Anda di halaman 1dari 8

PENYELENGGARAANJENAZAH

A. Tujuan Pembelajaran
1. Memahami syarat dan rukun proses penyelenggaraan jenazah
2. Menumbuhkan rasa senantiasa ingat akan kematian (Zikrul
maut)
3. Mampu menyelenggarakan jenazah dan berperan aktif
dimasyarakat
B. Pendahuluan
Agama Islam telah memberikan nasihat kepada umat manusia untuk
mengingat kematian, karena kematian sebuah kepastian sebagaimana yang
disampaikan dalam firman Allah QS. Ali Imran: 185, sekaligus mempersiapkan
kematian itu dengan amal sholeh. Islam juga memandang hal itu sebagai bagian
dari jalan menuju kebaikan.
Islam juga menganjurkan ummatnya untuk mengunjungi orang yang sedang
sakit menghibur dan mendo'akannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia,
hendaklah seorang dari mahramnya yang paling dekat dan sama jenis
kelaminnya melakukan kewajiban yang mesti dilakukan terhadap jenazah,
yaitu memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkannya.
Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, meman-
dikannya, mengkafaninya, mensholatkannya, membawanya ke kubur sampai
kepada menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum
muslimin sebagai kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan
oleh sebahagian mereka sebagaimana mestinya, maka kewajiban melaksa-
nakan perintah itu berarti sudah terbayarkan. Kewajiban yang demikian sifatnya
dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah.
Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari
ilmu tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun
merupakan fardhu kifayah juga. Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu
kelompok kaum muslimin apabila dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang
yang berilmu untuk melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan
jenazah itu.
C. Materi Pokok
1. Syarat dan Rukun serta Tata cara Penyelenggaraan Jenazah
a. Syarat dan Rukun Memandikan Jenazah
Semua jenazah muslim wajib dimandikan kecuali muslim yang mati
syahid, yakni yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir. Dalil
wajibnya memandikan jenazah ialah hadits Nabi SAW yang berkenaan
dengan sahabat yang meninggal karena jatuh dari ontanya:
"Dari lbnu Abbas la berkata: Tatkala seorang laki-laki jatuh dari
kendaraannya lalu ia meninggal, sabda Rasulullah SAW: "Mandikanlah dia

