Anda di halaman 1dari 15

PERAWATAN JENAZAH

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Pada mata kuliah

Pengembangan Materi PAI 1

Dosen Pengampu: M. Sayyidul abrori, M.pd

Disusun Oleh:

1. Khoirul Nazib (221210086)


2. Navia Syifaurrohmah (221210199)
Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS MA’ARIF LAMPUNG (UMALA)

METRO LAMPUNG
1445H/2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang telah memberi rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
kami tentang “Standar Tenaga Kependidikan”

Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan trimakasih krpada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaiian tugas makalah ini sehimgga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
memberikan wawasan yang lebih luas bagi pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan ini terdapat kelebihan atau kekurangan sehingga kami mengharakan kritik dan saran yang
dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya. Trimakasih

Wasalamualaikum wr.wb

23 Sebtember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................1
C. Tujuan pembahasan...........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2
A. Etika menghadapi kematian..............................................................................3
B. Memandikan jenazah.........................................................................................4
C. Mengkafani jenazah...........................................................................................6
D. Menyolatkan jenazah…………………………………………………………..6
E. Menguburkan jenazah........................................................................................8
BAB III KESIMPULAN…………………………………………………………...10
A. Kesimpulan……………………………………………………………………..10
B. Saran…………………………………………………………………………….11
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………....11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam menganjurkan ummatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga
menganjurkan ummatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit menghibur dan
mendo’akannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seorang dari
mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban yang
mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani,
menyembahyangkan dan menguburkannya.
Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,
mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada
menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin
sebagai kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh sebahagian mereka
sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah itu berarti sudah
terbayar. Kewajiban yang demikian sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu
kifayah.
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari
ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itu pun
merupakan fardhu kifayah juga. Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok
kaum muslimin apabila dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu
cukup untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan jenazah itu.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika dalam mengahadapi kematian?
2. Apa saja tata cara dalam memandikan jenazah?
3. Bagaiman tata cara mengkafani jenazah?
4. Bagaimana tata cara menguburkan jenazah?
C. Tujuan
1. Menjelaskan sikap atau etika seorang muslim dalam menghadapi kematian.
2. Mengetahui cara-cara pemandian jenazah.
3. Mengetahui alat-alat dan bahan dalam pengafanan jenazah dan cara mengafani
jenazah.
4. Mengetahui cara-cara menshalati jenazah.
5. Mengetahui cara menguburkan jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Etika Menghadapi Kematian


"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Ali Imran ayat 185)
Ayat di atas secara tegas menjelaskan bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan
bagi setiap yang berjiwa. Allah mentakdirkannya sebagai sarana perpindahan ke alam
barzah, dan untuk seterusnya ke alam akhirat.
Dari sisi ini, membicarakan tentang kematian, sebenarnya membicarakan tentang
hal lumrah yang pasti akan terjadi. Tapi, masalahnya tidak sesederhana itu. Karena
kematian juga memiliki akibat-akibat yang mengiringinya sebagai konsekuensi
berpisahnya ruh dari jasad manusia. Akibat-akibat yang secara umum tidak diharapkan
manusia, karena melahirkan sejumlah ketakutan. Sehingga pembicaraan tentang kematian
sering dihindari oleh manusia. Menurut Syaikh Utsaimin, takut (khauf) adalah rasa
gelisah yang muncul sebagai reaksi kekhawatiran akan tertimpa sesuatu yang
menghancurkan, membahayakan atau menyakitkan. Bagi hamba yang beriman, kematian
adalah hakim yang akan menguak rahasia amal ibadahnya secara nyata di akhirat nanti.

Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 175, "Dan takutlah kepadaKu, jika kalian
benar-benar orang-orang yang beriman.

Dia takut kalau ternyata bekal yang dipersiapkan selama hidupnya tidak
mencukupi untuk menghadap Allah. Amalnya kurang, taubatnya tidak sempurna, sedang
dosa-dosanya membuih selautan. Namun, bagi manusia yang ingkar, kematian tentulah
sangat menakutkan karena ia merupakan puncak kehancuran hidup dengan segala mimpi-
mimpi indah di dalamnya. Dialah pemutus segala kenikmatan hidup yang telah susah
payah dikejarnya.

