Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH

Oleh:

A. Kamilah Afifah (17237)


XI MIA 1

Mata Pelajaran: Pendidikan Agama Islam


Guru Mata Pelajaran: Hisbullah, S.PdI., M.PdI.

SMA NEGERI 1 SOPPENG


TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat, karunia, dan taufik serta hidayah-Nya. Tak lupa pula shalawat serta salam semoga
tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari
alam kegelapan menuju alam yang terang-benderang. Alhamdulillah, saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tata Cara Penyelenggaraan Jenazah, Cara
Menghadapi Orang Yang Sakaratul Maut, Cara Memandikan Jenazah, Cara Mengkafani
Jenazah, Cara Menyolatkan, serta Menguburkan Jenazah. Saya juga menyadari
sepenuhnya, bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna.

Saya sangat bersyukur karena telah meyelesaikan makalah yang menjadi tugas
pengurusan jenazah dengan judul “ TATA CARA PENYELENGGARAAN JENAZAH”.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
setiap orang yang membacanya dan memberikan wawasan yang luas kepada pembaca.

Soppeng, 24 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 3
1. Cara menghadapi orang yang sakaratul maut. ........................................................ 3
2. Memandikan Jenazah .............................................................................................. 4
3. Tata Cara Mengkafani Jenazah ............................................................................... 6
4. Menyalatkan Jenazah .............................................................................................. 8
5. Mengantarkan dan Menguburkan Jenazah............................................................ 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
B. Saran ..................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Syariat islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami kematian
yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk sebaik-baik ciptaan
Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka islam sangat menghormati
orang muslim yang meninggal dunia. Oleh sebab itu, menjelang menghadapi kehariban
Allah SWT orang yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari
muslim lainnya yang masih hidup. Dalam ketentuan hukum islam jika seorang muslim
meninggal dunia maka hukumnya fardhu kifayah atas orang orang muslim yang masih
hidup.

Kita ketahui bahwa petunjuk Rasulullah SAW dalam masalah tata cara mengurus
jenazah adalah petunjuk dan bimbingan yang terbaik dan berbeda dengan petunjuk
umat-umat lainnya. Bimbingan beliau dalam hal mengurus jenazah didalamnya
mencakup aturan yang memperhatikan jenazah. Termasuk memberi tuntunan yaitu
bagaimana sebaiknya keluarga dan kerabatnya memperlakukan jenazah/mayat.Tetapi
saat ini banyak sekali penyimpangan-penyimpan yang dilakukan oleh umat manusia
mengenai tata cara pengurusan jenazah, sehingga tidak sedikit umat muslim yang
bingung mengenai tata cara pengurusan jenazah yang baik dan benar sesuai dengan
ajaran Rasulullah SAW.

Makalah ini saya buat insyaa Allah sebaik mungkin, sesuai dengan kaedah yang
benar. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan dapat menjadi
petunjuk dalam tata cara penyelenggaraan jenazah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghadapi orang yang sakaratul maut?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana cara mengkafani jenazah?
4. Bagaiaman tata cara menyalatkan jenazah?
5. Bagaimana cara menguburkan jenazah?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menghadapi orang yang sakaratul maut.
2. Untuk mengetahui cara memandikan jenazah.
3. Untuk mengetahui cara mengkafani jenazah.
4. Untuk mengetahui tata cara menyalatkan jenazah.
5. Untuk mengetahui cara menguburkan jenazah.

2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Cara menghadapi orang yang Sakaratul Maut.

