2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kemudahan kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikn penyusunan makalah mata kuliah Fiqih Ibadah
yang berjudul “Najis dan Cara Mensucikannya”. Makalah ini menjelaskan tentang
pengertian najis, benda-benda yang termasuk najis, jenis-jenis najis, dan cara
mensucikan benda yang terkena najis. Dengan demikian materi makalah ini
diharapkan dapat membantu proses belajar mahasiswa.
Teriring ucapan terima kasih kepada Bapak Mundhori S.E., M.E. selaku
pembimbing dalam pembelajaran mata kuliah Fiqh Ibadah, juga kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan serta motivasi kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun guna perbaikan dan peningkatan kualitas makalah dari pembaca
sangat berharga bagi kami. Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah
ini bisa menambah keilmuan dan bermanfaat bagi kita semua serta menjadi
tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan tema senada diwaktu yang
akan datang.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Najis...........................................................................................2
B. Benda-Benda yang Termasuk Najis.............................................................3
C. Jenis-Jenis Najis...........................................................................................8
D. Cara Mensucikan Najis..............................................................................11
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersih atau suci dan najis bergantung pada pandangan syariah karena
manusia terkadang menganggap baik sesuatu yang keji dan menganggap keji
sesuatu yang baik. Oleh sebab itu, asal segala sesuatu itu adalah suci. Jadi,
orang yang mengatakan sesuatu itu najis, ia harus membuktikannya dengan
tepat. Sebaliknya, orang yang mengatakan sesuatu itu suci, tidak perlu
memaparkan dalil.
Apabila sesuatu itu diciptakan untuk kita, dapat disimpulkan bahwa kita
boleh memanfaatkannya sesuai dengan kemauan kita. Sedangkan, suatu yang
najis tidak dimanfaatkan bagaimanapun bentuknya. Sesuatu yang najis adalah
semua hewan yang tidak dapat dimakan selain manusia, hewan yang darahnya
tidak mengalir, dan binatang yang sulit dimakan, seperti kucing.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian najis?
2. Apa saja benda-benda yang termasuk najis?
3. Apa saja jenis-jenis najis?
4. Bagaimana cara mensucikan benda-benda yang terkena najis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian najis.
2. Untuk mengetahui benda-benda yang termasuk najis.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis najis.
4. Untuk mengetahui cara mensucikan benda-benda yang terkena najis.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Najis
Najis merupakan lawan dari thaharah(suci), Secara etimologi najis berarti
sesuatu yang dapat mengotori atau menjijikan. Sedangkan menurut istilah
syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat menghalangi keabsahan
shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan atau sesuatu yang
menjijikkan atau benda yang kotor yang wajib di bersihkan oleh setiap
muslim [1]. Menurut beberapa tokoh pengertian najis yaitu, yang pertama
menurut Sayyid Sabiq Najis adalah kotoran yang bagi setiap muslim wajib
mensucikan diri dari padanya dan mensucikan apa yang dikenainya. Kedua,
menurut Imam Maliki, Najis adalah sesuatu sifat yang menurut syar’i
dilarang mengerjakan shalat dan memakai pakaian yang terkena najis atau di
tempat yang ada najisnya. Ketiga, menurut Musthafa Kamal Pasha Najis
adalah suatu perkara yang dipandang kotor dan menjijikan. Dalil tentang najis
antara lain,
1
Azmi Abu ‘Ani, Fiqih Ibadah Praktis, Pustaka Ar-rayyan, Padang : 2015. Hlm 15
2
Artinya : Dan pakaian mu bersihkanlah dan seluruh kotoran termasuk
berhala jauhilah ( qs. Al-mudatsir : 4 )
Adapun bangkai ikan dan binatang darat yang tidak berdarah, begitu
juga mayat manusia, tidak masuk dalam arti bangkai yang umum dalam
ayat tersebut karena ada keterangan lain. Bagian bangkai, seperti daging,
kulit, tulang, urat, bulu, dan lemaknya semuanya itu najis menurut madzab
syafi’i. Menurut madzab Hanafi, yang najis hanya bagian-bagian yang
mengandung roh(bagian-bagian yang bernama) saja, seperti daging dan
kulit. Bagian-bagian yang tidak bernyawa, seperti buku, tulang, tanduk,
dan bulu, semuanya itu suci. Bagian-bagian yang tak bernyawa dari anjing
dan babi tidak termasuk najis. Sabda Rasulullah saw :
Adapun dalil bahwa mayat manusia itu suci adalah firman Allah SWT :
3
Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُوت َو ْال َج َرا ُد َوأَ َّما ال َّد َما ِن فَ ْال َكبِ ُد َوالطِّ َحا ُل
ُ َان فَ ْالح
ِ ان فَأ َ َّما ْال َم ْيتَت ْ َّأُ ِحل
ِ ت لَنَا َم ْيتَت
ِ َان َو َد َم
“Apabila seekor lalat jatuh di salah satu bejana di antara kalian, maka
celupkanlah lalat tersebut seluruhnya, kemudian buanglah. Sebab di
salah satu sayap lalat ini terdapat racun (penyakit) dan sayap lainnya
terdapat penawarnya.”
