Anda di halaman 1dari 18

FIQH IBADAH

(Penyelengaraan Jenazah)

MAKALAH

DisusundalamRangkaMemenuhiTugasKelompokMata Kuliah
“Fiqih Ibadah”
Yang DibimbingOleh
Siti Muslifah M,Si

Kelompok9 :

1. Machallafri Iskandar (E20151001)


2. Achmad Maharudin (E20151018)
3. Fajar Sahroni (E20151037)

PRODI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
MEI 2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt yang senantiasa melimpah kanrahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad saw yang membawa kita dari
zaman kegelapan menujucahaya Islam.
Makalah yang berjudul Penyelengaraan Jenazah ini disusun dalam rangkah memenuhi
Tugas Mata Kuliah Fiqih Ibadah Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapatkan bantuan
dari dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada Siti Muslifah M,Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna dan
banyak kekurangan.Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami harapkan. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat.

Jember, 10 Mei2016

Penulis,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. LatarBelakangMasalah ................................................................ 1
B. RumusanMasalah ......................................................................... 2
C. TujuanPenulisan ........................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3

A. ...................................................................................................... 3
B. ...................................................................................................... 3
C. ...................................................................................................... 11

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 29

Kesimpulan ........................................................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 30

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW,
untuk semua manusia telah mewajibkan bagi mereka saling hormat antar sesamanya,
walaupun mereka berbeda etnis atau agama. Sikap saling hormat menghormati ini bukan
hanya ketika manusia itu hidup, bahkan saat manusia itu pun mati. Karena menghormati
seseorang yang mati sama halnya dengan menghormati manusia yang hidup. Rasulullah
Saw, telah menunjukkan kepada kita bagaimana rasa hormatnya ketika mayat seorang
yahudi berlalu dihadapannya, dan bagaimana beliau menyatakan rasa duka yang dalam
ketika mendengar raja Najasyi (seorang raja yang beragama Kristen di Habasyah)
meninggal dunia.Akan tetapi, lain halnya kewajiban kaum muslimin terhadap saudara-
saudaranya yang sesama muslim yang meninggal dunia. Mereka yang masih hidup
mempunyai kewajiban terhadap hak-hak yang dimiliki oleh seseorang muslim yang
meninggal. Bilamana kewajiban ini ditinggalkan dan tak seorang pun dari mereka
memberikan hak-hak orang yang meninggal, maka semua orang muslim di tempat itu
menanggung dosa. Kecuali, jika ada sebahagian atau seseorang yang melaksanakan hak-
hak orang yang meninggal, maka gugurlah dosa bagi semua.Oleh karena itu, penulis ingin
mempelajari mengenai hal tersebut dengan cara menulis sebuah makalah dan mengangkat
judul”Penyelenggaraan Jenazah Bagi Umat Muslim”.

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut diatas, maka dapat diasumsikan
beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Apa yang dimaksuddenganpenyelenggaraanjenazah?
2. Mengapa penyelenggaraan jenazah itu wajib?
3. Apa saja tata cara penyelenggaraan jenazah?

1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penulisan
makalah ini adalah:
1. Untukmengetahuimaksuddaripenyelenggaraanjenazah.
2. Supaya memahami bahwa penyelenggaraan jenazah itu wajib.
3. Agar mengerti tata cara penyelenggaraan jenazah.

4
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah:
1. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada rekan
mahasiswa mengenai penyelenggaraanjenazah.
2. Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman bagi pembaca dan penulis mengenai penyelenggaraanjenazah.

5
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Kata jenazah diambil dari bahasa arab ‫ جن ذ ح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن‬
‫ذ‬yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup.
Setiap orang pasti akan mengalami kematian. Mengingat mati harus sering
dilakukan agar setiap diri manusia menyadari bahwa dirinya tidaklah hidup kekal
selamanya didunia sehingga senantiasa mempersiapkan diri dengan beramal shaleh dan
segera bertaubat dari kesalahan dan dosa yang telah diperbuat. Kita harus mempersiapkan
diri dengan bekal yang baik dan diridhai Allah agar dapat menuju akhirat dengan khusnul
khatimah atau akhir hayat yang sebaik-baiknya. Allah berfirman.

