Disusun Oleh:
2015
BAB I
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menangani jenazah itu sangat besar pahalanya, seperti yang tertera pada hadist
Imam Bukhori dari Abi Hurairoh sesungguhnya Rasulallah bersabda:
من اتبع جنازة مسلم إيمانا واحتسابا وكان معها حتى يصلى عليها ويفرغ مجن دفنهجا فجإنه يرججع
)رواه. ومججن صجلى عليهججا ثجم رجججع قبججل أن تجدفن فلججه قيجراط, كججل قيجراط مثججل احججد,مججن الجججر بقيراطيججن
(البخاري
“ Barang siapa yang ikut mengiring jenazah orang islam, karna iman dan tanpa
pamrih, sampai ikut menshalati hingga mayit dikubur, maka ia mendapatkan dua qirat.
Dari tiap qirat seperti besarnya gunug uhud, dan apabila ikut dalam melaksanakann
sholat namun tidak dapat ikut dalam pemakaman jenazah, baginya adalah satu qirat.”
(HR. Bukhori)1
Begitu besar keutamaan bagi seseorang yang mengikuti proses penanganan
jenazah, seperti hadist yang tertera di atas. Akan tetapi, pada masa sekarang sangat minim
sekali orang islam yang mengeri akan tatacara pengurusan jenazah. Dalam bab ini akan
dijelaskan tentang kepengurusan atau cara-cara mengurus jenazah orang islam agar sesuai
dengan syariat islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara tununan (talqin) kepada orang yang akan meninggal
(sakartul maut)?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana cara mengkafani jenaza?
4. Bagaimana cara sholat jenazah?
5. Bagaimana cara menghantarkan jenazah?
6. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
7. Bagaimana cara talqin mayit?
8. Bagaimana cara tahlil?
1 Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 140
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dan muliakanlahh derajatnya, lapangkan dan teerangilah kuburnya, dan berikan pengganti
sepeninggalnya). (HR. Muslim)2
Bagi kelurga yang ditinggalkan, dilalarang keras untuk meratapi, terlebih apabila disertai
dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek baju. Nabi Saw bersabda:
Apabila seorang meninggal dunia, wajib bagi muslim untuk segera memandikannya,
kecuali orang yang mati syahid dan yang dalam keadaan ihram. Sementara itu, untuk
mengenai kewajiban memandikannya berdasarkan hadits berikut. Dasar wajibnya
memandikan jenazah ini adalah hadits nabi yang berkenaan dengan seorang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, “mandikanlah dengan air dan sidrin (daun bidara).”, orang yang
mati syahid dalam peperangan ditangan orang- orang kafir, tidak dimandika, walau ia dalam
keadaan junub sekalipun. Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Rosulullah saw. bersabda:
2 H.E. Hassan Saleh (Edutor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hlm: 229.
4
5) Memandikan jenazah sebanyak tiga kali atau boleh lebih. Hal ini disesuaikan
dengan yang dibutuhkan atau yang dilihat perlu oleh orang- orang yang memandikannya.
6) Memandikan jenazah dengan hitungan ganjil. Ketika akan memandikan jenazah
dengan lebih dari tiga kali, hendaklah memandikannya dengan hitungan ganjil (tiga kali,
lima kali, atau tujuh kali, dan seterusnya).
7) Mencampur air mandi dengan sidrin. Hendaklah air mandi yang digunakan untuk
memandikan dicampur dengan sidrin (daun bidara) atau yang serupa, seperti sabun, dan
lainnya.
8) Mencampur air dengan wewangian. Pada akhir proses memandikan jenazah,
hendaknya mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya.
9) Melepaskan gelungan atau kepangan rambut. Apabila saat akan dimandikan
rambut jemazah dalam keadaan terikat, tergelung, atau dikepang, hendaknya ikatan ,
gelungan, atau kepangan tersebut dilepaskan. Dengan demikian rambut jenazah menjadi
terurai. Kemudian, hendaklah mencuci rambutnya dengan baik.
10) Mengepang rambut setelah dicuci (jenazah perempuan). Untuk jenazah
perempuan, setelah rambutnya dicuci,hendaklah rambutnya dikepang kemudian letakan
dibelakang.