‫ار َواُد ِْخ َل‬ َ ‫ت َواِنَّ َما ت ُ َوفَّ ْونَ ا ُ ُج ْو َر ُك ْم َي ْو َم ْال ِق ٰي َم ِة ِۗ فَ َم ْن ُز ْح ِز َح‬
ِ َّ‫ع ِن الن‬ ِ ِۗ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَ ۤا ِٕىقَةُ ْال َم ْو‬
‫ع ْالغُ ُر ْو ِر‬ ُ ‫ْال َجنَّةَ فَقَ ْد فَازَ ِۗ َو َما ْال َح ٰيوة ُ الدُّ ْن َيا ٓ ا ََِّّل َمتَا‬
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia
hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Q.S Aal-Imraan (3) : 185)

Tidak ada yang mengingkari bahwa manusia tanpa terkecuali pasti akan mengalami
kematian. Sebelum kematian tersebut terjadi, manusia akan mengalami saat terakhir
yang sangat menentukan baik tidaknya kehidupan setelahnya. Inilah sakaratul maut
yang setiap jiwa takut menghadapinya. Di saat inilah manusia di antara dua
kemungkinan, keselamatan atau kebinasaan. Saat itu pula syaithan akan bekerja keras
demi mengajak manusia untuk menjadi teman mereka di neraka kelak, naudzu billah
min dzalika. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengokohkan iman kita dalam
menghadapi ujian ini. Amin.

Apabila seseorang telah merasakan akan datangnya maut, maka sebaiknya ia


melafalkan kalimat,”La ilaaha illallah,’, sedangkan orang yang berada disekelilingnya
membantunya dengan menuntunnya (mentalqin), apabila yang sakit lupa. Sabda
Rasulullah saw. :

“Talqinlah orang yang akan mati diantara kalian, dengan mengucapkan La Ilaaha
Illallah,” (HR. Muslim).

Dan dari Abu Muadz bin Jabal ra., bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda :

“Barang siapa yang akhir kehidupannya ditutup dengan membaca La Ilaha


Illahllah, maka ia akan masuk surga,” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

Ada 4 (empat) hal yang semestinya dilakukan seseorang terhadap anggota keluarga
yang sedang mengalami naza’ atau sakaratul maut. Keempat hal itu adalah:

3
Pertama, menidur miringkan orang tersebut ke sisi badan sebelah kanan untuk
menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Bila hal ini dirasa susah maka
menelentangkannya dengan posisi kepala sedikit diangkat sehingga wajahnya
menghadap ke kiblat. Demikian pula kedua ujung kakinya juga disunahkan untuk
dihadapkan ke arah kiblat.

Kedua, disunahkan mengajari (men-talqin) orang yang sedang sekarat kalimat


syahadat yakni lâ ilâha illallâh dengan cara yang halus dan tidak memaksanya untuk
ikut menirukan ucapan syahadat tersebut. Cukuplah mentalqin dengan mengulang-
ulang memperdengarkan kalimat lâ ilâha illallâh di telinganya tanpa menyuruh untuk
mengucapkannya

Ketiga, disunahkan membacakan surat Yasin kepada orang yang sedang sekarat.
Berdasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ibnu Hiban: “Bacakanlah surat
Yasin kepada orang yang sedang sekarat di antara kalian.”

Keempat, orang yang sedang mengalami sakit dan merasakan sudah adanya tanda-
tanda kematian ia dianjurkan untuk berbaik sangka (husnu dhan) kepada Allah. Dalam
keadaan seperti ini yang terbaik ia lakukan adalah membuang jauh-jauh bayangan dosa
dan kemaksiatan yang telah ia perbuat. Sebaliknya ia dianjurkan untuk membayangkan
bahwa Allah akan menerimanya dan mengampuni semua dosa-dosanya. Dalam sebuah
hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim Allah
berfirman:” aku bersama prasangka hamba-ku kepadaku”

Dari ulasan diatas, saya dapat menarik kesimpulan bahwa:

Saat seseorang menghadapi sakaratul maut, sebagai anak, keluarga, atau teman
kita dapat melakukan 4 hal agar calon jenazah dapat meninggal dalam keaadaan husnul
hotimah yaitu menghadapkannya kearah kiblat, menalgin, membacakan surah yasin,
serta berprasangka baik terhadap orang yang mau meninggal.

