juga tidak berlaku untuk sepajang masa. Oleh karena itu Allah SWT tidak
memberi jaminan terpelihara keaslian atau keberadan Kitab-kitab tersebut
sepanjang zaman sebagaimana Allah memberi jaminan terhadap Al-Qur’an.

Dari segi isi, untuk hal-hal yang prinsip (masalah aqidah), sejarah dan fakta
tentang alam semesta, semua Kitab Suci tersebut memuat hal yang sama dengan
al-Qur’an tidak akan ada perbedaan apalagi pertentangan satu sama lain (kecuali
perbedaan redaksional) baik antara sesama Kitab-kitab Suci tersebut maupun
dengan Kitab Suci al-Qur’an. Misalnya tentanga Tauhid, semua mengajarkan
tentang ke –Esaan Allah SWT, bahwa dialah satu-satunya tuhan yang berhak
disembah. Allah berfirman:

‫إ‬ ‫إ‬ ‫ة‬


‫لوللقمد َّبليلعثَمينلاَحِ َّإف َّلكشل َّألنمة َّلرلسوُيل َّألن َّامعبللدوا َّاللنهل َّلوامجتلنبلوُا َّالطناَحِلغوُ ل‬
‫ت‬
9

“Dan sesungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat, (untuk
menyerukan). “Sembahlah Allah saja, dan jauhilah thaghut.” (QS. an-
Nahl[16]: 36)

‫ك ي َّ إم يمن ي َّ لرلسييوُةل ي َّ إينلي ي َّ نيليوُإحييي َّ إيل يميْ يإه ي َّ ألي ينيهلي َّ للي ي َّ إي هلي يهل ي َّ إينلي ي َّ ألينلياَحِ َّ فلياَحِ مع يبليلدييوإن ي‬ ‫إ‬
‫لولم ياَحِ َّ أليمرلس يمل ينلياَحِ َّ إم يمن ي َّ قَل يمب يل ي ل‬

“Dan kami mengutus seorang Rasul pun sebelum kamu, melainkan kami
wahyu kepadanya: “ Bawasannya tiada Tuhan kecuali Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku.”(QS. al-Anbiya[21]: 25)

Zabur (bahasa arab Zubur) disamakan oleh sebagaimana ulama dengan


Mazmur, yang menurut islam, adalah salah satu Kitab Suci yang diturunkan
sebelum al-Qur’an (selain Taurat dan Injil). Istilah Zabur adalah persamaan
dengan istilah Ibrani Zimra, bermaksud “lagu, musik.” Ia, bersamaan dengan
Zamir (lagu) dan Mizmor (mazmur) merupakan devirasi Zamar, artinya nyanyi,
nyanyikan pujian, buatkan musik.

Ketika menguraikan tentang Daud a s, menggunakan kata kami telah


menagurahkan, bukan kami telah mewahyukan, sebagaimana berlaku terhadap
Nabi-nabi yang disebut sebelum beliau. Ini mengisyaratkan bahwa Kita Suci
tersebut adalah diwahyukan kepada beliau dalam bentuk Kitab. Atrinya
diturunkan sekaligus, bukan dengan cara bertahap atau Munajjaman. Dengan
demikian persamaan antara wahyu yang diteriman Nabi Muhammad SAW dan
yang diteriman Nabi-nabi sebelumnya adalah dari segi persamaan sumber dan
penerimaan informasi, bukan mutlak persaaam dalam cara penerimaan.

Ayat ini dapat dinilai sebagai bantahan kepada kaum yahudi yang enggan
percaya kepada Nabi Muhammad SAW. Karena al-Qur’an diturunkan beransur-
angsur dalam kurun waktu yang cukup lama. Mereka mau beriman jika Allah
menurunkan Kitab Suci kepada Nabi Muhammad, dari langit yang mereka lihat
sendiri turunnya serta ditunjukan secara khusus kepada mereka.5

C. Fungsi Kitab Suci

5 Faizah Ali Syibromalisi, Tasir Aqidah, h. 138-139


10

1. Fungsi Kitab Suci sebagai petunjuk (hudaan) dan pembeda/pemisah


(furqaan)