Artinya : Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS Ali Imran : 185)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepadanya dan janganlah sekali-kali kamu mati, melainkan kamu dalam keadaan
muslim.” (QS Ali Imran : 102). lihat al-Qur’an)

2.2 Kewajiban Penyelenggaraan Jenazah


Kewajiban orang yang hidup kepada orang yang meninggal ada dua hal, yaitu
kewajiban terhadap jenazahnya dan kewajiban terhadap harta peninggalannya.
Adapun kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu
1.Segera Memejamkan Mata Mayit dan Mendo’akan
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mendatangi Abu Salamah yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir
dengan kedua mata terbelalak, kemudian beliau memejamkan kedua mata Abu Salamah
dan berkata, ‘Sesungguhnya bila ruh telah dicabut, maka ia diikuti oleh pandangan
mata.’ Tiba-tiba terdengar kegaduhan dari sebagian keluarga Abu Salamah, maka
beliau pun bersabda, ‘Janganlah kalian berdo’a atas diri kalian kecuali dengan

6
kebaikan, karena sesungguhnya Malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.’
Kemudian beliau mendo’akan Abu Salamah seraya berkata:
, َ‫اربَّ ْالعَالَ ِميْن‬
َ َ‫ َوا ْغ ِف ْرلَنا َ َولَهُ ي‬, َ‫ف فِ ْي َع ِقبِ ِه فِي ْالغَابِ ِريْن‬ ْ ‫ َو‬, َ‫ارفَ ْع دَ َر َجتَهُ فِي ْال َم ْه ِديِِّيْن‬
ْ ُ‫اخل‬ َ ‫اللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِألَبِي‬
ْ ‫ َو‬,َ‫سلَ َمة‬
َ ‫وا ْف‬.
‫ َونَ ِّ ِو ْر لَهُ فِ ْي ِه‬,ِ‫س ْح لَهُ فِ ْي قَب ِْره‬ َ
Ya Allah, ampunilah dosa dan kesalahan Abu Salamah, tinggikanlah derajatnya di
kalangan orang-orang yang diberi petunjuk, dan jagalah keturunan sesudahnya (4)agar
termasuk dalam orang-orang yang selamat (5). Ampunilah kami dan ia, lapangkanlah
kuburnya serta berilah cahaya di dalamnya.’1
2.Menutup Seluruh Badan Mayit dengan Pakaian (Kain)
Dari ‘Aisyah Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam wafat, seluruh jasadnya ditutupi dengan kain lurik (sejenis kain buatan
Yaman).” 2
3. Menyegerakan Persiapan Pemakamannya dan Membawanya Keluar
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
َ ‫ فَإ ِ ْن ت َ ُك ْن‬,ِ‫أَس ِْرع ُْوا بِ ْال َجنَازَ ة‬.
َ َ‫ َوإِ ْن ت ُك ْن َغي َْرذَلِكَ فَش ٌَّر ت‬,‫صا ِل َحةً فَ َخي ٌْر تُقَ ِدِّ ُم ْونَ َها َعلَ ْي ِه‬
‫ضعُونَهُ َع ْن ِرقَابِك ْم‬
“Segerakanlah pemakaman jenazah. Jika ia termasuk orang-orang yang berbuat
kebaikan, maka kalian telah menyerahkan kebaikan itu kepadanya. Dan jika ia bukan
termasuk orang yang berbuat kebaikan, maka kalian telah melepaskan kejelekan dari
pundak-p8undak kalian.” 3
4.Ahli mayat yang mampu hendaklah segera membayar utang si mayat jika ia beutang,
baik di bayar dari harta peninggalan ataupun dari penolongan keluarga sendiri
Dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu anhu, ia berkata, “Seseorang telah meninggal,
lalu kami segera memandikannya, mengkafaninya, dan memberinya wewangian,
kemudian kami meletakkannya di tempat yang biasa digunakan untuk meletakkan
jenazah, yaitu di maqam Jibril. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengizinkan
kami untuk menshalatinya, lalu beliau bersama kami mendekati jenazah tersebut
beberapa langkah dan bersabda, ‘Barangkali Sahabat kalian ini masih mempunyai
hutang?’ Orang-orang yang hadir menjawab, ‘Ya ada, sebanyak dua dinar.’ Maka
beliau pun mundur (enggan menshalatinya). Seseorang di antara kami yang bernama

1
Al-Ghaabiriin: Yang tersisa (selamat
2
Muttafaq ‘alaihi: Shahiih Muslim (II/651, no. 942) secara ringkas, Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari (III/113, no.
1241)), secara panjang.
3
Muttafaq ‘alaih: Shahiih al-Bukhari (Fat-hul Baari (III/182, no. 1315)), Shahiih Muslim (II/651, no. 944), Sunan
Abi Dawud (‘Aunul Ma’buud) (VIII/469, no. 3125), Sunan at-Tirmidzi (II/1020) dan Sunan an-Nasa-i (IV/42).