2. Memandikan Jenazah
Hukum Memandikan jenazah, yaitu:
1. Wajib Kifayah bagi kaum muslimin yang mengetahui kematian saudaranya
untuk memandikannya] Sebagaimana perintah Rasulullah Shallallohu'alaihi wasallam
dalam hadits Ibnu 'Abbas tentang seorang shahabat yang meninggal karena jatuh dari
ontanya dan terinjak hingga patah lehernya: "Mandikanlah dia dengan air dan sidr

4
(bidara) " Bukhari no.1265, Muslim no.2883. Perintah Rasul menunjukkan wajibnya
memandikan jenazah muslim.
2. Wajib bersegera dalam memandikan mayit, tidak perlu menunggu kedatangan
kerabat atau yang lain, terlebih jika dikhawatirkan badan mayit rusak dan berubah
baunya.
Dalam pengurusan jenazah, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah
memandikan jenazah. Adapun perlengkapan yang harus disiapkan adalah sebagai
berikut:
1. Tempat pemandian jenazah yang berbentuk tipan/balik dimana pada bagian kepala
lebih tinggi daripada bagian kaki agar air mengalir kebawah.
2. Tiga buah embar,berisikan air bersih,air daun bidara \sabun ,air kapur barus
3. Peralatan pelengkap lainnya yaitu cottonbat, sikat gigi, sarung tangaan, dan masker.
Kemudian angkatlah jenazah ke tempat pemandian yang telah disediakan.
Angkatlah jenazah secara hati-hati hingga diletakkan ketempat pemandiannya. Setelah
jenazah diletakkan ditas tempat pemandiannya, petugas meninggalkan pakaian jenazah
dengan tetap menutup bagian auratnya. Auratnya ditutup dengan kain basahan yang
telah disediakan. Bagi jenazah laki-laki auratnya ditutup mulai dari pusat hingga di
bawah lutut. Bagi jenazah perempuan mulai dari atas dada hingga bagian betisnya.
Kemudian angkatlah badan jenazah sedit dengan menekan perutnya agar segala kotoran
yang ada padanya keluar. Siramlah dengan air untuk menghilangkan kotoran dengan
tetap menggunakan sarung tangan agartidak bersentuhan dengan kemaluan (aurat)
jenazah. Selanjutnya siramkan air dari kepala hingga kaki dimulai dari anggota tubuh
yang sebelah kanan dan juga sebelah kiri terutama sekali anggota anggota wudhunya.
Sesuai hadis Nabi SAW, Ummu Athiyah berkata,”Tatkala kami memandikan Puteri
Nabi saw, beliau bersabda, “Mulailah dengan anggota badannya yang sebelah kanan
dan tempat (anggota ) wudhunya.” (HR. Bukhari dari Ummi Athiyah)
Kemudian siramlah seluruh tubuh jenazah dengan bilangan yang ganjil dengan
(3,5,atau 7 siraman) dimulai dari bagian tubuh sebelah kanan lalu kekiri. Lalu
membalikkan tubuh jenazah kekanan,kekiri dan siram dengan bilangan yang ganjil.
Sesuai dengan hadis Nabi SAW “Mandikanlah dia tiga kali atau lima kali atau lebih
dari itu menurut pendapat kalian, dengan air dan daun bidara ...” (HR. Bukhari dari
Ummi Athiyah)
Setelah dimandikan dengan air yang dicampur dengan daun bidara atau sabun
dengan menggolok-goloknya lalu disiram sampai bersih. Setelah dibilas dengan air

5
bersih, siram dengan air yang dicampur dengan kapur bersih harus dengan bilangan
yang ganjil. Setelah jenazah siap dimandikan , keringkan tubuh jenazah dengan handuk
yang telah disiapkan dengan cara yang hati-hati dan perlahan-lahan. Bagi jenazah laki-
laki, boleh disisir rambutnya. Bagi jenazah perempuan, jalin rambutnya menjadi 3
jalinan. Setelah itu jenazah dibawah kembali untuk dikafani. Dalam memandikan
jenazah, yang berhak memandikan jenazah yaitu:
a. Jika mayat itu perempuan,maka yang berhak memandikan adalah kaum wanita
demikian sebaliknya.
b. Istri lebih berhak memandikan suaminya dan suami lebih berhak memandikan
istrinya. Hal ini sesuai hadis Nabi SAW “Apa halanganya seumpama kaumati
seelumku, akulah yang memandikn engkau, mengshalat engkau dan menguburkan
engkau (HR.Ibnu Majah dari Aisyah)
c. Anak boleh memandikan kedua oarang tuanya, demikian pula sebaliknya kedua
orangtua boleh memandikan anaknya.