Kitab al-Qur’an sebagai Petunjuk dan pembeda/pemisah

‫إ إ‬ ‫ك ي َّا لميإك يتلياَحِ ب ي َّ للي ي َّ ري ي إ إ‬ ‫إ‬


‫يي ي‬
‫ب ي َّ ۛۚ َّ ف ييْ ه ي َّ ۛۚ َّ له ييدييىً َّ ليمل يلم يتين يق ي ل‬
‫ل لم ل‬ ‫هلذي يل ي ل‬

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka
yang bertakwa” (Q.S. Al-Baqarah [2]: 2)

Ibnu ‘Abbas r.a. berkata bahwa isim isyarah “Dzaalika” dalam ayat “

‫بي‬ ‫“ َّهلذي يلإي ي ي ي ل إ‬Kitab(al-Qur’an)


‫ك ي َّا لميك يتلي ي ي ياَحِ ل‬ ini” bermakna “Haadza”(ini).

Pendapat ini juga senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh


Mujahid, Ikrimah dan Said bin Jubair.

Dalam qira’at-nya, ada yang berhenti pada ‫بي‬


‫ َّللي ي َّ لريمي ي ي ي ي ل‬dan
‫يييي‬ ‫إ إ‬ ‫إ إ‬
memulainya lagi pada ‫ َّ َّف ييْي ي يه ي َّ لهي ي ييدييىً َّ ل يمل يلم يتين يق ي ل‬, dan ada pula yang

berhenti pada ‫ب ي َّ فإييْ يإه ي‬


‫ َّللي ي َّ لريمي ي ل‬dan memulainya lagi pada kalimat ً‫لهي ييدييى‬

‫يي ي‬ ‫إ إ‬ ‫إ‬
‫ َّ َّليمل يلم يتين يق ي ل‬, sehingga kalimat ً‫ َّلهي ييدييى‬menjadi na’at/sifat dari ‫بي‬
‫ا لميك يتلي ياَحِ ل‬
(Al-Qur’an). Qira’at yang kedua ini maknanya lebih mubalaghah
dibanding qira’at yang pertama. 6

Kemudian hudaa/hidayah/petunjuk ini dikhususkan untuk


orang-orang yang bertakwa, sebagaimana firman Allah swt:

6 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, (Beirut: Daar al-Kutub
al-‘Ilmiyah, 1998),j. 1 h. 73
11

‫ت ي َّآْ يلياَحِ تليهلي َّ ۖۚ َّ أليأليمع يلجيإم يبيي ي َّ لولع يلرإ ب‬


‫بي ي‬ ‫لوليموُ ي َّ لج يلع يمل ينلياَحِ هلي َّ قَل يمرآْ نيياَحِ َّ أليمع يلج يإم ييْيي ياَحِ َّ ليلق ياَحِ ليوُا َّ ليموُللي ي َّ فلي ش‬
‫صي يلي م‬

‫ۗۚ َّ قَليمل ي َّ له يلوُ ي َّ لإيلين يإذييي لن ي َّآْ لم ينليوُا َّ له ييدييىً َّ لوإش يلف ياَحِ ءلي َّ ۖۚ َّ لوا لين يإذييي لن ي َّ للي ي َّيليمؤإم ينيليوُلن ي َّ إفي ي َّآْ لذييا إنإي يمم ي َّ لوقَم يلر ي‬

‫ك ي َّيلينلياَحِ لد يمولن ي َّ إم يمن ي َّ لم يلك ياَحِ ةن ي َّ بليعإييْ ةد ي‬


‫لوله يلوُ ي َّ لع يل يميْ يإه يمم ي َّ لع ييمييى َّ ۚ َّ أيليوهلي يئإي ل‬

“Dan jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-
ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul
adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan
penawar bagi orang-orang mukmin. Dan orang-orang yang tidak beriman
pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan
bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang
jauh". (Q.S. Fushilat[41]: 44).