7
Abu Qatadah berkata, ‘Ya Rasulullah, hutangnya menjadi tanggunganku.’ Maka
beliau bersabda, ‘Dua dinar hutangnya menjadi tanggunganmu dan murni dibayar dari
hartamu, sedangkan mayit ini terbebas dari hutang itu?’ Orang itu berkata, ‘Ya,
benar.’ Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun kemudian menshalatinya, dan
setiap beliau bertemu dengan Abu Qatadah beliau selalu bertanya, ‘Apa yang telah
engkau perbuat dengan dua dinar hutangnya?’ Akhirnya ia menjawab, ‘Aku telah
melunasinya, wahai Rasulullah.’ Kemudian beliau bersabda, ‘Sekarang barulah
kulitnya merasa dingin karena bebas dari siksaan.4
Sedangkan harta peninggalan jenazah itu diprioritaskan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan jenazah, yaitu:
1- Biaya mengurus jenazahnya.
2- Membayar hutangnya, baik hutang kepada sesama manusia atau kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala seperti nadzar, kifarat, kewajiban hají yang belum dilaksanakan
dan sebagainya. Bila jenazah itu tidak memilki tinggalan harta untuk membayar
hutangnya, maka menjadi tanggungan ahli warisnya dan bila ahli waris juga tidak ada,
maka menjadi tanggungan orang Islam yang mampu yang ada di sekitarnya.
Hutang ini penting untuk diperhatikan, sehingga sebelum menshalatkan jenazah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam terlebih dahulu selalu bertanya, apakah
jenazah tersebut masih memiliki hutang. Jika jenazah tersebut memiliki hutang, beliau
tidak menshalatinya, hanya menyuruh sahabat-sahabatnya saja yang
menshalatkannya. Jika hutang itu ada sahabat yang menanggungbaru beliau
maumenshalatinya.
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Allah
akan mengampunkan semua dosa orang mati syahid kecuali hutang.”
(Hadits Riwayat Abu Dawud)
3- Membayar wasiat, asal tidak lebih dari sepertiganya. 4-
Pembagian waris, setelah semua kewajiban di atas dipenuhi, maka harta itu dibagi
kepada ahli warisnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam.
Dalam kenyataannya, praktek pembagian waris menurut syariat Islam tidak banyak
dilaksanakan oleh Umat Islam. Dan orang yang mempelajari ilmu inipun sangatlah
sedikit.