11) Mendahulukan bagian kanan. Hedaknya memulai memandikan jenazah dari
anggota badan sebelah kanan dan anggota yang biasa dibasuh ketika wudhu.
12) Yang memandikan jenazah adalah sesama jenis. Hendaklah yang memandikan
jenazah laki- laki adalah orang laki- laki dan yang memandikan jenazah perempuan
adalah orang perempuan.
13) Orang yang memandikan jenazah hendaklah orang yang jujur, saleh , dapat
dipercaya, dan menyimpan rahasia. Sehingga hanya menyiarkan dari pengalamanya nanti
hal- hal yang baik dan menutupi hal- hal yang jelek.3
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw. bersabda:
ليغسل موتاكم المأمونون.
“Hendaklah yang memandikan jenazah-jenazahmu itu orang- orang yang dapat
dipercaya.”.
5
10) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
11) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya itulah
yang wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil.
12) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya,
wajib dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu
diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
13) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibirkan menyulur
kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
14) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya.
15) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak mengandung
alkohol.4
C. Mengkafani jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Hukum
mengkafani jenazah hukumnya fardhu kifayah. Kafan yang digunakan utuk membungkus
jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya.
a. Mengkafani jenazah dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.:
1) Mengkafani jenazah dengan baik
Sabda Rasulullah saw.:
اذاكففن أحدكم أخاه فليحسنكفنه
“Jika seseorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka kafanilah dia
dengan baik.” (HR Ahmad,Muslim,dan Abu Daud)
2) Hendaknya mengkafani dengan kain putih
Sabda Rasulullah saw.:
البسوا من ثيابكم البياض فإنهاخيرثيابكم وكفنوافيهاموتاكم
“ berpakaianlah dengan kain putih dari pakaian kalian, karena itulah sebaik-baik
pakaianmu. Dan kafanilah jenazah-jenazah dengan kain putih.” (HR Khamsah,
selain Nasai; disahihkan Tirmidzi)
3) Dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi
jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan.
Diriwayatkan oleh jema’ah dari Aisyah, katanya:
ليس فيهاقميص ول عمامة,كفن رسولا ال صلى ال عليه وسلم فى ثلثة أثواب بيض سحوليةجدد
”Nabi saw. dikafani dengan tiga helai kain putih mulus yang baru, tanpa kemeja dan
tanpa sorban,”.
4) Mengkafani jenazah yang menutupi seluruh tubuhnya. Menurut satu riwayat
hadits, bahwa kaki jenazah Mas’ab bin Umair yang tewas pada perang Uhud tidak
cukup ditutup dengan pakaian yang dikenakannya, sehingga harus ditutup dengan
kain idzkhir (sejenis serban).
5) Mengkafani jenazah dengan mengepang rambutnya tiga kepang
Rasulullah saw. bersabda:
وإذاأجمرتم الميت فأجمروه ثلثا
“Dan jika kalian hendak mengepang rambut jenazah, maka kepanglah menjadi
tiga.” (Hadits riwayat Hakim, dan sah menurut Syarat Muslim)
6) Mengkafani jenazah disertai wangi- wangian. Dalam suatu hadits yang artinya:
" Ibnu Umar r.a. melulurkan jenazah Said bin Zaid [dengan wangi-wangian].” (HR
Bukhari)
4 M. Rizal Qasim, pengamalan Fiqih I, Jakarta:Tiga Serangkai,2000,hlm.66
6
7) Mengkafani jenazah tidak boleh berlebih-lebihan. Karena, hukumnya makruh.
Hendaknya kain kafan itu kain yang bagus tetapi tidak terlalu mahal harganya atau
sampai seseorang itu memaksakan sesuatu yang diluar kemampuannya. Berkata
Sya’bi : Ali mewasiatkan: Janganlah kamu berlaku boros menyediakan kain kafanku
nanti, karena Rasulullah saw. berpesan:
(رفيه مقالا: )رواهأبوداوفىاسناده أبومالك.لتغالوا فى اكفن فإنه يسلب سلبا سريعا
“janganlah kamu berlebih- lebihan dalam memilih kain kafan, karena ia juga tak
akan bertahan lama.” (Riwayat Abu Daud. Dalam isnadnya terdapat Abu Malik
seorang yang menjadi pembicara)5
8) Jenazah yang mati syahid dan sedang ihram dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya.
