Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam menganjurkan umatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga
menganjurkan umatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit, menghibur
dan mendo’akannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seorang
dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan
kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani,
menyembahyangkan dan menguburkannya. Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak
dari menyiapkannya, memandikannya, mengkafaninya, menshalatkannya,
membawanya ke kubur sampai kepada menguburkannya adalah perintah agama
yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai kelompok.

Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh sebagian mereka sebagaimana


mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah itu berarti sudah terbayar.
Kewajiban yang demikian sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah.
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu
tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan
fardhu kifayah juga.

Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin apabila


dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk
melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan jenazah itu. Oleh karena
itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan dipaparkan secara terperinci
insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini akan dijelaskan
hal-hal yang dikerjakan dalam penyelenggaraan jenazah.

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Penyelengaraan Jenazah ?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah ?
3. Bagaimana cara mengkafani jenazh ?

1
4. Bagaimana cara mensholatkan jenazah ?
5. Bagaimana cara menguburkan jenazah ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar dapat :
1. Memahami pengertian penyelenggaraan jenazah
2. Mengetahui cara memandikan jenazah
3. Mengetahui cara mengkafani jenazah
4. Mengetahui cara mensholatkan jenazah
5. Mengetahui cara menguburkan jenazah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Penyelengaraan jenazah adalah prosesi pengurusan jenazah yang dilakukan


mulai dari memandikan, mengkafani, mensholatkan, hingga menguburkan mayit
berdasarkan tuntunan syariah. Hukum penyelengraan jenazah ialah fardhu
kifayah artinya apabila disuatu daerah telah ada orang yang telah menguasainya
maka gugurlah kewajiban atas yang lain, namun bila disuatu daerah tidak ada yang
menguasainya maka wajib atas semua orang untuk melaksanakannya, bila tidak ada
yang melakukannya maka semua orang yang berada di daerah tersebut berdosa.

Walaupun penyelenggaraan jenazah itu merupakan fardhu kifayah, tetapi


agama menganjurkan supaya sebanyak mungkin orang menyertai shalat jenazah,
mengantarnya ke kubur dan menyaksikan penguburannya. Oleh sebab itu, kalau
seseorang tidak menguasai ilmu tentang aturan agamanya mengenai perkara ini,
akan sangat aib baginya.Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan
yang bernyawa pasti mengalami kematian. Allah SWT telah berfirman :

ُ َ ْ ُ َ ُ ُ َ ْ َّ َ ُ َ َّ َ ْ ُ َ َ ْ َ ُّ ُ
‫ورك ْم َي ْو َم ال ِق َي َام ِة ۖ ف َم ْن ز ْح ِز َح‬ ‫س ذ ِائقة ال َم ْو ِت ۗ وِإنما توفون أج‬ ٍ ‫كل ن‬
‫ف‬
ُ َ َ َّ َ ْ ُّ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ َّ َ ْ َ ْ ُ َ َّ
ُ ‫اع ْال ُغ‬ َ
‫ور‬
ِ ‫ر‬ ‫ت‬ ‫م‬ ‫َّل‬ ‫إ‬ِ ‫ا‬ ‫ي‬‫ن‬ ‫الد‬ ‫اة‬ ‫ي‬‫ح‬ ‫ال‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ۗ ‫از‬ ‫ف‬ ‫د‬ ‫ق‬ ‫ف‬ ‫ة‬‫ن‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ل‬ ‫خ‬ ِ ‫د‬‫أ‬‫و‬ ‫ار‬
ِ ‫الن‬ ‫ن‬ِ ‫ع‬

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia
itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali ‘Imran/3 :
185).
Jika ada kerabat yang meninggal, keluarga yang meninggal hendaknya
ikhlas dan rela melepaskan kepergiannya. Semua yang di dunia ini hanyalah milik
Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.

3
َ َ َّ ‫َّ ه‬
‫ّلِل َوِإنا ِإل ْي ِه َر ِاج ُعون‬
ِ ِ ‫ِإنا‬
“........Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.” (Q.S.Al-
Baqarah/2 : 156).