Dari ulasan diatas saya dapat menarik kesimpulan bahwa:


Memandikan jenazah adalah fardhu kifayah sebagaimana sudah diketahui apabila
dilakukan oleh orang lain gugurlah kewajiban itu dari yang lain. Serta kita dapat
memahami secara jelas mengenai syarat dan tata cara memandikan jenazah karena
materi ini sangat berguna ketika kita berada di lingkungan masyarakat. Selain
medatangkan amal kebaikan, memandikan jenazah juga berarti mematuhi perintah
Allah SWT serta memberikan penghormatan terhadap jenazah.

3. Tata Cara Mengkafani Jenazah


Mengkafani jenazah maksudnya membungkus jenazah dengan kain kafan. Hukum
mengkafani jenazah ialah fardu kifayah bagi orang-orang islam yang masih hidup. Kain
kafan diperoleh dengan cara yang halal, yakni diambilkan dari harta peninggalan
jenazah, jika ia meninggalkan harta.
Kalau jenazah tidak meninggalkan harta, maka yang wajib menyediakan kain kafan
adalah keluarga terdekatnya (orang yang wajib memberi nafkah jenazah dimasa
hidupnya). Kalau keluarga terdekatnya tidak ada/tidak mampu, maka untuk membeli
kain kafan itu diambilkan dari baitul mal. Jika baitul mal tidak ada, yang wajib
menyediakan kain kafan itu adalah orang Islam yang mampu.

6
Hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk mengkafani jenazah yang sesuai dengan
sunnah Rasulullah yaitu:
 Persiapan mengkafani untuk jenazah laki-laki
a. Siapkan tali-tali kafan yang akan digunakan sebanyak 5 atau 7 tali.
b. Siapkan kain kafan yang berwarna putihdan sudah diukur sesuai dengan badan
jenazah. Sesuai hadis Nabi saw: “pakaikanlah diantara pakaian kamu yang
putih warnanya, karena itu pakaianmu terbaik. Dan kafanilah jenazah-
jenazahmu itu dengan kain putih itu” (HR. Baihaqi dari Samurah)
c. Kain kafan untuk jenazah laiki-laki sebanyak 3 lembar kain jenazah juga boleh
dibalut dengan kapas dan diberi wangi-wangian.
 Cara mengkafani jenazah laki-laki
a. Lipatlah kain kafan dari arah sebelah kanan ke arah sebelah kiri, begitu juga
sebaliknya.
b. Tarik kain penutup auarat jenazah
c. Simpulkan tali-tali mulai dari atas kepala hingga kaki dan simpulkan tali
tersebut diarah sebelah kiri badan jenazah.
 Persiapan mengkafani untuk jenazah perempuan:
a. Susun tali pengikat kain kafan
b. Kain kafan untuk jenazah perempuan sebanyak lima lembar kain, yaitu dua
lembar kain pembungkus jenazah, kerudung, baju kurung (rompi), dan kain
basahan.
c. Jangan berlebih lebihan menggunakan kain kafan .
 Cara mengakafani jenazah perempuan
a. Setelah kain kafan tersusun.
b. Pakaikan baju kurung atau rompi,kain basahan , dan kerudung.
c. Tutuplah jenazah dengan selembar kain putih. Kemudian, lipatlah seluruh kain
untuk menutupi seluruh tubuh jenazah.
d. Lalu diikat dengan tali kafan pada badan sebelah kiri.

Dari ulasan diatas sya dapat menarik kesimpulan bahwa:

Dengan adanya pembahasan tentang mengkafani jenazah ini, kita semua selalu
ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu,
pemakalah juga berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan

7
pengetahuan kita semua serta dapat mengajarkannya dengan baik cara-cara dalam
mngkafani jenazah sesuai dengan ulasan yang ada diatas.