Dalam hadis yang disahkan Al- Tirmidzi mengungkapkan bahwa jenazah Mas’ud
ibn Umair yang tewas dalam perang uhud henya dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya, sehingga kakinya harus ditutupi dengan kain idzkhir (sejenis serban).
(HR Khamsah, selain Nasai).
Demikian pula perlakuan yang sama terhadap jenazah orang yang tengah ihram,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
وحنطوه إلالمية المحرمْ فلتخمروارأسه ول تحنطوه ول تمسوه بطيب
“ lulurkanlah jenazah dengan wangi- wangian, kecuali jenazah orang- orang yang
melakukan ihram, maka janganlah kalian tutupi kepalanya, jangan pula kalian beri
ramuan badannya, dan jangan pula kalian beri harum- haruman,”. (HR. Jamaa). 6
b. Berdasarkan petunjuk Rasulullah saw., maka cara mengkafani jenazah adalah
sebagai berikut:
a) Untuk jenazah laki- laki
a) Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan
jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang.
b) Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan
jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk
menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian
hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.
c) Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu,
menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama.
d) Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas
tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak
lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala.7
b) Untuk jenazah perempuan dikafani dengan lima helai kain putih yang
terdiri dari:
a) Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian
kepalanya.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan
kirinya)
d) Lembaran keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
7 M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 23-27
7
Adapun tatacara mengkafani jenazah perempuan yaitu:
1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong- potong untuk masing-
masing bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain yang diletakan diatas kain kafan sejajar, serta ditaburi
dengan wangi- wangian atau dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang- lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaian sarung
5. Pakaian baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan
kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terrakhir dengan cara
menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.8
D. Shalat Jenazah
Sebelum disalatkan, ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
1. Melunasi hutang, membayar biaya pengurusan jenazah, serta melaksanakan
wasiatnya, Sabda Nabi Saw:
نفس المؤمن معلقة بدينه حتى يقضى
“ Nyawa orang mu`min itu tergantung hutangnya, hingga dilunasinya”. ( HR.
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)
2. Terlepas dari perselisian mayat yang wajib dishalatkan, telah disepakati semua
jenazah orang islam, baik laki-laki atau perempuan, besar atau kecil wajib dishalati,
kecuali mereka yang mati syahid saat peperangan dan yang sedang menjalankan
ikhram.9 Adapunn orang yang meninggal karena bunuh diri diperselisihkan, ada yang
melarang karna dianggap putus asa, sedangan orang yang berputus asa dianggap kafir.
Namun, adapula yang membolehkan, karna bagaimanapun ia adalah orang islam,
yang berarti telah berikrar “ Laa ilaha illa Allah” sedangkan terhadap orang yang
telah berikrar seperti itu, Nabi menyatakan “ Sholu man qola La ilaha illa Allah”
(lakuan shalat terhadap orang yang berkata “Laa ilaha illa Allah”.10
Jika jenazahnya laki-laki, sebaiknya imam berdiri setentang kepalanya. Jika jenazahnya
perempuan, imam berdiri setentang pingganya. Dalam satu riwayat diceritakan bahwa
ketika melakukan shalat jenzah laka-laki
9 Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum). Hlm: 21
10 Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008).
Hlm: 235-236
8
“Bahwa Nabi memberitahu kematian Al-Najasi pada hari kematiannya, beliau ke
musholla, kemudian membariskan orang orang dan takbir 4 kali”
d. Membaca surat Al Fatihah setelah takbir pertama. Berdasarkan riwayat dari
Thalhah ibn ‘Auf disebutkan: “Saya melakukan salat jenazah bersama Ibn ‘Abbas. Ia
membaaca Al Fatihah, kemudian berkata:’Hendaklah kamu mengetahui bahwa itu
sunnah.” Selain itu, ada satu hadis yang mengatakan bahwa tidak sah shalat tanpa
membaca Al Fatihah. Namun menurut Abu Hanifah dan Malik, membaca Al Fatihah
pada salat jenazah itu tidak wajib. Malik mendasarkan pendapatnya pada praktik
orang Madinah yang hanya selalu mengucapkan puji pujian kepada Allah setelah
takbir pertama.
e. Membaca salawat atas nabi, setelah takbir yang kedua. Cukup dengan :
اللهججم صججل علججى شججيدنا محمججد, jika ingin menyempurnakan pembacaan sholawat tersebut
maka dilanjutkan dengan membaca sholawat Ibrohim, seperti sholawat di tahiyat ahir.
f. Doa untuk jenazah, pada ketiga. Adapun doanya:
اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واجعل الجنة مثوا.
