Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENANGANAN JENAZAH PART II

Mata Kuliah: Fiqih

Dosen Pengampu: Kurnia Muhajarah, M.Si.

Disusun Oleh:

1. Bagas Ibnu Setiaji (1403066054)

2. Hikam Mubarok (1403066057)

3. Khotijah (1403066061)

4. Toriqul Istie Fadaty (1403066067)

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UIN WALISONGO SEMARANG

2015

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menangani jenazah itu sangat besar pahalanya, seperti yang tertera pada hadist
Imam Bukhori dari Abi Hurairoh sesungguhnya Rasulallah bersabda:

‫من اتبع جنازة مسلم إيمانا واحتسابا وكان معها حتى يصلى عليها ويفرغ من‬
‫ ومن صلى عليها ثم رجع قبل‬,‫ كل قيراط مثل احد‬,‫دفنها فإنه يرجع من األجر بقيراطين‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫أن تدفن فله قيراط‬
“ Barang siapa yang ikut mengiring jenazah orang islam, karna iman dan tanpa
pamrih, sampai ikut menshalati hingga mayit dikubur, maka ia mendapatkan dua qirat.
Dari tiap qirat seperti besarnya gunug uhud, dan apabila ikut dalam melaksanakann
sholat namun tidak dapat ikut dalam pemakaman jenazah, baginya adalah satu qirat.”
(HR. Bukhori)1

Begitu besar keutamaan bagi seseorang yang mengikuti proses penanganan


jenazah, seperti hadist yang tertera di atas. Akan tetapi, pada masa sekarang sangat minim
sekali orang islam yang mengeri akan tatacara pengurusan jenazah. Dalam bab ini akan
dijelaskan tentang kepengurusan atau cara-cara mengurus jenazah orang islam agar sesuai
dengan syariat islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara tununan (talqin) kepada orang yang akan meninggal (sakartul
maut)?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana cara mengkafani jenaza?
4. Bagaimana cara sholat jenazah?
5. Bagaimana cara menghantarkan jenazah?
6. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
7. Bagaimana cara talqin mayit?
8. Bagaimana cara tahlil?

1
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 140

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Talqin Untuk Orang Hendak Meninggal


Tuntutan bagi muslim yang melihat saudaranya dalam keadaan sakarat al-Maut
untuk meentalkinnya, dengan cara membacakan kalimat tauhid (laaa ilaha illa Allah)
kepada muslim yang menghadapi sakarat al-maut, agar meninggalnya tetap dalam
keadaan muslim hingga ahir hayatnya. Sabda Nabi Saw:

"‫ "ال اله اال هللا‬: ‫لقنوا موتكم‬


“Bimbinglah orang yang sedang menghadapi kematian dengan [laaa ilaha illa Allah]”.
(HR. Muslis)
Adapun maksud mentalqin kepada orang yang hendak meninggal dunia ini adalah
agar muslim tersebut mendapatkan temapat yang layak disisi Allah, Nabi Saw bersabda:

‫من كان اخر كالمه "ال اله اال هللا" دخل الجنة‬
“barang siapa diahir hayatnya sempat mengucapkan: “laaa ilaha illa Allah”. Ia akan
masuk sorga.” ( HR.Bukhori dan Muslim)

Apabila muslim tersebut telah meninggal dunia, hal yang perlu dilakukan pertama
adalah mengucapkan kata “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”, dan ketika simayit
meninggal dalam keadaan mata dan mulut terbuka hendaklah memejamkan matanya dan
segera menutup mulutnya, demikian juga tubuhnya harus segera ditutupin kain. Sabda
Rasullah Saw:

‫ان الروح اذا قبض تبعه البصر‬


“sesungguhnya ruh itu jika dibiarkan akan mengikuti mata”.(muttafaq `alaih)
Rasulullah memerintahkan kepada umat muslim untuk merahasiakan cacat tubuh
serta aib orang yang telah menignggal dunia, dan dilarang berburuk sangka kepadanya.
Nabi Saw bersabda:

‫من غسل ميتا فكتم عليه غفر هللا له اربعين مرة‬


“ siapa yang memandikan mayit dan merahasiakan aibnya, ia diampuni Allah empat
puluh kali”. (HR. Hakim; disahihkan oleh Muslim)

Rasulullah juga memerintahkan untuk memeberitahukan kematiannya kepada


sanak keluarga serta tetangganya (mutafaq `alaih). Keluarga yang terkena musibah
dituntut untuk bersabar dan berdoa: “ Allahumma ajirni fi mushibati wa khuluf li khairan
minha” ( ya Allah, anugrahkan kepadaku pahala dengan musibah ini, dan berikan
gantinya dengan yang lebih baik daripadanya), sedangkan doa yang diucapkan bagi para
pengunjung adalah: “Allahumma `ghfir lahu war`fa` darojatahu fi al-mahdiyin wa`fsah
lahu fi qobrihi wanawir lahu fihi wa`khalafahu fi `aqbilin” ( ya Allah ampunilah fulan

3
dan muliakanlahh derajatnya, lapangkan dan teerangilah kuburnya, dan berikan pengganti
sepeninggalnya). (HR. Muslim)2

Bagi kelurga yang ditinggalkan, dilalarang keras untuk meratapi, terlebih apabila disertai
dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek baju. Nabi Saw bersabda:

‫ليس منا من ضرب الخدود وشق الجيوب و دعى بدعوة الجاهلية‬


“ Bukanlah golongan kami orang yang suka menampar-nampar pipi, merobek-robek
baju, dan bertriak-triak dengan cara jahiliyah”. (mutafaq `alaih)
Sebalknya dianjurkan bagi setiap keuarga yang ditinggalkan untuk melestarikan, dengan
membuatkan atau membawa makanan untuk keluarga yang sitinggalkan. Nabi Saw
bersabda:

‫اصنعوا الل جعفر طعاما فقد اتاهم ما يغشلهم‬


“ Buat makanan bagi keluarga ja`far, karna mereka sedang dalam kesusahan”. (HR. Al-
Khamsah)

Bagi keluarga yang sitinggalkan diharuskan mempercepat melunasi hutang mayit ketika
hidup, Nabi Saw bersabda:

‫نفس المؤمن معلقة بدينه حتى يقضى عننه‬


“ Nyawa orang mu`min tergantung hutangnya, hingga dilunasinnya”. (HR. Ahmad, Ibnu
Hibbah, dan Tirmidzi)

B. Memandikan jenazah

Apabila seorang meninggal dunia, wajib bagi muslim untuk segera memandikannya,
kecuali orang yang mati syahid dan yang dalam keadaan ihram. Sementara itu, untuk
mengenai kewajiban memandikannya berdasarkan hadits berikut. Dasar wajibnya
memandikan jenazah ini adalah hadits nabi yang berkenaan dengan seorang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, “mandikanlah dengan air dan sidrin (daun bidara).”, orang yang
mati syahid dalam peperangan ditangan orang- orang kafir, tidak dimandika, walau ia dalam
keadaan junub sekalipun. Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Rosulullah saw. bersabda:

ْ ً ‫أوكل دم يفوح مسكا‬,‫التغسلوهم فإن كل جرح‬


.‫يوم القيامة‬
“Jangan kamu mandikan mereka, karena setiap luka atau setiap tetes darah akan semerbak
dengan bau yang wangi pada hari kiamat,”..
a. Hal- hal yang harus diperhatikan ketika memandikan jenazah:
1) Jenazah dimandikan di tempat yang sunyi, hanya ada orang yang memandikan dan
pembantunya, serta wali jenazah itu sendiri.
2) Jenazah diletakan ditempat yang lebih tinggi, misalnya dipan, agar air bebas mengalir
dan tidak menggenangi tubuhnya.
3) Jenazah dimandikan dalam pakaian gamis atau jika pakaiannya ditanggalkan, maka
auratnya harus tertutup.
4) Menggunakan air dingin, sebab dapat menguatkan badannya.