Nabi Muhammad SAW juga bersabda: “Dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda :
“Banyak-banyaklah kamu mengingat hal yang memutuskan kesenangan, yaitu
mati.” (H.R. At-Tirmidzi)

B. Memandikan Jenazah

Dalil wajibnya memandikan jenazah ialah hadits Nabi SAW yang berkenaan
dengan sahabat yang meninggal karena jatuh dari ontanya :

”Dari Ibnu Abbas Ia berkata: Tatkala seorang laki-laki jatuh dari kendaraannya
lalu ia meninggal, sabda Beliau: “Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara”
(atau dengan sesuatu yang menghilangkan daki seperti sabun).” (H.R Bukhari dan
Muslim).

Semua jenazah muslim wajib dimandikan kecuali muslim yang mati syahid,
yakni yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir. Muslim yang mati
syahid tidaklah dimandikan walau ia dalam keadaan junub sekalipun, melainkan ia
hanya dikafani dengan pakaian yang baik untuk kain kafan, ditambah jika kurang
atau dikurangi jika berlebih dari tuntunan sunnah, lalu dimakamkan dengan
darahnya tanpa dibasuh sedikitpun juga.

Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Raslullah SAW bersabda :

“Janganlah kamu mandikan mereka, karena setiap luka atau setiap tetes darah
akan semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat”.

a. Syarat Wajib Memandikan Jenazah :


1. Mayat orang Islam
2. Ada tubuhnya walaupun sedikit, dan
3. Mayat itu bukan mati syahid

4
b. Tahap-tahap Memandikan Jenazah
1. Letakkan mayat pada tempat yang tinggi, seperti bangku panjang, batang
pisang yang dijejerkan, dan lain-lain.
2. Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari pandangan umum.
3. Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperi sarung agar lebih
mudah memandikannya, tetapi auratnya tetap ditutup.
4. Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di dalamnya
keluar.
5. Basuhlah mulut,gigi, jari, kepala dan janggutnya.
6. Sisirlah rambutnya agar rapi.
7. Siramlah seluruh badan lalu bilas dengan sabun.
8. Wudhukanlah jenazah.
9. Siram dengan air yang dicampur kapur barus, daun bidara, atau daun lain
yang berbau harum.

c. Yang Berhak Memandikan Mayat

Jika mayat itu laki-laki, yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan


tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Sebaliknya
juga jika mayat itu adalah perempuan. Jika suami dan mahram sama-sama ada,
maka istri lebih berhak memandikan suaminya. Bila seorang perempuan meninggal
dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka mayat itu
hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh dimandikan oleh laki-laki yang lain.
Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka laki-laki boleh memandikanya.

Begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-laki. Jika ada
beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah keluarga
yang terdekat dengan si mayit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi serta
dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang
berpengetahuan serta amanah (dipercaya).

5
Rasulullah SAW bersabda :”Dari ‘Aisyah Rasul bersabda: “Barang siapa
memandikan mayat dan dijaganya kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang
lain apa-apa yang dilihat pada mayat itu, maka bersihlah ia dari segala dosanya,
seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya”. Kata Beliau lagi: “Yang
memimpinnya hendaklah keluarga yang terdekat kepada mayat jika ia pandai
memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak
karena wara’nya atau karena amanahnya.” (H.R Ahmad)

d. Cara Memandikan Jenazah

Dalam memandikan jenazah sebaiknya mayat diletakkan di tempat yang tinggi,


seperti ranjang atau balai-balai; di tempat yang sunyi, berarti tidak ada orang yang
masuk ke tempat itu selain orang yang memandikan dan orang yang menolong
mengurus keperluan yang bersangkutan. Pakaian mayat diganti dengan kain mandi
atau basahan, sebaiknya kain sarung supaya auratnya tidak mudah terlihat.

Mula-mula jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke


belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah
dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah.
Lalu perut jenazah diurut dengan tangan kiri untuk mengeluarkan kotoran yang
mungkin keluar. Kemudian jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya
dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Setelah perca pembalut
tangan diganti, mulut; gigi dan lubang hidungnya juga dibersihkan.