4. Menyalatkan Jenazah
Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia.
Shalat jenazah hukumnya fardhu kifayah bagi semua orang muslim yg hidup. Jika
telah dikerjakan oleh satu orang sekalipun maka gugurlah kewajibannya dari yg lain.
Dari Salamah bin Al-Akwa:

“Dari Salamah bin Al-Akwa’,”pada suatu saat kami duduk-duduk dekat Nabi
Saw.Ketika itu dibawa seorang mayat, beliau berkata kepada kami, ‘shalakanlah teman
kamu’.’(riwayat Bukhari)
Shalatnya jenazah sebagaimana redaksi shalat lainnya. Shalat jenazah juga memilki
beberapa syarat sebagaimana syarat dalam melaksanakan shalat fardhu yaitu :
1.Badannya suci, suci dari hadats kecil dan besar.
2.Menghadap ke kiblat.
3. Menutupi aurat.
4. Dilakukan setelah mayat dimandikan dan dikafani.
5.Letak mayat itu sebelah kiblat orang yang menyalatkan, kecuali kalau shalat itu
dilaksanakan diatas kubur atau shalat gaib.
Yang membedakan shalat jenazah dengan shalat fardhu adalah bahwa shalat
jenazah tidak terikat waktu, shalat jenazah dilakukan kapan saja ketika jenazah tiba,
bahkan dalam waktu yang dilarang pun dapat melaksankan shalat jenazah, menurut
Imam Abu Hanifah dan Syafi’i. Menurut Imam Ahmad, Ibnu Mubarok dan Ishak
berpendapat bahwa melaksanakan shalat jenazah saat matahari terbit, tepat berada
diatas dan saat tenggelam, hukummnya makruh kecuali jika tubuh dikhawatirkan akan
membusuk.
Dalam menyalat jenazah laki-laki, imam berdiri diatas kepala jenazah laki-laki.
Sementara menyalatkan jenazah perempuan, imam berdiri di arah bagian pinggang
jenazah perempuan. Pengaturan susunan shaf pada shalat jenazah berjamaah yaitu

8
shafnya terdiri dari tiga shaf, jika jamaahnya tidak terlalu banyak. Hal ini sesuai hadis
Nabi SAW: “Dari Malik bin Hubairah berkata bersabda Rasulullah saw “Tiadalah
seorang mukmin yang meninggal dunia dishalatkan oleh sekelompok kaum muslimim
yang mencapaitiga shaf melainkan diamouni dosanya.”(HR. Ahmad dari Malik bin
Hubairah.. Ada hadis yang menyebutkan jumlah orang yang mengshalatkan jenazah,
ada pula yang menyebut seratus orang dan juga empat puluh orang. Adapun rukun-
rukun shalat jenazah diantaranya:
a. Berniat. Niat untuk mendirikan sahalat jenazah tempatnya didalam hati, tidak ada
kaitannya dengan lidah. Melafazkan niatnya tidak disyaratkan.
b. Berdiri bagi yang kuasa
c. Empat kali takbir
d. Membaca al- fatihah secara sirr
e. Membaca sholawat nabi secara sirr
f. Berdo’a
g. Memberi salam

Tata cara sholat jenazah berdasarkan Sunnah Nabi Muhammad SAW dan
berdasarkan keputusan Tarjih Muhammadiyah yaitu:

a. Setelah takbir yang pertama kita mambaca Al Fatihah dan langsung disambung
dengan Shalawat Nabi SAW

b. Setelah Takbir kedua membaca Doa untuk mayyit. Dalam membaca do’a untuk
mayyit, kita tidak perlu merubah do’a yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw

9
tersebut sesuai dengan jenis kelaminnya, kalau mayyit perempuan dengan lafal
“Allohummaghfirlaha” dan kalau mayitnya banyak menggunkan lafal
“allohummaghfirlahu”. Cukuplah bagi kita membaca do’a tersebut sesuai dengan
lafal hadisnya.
c. Setelah takbir yang ketiga membaca doa

d. Setelah Takir yang keempat keta membaca doa’a

e. Mengucapkan salam sempurna ke kanan dan kekiri.