2
H.E. Hassan Saleh (Edutor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hlm: 229.

4
5) Memandikan jenazah sebanyak tiga kali atau boleh lebih. Hal ini disesuaikan dengan
yang dibutuhkan atau yang dilihat perlu oleh orang- orang yang memandikannya.
6) Memandikan jenazah dengan hitungan ganjil. Ketika akan memandikan jenazah dengan
lebih dari tiga kali, hendaklah memandikannya dengan hitungan ganjil (tiga kali, lima
kali, atau tujuh kali, dan seterusnya).
7) Mencampur air mandi dengan sidrin. Hendaklah air mandi yang digunakan untuk
memandikan dicampur dengan sidrin (daun bidara) atau yang serupa, seperti sabun, dan
lainnya.
8) Mencampur air dengan wewangian. Pada akhir proses memandikan jenazah, hendaknya
mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya.
9) Melepaskan gelungan atau kepangan rambut. Apabila saat akan dimandikan rambut
jemazah dalam keadaan terikat, tergelung, atau dikepang, hendaknya ikatan , gelungan,
atau kepangan tersebut dilepaskan. Dengan demikian rambut jenazah menjadi terurai.
Kemudian, hendaklah mencuci rambutnya dengan baik.
10) Mengepang rambut setelah dicuci (jenazah perempuan). Untuk jenazah perempuan,
setelah rambutnya dicuci,hendaklah rambutnya dikepang kemudian letakan dibelakang.
11) Mendahulukan bagian kanan. Hedaknya memulai memandikan jenazah dari anggota
badan sebelah kanan dan anggota yang biasa dibasuh ketika wudhu.
12) Yang memandikan jenazah adalah sesama jenis. Hendaklah yang memandikan jenazah
laki- laki adalah orang laki- laki dan yang memandikan jenazah perempuan adalah orang
perempuan.
13) Orang yang memandikan jenazah hendaklah orang yang jujur, saleh , dapat dipercaya,
dan menyimpan rahasia. Sehingga hanya menyiarkan dari pengalamanya nanti hal- hal
yang baik dan menutupi hal- hal yang jelek.3
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw. bersabda:
.‫ليغسل موتاكم المأمونون‬
“Hendaklah yang memandikan jenazah-jenazahmu itu orang- orang yang dapat
dipercaya.”.

b. Adapun cara memandikan jenazah yaitu:


1) Sebelum jenazah dimandikan, siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang
dibutuhkan untuk keperluan mandinya, seperti:
a) Tempat memandikan pada ruang yang tertutup.
b) Air secukupnya / debu (jika mayit ditayamumkan)
c) Daun bidara atau sabun, air kapur barus,dan wangi- wangian.
d) Sarung tangan untuk memandikan.
e) Potongan kain kecil-kecil atau kapas.
f) Kain basahan, handuk, dll.
2) Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga auratnya tidak kelihatan.
3) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
4) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
5) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan- lahan.
6) Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala.
7) Masukan jari tangan yang telah dibalut dengan kain bersih ke mulut jenazah, gosokan
giginya dan bersihkan hidungnya, kemudian wudlukan.
8) Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri tubuh jenazah.

3
Ahmad Tafsir,Materi Pendidikan Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm.52

5
9) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
wangi- wangian.
10) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
11) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya itulah yang
wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil.
12) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib
dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu
diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
13) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibirkan menyulur
kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
14) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi
kain kafannya.
15) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak mengandung
alkohol.4