3
Inilah yang membuatnya menolak datangnya kematian sekuat tenaga. Karenanya
dia ingin menghindar, sebab cintanya pada dunia yang sangat besar dan penolakannya
terhadap akhirat, membuatnya tidak mau berpisah dengan kelezatan yang telah
dirasakannya.
Manusia berbeda dengan binatang atau makhluk lainnya. Manusia adalah khalifah
di muka bumi yang diberikan kemulian dan keistimewaan oleh Allah swt. Oleh karena
itu, tidak heran jika setelah meninggal Allah pun memerintahkan kepada yang masih
hidup untuk memperlakukan orang yang sudah meninggal dunia dengan perlakukan yang
baik.
Syariat Islam menetapkan bahwa setiap orang Islam yang meninggal dunia,
jenazahnya harus dirawat oleh orang Islam yang hidup. Hukumnya adalah fardhu
kifayah, artinya suatu kewajiban apabila telah dilaksanakan oleh satu orang muslim maka
gugurlah suatu kewajiban itu terhadap yang lain. Kewajiban seorang muslim di dalam
merawat jenazah yaitu memandikan jenazah, mengkafani jenazah, menshalatkan jenazah,
dan menguburkan jenazah.

B. Memandikan jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan jasmani jenazah dan najis serta
kotoran dengan cara menyiramkan air suci ke seluruh tubuh jenazah hingga merata.
Memandikan jenazah ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
a. Jenazah beragama Islam.
b. Jenazah tidak mati syahid.
c. Jeazah ketika lahir masih ada tanda-tanda kehidupan.
Orang yang berhak memandikan jenazah adalah jika jenazah laki-laki maka yang
memandikan kaum laki-laki saja, tidak boleh kaum wanita, kecuali istri dan muhrimnya.
Sebaliknya, jenazah wanita yang memandikan adalah kaum wanita pula kecuali suami
dan muhrimnya.
Jika suami dan muhrimya ada semua, maka suami berhak memandikan istrinya,
demikian juga jika istri dan muhrim ada maka mereka yang berhak memandikan
suaminya. Jika jenazah masih anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, boleh

3
dimandikan oleh laki-laki atau perempuan, tetapi diutamakan keluarga yang dekat dengan
jenazah, dengan syarat ia mengetahui cara memamndikan dan dapat dipercaya.
Tata cara memandikan jenazah :
a) Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
b) Tutup seluruh anggota mayat kecuali muka.
c) Semua Bilal hendaklah memakai sarong tangan sebelah kiri.
d) Sediakan air sabun.
e) Sediakan air kapur barus.
f) Angkat sedikit bagian kepalanya.
g) Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-
lahan serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain alas atar tidak
tersentuh auratnya.
h) Siram dan basuh dengan air sabun.
i) Kemudian gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah
jari tangan dan kakinya dan rambutnya.
j) Selepas itu siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
k) Kemudian bilas dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :

‫َنَوْيُت اْلُغْس َل َهِلَذ ا اْلَم ِّيِت ِلَّلِه َتَعاىَل‬


Artinya : "Aku berniat untuk memandikan mayat laki-laki ini karena Allah Ta'ala."
Lafadz niat memandikan jenazah perempuan :

‫َنَوْيُت اْلُغْس َل َهِلِذِه اْلَم ِّيَتِة ِلَّلِه َتَعاىَل‬


Artinya : “Aku berniat untuk memandikan mayat perempuan ini karena Allah Ta'ala.”
i. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga hujung kaki 3 kali
dengan air bersih.
ii. Selesai dimandikan, terakhir disiram dengan air berbau harum, seperti kapur
barus. Air yang digunakan untuk memandikan jenzah harus air suci.