Ibnu ‘Abbas ra. Berkata, Li al-Muttaqiin maksudnya ialah


orang-orang yang berhati-hati terhadap hukuman Allah karena
meninggalkan sesuatu yang mereka ketahui dari petunjuk dan
mengharapkan rahmat Allah dengan selalu membenarkan apa-apa
yang datang kepadanya.

Sedangkan menurut Qatadah, Li al-Muttaqiin adalah mereka


yang digambarkan oleh Allah swt. dalam firman-Nya, al-Baqarah
ayat 3 dan 4. Yaitu “mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang
mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al
Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
7

7 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 1, h. 74


12

Di dalam Q.S. al-Baqarah: 185, al-Qur’an berfungsi sebagai


petunjuk bagi seluruh manusia.

‫لش يه ير ي َّ رم يض ياَحِ لن ي َّا لين يإذيييِ َّ ألينميإزلل ي َّ فإييْ إه ي َّا لميلق يرآْ لن ي َّ ه ييدييىً َّ ليإيل ين ياَحِ إس ي َّ َّ وب ييْشي ينلياَحِ ة‬
‫ت ي َّ إم يلن ي‬ ‫لل‬ ‫م ل‬ ‫م ل لل ل‬
‫ۚا مليليلد يهىً ي َّ لوا لميلف يمرقَلياَحِ إن ي‬
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)......” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 185)
Di dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-Hakiim atau lebih dikenal dengan

Tafsir al-Manar yang ditulis oleh Rasyid Ridha, (‫ َّ )لهي ييدىً َّإللني ياَحِإس‬yaitu, al-

Qur’an diturunkan sebagai petunjuk yang sempurna bagi seluruh manusia.8


Ayat ini dengan jelas dan tegas megatakan bahwa al-Qur’an
adalah kitab yang berisi petunjuk. Petunjuk adalah segala sesuatu
yang dapat membawa manusia kepada sesuatu yang baik atau yang
membuat seorang individu sampai pada suatu keadaan yang baik
dan benar. Al-Qur’an memberikan petunjuk dalam persoalan
akidah, syariah dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar
prinsip mengenai persoalan tersebut. Diantaranya: 9

a. Petunjuk bagi fitrah (tauhid) manusia.

Islam menggariskan bahwa manusia adalah makhluk yang


fitrah. Fitrah manusia ini adalah fitrah ketauhidan yang
menempatkan manusia secara keseluruhan sebagai makhluk
yang mengakui Allah satu-satunya Tuhan.

b. Petunjuk bagi potensi psikologis manusia.

Secara psikologis tingkah laku manusia ada yang


kecenderungannya berbuat baik dan ada yang
8 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim, (al-Haiatu al-Mishriyah, 1990),
j. 2, h. 28
9 Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Aqidah, h. 142-145
13

kecenderungannya berbuat tidak baik. Untuk itu al-Qur’an


memiliki fungsi untuk memberikan tuntunan hidup manusia
agar menempuh kehidupan dengan bertingkah laku yang baik
dan kehidupan yang tenang.

c. Petunjuk bagi potensi biologis manusia

Manusia mempunyai potensi biologis, dan rasul pun disebut


basyar, karena dilihat dari sisi biologisnya, seperti makan,
minum, berkeluarga dan yang lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan biologis ini maka al-Qur’an memberi petunjuk
supaya tidak keluar dari jalur syari’at.

Al-Qur’an menawarkan kehidupan seimbang dalam memenuhi


kebutuhan lahir (biologis) dan batinnya secara integral yang
terwujud dalam pola tingkah laku taqwa, karena taqwa adalah
tingkatan tertinggi menunjukkan kepribadian manusia yang
benar-benar utuh dan integral, yang semua unsur-unsur
positifnya terserap masuk dalam dirinya, karena secara tegas al-
Qur’an merupakan petunjuk bagi manusia yang terbaik untuk
kehidupan dunia dan akhirat.

Selain sebagai petunjuk, al-Qur’an juga berfungsi sebagai


pembeda/al-furqan.