Berikutnya, jenazah diwudhukan seperti wudhu orang hidup. Setelah itu


kepalanya, kemudian jenggotnya dibasuh dengan menggunakan sidr, dan dirapikan
dengan sisir, dengan memperhatikan agar rambut yang gugur dikembalikan. Setelah
itu dibasuh bagian kanan kemudian bagian kirinya badannya, lalu tubuhnya
dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah kanan.

Kemudian dibaringkan ke sebelah kanan dan dibasuh pula bagian belakang


badannya yang sebelah kiri. Untuk semua ini digunakan air bercampur sidr, setelah
itu air bercampur sidr tadi dihilangkan dengan menyiraminya secara merata dengan
air bersih. Kemudian sekali lagi disiram dengan air bercampur sedikit kapur.

6
Dengan melakukan rangkaian ini, berarti telah selesai satu kali mandi, namun
masih disunnahkan melakukannya sampai tiga kali. Nabi Muhammad bersabda
kepada para wanita yang memandikan putrinya Ummi Kulsum:

“Kamu mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih jika kamu pandang hal itu
perlu, dengan air dan sidr; dan taruhlah kapur atau sedikit kapur pada yang
terakhir. Mulailah dengan bagian sebelah kanan dan tempat-tempat
wudhu’nya”. (H.R Bukhari).

Apabila ternyata setelah selesai dimandikan masih ada najis yang keluar, maka najis
itu wajib dibersihkan.

Niat dalam pemandian Jenazah:

A. Laki-laki
َ َ ْ َ ْ َ ََ َ ُْ ُ ََْ
ِ ‫نويت الغ ْسل اد ًاء عن هذاال َم ِّي ِت‬
‫ِهلل ت َعال‬
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (laki-laki) ini
karena Allah Ta’ala”

B. Perempuan
َ ََ َ ِّ َ ْ ْ َ ً ََ َ ْ ُْ ُ ََْ
‫ِهلل تعال‬
ِ ‫هذ ِه الميت ِة‬
ِ ‫نويت الغسل اداء عن‬
“Saya niat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (perempuan) ini
karena Allah Ta’ala”

C. Mengkafani Jenazah

Setelah dimandikan, kewajiban yang harus kita lakukan adalah mengkafani.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkafani jenazah yaitu sebagai berikut.

1. Kain kafan harus dalam keadaan baik, tetapi tidak boleh berlebihan. Tidak dari
jenis yang mewah dan mahal harganya.
“Janganlah kamu berlebih-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan
karena sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.” (H.R Abu Dawud)
2. Kain kafan hendaknya bersih dan kering serta diberi minyak wangi.

7
3. Laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain kafan, sedangkan perempuan
dengan lima lapis. “Dari Aisyah, Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis
kain putih bersih yang terbuat dari kapas, tanpa baju dan tanpa serban di
dalamnya.” (H.R. Al-Bukhari)
Hadits lain yang mengatakan lima lapis bagi perempuan yaitu :
“Dari Laila binti Qanif, katanya, ”Saya adalah salah seorang yang turut
memandikan Ummu Kulsum binti Rasulullah saw. ketika wafatnya. Yang mula-
mula diberikan Rasulullah saw. kepada kami adalah kain basahan, kemudian
baju, kemudian tutup kepala, lalu kerudung, dan sesudah itu dimasukkan ke
dalam kain yang lain (yang menutup sekalian badan). Sedangkan Rasulullah
saw. berdiri di tengah pintu membawa kafannya dan memberikannya kepada
kami sehelai-sehelai.” (H.R.Abu Dawud)
4. Orang yang meninggal dalam ihram,baik ihram haji maupun umrah,tidak boleh
diberi wangi-wangian dan tutup kepala.

Cara mengkafani jenazah :

a. Hamparkan kain sehelai demi sehelai,

b. Taburkan wangi-wangian tiap helai,

c. Letakkan jenazah di atas kafan dengan pelan-pelan,

d. Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada,

e. Ikatlah dengan kuat yaitu dengan 3,5 atau 7 ikatan.