C. Mengkafani jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Hukum
mengkafani jenazah hukumnya fardhu kifayah. Kafan yang digunakan utuk membungkus
jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya.
a. Mengkafani jenazah dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.:
1) Mengkafani jenazah dengan baik
Sabda Rasulullah saw.:
‫اذاكفّن أحدكم أخاه فليحسنكفنه‬
“Jika seseorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka kafanilah dia
dengan baik.” (HR Ahmad,Muslim,dan Abu Daud)
2) Hendaknya mengkafani dengan kain putih
Sabda Rasulullah saw.:
‫البسوا من ثيابكم البياض فإنهاخيرثيابكم وكفنوافيهاموتاكم‬
“ berpakaianlah dengan kain putih dari pakaian kalian, karena itulah sebaik-baik
pakaianmu. Dan kafanilah jenazah-jenazah dengan kain putih.” (HR Khamsah,
selain Nasai; disahihkan Tirmidzi)
3) Dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah
laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan.
Diriwayatkan oleh jema’ah dari Aisyah, katanya:
‫ليس فيهاقميص‬,‫كفن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فى ثالثة أثواب بيض سحوليةجدد‬
‫وال عمامة‬
”Nabi saw. dikafani dengan tiga helai kain putih mulus yang baru, tanpa kemeja dan
tanpa sorban,”.
4) Mengkafani jenazah yang menutupi seluruh tubuhnya. Menurut satu riwayat hadits,
bahwa kaki jenazah Mas’ab bin Umair yang tewas pada perang Uhud tidak cukup
ditutup dengan pakaian yang dikenakannya, sehingga harus ditutup dengan kain
idzkhir (sejenis serban).
5) Mengkafani jenazah dengan mengepang rambutnya tiga kepang
Rasulullah saw. bersabda:

4
M. Rizal Qasim, pengamalan Fiqih I, Jakarta:Tiga Serangkai,2000,hlm.66

6
‫وإذاأجمرتم الميت فأجمروه ثالثا‬
“Dan jika kalian hendak mengepang rambut jenazah, maka kepanglah menjadi tiga.”
(Hadits riwayat Hakim, dan sah menurut Syarat Muslim)
6) Mengkafani jenazah disertai wangi- wangian. Dalam suatu hadits yang artinya:
" Ibnu Umar r.a. melulurkan jenazah Said bin Zaid [dengan wangi-wangian].” (HR
Bukhari)
7) Mengkafani jenazah tidak boleh berlebih-lebihan. Karena, hukumnya makruh.
Hendaknya kain kafan itu kain yang bagus tetapi tidak terlalu mahal harganya atau
sampai seseorang itu memaksakan sesuatu yang diluar kemampuannya. Berkata
Sya’bi : Ali mewasiatkan: Janganlah kamu berlaku boros menyediakan kain kafanku
nanti, karena Rasulullah saw. berpesan:
‫ (رواهأبوداوفىاسناده‬.‫التغالوا فى اكفن فإنه يسلب سلبا سريعا‬
)‫رفيه مقال‬:‫أبومالك‬
“janganlah kamu berlebih- lebihan dalam memilih kain kafan, karena ia juga tak
akan bertahan lama.” (Riwayat Abu Daud. Dalam isnadnya terdapat Abu Malik
seorang yang menjadi pembicara)5
8) Jenazah yang mati syahid dan sedang ihram dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya.
Dalam hadis yang disahkan Al- Tirmidzi mengungkapkan bahwa jenazah Mas’ud
ibn Umair yang tewas dalam perang uhud henya dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya, sehingga kakinya harus ditutupi dengan kain idzkhir (sejenis serban).
(HR Khamsah, selain Nasai).

Demikian pula perlakuan yang sama terhadap jenazah orang yang tengah ihram,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
‫وحنطوه إالالمية المحرم فالتخمروارأسه وال تحنطوه وال تمسوه بطيب‬
“ lulurkanlah jenazah dengan wangi- wangian, kecuali jenazah orang- orang yang
melakukan ihram, maka janganlah kalian tutupi kepalanya, jangan pula kalian beri
ramuan badannya, dan jangan pula kalian beri harum- haruman,”. (HR. Jamaa).6
b. Berdasarkan petunjuk Rasulullah saw., maka cara mengkafani jenazah adalah sebagai
berikut:
a) Untuk jenazah laki- laki
a) Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan
jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang.
b) Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat
jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah
membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.
c) Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu,
menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama.
d) Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali.
Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak
lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala.7

5
Sayyid Sabiq,Fikih Sunnh 4,(Bandung: PT Alma’arf, 2008),hlm.106
6
Hasan Saleh,Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008),hlm.232-234
7
M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 23-27

7
b) Untuk jenazah perempuan dikafani dengan lima helai kain putih yang terdiri dari:
a) Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian kepalanya.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan
kirinya)
d) Lembaran keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tatacara mengkafani jenazah perempuan yaitu:
1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong- potong untuk masing- masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain yang diletakan diatas kain kafan sejajar, serta ditaburi
dengan wangi- wangian atau dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang- lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaian sarung
5. Pakaian baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terrakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.8