‫لش يه ير ي َّ رم يض ياَحِ لن ي َّا لين يإذيييِ َّ ألينميإزلل ي َّ فإييْ إه ي َّا لميلق يرآْ لن ي َّ ه ييدييىً َّ ليإيل ين ياَحِ إس ي َّ وب ييْشي ينلياَحِ ة‬
‫ت ي َّ إم يلن ي َّ َّ ۚا مليليلد يهىً ي‬ ‫لل‬ ‫م ل‬ ‫م ل لل ل‬

‫لوا لميلف يمرقَلياَحِ إن ي‬


“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia
dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang
hak dan yang bathil)......” (Q.S. Al-Baqarah[2]: 185)
‫ َّا لميلف يمرقَيل ي ياَحِن‬ialah pembeda antara yang haq dan yang bathil bagi

orang-orang yang mendapat petunjuk al-Qur’an, dan sebagai


14

10
pemisah anatara hal-hal yang utama/baik dan hal-hal yang hina,
serta sebagai dasar-dasar yang membedakan antara yang halal dan
yang haram, yang suci dan yang kotor, yang bermanfaat dan yang
mufsadat dan begitulah seterusnya. 11
Kitab Taurat sebagai petunjuk dan pembeda/pemisah
Firman Allah swt.

‫ب ي َّ فليللي ي َّ تليلك يمن ي َّ إفي ي َّ إم يمريليةة ي َّ إم يمن ي َّ لإيلق ياَحِ ئإيإه ي َّ ۖۚ َّ لولج يلعيمل ينلياَحِ هلي‬ ‫إ‬
‫لوليلق يمد ي َّآْتل يميْ ينلياَحِ َّ لمييوُلسييى َّا لميك يتلياَحِ ل‬
‫له ييدييىً َّ لإيبليإني ي َّ إيمس يلرا ئإييْ لل ي‬

“Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat),


maka janganlah kamu (Muhammad) ragu menerima (Al-Quran itu) dan Kami
jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil.” (Q.S. As-Sajdah[32]:
23)

Selain al-Qur’an yang berfungsi sebagai petunjuk (Hudaa), al-Kitab yang


diturunkan kepada Nabi Musa yaitu Taurat juga Allah turunkan sebagai
petunjuk. Tetapi kitab Taurat berfungsi sebagai petunjuk bagi Bani Isra’il.12

Firman Allah swt. Taurat berfungsi sebagai pemisah/pembeda.

‫يي ي‬ ‫إ إ إ‬ ‫إ‬
‫لوليلق يمد ي َّآْتل يميْ ينلياَحِ َّ لمييوُلس يهى ي َّ لوله ياَحِ لرولن ي َّا لميلف يمرقَلياَحِ لن ي َّ لوض ييْلياَحِ ءيي َّ لوذمك ييرا َّ ل يمليلم يتين يق ي ل‬

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab
Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
(al-Anbiyaa’[21]: 48)

Mujahid berkata, al-Furqan adalah al-Kitab, Abu Shalih berkata al-


Furqan adalah kitab Taurat, Imam Qatadah berkata bahwa, al-Furqan adalah
kitab Taurat, halal haramnya, serta apa yang telah Allah pisahkan antara yang

10 Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an al-Hakim, j. 2, h. 28


11 Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Aqidah, h. 134
12 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 6, h. 331
15

hak dan yang batil. dan Ibnu Zaid berkata, al-Furqan adalah pertolongan (al-
nashr).

Dan kesimpulan dari pendapat-pendapat tersebut bahwa, kitab-kitab


samawi mengandung pemisahan antara yang hak dan yang batil, petunjuk dan
kesesatan, kesalahan dan kebenaran, halal dan haram, serta sesuatu yang
dengannya diperoleh cahaya di dalam hati, hidayah, rasa takut dn taubat.13

Sama hal nya dengan al-Qur’an yang berfungsi sebagai


pemisah/pembeda, kitab Taurat juga mempunyai fungsi pemisah yang sama,
yaitu memisahkan/membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara
yang haq dan yang batil, antara yang halal dan yang haram dan seterusnya.
Yang membedakannya ialah subjek yang dikenainya. Begitupun dengan kitab
suci lainnya yaitu Zabur dan Injil.