D. Menshalatkan Jenazah
a) Syarat-syarat shalat jenazah
1. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
2. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyembahyangi, kecuali bila
shalat dilakukan di atas kuburan atau shalat gaib.
3. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain, yaitu harus : suci dari
hadas dan najis, suci badan tempat dan pakaian, menutup auratnya, dan
menghadap kiblat.

8
b) Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah
Shalat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud, tidak dengan adzan dan
iqamat. Caranya sebagai berikut.
Sesudah berdiri seperti biasanya akan mengerjakan shalat, lalu mengerjakan :
1. Niat, sengaja mengerjakan shalat atas jenazah dengan 4 takbir, menghadap
kiblat, karena Allah
2. Setelah membaca niat, lalu takbiratul ikhram (mengucapkan “Allaahu
Akbar), lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada perut
(sedekap), kemudian membaca surat Fatihah (tidak membaca surat yang
lain), setelah membaca Fatihah lalu takbir kedua yaitu mengucapkan
“Allaahu Akbar”.
3. Selesai takbir yang kedua, lalu membaca salawat atas Nabi Muhammad
SAW.
4. Setelah takbir yang ketiga, lalu membaca do’a setidak-tidaknya sebagai
berikut.

َُ َ ْ َُ ُ ْ َ ُْ ُ ْ َ ُ َُ ْ ‫ه‬
‫ف َعنه َوأك ِر ْم ن ُزله َو َو ِّس ْع ُمدخله‬ ‫لل ُه َّم اغ ِف ْر له َو ْار َح ْمه َو َع ِاف ِه واع‬
َ َ ْ َّ َ ْ َّ َ َ َ َ َ َ ْ َ
َ ‫األ ْب َي‬ ِّ َ ْ ْ َّ ْ ُْ ْ
‫ض‬ ‫َواغ ِسله ِبال َم ِاء َوالثل ِج َوال ََ َب ِد َونق ِه ِمن الخطايا كما نقيت الثوب‬
ْ‫ال َخ ْ ًبا م ْن َأ ْهله َو َز ْو ًجا َخ ْ ًبا من‬ً ْ َ َ َ ْ ً ْ َ ً َ ُ ْ ْ َ َ َ َّ َ
‫س وأب ِدله دارا خ ْبا ِمن د ِارِه وأه‬
ِ ْ ِِ ِ ْ ِ ‫ِمن الدن‬
َّ ََ ْ َْ َْْ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ َّ َ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ‫َز‬
‫اب النار‬ ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫و‬
ِ ِ ‫أ‬ ‫ب‬ َ ‫ق‬‫ال‬ ‫اب‬ِ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ن‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ذ‬
ِ ِ ‫ع‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫ج‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫ل‬‫خ‬ ِ ‫د‬ ‫أ‬‫و‬ ‫ه‬‫ج‬
ِ ِ ‫و‬
“Ya Allah, ampunilah dia, belas kasihanilah dia, hapuskanlah dan ampunilah
dosa-dosanya, muliakan tempatnya (ialah surga) dan luaskanlah kuburannya.
Basuhkanlah kesalahan-kesalahannya sampai bersih sebagaimana bersihnya
kain putih dari kotoran. Gantikanlah rumah lebih baik daripada rumahnya
yang dulu, keluarganya lebih baik daripada keluarganya yang dulu dan
masukkanlah ia ke dalam surga dan jauhkanlah ia dari siksa kubur dan siksa
api neraka.”

(Apabila jenazahnya perempuan cukup mengganti lafadz “hu” menjadi “ha“)

9
- Posisi imam untuk menshalati jenazah laki-laki adalah di samping kepala
mayat.

- Posisi imam untuk menshalati jenazah perempuan adalah disamping perut


mayat.