Namun, adapula cara lain Shalat Jenazah yaitu:


a. Setelah takbir yang pertama hanya membaca surah Al-Fatihah.
b. Setelah takbir yang kedua shalawat atas Nabi Muhammad SAW.
c. Setelah takbir yang ketiga membaca do’a untuk mayyit.
d. Setelah takbir yang keempat membaca doa.
e. Salam

Dari ulasan diatas dapat saya simpulkan:


Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat
Muslim jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat
jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia, maka didak
ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan pengurusan jenazah
tersebut.

10
Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
untuk menyanbut kematian itu.

5. Mengantarkan dan Menguburkan Jenazah


Setelah jenazah selesai dishalati hendaknya segera dibawa ke pemakaman untuk di
kebumikan / di makamkan.
Dalam pengurusan jenazah, kita diperintahkan oleh Rasulullah saw agar
menyegerakan dalam pelaksanaanya terutama dalam mengantarkannya ke kuburan. Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika kita menggiringi dan mengantarkan jenazah
ke kubur yaitu:
a. Lebih utama jika setiap orang memegang usungan keranda dengan berjalan kaki,
akan tetapi jika jauh dan dalam keadaan tertentu, boleh menggunakan kendaraan.
b. Kaum perempuan dilarang untuk mengiringi jenazah sampai ke kubur dengan
larangan yang bersifat makruh tanzih, karena Rasulullah saw melarangnya
khawatir jika mereka akan meratap dipekuburan.
c. Waktu mengurus jenazah tidak ada suara-suara apapun baik itu engan ucapan-
ucapan zikir, seperti ucapan “la ilaha illallahu dan ucapan lainnya yang tidak
disyariatkan. Dalam mengiri jenazah kita disuruh diam untuk merenung apa yang
sedang terjadi pada waktu itu.
d. Pada waktu memasuki area pekuburan, disunnahkan oleh Nabi saw kita agar
melepas sepatu,sendal dan alas kaki lainnya.
e. Saat kita masuk kedalam area pekuburan kita disunnahkan untuk membaca salam
kepada ahli kubur.
Dengan ucapan:

“Semoga keselamatan tercurah bagi penghuni (kubur) dari kalangan orang-orang


mukmin dan muslim dan kami Insya Allah akan menyusul kalian semua. Saya
memohon kepada Allah bagikami dan bagikalian keselamatan.” (HR. Muslim dari
Buraidah).
Ada dua bentuk galian kubur yaitu bentuk lahad dan bentuk syaqq.

11
Lahad adalah liang (membentuk huruf U memanjang) yang dibuat khusus di dasar
kubur pada bagian arah kiblat untuk meletakkan jenazah di dalamnya.
Syaq adalah liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada bagian tengahnya
(membentuk huruf U memanjang).
Rasulullah saw menyuruh kita untuk memperdalam kubur. Dalam melaksanakan
penguburan, Rasulullah saw melarang kita umatnya menguburkan maupun menyalatkan
jenazah pada tiga waktu terlarang yaitu pada waktu terbit matahari sehingga naik,
waktu matahari di tengah-tengah, dan waktu hampir terbenam sehingga benar-benar
terbenam. Ketika jenazah sudah sampai ke area pekuburan, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:
a. Masukkan jenazah dari arah kaki kubur.“Bagi jenazah laki-laki tidak perlu ditutup
kain diatasnya, sedangkan bagi jenazah perempuan ditutup kain diatasnya.”
b. Ada dua atau tiga orang yang meletakkannya didalam kubur.
c. Orang yang meletakkan jenazah adalah orang yang pada malam harinya tidak
melakukan hubungan suami istri.
d. Sewaktu meletakkan mayat ke dalam kubur, disunnahkan membaca :

Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah SAW.