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 1
dengan air serta daun bidara" (atau dengan sesuatu yang menghilangkan
daki seperti sabun)." (H.R Bukhari dan Muslim).
Memandikan mayat hukumnya adalah fardhu kifayah atas musilmin
lain yang masih hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang
mengerjakannya, maka kewajiban itu sudah terbayar dan gugur bagi
muslimin lainnya. Karena perintah memandikan mayat itu adalah kepada
kaum muslimin
Sedangkan muslim yang mati syahid tidaklah dimandikan walau ia
dalam keadaan junub sekalipun, melainkan ia hanya dikafani dengan
pakaian yang baik untuk kain kafan, ditambah jika kurang atau dikurangi
jika berlebih dari tuntunan sunnah, lalu dimakamkan dengan darahnya
tanpa dibasuh sedikitpun juga.
Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Raslullah SAW bersabda: "Janganlah
kamu mandikan mereka, karena setiap Iuka atau setiap tetes darah akan
semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat".
Dan beliau menyuruh agar para syuhada dari perang Uhud
dikubukan dengan darah mereka tanpa dimandikan dan disembah-
yangkan.
1) Syarat Wajib Memandikan Jenazah ialah:
(a) Mayat orang Islam,
(b) Ada tubuhnya walaupun sedikit, dan
(c) Mayat itu bukan mati syahid . b. Yang Berhak Memandikan Mayat Jika
mayat itu laki-laki, yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan
tidak boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan
mahramnya. Sebaliknya juga jika mayat itu adalah perempuan. Jika
suami dan mahram sama-sama ada, maka istri lebih berhak
memandikan suaminya. Bila seorang perempuan meninggal dan di
ternpat itu tidak ada perempuan, suami atau mahramnya, maka
mayat itu hendaklah "ditayammumkan" saja, tidak boleh dimandikan
oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak,
maka laki-laki boleh memandikanya, begitu juga kalau yang
meninggal adalah seorang laki-laki.
Jika ada beberapa orang yang berhak memandikan, maka yang lebih
berhak ialah keluarga yang terdekat dengan si mayyit, dengan syarat
ia mengetahui kewajiban mandi serta dapat dipercaya. Kalau tidak,
berpindahlah hak itu kepada keluarga jauh yang berpengetahuan
serta amanah (dipecaya).
Rasulullah SAW bersabda :"Dari Aisyah RA, Rasulullah SAW
bersabda: "Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya
kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 2
dilihat pada mayat itu, maka bersihlah ia dari segala dosanya, seperti
keadaannya sewaktu dilahirkan oleh ibunya".
Beliau SAW juga bersabda: "Yang memimpinnya hendaklah keluarga
yang terdekat kepada mayat jika ia pandai memandikan mayat.
Jika ia tidak pandai, maka siapa saja yang dipandang berhak karena
wara'nya atau karena amanahnya." (H.R Ahmad)
2) Cara Memandikan Jenazah
Dalam memandikan jenazah sebaiknya mayat diletakkan di
tempat yang tinggi, seperti ranjang atau balai-balai; di tempat yang
sunyi, berarti tidak ada orang yang masuk ke tempat itu selain orang
yang memandikan dan orang yang menolong mengurus keperluan yang
bersangkutan. Pakaian mayat diganti dengan kain mandi atau basahan,
sebaiknya kain sarung supaya auratnya tidak mudah terlihat.
Mula-mula jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan
posisi miring ke belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan
kanan di bahu jenazah dengan ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan
lututnya menahan punggung jenazah. Lalu perut jenazah diurut
dengan tangan kiri untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar.
Kemudian jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya
dibersihkan dengan tangan kiri yang dibalut dengan perca. Setelah
perca pembalut tangan diganti, mulut; gigi dan lubang hidungnya juga
dibersihkan.
Berikutnya, jenazah diwudhukan seperti wudhu orang hidup.
Setelah itu kepalanya, kemudian jenggotnya dibasuh dengan
menggunakan sidr, dan dirapikan dengan sisir, dengan
memperhatikan agar rambut yang gugur dikembalikan. Setelah itu
dibasuh bagian kanan kemudian bagian kirinya badannya, lalu
tubuhnya dibaringkan ke kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah
kanan. Kemudian dibaringkan ke sebelah kanan dan dibasuh pula
bagian belakang badannya yang sebelah kiri. Untuk semua ini
digunakan air bercampur sidr, setelah itu air bercampur sidr tadi
dihilangkan dengan menyiraminya secara merata dengan air bersih.
Kemudian sekali lagi disiram dengan air bercampur sedikit kapur barus.
Dengan melakukan rangkaian ini, berarti telah selesai satu kali
mandi, namun masih disunnahkan melakukannya sampai tiga kali. Nabi
Muhammad SAW bersabda kepada para wanita yang memandikan
putrinya Ummi Kulsum: "Kamu mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau
lebih jika kamu pandang hal itu perlu, dengan air dan sidr; dan taruhlah
kapur barus atau sedikit kapur barus pada yang terakhir. Mulailah
dengan bagian sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu'nya". (H.R