5. Setelah selesai takbir keempat, lalu membaca doa sebagai berikut.

ُ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ َ ْ َ َّ ْ َ َ َ ُ َ ْ َ َ ْ ْ َ َ َّ ُ ‫ه‬
‫اللهم َّل تح ِرمنا أجره وَّل تف ِتنا بعده و اغ ِفر لنا وله‬
“Ya Allah, janganlah engkau menutup-nutupi pahala mayit ini kepada kami
dan janganlah diberikan fitnah kepada kami setelah kami meninggalkan
mayit tersebut, ampunilah kami dan ampunilah dia.”
(Apabila jenazahnya perempuan cukup mengganti lafadz “hu” menjadi “ha“)
6. Kemudian memberi salam.

E. Menguburkan Jenazah

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah adalah :

1) Jenazah segera dikuburkan.


“Dari Abu Hurairah,Rasulullah saw. bersabda,”Hendaklah kamu
segerakan mengubur jenazah,karena jika orang shaleh,maka kamu
mendekatkannya pada kebaikan,dan jika ia bukan orang yang
shaleh,supaya kejahatan itu lekas terbuang dari tanggunganmu.”
(H.R.Muslim)
2) Liang lahat dibuat seukuran jenazah dengan dengan kedalaman kira-kira
setinggi orang ditambah setengah lengan,lebar kira-kira 1 meter.
3) Liang lahat tidak dibongkar dengan binatang buas. Maksud menguburkan
jenazah adalah untuk menjaga kehormatan mayat dan menjaga keehatan
orang-orang disekitar makam dari bau busuk.
4) Mayat dipikul dari empat penjuru.
“Barang siapa yang mengikuti jenazah maka hendaklah memikul pada
keempat penjuru ranjang(keranda) karena sesungguhnya seperti itu adalah
dari sunah Nabi .(H.R.Ibnu Majah)

10
5) Setelah sampai di tempat pemakaman,jenazah dimasukkan ke liang lahat
dengan posisi miring ke kanan dan dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan
jenazah di dalam kubur,kita membaca do’a:
‫ه‬ َ ُ‫ه َ ه ه‬ ْ ُ َ ‫ب ْسم ه َ َ َ ه‬
- ‫اّلِل َعل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫اّلِل صَل‬
ِ ‫اّلِل وعَل ِمل ِة رسو ِل‬
ِ ِ ِ
“Dengan nama Allah, semoga ia tetap pada agama Rasulullah Saw.”
6) Lepaskan tali-tali pengikat,lalu tutup dengan papan,kayu,atau bambu,dan
timbun sampai galian liang kubur menjadi rata.
7) Mendoakan dan memohonkan ampun atas jenazah.

Tata Cara Menguburkan Jenazah :

Dalam penguburan jenazah, kita tidak boleh sembarangan. Kita harus


mengetahui tata cara penguburannya. Tata cara tersebut adalah sebagai berikut.

1) Waktu Untuk Mengubur Mayat


Mengubur mayat boleh pada siang atau malam hari beberapa sahabat
Rasulullah Saw dan keluarga beliau dikubur pada malam hari.
2) Memperdalam Galian Lubang Kubur
3) Maksud mengubur mayat ialah supaya tertutup, tidak nampak jasadnya dan
tidak tercium baunya dan juga agar tidak mudah dimakan burung atau
binatang lainnya. Oleh sebab itu, lubang kubur harus cukup dalam sehingga
jasad mayat itu aman dari hal-hal di atas.
4) Tentang Liang Lahad
Cara menaruh mayat dalam kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah
kiblat, kemudian di atasnya ditaruh semacam bata dengan posisi agak
condong, supaya nantinya setelah ditimbun mayat tidak langsung tertimpa
tanah. Cara ini dalam bahasa Arab disebut lahad. Ada juga dengan menggali
di tengah-tengah dasar lubang kubur, kemudian mayat diletakkan di
dalamnya, lalu di atasnya diletakkan semacam bata dengan posisi mendatar
untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dalam bahasa Arab disebut syaqqu
atau dlarhu. Cara lain ialah menaruh mayat dalam peti dan menanam
bersama peti tersebut ke dalam kubur. Atau peti tersebut terlebih dahulu