Jika ingin disempurnakan:
اللهجم إنججه نجزلا بجك و.اللهجم أبجدله دارا خيجرا مججن داره وزوجججا خيجرا مججن زوجججه و اهجل خيججر مججن اهلجه
اللهم اكرمْ نزله ووسع مدخله,انت منزولا به.
Jika mayit adalah seorang anak kecil:
اللهم اجعله فرطا لبويه وسلفا و ذخرا و عظة واعتبارا وشفيعا و ثقل به موا زينهمججا و أفججرغ الصججبر
على قلوبهما ول تفتنهما بعده ولتفتنهما بعده ولتحرمهما أجره.
E. Mengantarkan Jenazah
11 Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 141-143
9
إذا رأيتم الجنازة فقوموا حتى تخلفكم أو تضع.
“Jika kalian melihat jenazah, maka berdirilah, sehingga (jenazah itu) berlalu atau
diletakkan.” (HR Jamaah)
Hadis lain mengungkapkan:
أليست نفسا: فقالا. إفنها جنازة يهودى: فقيل له.ْإفن رسولا ال ص مْ مفرت به جنازة فقام
“Ketika Nabi SAW melihat jenazah lewat, maka beliau pun berdiri. Seseorang
menyatakan pada beliau: Sesungguhnya yang meninggal itu orang yahudi. Beliau
bersabda: Bukankah ia juga manusia?” (HR Muslim dan Bukhari)12
Adapun dalam membawa jenazah dan mengantar jenazah, disyariatkan beberapa hal,
seperti dicantumkan di bawah ini:
a. Disyariatkan mengantarkan jenazah dan turut memikulnya. Menurut sunnah
hendaklah berkeliling disekitar keranda, sehingga seseorang akan memikulnya dari
semua pinggirnya.
b. Menyelenggarakan pengurusannya.
Berkata pengarang Al-Fath: kesimpulannya disuatkan menyegerakannya, tetapi
jangan sampai keterlaluan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan terhadap mayat,
atau menyukarkan pemikul keranda dan orang orang yang turut mengantarkan.
Ringkasnya agar tidak bertentangan kebersihan mayat yang dituju, dan tidak
menimbulkan kesukaran yang akan dialami oleh kaum Muslimin.
c. Berjalan di depan atau di belakang di sisi kanan atau sisi kiri dekatnya.
12 Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008).
Hlm: 238-239
10
posisi menjadi terlentang. Makruh bagi jenazah yang di dalam kuburannya dikasih alas,
apabila ada khudhur seperti karnah tanah basah maka diperbolehkan, begitupun pada
mayit yang dikuburkan dengan keadaan simayit berada dalam peti.
Adapun detail langkah-langkah dalam proses pemakaman jenazah, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Sebelumya telah disiapkan lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu
penutup liang lahat secukupnya, dan batu nisan.
2. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah
menuju kuburan.
3. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat.
4. Ada dua orang yang akan menerima jenazah di liang kubur.
5. Jenzah diturnkan secara perlahan sambil membaca:
“Dengan nama Allah dan menurut agama Rasulullah SAW.”
6. Jenazah dibaringkan dan dimiringkan kea rah kiblat.
7. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah, sehingga
wajahnya tetap menghadap kiblat.
8. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
9. Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan.
10. Minimbun liang kubur dengan tanah sehingga rata kembali.
11. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun.
12. Menyirami dengan air.
13. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa.
