PERAWATAN JENAZAH
Oleh:
201910330311069
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1. Menjelaskan sikap atau etika seorang muslim dalam menghadapi kematian.
1.2.2. Mengetahui cara-cara pemandian jenazah.
1.2.3. Mengetahui alat-alat dan bahan dalam pengafanan jenazah dan cara mengafani
jenazah.
1.2.4. Mengetahui cara-cara menshalati jenazah.
1.2.5. Mengetahui cara menguburkan jenazah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dia takut kalau ternyata bekal yang dipersiapkan selama hidupnya tidak mencukupi
untuk menghadap Allah. Amalnya kurang, taubatnya tidak sempurna, sedang dosa-dosanya
membuih selautan. Namun, bagi manusia yang ingkar, kematian tentulah sangat menakutkan
karena ia merupakan puncak kehancuran hidup dengan segala mimpi-mimpi indah di dalamnya.
Dialah pemutus segala kenikmatan hidup yang telah susah payah dikejarnya.
Inilah yang membuatnya menolak datangnya kematian sekuat tenaga. Karenanya dia
ingin menghindar, sebab cintanya pada dunia yang sangat besar dan penolakannya terhadap
akhirat, membuatnya tidak mau berpisah dengan kelezatan yang telah dirasakannya.
Manusia berbeda dengan binatang atau makhluk lainnya. Manusia adalah khalifah di
muka bumi yang diberikan kemulian dan keistimewaan oleh Allah swt. Oleh karena itu, tidak
heran jika setelah meninggal Allah pun memerintahkan kepada yang masih hidup untuk
memperlakukan orang yang sudah meninggal dunia dengan perlakukan yang baik.
Syariat Islam menetapkan bahwa setiap orang Islam yang meninggal dunia, jenazahnya
harus dirawat oleh orang Islam yang hidup. Hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya suatu
kewajiban apabila telah dilaksanakan oleh satu orang muslim maka gugurlah suatu kewajiban itu
terhadap yang lain.
Kewajiban seorang muslim di dalam merawat jenazah yaitu memandikan jenazah,
mengkafani jenazah, menshalatkan jenazah, dan menguburkan jenazah.
2.2 Memandikan jenazah
Memandikan jenazah adalah membersihkan jasmani jenazah dan najis serta kotoran
dengan cara menyiramkan air suci ke seluruh tubuh jenazah hingga merata. Memandikan
jenazah ini, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :
a. Jenazah beragama Islam.
b. Jenazah tidak mati syahid.
c. Jeazah ketika lahir masih ada tanda-tanda kehidupan.
Orang yang berhak memandikan jenazah adalah jika jenazah laki-laki maka yang
memandikan kaum laki-laki saja, tidak boleh kaum wanita, kecuali istri dan muhrimnya.
Sebaliknya, jenazah wanita yang memandikan adalah kaum wanita pula kecuali suami dan
muhrimnya.
Jika suami dan muhrimya ada semua, maka suami berhak memandikan istrinya, demikian
juga jika istri dan muhrim ada maka mereka yang berhak memandikan suaminya.
Jika jenazah masih anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, boleh dimandikan oleh
laki-laki atau perempuan, tetapi diutamakan keluarga yang dekat dengan jenazah, dengan syarat
ia mengetahui cara memamndikan dan dapat dipercaya.
Tata cara memandikan jenazah :
a. Letakkan mayat di tempat mandi yang disediakan.
b. Tutup seluruh anggota mayat kecuali muka.
c. Semua Bilal hendaklah memakai sarong tangan sebelah kiri.
d. Sediakan air sabun.
e. Sediakan air kapur barus.
f. Angkat sedikit bagian kepalanya.
g. Mengeluarkan kotoran dalam perutnya dengan menekan perutnya secara perlahan-lahan
serta kotoran dalam mulutnya dengan menggunakan kain alas atar tidak tersentuh auratnya.
h. Siram dan basuh dengan air sabun.
i. Kemudian gosokkan giginya, lubang hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari
tangan dan kakinya dan rambutnya.
j. Selepas itu siram atau basuh seluruh anggota mayat dengan air sabun juga.
k. Kemudian bilas dengan air yang bersih seluruh anggota mayat sambil berniat :
Lafaz niat memandikan jenazah lelaki :
“Saya berniat untuk memandikan jenazah (perempuan) ini karena Allah Ta’ala”
l. Telentangkan mayat, siram atau basuh dari kepala hingga hujung kaki 3 kali dengan air
bersih.
m. Selesai dimandikan, terakhir disiram dengan air berbau harum, seperti kapur
barus. Air yang digunakan untuk memandikan jenzah harus air suci.
n. Setelah selesai dimandikan dengan baik dan sempurna hendaklah dilapkan menggunakan
tuala pada seluruh badan mayat.
2.3 Mengafani Jenazah
Mengkafani jenzah adalah membungkus badan jenazah dengan kain kafan. Mengkafani
jenazah harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :
a. Syarat sah mengkafani jenazah :
1) Kafan dapat membungkus seluruh tubuh jenazah sekurang-kurangnya satu lapis.
2) Jenazah sudah dimandikan.
b. Kain yang diperlukan untuk kafan.
Kain yang digunakan untuk kain kafan ialah kain putih yang terbuat dari kapas (katun) baik
dan bersih. Yang dimaksud baik disini bukan mahala harganya, tetapi kain yang masih utuh. Jika
jenazahnya lak-laki diharamkan memakai kafa sutera, jika perempuan diperbolehkan memakai
kain kafan sutera, tetapi hukumnya makhruh. Batas minimal kain kafan adalah satu lembar atau
menutup seluruh anggota badan jenazah.
Artinya : “saya berniat shalatkan mayit laki-laki ini dengan empat kali takbir fardhu kifayah
sebagai makmum karena Allah ta’ala.”
Artinya : “saya berniat shalatkan mayit perempuan ini dengan empat kali takbir fardhu
kifayah sebagai imam/makmum karena Allah ta’ala.”
Untuk shalat gaib (jenazah tidak ada), nama jenazah hendaknya disebutkan dan
ditambahkan dengan kata “Ghaibaan” jika menyatakan laki-laki dan kata “Ghaaibah” jika
menyatakan perempuan.
f. Membaca takbiratul ihram (takbir pertama) sambil mengangkat kedua tangan kemudian
bersedekap.
g. Membaca surat Al-Fatihah dengan didahului bacaan ta’awuz
h. Membaca takbir kedua dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap disertai bacaan
shalawat atas Nabi Muhammad saw.
i. Membaca takbir ketiga dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap disertai doa :
Artinya : “Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, sejahterahkanlah dia, dan maafkanlah dia.”
j. Membaca takbir keempat dengan mengangkat kedua tangan lalu bersedekap lagi membaca
doa untuk yang shalat dan jenazah.
Artinya : “Ya Allah janganlah engkau rugikan kami dari mendapat pahalanya dan janganlah
engkau memberi kami fitnah sepeninggalannya dan ampunilah kami dan dia.”
k. Memberi salam dengan menoleh ke kanan dan ke kiri
Alat pelindung diri: masker, handscoon, apron, tutup kepala, sepatu boots
Tata cara:
Takbiratul 4:
salam