الز ْه ِرىُّ فِى ِعظَ ِام ْال َموْ تَى نَحْ َو ْالفِي ِل َو َغي ِْر ِه ُّ الَ َ َوق. يش ْال َم ْيتَ ِة
ِ س بِ ِر َ َْوقَا َل َح َّما ٌد الَ بَأ
الَ يَ َروْ نَ بِ ِه بَأْسًا، َويَ َّد ِهنُونَ فِيهَا، ف ْال ُعلَ َما ِء يَ ْمتَ ِشطُونَ بِهَا
ِ َت نَاسًا ِم ْن َسل ُ أَ ْد َر ْك
4
rambut dan berminyak dengan menggunakan tulang tersebut. Mereka
tidaklah menganggapnya najis hal ini’.”
2. Darah
Segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Firman Allah SWT
yang artinya “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging
babi”. (Q.S Al-Maidah : 3) Sabda Rasulullah SAW :
)(رواه ابن ماجه ك َو ْال َج َرا ُد َو ْال َكبِ ُد َوالطِّ َحا ُل
ُ ان اَل َّس َم ْ َّاُ ِحل
ِ ت لَنَا َم ْيتَت
ِ َان َو َد َم
“Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam
darah, ikan dan belalang, hati dan limpa”.(H.R Ibnu Majah)
3. Nanah
Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair,
karena nanah itu merupakan darah yang sudah busuk.
4. Segala Benda Yang Keluar Dari Dua Pintu
Semua itu najis selain mani, baik yang biasa seperti tinja, air ataupun
yang tidak biasa seperti mazi, baik dari hewan yang halal dimakan ataupun
yang haram dimakan. Sabda rasulullah SAW :
َاَ َخ َذ ْال َح َج َري ِْن َو َر َّدالرَّوْ ثَة,صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما ِج ْى َء لَهُ بِ َح َج َر ْي ِن َو َروْ ثَ ِة لِيَ ْستَ ْن ِج َى بِهَا
َ ُاِنَّه
)َوقَا َل هّ ِذ ِه ِر ْكسٌ (رواه البخري
“sesungguhnya Rasulallah saw diberi dua biji batu dan sebuah tinja
keras untuk dipakai istinja. Beliau mengambil dua batu saja, sedangkan
tinja beliau kembalikan dan berkata, tinja itu najis”. (H.R. Bukhari)
2
Zulkifli, Fiqh Ibadah, Kalimedia, Yogyakarta: 2017. Hlm. 36
5
5. Arak
Semua najis dapat dicuci kecuali arak. Jika ia sudah menjadi cuka
dengan sendirinya, maka ia menjadi suci apabila cukup syarat-syaratnya
begitu juga kulit bangkai dapat menjadi suci setelah disamak. Sesuai
Firman Allah SWT :“Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
Termasuk perbuatan syaitan” (Q.S Al-Maidah : 90)
6. Anjing Dan Babi
Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi. Sabda Rasulullah SAW :
٨. النحل.ارهَ̃ااَثَاثًا
ِ ارهَا َواَ ْش َع
ِ ََو ِم ْن اَصْ َوافِهَا َواَوْ ب
“dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu onta dan bulu
kambing, alat-alat rumah tangga”.(Q.S An-Nahl : 80)
6
٧. االسراء.َولَقَ ْد َك َّر ْمنَا بَنِ ْ̃ى ٰا َد َم
7
14. Mani
Mengenai mani, terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama,
yang mana sebagian dari mereka menganggapnya najis. Yang jelas ia
tetap suci [3].