D. Shalat Jenazah
Sebelum disalatkan, ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
1. Melunasi hutang, membayar biaya pengurusan jenazah, serta melaksanakan
wasiatnya, Sabda Nabi Saw:
‫نفس المؤمن معلقة بدينه حتى يقضى‬
“ Nyawa orang mu`min itu tergantung hutangnya, hingga dilunasinya”. ( HR.
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)
2. Terlepas dari perselisian mayat yang wajib dishalatkan, telah disepakati semua
jenazah orang islam, baik laki-laki atau perempuan, besar atau kecil wajib dishalati,
kecuali mereka yang mati syahid saat peperangan dan yang sedang menjalankan
ikhram.9 Adapunn orang yang meninggal karena bunuh diri diperselisihkan, ada yang
melarang karna dianggap putus asa, sedangan orang yang berputus asa dianggap
kafir. Namun, adapula yang membolehkan, karna bagaimanapun ia adalah orang
islam, yang berarti telah berikrar “ Laa ilaha illa Allah” sedangkan terhadap orang
yang telah berikrar seperti itu, Nabi menyatakan “ Sholu man qola La ilaha illa
Allah” (lakuan shalat terhadap orang yang berkata “Laa ilaha illa Allah”.10

Jika jenazahnya laki-laki, sebaiknya imam berdiri setentang kepalanya. Jika jenazahnya
perempuan, imam berdiri setentang pingganya. Dalam satu riwayat diceritakan bahwa
ketika melakukan shalat jenzah laka-laki

8
M.Rizal Kasim,pengamalan fiqih 1,(Jakarta: Tiga Serangkai,2000),hlm.69
9
Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum). Hlm: 21
10
Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008). Hlm:
235-236

8
Sebagai mana pada umumnya, untuk shalat jenazahpun disyariatkan toharah,
menutup aurat, dan menghadap kiblat. Adapun rukun shalat jenazah :

a. Niat shalat atas mayit


Adapun niatnya:
‫مأموما فرض هلل تعالى‬/‫اصلى على هذا الميت اربع تكبيرات اماما‬
b. Berdiri bagi yang mampu
c. Takbir empat kali, ini didasarkan pada hadis dari Abu Hurairah:
“Bahwa Nabi memberitahu kematian Al-Najasi pada hari kematiannya, beliau ke
musholla, kemudian membariskan orang orang dan takbir 4 kali”
d. Membaca surat Al Fatihah setelah takbir pertama. Berdasarkan riwayat dari Thalhah
ibn ‘Auf disebutkan: “Saya melakukan salat jenazah bersama Ibn ‘Abbas. Ia
membaaca Al Fatihah, kemudian berkata:’Hendaklah kamu mengetahui bahwa itu
sunnah.” Selain itu, ada satu hadis yang mengatakan bahwa tidak sah shalat tanpa
membaca Al Fatihah. Namun menurut Abu Hanifah dan Malik, membaca Al Fatihah
pada salat jenazah itu tidak wajib. Malik mendasarkan pendapatnya pada praktik
orang Madinah yang hanya selalu mengucapkan puji pujian kepada Allah setelah
takbir pertama.
e. Membaca salawat atas nabi, setelah takbir yang kedua. Cukup dengan :
‫ اللهم صل على شيدنا محمد‬, jika ingin menyempurnakan pembacaan sholawat tersebut
maka dilanjutkan dengan membaca sholawat Ibrohim, seperti sholawat di tahiyat ahir.
f. Doa untuk jenazah, pada ketiga. Adapun doanya:
.‫واعف عنه واجعل الجنة مثوا‬ ‫اللهم اغفر له وارحمه وعافه‬
Jika ingin disempurnakan:
‫ اللهم‬.‫اللهم أبدله دارا خيرا من داره وزوجا خيرا من زوجه و اهل خير من اهله‬
.‫ اللهم اكرم نزله ووسع مدخله‬,‫إنه نزل بك و انت منزول به‬
Jika mayit adalah seorang anak kecil:
‫اللهم اجعله فرطا آلبويه وسلفا و ذخرا و عظة واعتبارا وشفيعا و ثقل به موا‬
‫زينهما و أفرغ الصبر على قلوبهما وال تفتنهما بعده والتفتنهما بعده والتحرمهما‬
.‫أجره‬

g. Doa untuk jenazah, pada takbir yang ke empat. Adapun doanya:


‫اللهم التحرمنا أجره والتفتنٌا بعده واغفرلنا وله ربٌنا اتنا فى لدنيا حسنة وفى اال‬
.‫خرة حسنة وقنا عذاب النار‬
h. Kemudian salam (diucapkan secara lengkap). Lafadznya sebagai berikut:
11
.‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاتة‬
Setelah prosesi penyolatan jenazah usai maka dilanjutkan ke tahilil bagi simayit,
namun ada sebagian golongan islam yang tidak mebolehkannya. Kemudian,
ditegaskan kepada penta`ziah bahwa jenazah ini adalah baik.

E. Mengantarkan Jenazah

1. Posisi iring-iringam Jenazah

11
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 141-143

9
Posisi jenazah yang diantarkan ke pemakaman adalah berada di depan, tidak di
belakang para pengantarnya,kecuali pengantar yang kendaraan, mereka berada di depan
jenazah.
2. Sikap terhadap iringan Jenazah

Jika kita melihat orang membawa jenazah, maka kita dianjurkan untuk berdiri sebagai
penghoramatan terakhir kepadanya, bahkan terhadap jenazah non Muslim sekalipun. Sabda
Nabi SAW:

.‫إذا رأيتم الجنازة فقوموا حتى تخلفكم أو تضع‬


“Jika kalian melihat jenazah, maka berdirilah, sehingga (jenazah itu) berlalu atau
diletakkan.” (HR Jamaah)
Hadis lain mengungkapkan:

‫ أليست‬:‫ فقال‬.‫ إنّها جنازة يهودى‬:‫ فقيل له‬.‫مرت به جنازة فقام‬ ّ


ّ ‫إن رسول هللا ص م‬
‫نفسا‬
“Ketika Nabi SAW melihat jenazah lewat, maka beliau pun berdiri. Seseorang
menyatakan pada beliau: Sesungguhnya yang meninggal itu orang yahudi. Beliau
bersabda: Bukankah ia juga manusia?” (HR Muslim dan Bukhari)12

Adapun dalam membawa jenazah dan mengantar jenazah, disyariatkan beberapa hal,
seperti dicantumkan di bawah ini:

a. Disyariatkan mengantarkan jenazah dan turut memikulnya. Menurut sunnah


hendaklah berkeliling disekitar keranda, sehingga seseorang akan memikulnya dari
semua pinggirnya.
b. Menyelenggarakan pengurusannya.
Berkata pengarang Al-Fath: kesimpulannya disuatkan menyegerakannya, tetapi
jangan sampai keterlaluan yang mengakibatkan terjadinya kerusakan terhadap mayat,
atau menyukarkan pemikul keranda dan orang orang yang turut mengantarkan.
Ringkasnya agar tidak bertentangan kebersihan mayat yang dituju, dan tidak
menimbulkan kesukaran yang akan dialami oleh kaum Muslimin.
c. Berjalan di depan atau di belakang di sisi kanan atau sisi kiri dekatnya.

F. Cara Menguburkan Jenazah


Cara penguburan jenazah yaitu dengan menggali lubang yang muat bagi jenazah
tersebut, dimana ketika jenazah tersebut telah dikuburkan maka tak akan tercium baunya,
dan aman dari binatang buas. Adapun lubang kubur yang baik adalah sepengadeg
sepengawe atau ketika seseorang tersebut berdiri dan melambaikan tangan (±225 Cm)13,
sedangkan lubang kuburan yang setandar yaitu sedada orang yang menggali kubur. Jika
jenazah dibawa dengan keranda, maka ketika keranda, tersebut tiba di lokasi pemakaman,
hendaknya keranda diletakan dihadapan liang kubur, hal ini beertujuan untuk
mempermudah memindahkan jenazah dari keranda ke luang kubur.