4
Shahih: [Ahkaamul Janaa-iz (no. 16)], Mustadrak al-Hakim (II/58), al-Baihaqi (VI/74).

8
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam 14 abad yang lalu sudah mensinyalir keadaan
yang demikian, sehingga beliau sangat menekankan kaum muslimin untuk
mempelajari Faraidh atau Ilmu Mawaris, karena ilmu ini lama-lama akan lenyap,
yakni orang-orang menjadi malas untuk melaksanakan pembagian pusaka menurut
semestinya, yang diatur oleh hukum Islam.
Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
“Pelajarilah Faraidh (pembagian harta warisan) itu dan ajarkanlah kepada orang lain.
Sesungguhnya aku adalah seorang manusia yang bakal dicabut nyawa.
Dan sesungguhnya ilmu itupun akan ikut tercabut pula.
Juga akan lahir fitnah-fitnah sehingga terjadilah perselisihan antara dua orang karena
hal warisan. Kemudian mereka berdua itu tidak mendapatkan orang yang akan
memberi keputusan (terhadap masalah yang diperselisihkan itu) di antara mereka
berdua.”
(Hadits Riwayat Al-Hakim).
Peringatan Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam ini benar-benar menjadi
kenyataan sekarang. Banyak ‘alim (ulama) yang mengerti berbagai ilmu, tapi sedikit
sekali yang menguasai Ilmu Faraidh. Oleh karena itu, Faraidh memiliki kedudukan
yang tinggi dan penting untuk dipelajari, seperti diperintahkan Rasulullah Shallalahu
‘alaihi wa Sallam :
“Pelajarilah Faraidh dan ajarkanlah ia karena ia (Faraidh) seperdua ilmu
dan ia akan dilupakan dan dialah yang pertama akan dicabut dari umatku.”
(Hadits Riwayat Ibnu Majah dan Dara Qutni)
Petunjuk Al-Qur’an tentang pembagian waris itu diterangkan dalam ayat-ayat
mawaris, antara lain : Surah Annisa ayat 7-14 dan ayat 176.
Ada beberapa riwayat yang menceritakan sebab-sebab turunnya ayat waris, di
antaranya riwayat yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim, yaitu bahwa
seorang perempuan (isteri Sa’ad bin Rabi’) datang menghadap Rasulullah Shallalahu
‘alaihi wa Sallam dengan membawa dua orang anak perempuan puteri Sa’ad.
Perempuan itu berkata: “Wahai Rasulullah ! Dua orang anak ini adalah puteri Sa’ad
bin Rabi’, ayah mereka gugur sebagai syuhada dalam pertempuran Uhud. Paman
mereka telah mengambil semua harta peninggalannya, sehingga mereka berdua tidak
kebagian apa-apa, padahal mereka tidak dapat menikah tanpa harta.”

Maka Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam menjawab : “Allah akan memutuskan

9
kasus tersebut.” Kemudian turunlah ayat waris Surah An-Nisa’ ayat 11-12.

Setelah itu lalu Rasulullah Shallalahu ‘alaihi wa Sallam mengirimkan utusan untuk
memberitahukan kepada paman kedua puteri Sa’ad. Hendaklah kedua puteri Sa’ad itu
diberi bagian dua sepertiga, ibunya diberi seperdelapan dan sisanya untuk pamannya.
Adapun pada ayat 176 Surah An-Nisa’ menjelaskan tentang masalah “Kalalah”, yaitu
seorang yang meninggal dunia dan tidak punya anak, tetapi ada saudaranya. -.-

2.2 Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah


A. Tata Cara Memandikan Jenazah
Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum memandikan jenazah, yaitu
sebagai berikut.
1. Siapkan tempat yang layak. Ruang tempat memandikan hendaknya terjaga
dari penglihatan orang yang lalu lalang dan merupakan tempat yang
memberikan kehormatan bagi jenazah.
2. Siapkan peralatan atau perlengkapannya antara tempat atau alas
memandikan jenazah, wadah dan air secukupnya, sabun atau pembersih,
kapur barus, air mawar atau daun bidara agar wangi dan tidak bau.
3. Orang yang berhak memandikan adalah muhrim dari si mayit seperti orang
tua, suami atau isteri, anak, kerabat dekat, atau orang lain yang sejenis.
4. Dalam memandikan jenazah hendaknya mendahulukan anggota-anggota
wudhu dan anggota badan yang sebelah kanan pada waktu mulai
menyiramkan air. Memandikan jenazah disunahkan tiga kali atau lebih.
Ketentuan aurat tetap berlaku pada pemandian jenazah.
5. Syarat-syarat jenazah yang harus dimandikan yaitu sebagai berikut.
a. Jenazah itu orang muslim atau muslimat
b. Jenazah itu bukan karena mati syahid (mati dalam peperangan membela
agama). Hadis rasulullah SAW menyatakan artinya sebagai
berikut: “Dari Jabir, sesungguhnya nabi Muhammad SAW telah
memerintahkan terhadap orang-orang yang gugur dalam perang uhud
supaya dikuburkan dengan darah mereka, tidak dimandikan dan tidak
dishalatkan.” (HR Bukhari)
c. Badan atau anggota badannya masih ada walaupun hanya sebagian yang
tinggal(apabila karena kecelakaan atau hilang)