C. Jenis-Jenis Najis
1. Najis Mukhaffafah (ringan)
Yaitu termasuk najis yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki
yang belum memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang
kena najis ini sudah memadai dengan memercikkan air pada benda
itu,meskipun tidak mengalir. Adapun kencing anak perempuan yang
belum memakan makanan apa-apa selain ASI,kaifiat mencucinya
hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu
dan hilang rasa baunya. Untuk itu marilah kita renungkan beberapa
riwayat dibawah ini : Rasulullah saw bersabda :
Artinya :
Sabdanya lagi :
Artinya :
3
Intan Mariska Aretra Makalah Tentang Najis. Dikutip dari
https://www.academia.edu/35075113/makalah_tentang_najis.
8
“Kencing bayi perempuan harus di cuci,kencing bayi laki-laki cukup
diperciki.(HR.Abu Dawud,Nasa’i dan Ibnu Majah dari Abi Sumah
pembantu Rasulullah saw).
Pada suatu hari Ummu Qais ra.binti Muhshin ra membawa bayi laki-
laki yang belum memakan apa-apa kecuali air susu ibu saja. Kemudian
bayi tersebut kencing sehingga membasahi baju Rasulullah. Lalu beliau
meminta air dan memercikkannya ke atas baju beliau yang kena
kencingnya bayi laki-laki tersebut dan Rasulullah tidak mencucinya.
Makna Memerciki dengan Air pada Pakaian yang Kena Kencing Bayi
Laki-laki:
a. Karena kencing bayi laki-laki itu lebih halus dari kencing bayi
perempuan,sehingga kencing bayi laki-laki tidak banyak menempel
(melekat) di tempatnya kencing seperti halnya kencing bayi
perempuan.
b. Kencing bayi perempuan itu lebih berbau bila dibandingkan dengan
bau kencing bayi laki-laki.
9
c. Bayi laki-laki apabila kencing,maka kencingnya itu,berserakan ke
mana-mana(tidak mengumpul),sedang kencing bayi perempuan itu
mengumpul.
Artinya:
10
“Abu Hurairoh ra berkata,Rasulullah saw bersabda,Sucinya bejana
seseorang di antara kamu apabila telah dijilat anjing maka hendaklah
dibasuh tujuhkali yang salah satu dari tujuh itu dicampur dengan tanah.
(HR.Muslim). [4]
4
Zulkifli, hlm. 34.
11
6. Mentega yang Terkena Najis
Mentega, minyak yang bekudan yang serupa dengan itu, apabila
terkena zat najis(misalnya kejatuhan bangkai cicak dan lainnya) cukup
dibuang bagian yang terkena najis tersebut dan sekitarnya saja. Akan
tetapi, jika najis itu menyentuh bahan makanan yang cair, seperti minyak
goreng misalnya, maka semuanya manjadi najis.
7. Kaca, Pisau dan Keramik
Untuk membersihkan kaca, pisau, pedang keramik dan segala benda
yang permukaannya licin seperti itu, apabila terkena najis, cukup dengan
mengusapnya sehingga hilang bekas-bekas najis tersebut.
8. Sepatu dan Sandal
Bagian bawah sepatu, sandal dan sebagainya, apabila terkena najis,
cukup dibersihkan dengan cara menggosoknya ketanah sehingga hilang
zat dari najisnya.
9. Tali Jemuran
Tali jemuran yang pernah digunakan untuk menjemur pakaian yang
terkena najis, dapat dianggap suci kembali jika telah mengering, baik
karena panas matahari atau hembusan angin.