14. Para pengantar pulang bersama-sama.
Orang yang berhak memasukan jenazah kedalam kubur adalah orang yang
memiliki hak menyolatinya, akan tetapi jika simayit perempuan maka yang berhak
memasukan jenazah kekuburannya adalah suaminya walaupun suami tidak ikut
menyolati, jika tidak ada maka mukhrimnya, kemudian budaknya, kemudian orang laki-
laki yang tak memiliki kelamin, kemudian orang laki-laki yang kemaluannya terpotong,
kemudian orang laki-laki yang tidak memiliki testis, dan jika tidak ada lagi maka orang
yang saleh. Hal ini dituturkan karena perempuan tidak berhak memasukan jenzah ke
dalam kubur dikarenakan keapesan didalam kebiasaannya.
Adapun kesunahan ketika menguburzenazah lainnya yaitu dengan meninggikan
tanah kuburan minimal satu kilan, dalam prosesi pemakaman diharapkan sepi (tidak sibuk
atau ribut sendiri), memberi tanda pada bagian atas kepala kuburan biasanya
menggunakann nissan atau kayau pohon bambu, dan sunnah menaruh pelapa kurma yang
masih basah (adat dijawa menggantinya dengan tudung atau daun pohon kelapa yang
masih muda).14
G. Cara talqin mayit
Sesudah jenazah dikebumikan atau dikubur jikalau jenazah itu seorang yang
baligh maka jenazah tersebut dianjurkan untuk ditalkin walaupun yang meninggal adalah
orang yang mati syahid, hal ini didasari oleh firman Allah Swt:
وذفكر فإن الذكرى تنفع المؤمنين
14 Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm: 152
11
ت. س مذائتمقجةة الومجو ت
مو ك اتلل مووجمههة .لمهة الوةحوكةم مو اتلمويته تةجورمجعةجوومن .ةكجلل نمجوفج س بتوستم ال لته اللروحممتن المرتحويتم .ةكلل مشويسئ مهالت ب
ت ت ت
مو انلمما تةجموفلجوومن اةةجوومرةكوم يمجووممْ الوتقمياممتة .فمممون ةزوحجتزمح معجتن النلجاتر مواةودخجمل الومجنلجةم فمجمقجود فمجامز .موممججا الومحيمجا ة الجلدنوجميا الل ممتجمجاعة
ب .موتفيمها نةتعيجةدةكوم الوغةرووتر .تم ونجمها مخلموقمناةكوم ,موت وفيجمها نةتعويةدةكوم ,موتم ونجمها نةوخترةجةكوم متامرةا اةوخرى .تم ونجمهامخلموقمناةكوم لتولموجتر مواللثوا ت
م ة
ب .بتوستم ال لجته موبجتجال لته موتمجمن ال لجته مواتلمجى ال لجته مومعلجمجى تم لجتة مرةسججوتلا ال لجته
ض موالوتحسا ت
م ب .موتم ونجمها نةوخترةجةكوم لتولمعور ت تلللدوتد والتلجرا ت
م
صويمحةا مواتحمدةا فمجتامذا ةهجوم مجتميجبع لمجمديوجمنا صللى ال له علميته وس لم .همذاما وعد اللرحمن وصدمق الومرسةلومن .اتون مكانم و ت
ت الل م ة م و م م م م م م م م و م ة م م م ةو م م
ضةرومن.