12
Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008). Hlm:
238-239
13
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm:

10
Mayit kemudian diangkat dari keranda, baiknya dilakukan dari arah kepala
jenazah terlebih dahulu secara pelahan. Bagi orang yang memasukan jenazah ke liang
kubur hendaknya membaca:
‫بسماهلل وعلى ملّة رسول هللا صل هللا عليه وسلم‬
“ Dengan nama Allah sesuai dengan ajaran Rasulallah.”
Setelah itu jenazah diletakan dalam liang kubur ( jenazah wajib menghadap
kekiblat), seperti diibaratkan orang yang sedang melaksanakan shalat sunnahnya kepala
jenazah diposisikan dipaliang atas (biasanya menggunakan batah mentah), pipi kanan
jenazah dibuka dan ditempelkan ketanah, dengan posisi jenazah disandarkan pada ding-
ding liang kubur, kemudian punggung simayit diganjal (biasanya menggunakan adonan
batu batah mentah namun berbentuk bulat) hal ini bertujuan agar simayit tidak berubah
posisi menjadi terlentang. Makruh bagi jenazah yang di dalam kuburannya dikasih alas,
apabila ada khudhur seperti karnah tanah basah maka diperbolehkan, begitupun pada
mayit yang dikuburkan dengan keadaan simayit berada dalam peti.
Adapun detail langkah-langkah dalam proses pemakaman jenazah, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Sebelumya telah disiapkan lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu penutup
liang lahat secukupnya, dan batu nisan.
2. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah menuju
kuburan.
3. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat.
4. Ada dua orang yang akan menerima jenazah di liang kubur.
5. Jenzah diturnkan secara perlahan sambil membaca:
“Dengan nama Allah dan menurut agama Rasulullah SAW.”
6. Jenazah dibaringkan dan dimiringkan kea rah kiblat.
7. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah, sehingga wajahnya
tetap menghadap kiblat.
8. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
9. Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan.
10. Minimbun liang kubur dengan tanah sehingga rata kembali.
11. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun.
12. Menyirami dengan air.
13. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa.
14. Para pengantar pulang bersama-sama.

Orang yang berhak memasukan jenazah kedalam kubur adalah orang yang
memiliki hak menyolatinya, akan tetapi jika simayit perempuan maka yang berhak
memasukan jenazah kekuburannya adalah suaminya walaupun suami tidak ikut
menyolati, jika tidak ada maka mukhrimnya, kemudian budaknya, kemudian orang laki-
laki yang tak memiliki kelamin, kemudian orang laki-laki yang kemaluannya terpotong,
kemudian orang laki-laki yang tidak memiliki testis, dan jika tidak ada lagi maka orang
yang saleh. Hal ini dituturkan karena perempuan tidak berhak memasukan jenzah ke
dalam kubur dikarenakan keapesan didalam kebiasaannya.
Adapun kesunahan ketika menguburzenazah lainnya yaitu dengan meninggikan
tanah kuburan minimal satu kilan, dalam prosesi pemakaman diharapkan sepi (tidak sibuk
atau ribut sendiri), memberi tanda pada bagian atas kepala kuburan biasanya
menggunakann nissan atau kayau pohon bambu, dan sunnah menaruh pelapa kurma yang

11
‫‪masih basah (adat dijawa menggantinya dengan tudung atau daun pohon kelapa yang‬‬
‫‪masih muda).14‬‬
‫‪G. Cara talqin mayit‬‬
‫‪Sesudah jenazah dikebumikan atau dikubur jikalau jenazah itu seorang yang‬‬
‫‪baligh maka jenazah tersebut dianjurkan untuk ditalkin walaupun yang meninggal adalah‬‬
‫‪orang yang mati syahid, hal ini didasari oleh firman Allah Swt:‬‬
‫وذكّر فإن الذكرى تنفع المؤمنين‬
‫”‪“berilah pitutur sesungguhnya pitutur itu memberi manfaat bagi muslim,‬‬