4
iii. Setelah selesai dimandikan dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan
menggunakan tuala pada seluruh badan mayat.
C. Mengafani Jenazah
Mengkafani jenzah adalah membungkus badan jenazah dengan kain kafan.
Mengkafani jenazah harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :
a. Syarat sah mengkafani jenazah :
1. Kafan dapat membungkus seluruh tubuh jenazah sekurang-kurangnya satu lapis.
2. Jenazah sudah dimandikan.
b. Kain yang diperlukan untuk kafan.
Kain yang digunakan untuk kain kafan ialah kain putih yang terbuat dari kapas
(katun) baik dan bersih. Yang dimaksud baik disini bukan mahala harganya, tetapi
kain yang masih utuh. Jika jenazahnya lak-laki diharamkan memakai kafa sutera, jika
perempuan diperbolehkan memakai kain kafan sutera, tetapi hukumnya makhruh.
Batas minimal kain kafan adalah satu lembar atau menutup seluruh anggota badan
jenazah.
Tata cara mengkafani jenazah :
a. Jenazah laki-laki dikafani dengan menggunakan tiga lapis kain dengan ketentuan
sebagai berikut :
1) Satu lapisan sebagai sarung yang menutup tubuh antara pusar sampai kedua
lutut.
2) Satu lapis menutup tubuh antara leher sampai mata kaki
3) Satu lapis menutup seluruh anggota tubuh jenazah (sebagai pembungkus).
b. Jenazah perempuan dikafani dengan menggunakan lima lapis kain, dengan ketentuan
berikut :
1) Satu lapis sebagai sarung
2) Satu lapis sebagai penutup kepala
3) Satu lapis sebgai baju/baju kurung
4) Dua lapis sebagai pembungkus seluruh anggota tubuh jenazah.

D. Menshalatkan Jenazah

5
Shalat jenazah ialah shalat denan empat kali takbir tanpa disertai ruku dan sujud,
dilakukan jika ada orang Isla yang mennggal dunia, utnuk mendoakan agar sang jenazah
diampuni dosanya oleh Allah swt. Hukum shalat jenazah adalah fardhu kifayah
sebagaimana memandikan jenazah dan mengkafani.
a. Syarat –syarat shalat jenazah, sebagai berikut :
1. Menutupi aurat, suci dari hadas besar dan hadas kecil, bersih badan, pakaian, dan
tempat dari najis serta menghadap kiblat.
2. Jenazah telah dimandikan dan dikafani.
3. Letakkan jenazah di sebelah kiblat orang yang menshalatan kecuali, shalat
jenazah di atas kubur atau shalat gaib.
b. Rukun shalat jenazah, sebagai berikut :
1) Niat
2) Berdiri bagi yang mampu
3) Takbir empat kali
4) Membaca surat Al-Fatihah
5) Membaca shlawat atas Nabi
6) Mendoakan jenazah
7) Mengucapkan salam
Tata Cara Menshalatkan jenazah :
a. Meletakkan jenazah di arah kiblat
b. Posisi imam (jika berjamaah) berdiri menghadap kiblat (di arah kepala jenazah jika
jenazah tersebut laki-laki dan arah pinggang jenazah jika jenazahnya perempuan).
c. Membaca ta’awuz
d. Membaca basmallah
e. Mengucapkan lafal niat :
Niat sholat jenazah laki-laki

‫ُاَص ِّلى َعَلى َه َذ ااْلَم ِّيِت َاْرَبَع َتْك َرِباٍت َفْر َض ِكَف اَيِة ِاَم اًم ا| َم ْأُمْوًم اِ ِهلل َتَعاىَل‬

6
Artinya: "Saya niat salat atas jenazah ini empat kali takbir fardu kifayah, sebagai
imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."

Niat sholat jenazah perempuan

‫ُاَص ِّلى َعَلى َه ِذِه اْلَم ِّيَتِة َاْرَبَع َتْك َرِباٍت َفْر َض ِكَف اَيِة ِاَم اًم ا| َم ْأُمْوًم اِ ِهلل َتَعاىَل‬

Artinya: "Saya niat salat atas jenazah perempuan ini empat kali takbir fardu kifayah,
sebagai imam/makmum hanya karena Allah Ta'ala."