11
diletakkan dalam keadaan kosong dan terbuka, kemudian setelah mayat
dimasukkan ke dalam peti lalu peti itu ditutup lalu ditimbun dengan tanah.
5) Cara Memasukkan Mayat ke Dalam Lubang Kubur
Cara terbaik ialah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari
arah kaki kubur, karena demikian menurut sunnah Rasulullah SAW.
6) Menghadapkan Mayat ke Arah Kiblat
Baik di dalam lahad, syaqqu maupun dikubur di dalam peti, mayat
diletakkan miring ke kanan menghadap kea rah kiblat dengan
menyandarkan bagian tubuh sebelah kiri ke dinding kubur atau dinding peti
supaya tidak terlentang kembali.
7) Tentang Mengalas Dasar Kubur
Para ulama mazhab empat berpendapat makruh menaruh hamparan atau
bantal di bawah mayat di dalam kubur. Bahkan para ulama menganjurkan
supaya ditaruh tanah di bawah pipi mayat sebelah kanan setelah dibukakan
kain kafannya dari pipi itu ditempelkan langsung ke tanah.
8) Berdo’a Waktu Menaruh Mayat Dalam Kubur
Pada waktu mayat dimasukkan ke dalam kubur maka dianjurkan supaya
membaca do’a:

‫ه‬ ََ ُ‫ه َ ه ه‬ ْ ُ َ ‫ب ْسم ه َ َ َ ه‬


‫اّلِل عل ْي ِه َو َسل َم‬ ‫اّلِل صَل‬
ِ ‫اّلِل وعَل ِمل ِة رسو ِل‬
ِ ِ ِ
“Dengan nama Allah, semoga ia tetap pada agama Rasulullah Saw.”

9) Menutupi Kubur Mayat Perempuan Pada Waktu Ia Dimasukkan


Kedalamnya
Bagi mayat perempuan hendaknya dibentangkan kain dan sebagainya di
atas kuburnya pada waktu ia dimasukkan kedalamnya.
10) Mencurah Kubur Dengan Tanah Tiga Kali
Sesudah mayat diletakkan dengan baik, maka masing-masing orang yang
menyaksikan penguburan itu dianjurkan mencurahi lubang kubur itu dengan

12
tanah tiga kali dengan tangannya dari arah kepalanya. Sesudah itu,
dilanjutkan ditimbun dengan tanah galian kubur itu sampai cukup.
11) Sunat Menyapu Kubur Dengan Telapak Tangan
Disunnatkan bagi orang yang menyaksikan pemakaman mayat, menyapu
kubur dari arah kepala mayat sebanyak tiga kali.
12) Sunat Berdo’a Untuk Mayat Seusai Pemakaman
Disunatkan memohon ampun bagi mayat dan minta dikuatkan pendiriannya
seusai ia dimakamkan, karena pada saat itu ia sedang ditanya di dalam
kubur.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya manusia


sebagai makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati
kemuliannya itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan
jenazahnya. Dimana, penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah
fardhu kifayah. Artinya, kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di
tempat itu, tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban
seluruh mukallaf.

Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah; memandikan,


mengkafani, menshalatkan dan menguburkan. Hikmah yang dapat diambil dari tata
cara pengurusan jenazah, antara lain; memperoleh pahala yang besar, menunjukkan
rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia, membantu meringankan
beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas musibah yang
dideritanya, mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan
mati dan masing-masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati,
sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila
salah seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya
menurut aturan Allah SWT dan RasulNya.

B. Saran

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami cara-cara


dalam penyelenggaraan jenazah baik memandikan, mengafani, menshalatkan
maupun menguburkannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agama Islam 2 untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas. 2007. Malang : Tiga
Serangkai.
Ahjad, Nadjih. Kitab Janazah. 1991. Jakarta: Bulan Bintang
Haludi, Khuslan Abdurrohim Said. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
https://belajarbacaandoa.com/2017/08/doa-meletakkan-jenazah-liang-
kubur.html
https://wisatanabawi.com/sholat-jenazah/
Rahmani, Haidir Ali. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Surabaya : Nuriah.

15

Anda mungkin juga menyukai