Kitab Injil sebagai petunjuk

‫يي ي َّ يليلد ييميإه ي َّ إم يلن ي‬ ‫إ‬ ‫إ إ‬


‫لوقَل ينفي يميْ ينلياَحِ َّ لع يل يهى ي َّآْ ثلياَحِ إره يمم ي َّ بإيع ييْ لسييى َّا بميإن ي َّ لم يمرليلي ي َّ لم ي ل‬
‫ص يشدي يقَيياَحِ َّ ل يلمياَحِ َّبل ي م ل‬
‫يي ي َّ يليلد ييميإه ي َّ إم يلن ي‬ ‫إ‬ ‫إ إإ‬ ‫إ‬
‫ال تني يموُلرا ة ي َّ ۖۚ َّ لوآْتل يميْ ينلياَحِ هلي َّا مإلي يمني ييْ لل ي َّ ف ييْ ه ي َّ له ييدييىً َّ لونيليوُلر ي َّ لولم ي ل‬
‫ص يشدي يقَيياَحِ َّ ليلم ياَحِ َّبل ي م ل‬
‫يي ي‬ ‫إ إ إ‬ ‫إ‬
‫ال تني يموُلرا ة ي َّ لوله ييدييىً َّ لولم يموُع يظليةيي َّ ل يمليلم يتين يق ي ل‬

“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera
Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami
telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk
dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya,
yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-
orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Maidah[5]: 46)

13 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 5, h. 304


16

Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir, firman Allah swt. ‫ني ييْ ل ي َّ فإييْ إه ي‬
‫وآْ تل ييْ ينلياَحِ ه ي َّا مإلي ي مإ‬
‫م ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬
‫ َّلهي ي ييدييىً َّ لونلي ييوُلر ي‬maksudnya ialah kitab Injil sebagai petunjuk kepada

yang haq/benar. Dan cahaya yang menerangi, untuk melenyapkan


hal-hal yang syubhat/meragukan dan memecahkan berbagai
masalah. 14

Pada dasarnya setiap Kitab Suci fungsi utamanya adalah


sebagai petunjuk ke jalan yang benar, serta sebagai
pemisah/pemilah antara yang baik dengan yang buruk, yang haq
dengan yang batil dan sebagainya. Al-Qur’an pun menjelaskan
bahwa Kitab Suci sebelum al-Qur’an telah Allah turunkan kepada
para Nabi dan Rasul sebagai petunjuk. Namun kembali lagi pada
pemberlakuannya. Al-Qur’an berlaku sepanjang masa dan
universal. Sedangkan Kitab-kitab Suci sebelumnya bersifat
temporal. Sehingga fungsi petunjuk dan pemisah dari Kitab-kitab
Suci sebelum al-Qur’an berlaku hanya untuk Nabi dan Rasul serta
ummatnya yang Allah turunkan kepada Nabi dan Rasul Kitab-kitab
tersebut.

2. Fungsi Kitab suci al-Qur’an sebagai penawar penyakit ( syifaa’)

‫إإ‬ ‫إ إإ‬ ‫إ‬ ‫إ‬ ‫إ‬


‫يي ي َّ ۙۚ َّ لوللي ي َّ يليإزي لد ي َّال ظينياَحِ ل يم ي ل‬
‫يي ي‬ ‫لونليينل يشزلل ي َّ م يلن ي َّا لميلق يمرآْ ن ي َّ لم ياَحِ َّ له يلوُ ي َّ ش يلف ياَحِ ءلي َّ لولرمحلي يةلي َّ ل يمليلم يمؤم ين ي ل‬
‫إينلي ي َّ لخ يلس ياَحِ يرا‬

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada
orang-orang yang zalim selain kerugian.” (Q.S. Al-Israa’[17]: 82)

14 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 114


17

Penawar penyakit dalam hal ini ialah penyakit hati. Dalam kitab tafsir

‫يي ي‬ ‫إ إإ‬ ‫إ‬


Ibnu Katsir, lafadz ‫ َّشي يلف ياَحِ ءلي َّ لولرمحلي ي يةلي َّ ليمل يلمي يمؤم ين ي ل‬ialah, dihilangkan penyakit

di dalam hati dari rasa curiga dan dengki/nifaq, dari syirik, sesat
dan berpaling dari Allah. Maka al-Qur’an menyembuhkan penyakit-
penyakit hati tersebut semuanya. 15