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 3
Bukhari) Apabila setelah selesai dimandikan masih ada najis yang
keluar, maka najis itu wajib dibersihkan.
b. Mengkafani Jenazah
Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah.
Mengkafani mayat berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau
lebih yang biasanya berwarna putih, setelah mayat selesai dimandikan dan
sebelum dishalatkan serta dikubur. Mengkafani mayat sebenarnya sudah
cukup dengan satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si
mayat. Namun kalau memungkinkan, hendaknya mengkafani mayat ini
dilakukan dengan sebaik-baiknya.
1) Petunjuk-petunjuk dalam mengkafani mayat yaitu sebagai berikut:
a) Kafanilah mayat dengan sebaik- baiknya. Nabi Saw bersabda:
"Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka
hendaklah ia mengkafaninya dengan baik" (HR. Ahmad, Muslim, dan
Abu Daud dari Jabir)
b) Pakailah kain kafan yang berwarna putih.
c) Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan mayat perempuan
dengan lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung,
kerudung, lalu pembungkus dan kemudian dibungkus satu lapis
lagi.
d) Lulurlah mayat dengan semacam cendana, yaitu wangi-wangian
yang biasa untuk mayat, kecuali mayat yang sedang berihram.
2) Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam mengkafani mayat adalah:
a) Jangan mengkafani mayat secara berlebihan.
b) Untuk mengkafani mayat yang sedang melakukan ihram, maka
cukup dikafani dengan kain yang dipakainya sewaktu ihram. Bagi
laki-laki tidak boleh ditutup kepalanya dan bagi perempuan tidak
boleh ditutup mukanya serta tidak boleh diberi wangi-wangian.
c) Bagi mayat yang mati syahid, cukup dikafani dengan kain yang
menempel di tubuhnya ketika dia meninggal, meskipun banyak
darah yang menempel dikainnya. Jika ada pakaian yang terbuat dari
besi atau kulit, maka hendaknya ditanggalkan.
d) Biaya kain kafan yang digunakan hendaknya diambil dari harta
peninggalan si mayat.
3) Alat-alat yang perlu disiapkan untuk mengkafani mayat di antaranya
adalah seperti berikut:
a) Kain kafan kurang lebih 12 meter.
b) Kapas secukupnya.
c) Kapur barus yang telah dihaluskan.
d) Kayu cendana yang telah dihaluskan.
e) Sisir untuk menyisir rambut

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 4
f) Tempat tidur atau meja untuk membentangkan kain kafan yang
sudah dipotong-potong
4) Cara menggunting kain kafan dan menyiapkan potongan kapas.
a) Siapkan kain kafan sebanyak 3 helai untuk laki-laki dan 5 helai
untuk perempuan, dengan ukuran sepanjang badan mayit dan
dilebihkan sepanjang 50 cm.
b) Buat tali untuk pengikat sebanyak 8 helai, 7 helai tali untuk
pengikat kain kafan dan satu helai untuk cawat. Lebar tali 5-7 cm
c) Siapkan kain untuk cawat (penutup kemaluan). Caranya dengan
d) menggunting kain sepanjang 50 cm lalu dilipat menjadi tiga bagian
yang sama. Salah satu ujungnya dilipat kira- kira 10 cm lalu
digunting ujung kanan dan kirinya untuk iubang tali cawat. Lalu
masukkanlah tali cawat pada lubang-lubang itu. Dalam cawat ini
berilah kapas yang sudah ditaburi kapur barus atau cendana
sepanjang cawat.
e) Siapkan kain sorban atau kerudung. Caranya dengan menggunting
kain sepanjang 90/115 cm lalu melipatnya antara sudut yang satu
dengan yang lain sehingga menjadi segi tiga. Sorban ini berguna
untuk mengikat dagu mayit agar tidak terbuka
f) Siapkan Sarung (untuk jenazah perempuan). Caranya dengan
menggunting kain sepanjang 125 cm atau lebih sesuai dengan
ukuran mayit.
g) Siapkan baju. Caranya dengan menggunting kain sepanjang 150 cm
atau lebih sesuai dengan ukuran mayit. Kain itu dilipat menjadi dua
bagian yang sama. Lebar kain itu juga dilipat menjadi dua bagian
sehingga membentuk empat persegi panjang. Lalu guntinglah
sudut bagian tengah menjadi segi tiga. Bukalah kain itu sehingga
bagian tengah kain akan kelihatan lubang berbentuk belah ketupat.
Salah satu sisi dari lubang itu digunting lurus sampai pada bagian
tepi, sehingga berbentuk sehelai baju
h) Siapkan kapas yang sudah dipotong- potong.
(1) Kapas untuk penutup wajah/muka. Kapas ini berbentuk bujur
sangkar dengan panjang sisi sekitar 30 cm sebanyak satu
helai.
(2) Kapas untuk cawat sepanjang kira-kira 50 cm sebanyak satu
helai.
(3) Kapas untuk penutup lubang hidung dan lubang telinga. Untuk
ini buatlah kapas berbentuk bulat sebanyak 4 buah.
5) Tata cara mengkafani jenazah
a) Siapkan 3-5 utas tali, kemudian letakkan tepat di bawah kain pada
lapisan paling bawah.