Untuk shalat gaib (jenazah tidak ada), nama jenazah hendaknya disebutkan dan
ditambahkan dengan kata “Ghaibaan” jika menyatakan laki-laki dan kata “Ghaaibah” jika
menyatakan perempuan.
a) Membaca takbiratul ihram (takbir pertama) sambil mengangkat kedua tangan
kemudian bersedekap.
b) Membaca surat Al-Fatihah dengan didahului bacaan ta’awuz
c) Membaca takbir kedua dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap disertai
bacaan shalawat atas Nabi Muhammad saw.
d) Membaca takbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap disertai doa
yaitu:
‫ِفِه‬ ‫ِف‬
‫الَّلُه َّم اْغ ْر َلُه َواْرْمَحُه َو َعا َواْع ُف َعْنُه‬

e) Membaca takbir keempat dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap lagi
membaca doa untuk yang sholat jenazah yaitu:

‫اللُه ّم الحَت ِرْم نا َأْج َرُه والَتْف ِتّنا َبعَد‬

7
f) Memberi salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri.

E. Menguburkan jenazah
Jenazah yang telah dimandikan, dikafani, dan dishalatkan segera dibawa ke kubur
untuk berpulang ke haribaan Allah swt. Adab membawa jenazah ke kubur :
Ketika jenazah hendak dibawa ke liang lahat, sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut :
1) Hendaknya jenazah ditutup dengan kain
2) Jenazah dipikul dengan empat penjuru menuju ke kubur sebagai penghormatan
terakhir.
3) Orang-orang yang mengantar jenazah hendaknya berjalan di depan
4) Dilarang membawa kemenyan
5) Orang yang bertemu atau melihat jenzah yang dibawa ke kubur hendaknya berhenti
dan berdoa :
Subhanal hayyilladzi laa yamuutu.
Artinya : “Maha Suci Zat yang Maha Hidup dan tidak akan mati.”

Tata cara menguburkan jenazah :


a. Setelah sampai ke tempat pemakaman, keranda jenazah diletakkan di arah liang lahat,
lubang kubur dipayungi kain.
b. Dua orang turun ke liang lahat untuk menerima jenazah
c. Jenazah dimasukkan ke dalam kubur sambil membaca doa :
Bismillahi ‘alaa millati rasuulillahi
d. Jenazah dimiringkan kea rah kiblat, diganjal dengan bola tanah pada hati, punggung
dan kepala agar jenazah tetap miring.
e. Melepaskan tali-tali kafan kafan yang menutupi telinga dibuka, dan telinga menempel
ketanah.
f. Jenazah diazani, sebagian ulama berpendapat tidak diazani.
g. Lubang kubur ditutup dengan papan, kemudian ditutup dengan tanah. Beri tanda batui
atau kayu, dan doakan jenazah agar diampuni dosanya.

8
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini agar ia
bertanggung jawab dan menyadari segala perbuatan yang telah dilakukannya. Sebab
hanya Allah swt yang dapat menciptakan makhluk hidup dan segala yang ada di bumi,
kepada-Nya pula kita kembali. Suatu proses dimana kehidupan dan kematian telah diatur
oleh Sang Pencipta, Allah swt. Orang mukmin memiliki empat kewajiban terhadap mayit
mukmin, yaitu :
- Memandikan
- Mengkafani
- Menshalatkan
- Menguburkannya
Empat kewajiban ini hukumnya fardhu kifayah.
Dengan demikian tugas sebagai orang muslim menjadi lengkap tatkala ia mampu
peduli kepada sesama muslim, sebab selain mengutamakan kewajiban kaum muslim juga
bias belajar dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang telah abadi.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih banyak kesalahan dan
kekuragan olehkarna itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangan guna untuk bekal penulis maklah yang lebih baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Thoifuri. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Ganeca Exac

Abdul M. Gofar. Fiqih Wanita. (Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2018 cetakan 41).

Abu Sutomo Nashr. Pengantar Fiqih Jenazah. (Jakarta Selatan: Rumah Fiqih Publishing, 2018).

Abuzar Asra. Puguh Budro Irawa. dk. Metode Penelitian Survey. (Bogor, In Media,2014)

Anwar Muhammad. Filsafat Pendidikan. (Jakarta: KENCANA, Cetakan kedua 2017). Arikunto

Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2013).

11

Anda mungkin juga menyukai