10
1. Cara memandikan jenazah tersebut adalah sebagai berikut.
a. Jenazah ditempatkan di tempat yang terlindung dari panas matahari, hujan atau
pandangan orang banyak. Jenazah ditempatkan pada tempat yang lebih tinggi
seperti dipan atau balai-balai
b. Memulainya dengan membaca basmalah
c. Jenazah diberi pakaian mandi (pakaian basahan) agar auratnyatetap tertutup seperti
sarung atau kain dan supaya mudah memandikannya
d. Membersihkan kotoran dan najis yang melekat pada anggota badan jenazah dengan
sopan dan lemah lembut
e. Jenazah diangkat (agak didudukkan), kemudian perutnya diurut supaya kotoran
yang mungkin masih ada di perutnya dapat keluar serta bersihkan mulut, hidung,
dan telinganya
f. Kotoran yang ada pada kuku-kuku jari tangan dan kaki dibersihkan, termasuk
kotoran yang ada di mulut atau gigi
g. Menyiramkan air ke seluruh badan sampai merata dari atas kepala hingga sampai
ke kaki. Setelah seluruh badan disiram air, kemudian dibersihkan dengan sabun
dan disiram kembali sampai bersih
Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Ummu Atiyah r.a. nabi
SAW datang kepada kami sewaktu kami memandikan putri beliau, kemudian
beliau bersabda, mandikanlah ia tiga kali atau lima kali atau lebih, kalau kamu
pandang lebih baik dari itu, dengan air serta daun bidara dan basuhlah yang
terakhir dengan dicampur kapur barus.”(HR Bukhari dan Muslim).Pada riwayat
lain, mulailah dengan bagian badannya yang kanan dan anggota wudhu dari
jenazah tersebut).
h. Setelah diwudukan dan terakhir disiram dengan air yang dicampur kapur barus,
daun bidara, wewangian yang lainnya agar berbau harum. Air untuk memandikan
jenazah hendaknya air biasa yang suci dan menyucikan kecuali dalam keadaan
darurat.
i. Dikeringkan dengan kain atau handuk

B. Tata Cara mengafani Jenazah


Siapkan perlengkapan untuk mengafani yaitu sebagai berikut :

11
 Kain kafan 3 helai untuk laki-laki dan sesuai dengan ukuran panjang
badannya. Kain kafan 5 helai untuk perempuan dan sesuai ukuran panjang
badannya
 Kapas secukupnya
 Bubuk cendana
 Minyak wangi
a. Kain kafan untuk mengafani jenazah paling sedikit satu lembar yang dapat
dipergunakan untuk menutupi seluruh tubuh jenazah, baik laki-laki ataupun
wanita. Akan tetapi, jika mampu disunahkan bagi jenazah laki-laki dikafani
dengan tiga lapis atau helai kain tanpa baju dan sorban. Masing-masing lapis
menutupi seluruh tubh jenazah laki-laki. Sebagian ulama berpendapat bahwa tiga
lapis itu terdiri dari izar (kain untuk alas mandi) dan dua lapis yang menutupi
seluruh tubuhnya
b. Cara memakaikan kain kafan untuk jenazah tersebut ialah kain kafan itu
dihamparkan sehelai-sehelai dan ditaburkan harum-haruman seperti kapur barus
dan sebagainya diatas tiap-tiap lapis itu. Jenazah kemudian diletakkan diatas
hamparan kain tersebut. Kedua tangannya diletakkan diatas dadanya dan tangan
kanan berada diatas tangan kiri. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya
: “Dari Aisyah r.a bahwa rasulullah SAW dikafani dengan tiga kain putih bersih
yang terbuat dari kapas dan tidak ada didalamnya baju maupun sorban.” (HR
Bukhari dan Muslim)
c. Adapun untuk jenazah wanita disunahkan untukdikafani dengan lima lembar kain
kafan, yakni kain basahan (kain alas), baju, tutup kepala, cadar dan kain yang
menutupi seluruh tubuhnya. Di antara beberapa helai atau lapisan kain diberi
harum-haruman. Cara memakaikannya yaitu mula-mula dihamparkan kain untuk
membungkus jenazah. Setelah itu, jenazah diletakkan diatasnya setelah kain
tersebut diberi harum-haruman. Kemudian, jenazah dipakaikan kain basahan
(kain alas), baju, tutup kepala, dan cadar yang masing-masing diberi harum-
haruman. Selanjutnya jenazah dibungkus seluruh tubuhnya dengan kain
pembungkus. Hadis nabi Muhammad SAW yang artinya : “Dari Laila binti Qanif
ia berkata saya adalah salah seorang yang ikut memandikan ummu kulsum binti
rasulullah SAW ketika meninggalnya. Yang mula-mula diberikan oleh rasulullah
kepada kami ialah kain basahan (alas), baju, tutup kepala, cadar dan sesudah itu