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. Membaca:

Artinya: Dengan nama Allah dan nama agama Rasulullah dan atas nama sunnah
Rasulullah.”(HR. Lima ahli hadis, kecuali Nasai dan Ibnu Umar ra.)

Dengan demikian meletakkan jenazah kedalam kubur itu bukanlah diazankan


karena Rasulullah saw. Tidak pernah mencontohkan perbuatan itu kepada umatnya.

e. Hendaklah mayat dimiringkan badannya menghadap kearah kiblat.


f. Bukalah tali yang mengikat kainkafannya, Bila perlu badanya ditopang dengan
bantalan tanah.

12
g. Tutuplah lahad dengan papan atau yang sejenisnya agar waktu menguburnya tanah
tidak langung mengnai jasadnya. “Boleh mencurahkan tanah sebanyak tiga kali
kedalam kubur dari arah kepala.”
h. Boleh meninggikan tanah pekuburannya sejengkal dari permukiman tanah dan
dibei tanda.
i. Mendoakan dan memohon ampun kepada Allah SWT atasnya dengan doa masing-
masing.

“Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mintalah keteguhan untuknya.


Karena saat ini dia sedang di uji.” (HR. Abu Dud dari Utsman bin Affan).

Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya,maka


sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akaan
dikembalikan kepada (Allah) , yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu
Dian diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” ( QS. Al- Jumu’ah (62)
: 8)
Haram hukumnya menyemen dan membangun kuburan. Demikian pula
menulisi batu nisan. Dan diharamkan juga duduk di atas kuburan, menginjaknya
serta bersandar padanya. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam telah
melarang dari hal tersebut. (HR. Muslim)

Dari ulasan diatas saya dapat menarik kesimpulan:


“Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini, pemakalah
berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri
untuk menyambut kematian itu.”

13
BAB III
PENUTUP
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Hidup dan mati adalah hak Allah SWT. Penyelenggaraan jenazah seorang muslim,
itu hukumnya fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan seluruh mukallaf
ditempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.
Berikut tata cara untuk menuntun seseorang yang telah mengalami sakaratul maut
1. Menalqin (menuntun) dengan syahadat
Sesuai sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, “Talqinilah orang yang akan
wafat di antara kalian dengan, “Laa ilaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir
ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa ilaha illallah’, maka ia akan masuk surga suatu
masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya.”
2. Hendaklah mendoakannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik
3. Berbaik sangka kepada Allah
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
5. Menghadapkan orang yang sakaratul maut ke arah kiblat

Kewajiban penyelenggaraan jenazah:


1. Memandikan, mengkafani, menyalatkan dan menguburkannya.
2. Adapun kewajiban terhadap jenazahnya ada empat macam, yaitu
1). memandikannya, 2). mengkafaninya, 3). menshalatinya,
4). menguburkannya.
3. Kewajiban orang yang hidup kepada orang yang meninggal ada dua hal,
yaitu kewajiban terhadap jenazahnya dan kewajiban terhadap harta
peninggalannya.
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara penyelenggaraan jenazah, antara lain:
a. Memperoleh pahala yang besar.
b. Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi antara sesama muslim.
c. Membantu meringankan beban keluarga jenazah.
d. Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati.

14
B. Saran
Dengan adanya pembahasan tentang tatacara penyelenggaraa jenazah ini,berharap
agar kita semua selalu ingat akan kematian dan mempersiapkan diri untuk menyambut
kematian itu. Selain itu saya berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasa
serta dapat menambah pengetahuan kita tentang cara mengurus jenazah dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Christriyati Ariani. 2002. Motivasi Peziarah. Yogyakarta: Putra Widya


Karim Abdul. 2004. Petunjuk Merawat Jenazah dan Shalat Jenazah. Jakarta: Amzah
Nashiruddin Al-Albani. 1999. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. Jakarta: Gema Insan.
http://karyacombirayang.blogspot.co.id/2015/11/makalah-jenazah.html
https://youtu.be/MTMRJcj3yDg

16

Anda mungkin juga menyukai