Keindahan redaksi dan ungkapan al-Qur’an terlihat pada kata

‫ َّإشي يلف ياَحِ ءلي‬yang berarti penawar dan tidak menggunakan kata ‫ د واء‬yang
bearti obat. Karena dengan sebab obat, seseorang bisa sembuh dari
penyakit tertentu, atau sebaliknya terkadang obat tidak mempunyai
pengaruh sama sekali terhadap penyakitberbeda dengan yngkapan
syifaa’. Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma’ad mengatakan,
al-Qur’an sebagai penawar total bagi semua penyakit, baik penyakit
hati maupun penyakit badan, di dunia dan di akhirat. 16

3. Fungsi Kitab Suci sebagai pembenar Kitab sebelumnya

Firman Allah swt.

‫يي ي َّ ي يلد ييميإه ي َّ إم ين ي َّا لميإك يتلياَحِ إ‬


ِ‫ب ي َّ لولم يله يميْ يإم ينيياَح‬ ‫إ‬ ‫وألينم يزلمينلياَحِ َّ إيل ييْ ي ل إ‬
‫ل‬ ‫ب ي َّ بإياَحِ مللي يشقي ي َّ لم ي ل‬
‫ص يشدي يقَيياَحِ َّ ل يلم ياَحِ َّبل ي م ل ل‬ ‫ك ي َّا لميك يتلياَحِ ل‬ ‫م‬ ‫ل ل‬
......َّ ۚۖ َّ ‫لع يل يميْ يإه ي‬

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa


kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang
diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain
itu;...”(Q.S. al-Maaidah[5]: 46)

15 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 5, h. 103


16 Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Aqidah, h. 146-147
18

‫ي ي ي ي َّ يي ي يلد ييميإه ي َّ إمي ي ين ي َّا لميإك يتلي ي ياَحِ إ‬


‫بي‬ ‫إ‬
‫ل‬ ‫صي ي يشدي يقَيياَحِ َّ ل يلمي ي ياَحِ َّبل ي م ل ل‬
‫“ َّلم ي ل‬Yang membenarkan apa

yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab”. Maksud dari kitab-kitab


disini ialah Kitab-kitab yang diturunkan sebelum al-Qur’an yang
memuat penyebutan dan pujian terhadap kitab al-Qur’an,
bahwasanya kitab itu akan diturunkan dari sisi Allah swt. kepada
hamba-Nya dan Rasul-Nya Muhammad saw. 17 Maka turunnya al-
Qur’an itu sesuai dengan apa yang diberitakan di dalam Kitab-kitab
sebelum al-Qur’an tersebut.

Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan terakhir tentu


mempunyai banyak perbedaan dengan kitab-kitab suci sebelumnya.
Al-Qur’an menasakh syari’at nabi-nabi sebelumnya. Di dalamnya
memuat tauhid, syari’at, kisah rasul sebelumnya, hikmah,
mau’idzah, keilmuan dan tuntunan segala aspek kehidupan
manusia. 18

Dan firman Allah ‫“ َّلولم يله يميْ يإم يني ي ي ياَحِ َّ لع يليميْ ي ي يإه ي‬dan batu ujian terhadap

Kitab-kitab yang lain itu”, pendapat pertama Sufyan ats-Tsauri dan

ulama lainnya berpendapat, dari Ibnu ‘Abbas maksud ‫لولم يله يميْ يإم ينيياَحِ َّ لع يل يميْ يإه ي‬
“yakni yang menjaminnya” kemudian pendapat al-Walibi dari Ibnu
‘Abbas, maksunya ialah “Yakni yang menjadi saksi baginya”.
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Mujahid, Qatadah dan As-
Suddi. Dan pendapat al-‘Aufi berkata dari Ibnu ‘Abbas, maksudnya
ialah “yaitu yang menentukan terhadap kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya.” 19