12
dimasukkan kedalam kain yang lain (yang menutupi seluruh tubuhnya).
Selanjutnya Laila berkata, sedang waktu itu rasulullah SAW ditengah pintu
membawa kafannya, dan memberikan kepada kami sehelai-sehelai.”(HR Ahmad
dan Abu Daud).
Catatan :
Jika seorang meninggal dunia dalam keadaan sedang ihram, baik ihram haji atau
ihram umrah tidak boleh ditaburi atau diberi wangi-wangian dan tutup kepala
1. Lubang-lubang seperti lubang hidung danlubang telinga disumpal dengan
kapas
2. Lapisi bagian-bagian tertentu dengan kapas

C. Menyalatkan Jenazah
Salat jenazah ialah salat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir dalam
rangka mendoakan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang disalatkan ini
ialah yang telah dimandikan dan dikafani. Hadis nabi Muhammad SAW
‫قاﻞ رسوﻞ اﷲ صلﻰ عليه وسلم صلوا علﻰ موتا كم‬
Artinya : “Rasulullah SAW bersabda salatkanlah olehmu orang-orang yang
meninggal!.” (HR Ibnu Majjah)
Adapun mengenai tatacara menyalatkan jenazah adalah sebagai berikut.
1. Posisi kepala jenazah berada di sebelah kanan, imam menghadap ke arah
kepala jenazah bila jenazah tersebut laki-laki dan menghadap ke arah perut
bagi jenazah perempuan. Makmum akan lebih baik bila dapat diusahakan
lebih dari satu saf. Saf bagi makmum perempuan berada di belakang saf laki-
laki.
2. Syarat orang yang dapat melaksanakan salat jenazah adalah menutup aurat,
suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan pakaian dan tempat dari
najis, serta mneghadap kiblat
3. Jenazah telah dimandikan dan dikafani
4. Letak jenazah berada di depan orang yang menyalatkan, kecuali pada salat
gaib
5. Rukun salat jenazah adalah sebagai berikut :
a. Niat
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbir empat kali

13
d. Membaca surah Al Fatihah
e. Membaca salawat nabi
f. Mendoakan jenazah
g. Memberi salam
Tata cara pelaksanaan salat jenazah adalah sebagai berikut :
1. Mula-mula seluruh jamaah berdiri dengan berniat melakukan salat jenazah
dengan empat takbir.
Niat tersebut sebagai berikut:
‫اصلﻰعلﻰﻫذا الميﺖ﴿ﻫذهالميتة﴾اربع تكبيرﺖ فرﺾ ﻛفاية مﺄموما ﷲ تعالﻰ‬
Artinya : Aku berniat salat atas jenazah ini empat takbir fardu kifayah
sebagai imam/makmum karena Allah SWT
2. Kemudian tahbiratul ihram yang pertama dan setelah takbir pertama itu
selanjutnya membaca surat Al Fatihah
3. Takbir yang kedua dan setelah takbir yang kedua membaca salawat atas nabi
Muhammad SAW
4. Takbir yang ketiga dan setelah takbir yang ketiga membaca doa jenazah.
Bacaan doa bagi jenazah adalah sebagai berikut
‫لﻫﻡ اغفرلهو ارحمه و عافه واعف عنه واكرﻡ نﺰولهو وسع مدخله واغسله بالمﺂﺀ و الﺜلﺞ و البراد و ﺍﻟ‬
‫نقه من الجﻄايا كما ينقﻰ الﺛوب اﻻبيﺽ من الدنﺱ و ابدله دارا خيرامن دارهو اﻫﻼ خيرا من اﻫلهواقه‬
‫فتنة القبر و عذاﺐ النار‬
Artinya : “YA Allah, ampunilah ia, kasihanilah ia, sejahterakanlah ia,
maafkanlah kesalahannya, hormatilah kedalam tangannya, luaskan lah
tempat tinggalnya, bersihkanlah ia dengan air es dan embum, bersihkanlah ia
dari dosasebagai mana kain putih yang dibersihkan dari kotoran, gantilah
rumahnya dengan rumahnya yang dulu, dan gantilah keluarganya dengan
yang lebih baik daripada keluarganya yang dahulu, dan perihalalah dia dari
huru-hara kubur dan siksa api neraka.”
Catatan :
Do’a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikna dengan jenis
jenazahnya yaitu :
a. apabila jenazahnya wanita, maka damir (‫ )ه‬hu diganti dengan kata ha(‫)ﻫﺎ‬
b. apabila jenazahnya dua orang, maka setiap damir kata hu(‫ )ه‬diganti
dengan huma (‫) ﺎﻣﻫ‬