ةموح م
Jika hendak disempurnakan dengan bahasa arab, maka, dilanjutkan
Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), sak iki sira wis mati lan sak iki sira wis ngalih marang
alam kubur, yaiku alam barzah, sira aja nganti lali marang perkara kang sira sungkemi nalika sira
fisah karo kita kabeh. Yaiku nyakseni yen temen ora ana pangeran kang khaq, kejaba gusti Allah,
lan yakseni yen gusti Muhammad iku utusan ne gusti Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), sing ngati-ngati yen sampean di tekani malaikat lorokang dipasrahi nyoba marang sira,
sira aja kaget lan gemeter, ngertiya!, setemen ne kang bakal nekani sira iku pada-pada makhluq
Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), yen malaikat loro takon marang sampean
12
mekenen: sapa pengeran mu?, apa agamamu?, siapa nabi mu?, apa i`tiqodmu?, lan apa kang sira
sungkemi nalika sira mati?. Yen sira ditakoni kaya mengkonon jawaba!. Fangeranku iku gusti
Allah, yen dikaping pindoni takonne jawab maning!, gusti Allah iku pengeranku, lan lamon
ditakoni maning kafing teloni iku pungkasan: aja gemeter lan aja kuatir: gusti Allah iku pangeran
ku, agama islam iku agamaku, kitab al-Quran iku panutanku, shalat sembayang kewajibanku,
wong islam kabeh iku sedulurku, nabi ibrahim iku persesat bapakku, aku urif lan mati ttepi
ucapan “laaa ila haa illa Allah MukhammadurrasulaAllah Saw”. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), khujjah kang tak warai marang sira iki, cekelana temen-temen, ngertiya yen sira bakal
manggon ning alam qubur besuk dina kiamat yaiku besok dian wong ahli kubur pada ditangi
aken. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), ngertiya yen mati iku hak manggon ing qubur,
pitakonne mungkar lan nangkir ana ing kubur, dina ne tangi saking kubur, ana ne khisab, taroju,
wot sirotol mustaqim, neraka lan surga iku kabeh hak mesti ana ne, setuhunne dian kiamat iku
mesti teka ne, lan setuhunne gusti Allah mesti iku mesti bakal nagi aken wong kang ana ing
dalem kubur,
Kemudian baca:
يججاال يججا رب. ولقنججه حجتججه. ويججا حاض جراليس يغيججب آْنججس وغربتججه. اللهججم يججا أنيججس كججل وحججد.ونسججتودعك يججاال
آْمين. والحمد ل رب العالمين. وسلمْ على المرسلين. سبحان ربك رب العزة عما يصفون.العالمين.
H. Cara Tahlil
BAB III
Kesimpulan
Membimbing orang yang sedang dalam keadaan sakarat al-Maut itu, tuntutan bagi
muslim yang masih hidup. Dengan menyuruh orang yang sakarat al-Maut itu, mengikuti
perkataan kita dengan lafadz “Laa ila ha illa Allah”.
Cara memandika jenazah: Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan.
Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga auratnya tidak kelihatan. Mandikan
jenazah pada tempat yang tertutup.Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan- lahan. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukan jari
tangan yang telah dibalut dengan kain bersih ke mulut jenazah, gosokan giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudian wudlukan. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri
tubuh jenazah. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
13
dengan wangi- wangian. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok
anggota tubuhnya. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya
itulah yang wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil. Jika
keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan
dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup
hanya dengan membuang najis itu saja. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas
dan dibirkan menyulur kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan
handuk dan dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak
mengandung alkoh.
Cara mengkafani: Untuk jenazah laki- laki, Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian
khusus. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran
kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali
pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala
dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala. Untuk
jenazah perempuan Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi. Lembar kedua
berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian kepalanya. Lembar ketiga berfungsi sebagai
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya). Lembaran keempat berfungsi untuk menutup
pinggang hingga kaki. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Cara salat jenazah: Niat shalat atas mayit Membaca surat Al Fatihah, pada takbir yang ke
dua. Membaca salawat atas nabi, setelah takbir yang kedua. Doa untuk jenazah, pada ketiga.
Doa untuk jenazah, pada takbir yang ke empat. Kemudian salam (diucapkan secara lengkap).
Cara penghantaran jenazah:Posisi mayit di depan, Berdiri sebagai penghormatan. Jika
berpapasan dengan iring-iringan jenazah Cara penguburan jenazah: Sebelumya telah disiapkan
lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu penutup liang lahat secukupnya, dan batu
nisan. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah menuju
kuburan. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat. Ada dua orang yang akan
menerima jenazah di liang kubur. Jenzah diturnkan secara perlahan. Jenazah dibaringkan dan
dimiringkan kea rah kiblat. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah,
sehingga wajahnya tetap menghadap kiblat. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan. Minimbun liang kubur dengan tanah
sehingga rata kembali. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun. Menyirami
dengan air. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa Para pengantar pulang bersama-
sama. Cara talkin, membacakan pitutur kemayit, tentang pertannyaan malaikat dan hari ahir.
Cara tahlil meliputi, memngirimkan fatikah, dan membaca tahlil.
14
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir,Materi Pendidikan Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009).
H.E. Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada,2008).
M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999).
Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum).
15