10. Tetesan Air yang Meragukan
Apabila seseorang terkena tetesan air atau percikan air yang tidak
jelas najis atau tidaknya, maka tidak wajib menanyakan hal itu dan
menyucinya. Akan tetapi jika ia telah diberitahu oleh orang terpercaya
bahwa air itu adalah najis, maka wajib manyucinya.
11. Pakaian yang Terkena Lumpur Jalanan
Pakaian yang terkena lumpur jalanan, tidak harus dicuci walaupun
jalanan tersebut biasanya terkena najis. Kecuali jika ia yakin bahwa yang
mengotorinya itu zat najis.
12. Melihat Najis di Pakaian Setelah Selesai Shalat
Jika seseorang telah menyelesaikan shalatnya, lalu melihat najis di
pakaian atau tubuhnya, sedangkan sebelum itu ia tidak mengetahuinya,
12
atau telah mengetahui tetrapi terlupa maka ia hanya wajib mengulangi
shalatnya yang terakhir saja. Yakni sebelum mengetahui adanya najis
tersebut.
13. Najis yang Tidak Dikenali Tempatnya
Jika seseorang mengetahui adanya najis pada pakaiannya tetapi kini
ia tidak tahu lagi di bagian manakah najis tersebut, wajiblah ia mencuci
semuanya, karena hanya dengan begitu ia dapat meyakini kesuciannya.
14. Menyamak Kulit Bangkai
Kulit bangkai, selain anjing dan babi, dapat menjadi suci setelah
melalui proses penyamakan.
15. Menggunakan Alat-Alat Makan-Minum Orang-Orang Non-Muslim
Dirawikan bahwa abu Tsa’labah Al-Khusyani pernah bertanya, “Ya
Rasulullah, adakalanya kami berada di negeri Ahl’l-Kitab. Bolehkah kami
makan dengan menggunakan alat-alat makan-minum mereka? Jawab
Nabi Saw., “jika ada yang lainnya, sebaiknya tidak menggunakan alat-
alat mereka. Tetapi jika tidak ada, cucilah dan kemudian makanlah”.
(HR. Bukhari dan Muslim) [5].
5
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fiqih Praktis, (Bandung: Penerbit Mizan, 1999),
hlm.56-60.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Najis merupakan lawan dari thaharah(suci), Secara etimologi najis berarti
sesuatu yang dapat mengotori atau menjijikan. Sedangkan menurut istilah
syara’, najis adalah sesuatu yang kotor dan dapat menghalangi keabsahan
shalat selama tidak ada sesuatu yang meringankan atau sesuatu yang
menjijikkan atau benda yang kotor yang wajib di bersihkan oleh setiap
muslim.
Adapun benda benda yang termasuk ke dalam najis seperti, bangkai
binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia, darah, nanah, segala
benda yang keluar dari dua pintu, arak, anjing dan babi, bagian badan
binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup, kotoran dan kencing
hewan yang haram dimakan dagingnya, hewan liar, kencing dan muntah
manusia. Adapun bangkai yang tidak dikategorikan pada najis yaitu, bangkai
ikan dan belalang, bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir, tulang,
tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai.
Jenis jenis najis ada 3 yaitu, najis mukhaffafah (ringan) termasuk najis
yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki yang belum memakan makanan
lain selain ASI. Mencuci benda yang kena najis ini sudah memadai dengan
memercikkan air pada benda itu,meskipun tidak mengalir. Najis
mutawassitah (sedang), termasuk dalam jenis najis ini adalah segala sesuatu
yang keluar dari qubul maupun dubur apapun bentuknya. Adapun cara
menyucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang sifatnya. Dan najis
mughalazah (berat), termasuk dalam najis ini adalah anjing dan babi termasuk
babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari keduanya.
Adapun cara mencuci najis atau benda yang terkena najis ini adalah dengan
mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur
dengan debu atau tanah yang suci.
14
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, yaitu
agar pembaca dapat memahami serta mempelajari isi dari makalah yang
berjudul “ Najis dan Cara Mensucikannya. ” yang sekiranya dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
Abu ‘Ani, Azmi. 2015. Fiqih Ibadah Prakti. Padang: Pustaka Ar-rayyan.
16