14
c. apabilla jenazahnya banyak, maka setiap damir kata hu diganti
dengan(‫)ﻢﻫ‬atau(‫)ﻫن‬
5. Takbir yang keempat, setelah takbir keempat membaca doa sebagai berikut
‫لﻫﻡ ﻻ تحرمنا أجره و ﻻ تفتنا بعده و اغف رلنا و لهﺍﻟ‬
Artinya : Ya Allah, janganlah engkau rugikan kami dari mendapatkan
pahalanya dan janganlah engkau beri kami fitnah sepeninggalnya, dan
ampunilah kami dan dia (HR Hakim)
6. Membaca salam kekanan dan kekiri
Artinya : Dari Malik bin Hurairah ia berkata,rasulullah SAW bersabda, Tidak
seorang mukmin pun yang meninggal kemudian disalatkan oleh umat Islam
yang mencapai jumlah tiga saf, kecuali akan diampuni dosanya.” (HR Lima
ahli hadis kecuali Nasai)
Memperbanyak saf, jika jumnlah jemaah yang menyalatkan jenazah itu
sedikit, lebih baik mereka dibagi tiga saf. Apabila jemaah salat jenazah itu
terdiri dari empat orang, lebih baik dijadikan dua saf, masing-masing saf dua
orang dan makruh juika dijadikan tiga saf karena ada saf yang hanya terdiri
dari satu orang

D. Menguburkan Jenazah
Setelah selesai menyalatkan, hal terakhir yang harus dilakukan adalah
menguburkan atau memakamkan jenazah. Tata cara pemakaman atau penguburan
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Tanah yang telah ditentukan sebagai kuburan digali dan dibuatkan liang lahat
sepanjang badan jenazah. Dalamnya tanah dibuat kira-kira setinggi orang
ditambah setengah lengan dan lebarnya kira kira satu meter, didasar lubangya
dibuat miring lebih dalam kearah kiblat. Maksudnya adalah agar jasad tersebut
tidak mudah dibongkar binatang
2. Setelah sampai di tempat pemakaman, jenazah dimasukkan kedalam liang
lahat dengan posisi miring dan menghadap kiblat. Pada saat meletakkan
jenazah, hendaknya dibacakan lafaz-lafaz sebagai berikut
‫بسماﷲوعلﻰملةرسوﻞاﷲرواهترمذوابوداود‬
Artinya : “Dengan nama Allah danatas agama rasulullah.” (HR Turmuzi dan
abu daud

15
3. Tali-tali pengikat kain kafan dilepas, pipikanan dan ujung kakiditempelkan
pada tanah. Setelah itu jenazah ditutup dengan papan kayu atau bambu.
Diatasnya ditimbun dengan tanah sampai galian liang kubur itu rata.
Tinggikan kubur itu dari tanah biasa sekitar satu jengkal dan diatas kepala
diberi tanda batu nisan
4. Setelah selesai menguburkan, dianjurkan berdoa, mendoakan dan
memohonkan ampunan untuk jenazah. Hadis nabi Muhammad SAW berbunyi
yang artinya : “Dari Usman menceritakan bahwa nabi Muhammad SAW
apabila telah selesai menguburkan jenazah, beliau berdiri diatasnya dan
bersabda mohonkanlah ampun untuk saudaramu dan mintakanlah untuknya
supaya diberi ketabahan karena sesungguhnya sekarang ia sedang
ditanya.” (HR Abu Daud dan Hakim)
Tata krama yang sebaiknya dilakukan ketika akan menguburkan jenazah
antara lain mengiringi jenazah dengan diam sambil berdoa, tidak turut
mengiringi, kecuali juka memungkinkan bagi perempuan, membaca salam
ketika masuk pemakaman. Tidak duduk hingga jenazah diletakkan, membuat
lubang kubur yang baik dan dalam, orang yang turun ke dalam kubur bukan
orang yang berhadas besar, tidak mengubur pada waktu yang terlarang, tidak
meninggikan tanah kuburan terlalu tinggi, tidak duduk diatas kuburan, dan
tidak berjalan jalan diantara kuburan