Semua pendapat tersebut mempunyai pengertian yang


berdekatan, karena istilah al-muhaimin mencakup semua pengertian

17 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 115


18 Faizah Ali Syibromalisi, Tafsir Aqidah, h. 146
19 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 116
19

tersebut. Maka, al-Qur’an itu yang dapat dipercaya, yang menjadi


saksi, dan sebagai hakim atas kitab-kitab yang turun sebelumnya.
Allah swt. menjadikan al-Qur’an yang agung ini di turunkan paling
akhir, dan sebagai penutup kitab-kitab-Nya. Sebagai kitab yang
paling lengkap, paling agung, dan paling sempurna dari kitab-kitab
sebelumnya. Tatkala Allah swt. mengumpulkan di dalam al-Qur’an
ini berbagai kebaikan yang ada pada kitab-kitab sebelumnya, dan
menambahkannya dengan berbagai kesempurnaan yang tidak
dijumpai dalam kitab-kitab lainnya, maka oleh karena itu, Allah
menjadikan al-Qur’an sebagai saksi, penjamin dan yang
menghakimi kitab-kitab sebelumnya secara keseluruhan. 20

4. Fungsi Kitab Suci sebagai dasar/sumber hukum

Firman Allah swt.

‫يي ي َّ ي يلد ييميإه ي َّ إم ين ي َّا لميإك يتلياَحِ إ‬


ِ‫ب ي َّ لولم يله يميْ يإم ينيياَح‬ ‫إ‬ ‫وألينم يزلمينلياَحِ َّ إيل ييْ ي ل إ‬
‫ل‬ ‫ب ي َّ بإياَحِ مللي يشقي ي َّ لم ي ل‬
‫ص يشدي يقَيياَحِ َّ ل يلم ياَحِ َّبل ي م ل ل‬ ‫ك ي َّا لميك يتلياَحِ ل‬ ‫م‬ ‫ل ل‬
‫لع يل يميْ يإه ي َّ ۖۚ َّ فلياَحِ مح يلك يمم ي َّبل يميْ يينل يله يمم ي َّإبيلياَحِ َّ ألينم يلزلل ي َّال لين يهلي َّ ۖۚ َّ لوللي ي َّتل يتين يبإيمع ي َّ أليمه يلوُا ءليله يمم ي َّ لع ينمي ياَحِ َّ لج ياَحِ ءليلك ي َّ إم يلن ي‬

‫ا مللي يشقي ي َّ ۚ َّ لإيلك يللي ي َّ لج يلعيمل ينلياَحِ َّ إم يمن يلك يمم ي َّ إش يمرلع يةيي َّ لوإم يمن يله ياَحِ يج ياَحِ َّ ۚ َّ لوليموُ ي َّ لش ياَحِ ءلي َّال لين يهلي َّ لللي يلع يليلك يمم ي َّ ألينمي يةيي‬

‫ت ي َّ ۚ َّ إيللي ي َّال لين يإه ي َّ لم يمرإج يعل يلكيممي‬


‫وا إح يلد يية ي َّ و هيل يإك ين ي َّ لإييْييب ي ليوُلك يم ي َّ إفي ي َّ م ياَحِ َّآْ تلياَحِلك يم ي َّ ۖۚ َّ فلياَحِ س يتليبإيلق يوُا َّا ملي ييْ يرا إ‬
‫لم ل‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ل م لم ل م ل‬ ‫ل‬
‫جي ييْ يع ياَحِ َّ فل ييْل ينليبيش يئليلك يمم ي َّإبيلياَحِ َّلك يمن يتليمم ي َّ فإييْ إه ي َّ لتمي يتليلإيلفييوُلن ي‬
‫لإ‬

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran,


membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka
putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan

20 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 116


20

kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara


kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah
menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-
lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu
semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu
perselisihkan itu,” (Q.S. al-Maidah[5]: 48)