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 5
b) 8entangkan kain kafan yang telah dipotong sesuai ukuran jenazah.
c) Kemudian susun dengan meletakkan kain paling lebar di bagian
paling bawah. Tetapi jika kain memiliki lebar yang sama, maka
geser kain yang di tengah sedikit ke kanan dan yang paling atas
sedikit ke kiri, atau bisa juga sebaliknya.
d) Persiapkan baju kurung dan kerudung bagi perempuan
e) Berikan wewangian sebanyak tiga kali pada kain kafan.
f) Persiapkan kapas yang sudah diberi wewangian untuk diletakkan di
bagian anggota tertentu, antara lain:
(1) Bagian Manfad (lubang terus), antara lain: kedua mata, hidung,
kedua telinga, dan kemaluan
(2) Bagian anggota sujud, antara lain: dahi, kedua telapak tangan,
kedua lutut, dan jari-jari kedua kaki
(3) Anggota yang tersembunyi dan persendian, antara lain: ketiak,
belakang kedua lutut dan belakang kedua telinga
6) Khusus mayyit perempuan letakkan kain sarung pada tubuh jenazah,
antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju kurung sekaligus
kerudung atau penutup kepala. Bagi yang berambut panjang bisa
dikepang menjadi 2/3 dan diletakkan di atas baju kurung tadi,
tepatnya di bagian dada.
7) Setelah kain kafan siap seperti anjuran sebelumnya, maka angkat
jenazah secara hati-hati lalu baringkan di atas kain kafan. Tutup bagian
anggota badan tertentu, lalu selimutkan kain kafan selembar demi
selembar dimulai dari kain yang paling atas hingga yang paling bawah,
lalu ikat dengan tali-tali yang telah disiapkan di bawahnya.
c. Syarat dan Rukun serta cara mensholatkan
Shalat jenazah adalah shalat yang diiakukan untuk mendo'akan
jenazah (mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi
Muhammad Saw. memerintahkan kepada kita agar melakukan shalat
jenazah ini jika di antara saudara kita yang muslim meninggal dunia.
Shalat jenazah sangat dianjurkan, meskipun anjuran untuk shalat jenazah
ini tidak sampai wajib atau fardlu 'ain. Hukum menshalatkan jenazah
hanyalah fardlu kifayah
1. Syarat-syarat shalat jenazah
a) Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
b) Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang mensholatkan, kecuali
bila shalat dilakukan di atas kuburan atau shalat gaib
c) Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lainnya yaitu dalam
keadaan suci dari hadas dan najis, suci badan, suci tempat dan
pakaian, menutup auratnya,dan menghadap kiblat
2. Rukun shalat jenazah