E. Turut Bela Sungkawa (Takziah)


Sebagai kerabat, teman dekat, keluarga, apalagi sebagai sesama muslim,
hendaknya kita membiasakan bertakziah kepada keluarga yang sedang berduka cita.
Takziah menurut bahasa artinya menghibur. Takziah menurut istilah ialah
mengunjungi keluarga yang meninggal dunia dengan maksud agar keluarga yang
mendapat musibah dapat terhibur, diberi keteguhan iman, Islam, dan sabar
menghadapi musibah serta berdoa untuk orang yang meninggal dunia supaya
diampuni segala dosa-dosa semasa hidupnya. Bertakziah hukumnya hukumnya sunah
dan merupakan salahsatu hak muslim satu dengan yang lain.
Hal-hal yang perlu dilakukan ketika seseorang bertakziah antara lain
1. Memberi bantuan kepada keluarga yang terkena musibah, baik bantuan moral
maupun materiil untuk mengurangi bebankesulitan dan kesedihannya.

16
2. Jika orang yang mendapat musibah termasuk orang yang dekat dengan kita,
hendaknya kita menghibur mereka agar tidak berlarut-larut dalam duka dan
menganjurka kesabaran karena semua manusia pasti akan mengalaminya.
3. Mengikuti salat jenazah dan mendoakannya agar mendapat ampunan dari
Allah SWT dari segala dosanya
4. Ikut mengantarkan jenazah ke tempat pemakaman untuk menyaksikan
penguburannya
5. Tidak bicara keras, bercanda, tertawa terbahak-bahak, atau sikap-sikap lain
yang tidak terpuji.
Bersabda Rasulullah SAW yang artinya : “Dari Abdullah bin Ja’far r.a ia
berkata, ketika datang berita atau kabar meninggalnya ja’far karena terbunuh nabi
SAW telah bersabda, buatkanlah makam untuk keluarga ja’far karena sesungguhnya
mereka sedang mengalami kesusahan (kekalutan).” (HR Lima ahli hadis kecuali
Nasai)

F. Ziarah Kubur
Ziarah ku bur bertujuan mengingat kematian serta hari akhirat tempat menusia
akan mendapat balasan yang sesuai amal perbuatannya di dunia. Ziarah kubur sangat
dianjurkan. Akan tetapi, apabila ziarah kubur ditujukan untuk mendapat berkah, minta
doa restu, atau wangsit maka hal tersebut tidak dibolehkan (diharamkan)
Ziarah kubur juga memiliki tata krama sebagaimana petunjuk yang diajarkan
rasulullah yakni sebagai berikut.
1. Pada waktu masuk pintu gerbang pemakaman, hendaknya mengucapkan salam
karena kuburan sebagai tempat pemakaman jenazah manusia harus tetap
dihormati dan dimuliakan secara wajar. Hal tersebut memiliki arti bahwa kuburan
merupakan tempat kita mengingat akhirat dan tidak boleh disia-siakan, tetapi juga
tidak boleh dipuja-puja. Bacaan salam tersebut adalah sebagai berikut
Rasul Bersabda,yang artinya : “Selamat sejahtera pada mukminin dan muslimin
yang ada disini. Kami insya Allah akan menyusul kamu. Kami mohon kepada
Allah semoga kami dan kamu mendapat keselamatan.” (HR Muslim dan Ahmad)
2. Tidak boleh bernazar dengan niat tertentu yang berkaitan dengan takziah karena
nazar hanya ditujukan kepada Allah
3. Tidak boleh mencium atau menyapu dengan tangan untuk minta berkah karena
hal itu menjurus ke arah kemusyrikan

17
4. Membangun taman-taman atau bangunan di sekitar kuburan hukumnya makruh,
baik didalam maupun diluar kuburan
5. Hendaknya menyampaikan doa-doa kepada Allah yang berisi mohonkan
ampunan, rahmat dan keselamatannya
6. Tidak boleh menduduki kuburan

18

Anda mungkin juga menyukai