Firman Allah swt. ‫ َّفلياَحِ مح يلك يمم ي َّبل يميْ يينل يله يمم ي َّإبلي ياَحِ َّ ألينمي يلزلل ي َّال لني يهلي‬maksudnya ialah,

hai Muhammad, berikanlah keputusan di antara umat manusia, baik


bangsa Arab maupun non-Arab, yang buta huruf maupun yang
pandai membaca, menurut apa yang diturunkan Allah swt.
kepadamu di dalam kitab yang agung ini, dan menurut apa yang
Allah tetapkan bagimu berupa hukum bagi para nabi sebelummu,
yang belum dinasakh di dalam syari’atmu. Demikianlah makna
yang dikemukakan oleh Ibnu jarir. 21

Dengan demikian, jelas bahwa Allah swt. sendiri


memerintahkan kepada Rasulullah saw. untuk menetapkan hukum
berdasarkan apa yang diturunkan Allah kepada beliau saw. maka al-
Qur’an berfungsi sebagai sumber hukum.

Firman Allah swt.

‫لولمييْليمح يلك يمم ي َّ أليمه يلل ي َّا مإلي ي مإني ييْ إل ي َّإبيل ياَحِ َّ ألينم يلزلل ي َّال لين يهلي َّ فإييْ إه ي َّ ۚ َّ لولم يمن ي َّ للمي ي َّ لميي يلك يمم ي َّإبيلياَحِ َّ ألينم يلزلل ي َّال لين يهلي‬

‫ك ي َّ له يلم ي َّا لميلف ياَحِ إس يلقييوُلن ي‬


‫فليأيليوهيل يئإي ل‬

“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut


apa yang diturunkan Allah didalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan

21 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 116


21

perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-
orang yang fasik.”

Allah swt. berfirman ‫لولمييْليمح يلكي يمم ي َّ أليمهي يلل ي َّا مإلي ي مإني ييْي يإل ي َّإبيلي ياَحِ َّ ألينم ي يلزلل ي َّال لن ي يهلي َّ فإييْي يإه ي‬
maksudnya ialah, agar mereka beriman kepada semua yang
dikandungnya (Injil) dan menjalankan semua yang Allah
perintahkan kepada mereka. Dan diantara yang terdapat di dalam
Injil adalah berita gembira akan diutusnya muhammad sebagai
Rasul, serta perintah untuk mengikuti dan membenarkannya jika
Muhammad saw. telah ada. 22

BAB III

PENUTUP

22 Isma’il bin ‘Umar Ibn Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim, j. 3, h. 115


22

A. Kesimpulan
Kesimpulan sementara yang dapat kami ambil sebelum dilaksanakannya
diskusi di dalam kelas diantaranya, tema “Kitab Suci” yang kami maksud dalam
pembahasan ini ialah seluruh kitab suci Allah yang diturunkan kepada para Nabi
dan Rasul, tidak hanya kitab suci al-Qur’an yang menjadi pedoman bagi ummat
nabi Muhammad saw.
Kemudian, semua kitab suci memilki fungsi yang hampir sama, yaitu sebagai
penjelas (hudaan), pemisah/pembeda (furqaan), pembenar terhadap kitab-kitab
sebelumnya, serta sebagai sumber/dasar hukum. Namun ada perbedaan khususnya
pada kitab suci al-Qur’an. Dimana al-Qur’an merupakan kitab suci yang
diturunkan terakhir oleh Allah swt. bukan hanya sebagai pembenar terhadap kitab-
kitab sebelumnya tetapi juga sebagai penyempurna yang berlaku universal dan
tidak temporal.

DAFTAR PUSTAKA

Ibn Katsir, Isma’il bin ‘Umar. 1998. Tafsir al-Qur’an al-‘Adzhim. Beirut:
Daar al-Kutub al-‘Ilmiyah.

Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian


dan Pengamalan Islam(LPPI).

Rasyid Ridha, Muhammad. 1990. Tafsir al-Qur’an al-Hakim. Mesir: al-


Haiatu al-Mishriyah.
23

Syakir, Ahmad. Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir. Jakarta: Darus Sunnah.

Syibromalisi, Faizah Ali. 2016. Tafsir Aqidah. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Anda mungkin juga menyukai