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 6
a) Niat melakukan shalat jenazah semata-mata karena Allah.
b) Berdiri bagi orang yang mampu.
c) Takbir (membaca Allahu Akbar) empat kali.
d) Membaca surat al-Fatihah setelah takbir pertama.
e) Membaca doa shalawat atas Nabi SAW setelah takbir kedua.
f) Mendoakan jenazah
g) Membaca doa setelah takbir keempat.
h) Salam.
3. Cara melakukan shalat jenazah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Setelah memenuhi semua persyaratan untuk shalat, maka segeralah
berdiri dan berniat untuk shalat jenazah dengan ikhlas semata-mata
karena Allah. Contoh lafazh niat shalat jenazah: "Saya berniat shalat
atas mayat ini dengan empat takbir sebagai fardlu kifayah, menjadi
imam/ma'mum karena Allah Ta'ala. Jika jenazahnya perernpuan,
maka kata 'hadzal mayyiti' diganti dengan kata 'hadzihil mayyitati'.
jika jenzahnya ghaib, maka ditambahkan setelah 'hadzal mayyiti'
kata ghaiban' atau setelah 'hadzihil mayyitati' kata 'ghaibatan
b) Setelah itu bertakbir dengan membaca Allahu Akbar.
c) Setelah takbir pertama lalu membaca surat al-Fatihah yang
kemudian disusul dengan takbir kedua.
d) Setelah takbir kedua lalu membaca shalawat atas Nabi Muhammad
Saw. yang artinya: "Ya Allah, Rahmatilah Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah merahmati !brahim, dan
berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagai-mana
Engkau telah memberkati Ibrahim. Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung di dalam alam semesta" (HR. Muslim dari lbnu Mas'ud).
e) Setelah itu takbir yang ketiga dan membaca doa. Lafazh doanya,
yang artinya: "Ya Allah, ampunilah ia dan kasihanilah ia,
sejahterakanlah ia dan maafkan kesalahannya." (HR. Muslim).
f) Setelah itu takbir yang keempat dan membaca doa lagi. Lafazh
doanya, yang Artinya: "Ya Allah, janganlah Engkau rugikan kami
daripada mendapat ganjarannya, dan janganlah Engkau beri kami
fitnah sepeninggalnya, dan ampunilah kami dan dia" (HR. Al-Hakim).
g) Setelah itu mengucapkan salam dua kali sambil menoleh ke kanan
dan ke kiri.
4. Hal-ha! penting yang perlu diperhatikan dalam rangka pelak-sanaan shalat
jenazah di antaranya sebagai berikut:
a) Tempat berdirinya imam pada arah kepala mayat jika mayat itu laki-
laki dan pada arah pantatnya (di tengah) jika perempuan.

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 7
b) Mayat yang jumlahnya lebih dari satu dapat dishalatkan bersama•
sama sekaligus dengan meletakkan mayat laki-laki dekat imam dan
mayat perempuan dekat arah kiblat.
c) Semakin banyak yang mensholatkan jenazah semakin besar
terkabulnya permohonan ampun bagi si mayat. Nabi Saw. bersabda:
"Tiada seorang laki-laki Muslim yang mati lalu berdiri menshalatkan
jenazahnya empat puluh orang laki-laki yang tidak mensekutukan
Allah kepada sesuatu, melainkan Allah menerima syafaat mereka
kepada si mayat" (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud, dari lbnu
Abbas).
d) Sebaiknya jama'ah shalat disusun paling tidak menjadi tiga baris.
e) Mayat yang dishalatkan adalah mayat Muslim atau Muslimah selain
yang mati syahid dan anak-anak.
f) Bagi yang tidak dapat menshalat-kan jenazah dengan hadir, maka
dapat menshalatkannya dengan ghaib.
g) Shalat jenazah dilakukan tan pa azan dan iqamah.
D. Kesimpulan
Pengurusan jenazah di dalam Islam terdiri atas empat tahap penyeleng-
garaan yaitu memandikan, mengkafani, mensholatkan dan menguburkan yang
merupakan fardu kifayah bagi umat Islam. Oleh karena itu kemahiran dalam
mengurus jenazah ini seharusnya dapat dipelajari dari orang-orang yang
memiliki pengetahuan dan pengalaman, supaya dapat dipraktikan dalam
keluarga, masyarakat dan umat. Sekiranya generasi muda hari ini memiliki
pengetahuan dan mampu menyelenggarakan jenazah tentu akan berdampak
kepada hubungan yang baik terhadap keluarga dan masyarakat.
Disamping edukasi pelaksanaan penyelenggaraan jenazah, juga mampu
memberikan pelajaran berharga kepada kita sebagaimana yang disampaikan
dalam hadis yang diriwayatkan oleh lbnu Umar RA, "Manusia yang paling utama
adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Manusia yang cerdas adalah orang
yang paling banyak mengingat kematian dan paling baik dalam mempersiapkan
bekal untuk menghadapi kehidupan setelah kematian. Mereka adalah orang-
orang berakal."

BUKU PANDUAN MATERI PESANTREN RAMADHAN- DINAS PENDIDIKAN PROVINSI SUMATERA BARAT
TIM TEKNIS PRK-SMA/SMK KOTA SOLOK MGMP PAI SMA/SMK KOTA SOLOK TAHUN 1444 H/ 2023 M 8

Anda mungkin juga menyukai