‫‪Lafadz talqin mayit, sebagai berikut:‬‬

‫ش ْي ٍئ َها ِلكٌ اِاله َوجْ َههُ ‪َ .‬لهُ ا ْل ُح ْك ُم َو ِا َل ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْو َن ‪ُ .‬ك ُّل نَ ْف ٍس‬ ‫الرحْ َم ِن اله َر ِح ْي ِم‪ُ .‬ك ُّل َ‬ ‫َّللا ه‬‫س ِم ه ِ‬ ‫ِب ْ‬
‫ت ‪َ .‬و ِانه َما ت ُ َوفه ْو َن ا ُ ُج ْو َر ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ‪ .‬فَ َم ْن ُزحْ ِز َح ع َِن النه ِار َوا ُد ِْخ َل ا ْل َجنه َة فَقَ ْد‬ ‫ذَائِقَةُ ا ْل َم ْو ِ‬
‫ارةً‬ ‫ع ا ْلغُ ُر ْو ِر‪ِ .‬م ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم‪َ ,‬وفِ ْي َها نُ ِع ْي ُد ُك ْم‪َ ,‬و ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ت َ َ‬‫از‪َ .‬و َما ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا اِاله َمتَا ُ‬ ‫فَ َ‬
‫ض‬ ‫ب‪َ .‬و ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِل ْلعَ ْر ِ‬ ‫ب‪َ .‬وفِي َها نُ ِعي ُد ُك ْم ِللدُّو ِد والت ُّ َرا ِ‬ ‫ا ُ ْخ َرى‪ِ .‬م ْن َها َخ َل ْقنَا ُك ْم ِل ْْلَجْ ِر َوالثهوا ِ‬
‫سله َم‪َ .‬هذَا َما‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫صلهى ه‬
‫َّللاُ َ‬ ‫َّللاِ َ‬ ‫سو ِل ه‬ ‫علَى ِمله ِة َر ُ‬ ‫َّللاِ َواِلَى ه‬
‫َّللاِ َو َ‬ ‫اَّللِ َو ِم َن ه‬
‫َّللاِ َو ِب ه‬
‫س ِم ه‬ ‫ب‪ِ .‬ب ْ‬ ‫سا ِ‬ ‫َوا ْل ِح َ‬
‫ون‪.‬‬‫ض ُر َ‬ ‫اح َدةً فَ ِاذَا ُه ْم َج ِمي ٌع لَ َد ْينَا ُمحْ َ‬ ‫ص ْي َحةً َو ِ‬‫ون‪ .‬ا ِْن كَا َنتْ اِاله َ‬ ‫سلُ َ‬ ‫صدَقَ ا ْل ُم ْر َ‬ ‫الرحْ َم ُن َو َ‬ ‫ع َد ه‬ ‫َو َ‬
‫‪Jika hendak disempurnakan dengan bahasa arab, maka, dilanjutkan‬‬

‫آلن فِ ْي بَ ْر َزخٍ ِم ْن‬ ‫ع ْنكَ ال ُّد ْنيَا َو ِز ْينَت ُ َها ‪َ .‬و ِص ْرتَ اْ َ‬ ‫َّللاُ ‪ .‬ذَ َهبَتْ َ‬ ‫ت ‪ .......‬يَ ْر َح ُمكَ ه‬ ‫يَا ‪ِ ......‬ب ْن ‪ِ /‬ب ْن ِ‬
‫آلخ َر ِة‪.‬‬ ‫علَ ْي ِه فِ ْي دَا ِر ال ُّد ْنيَا َوقَد ِْمتَ ِب ِه اِلَى د َِار اْ ِ‬ ‫ار ْقتَنَا َ‬ ‫ِي فَ َ‬ ‫س ا ْل َع ْه َد الهذ ْ‬ ‫آلخ َر ِة‪ .‬فَالَ ت َ ْن َ‬ ‫بَ َر ِاز ْيخِ اْ ِ‬
‫َان ا ْل ُم َو هكالَ ِن بِكَ َوبِأ َ ْمثَا ِلكَ‬ ‫َّللاِ‪ .‬فَ ِإذَا َجا َءكَ ا ْل َم َلك ِ‬‫س ْو ُل ه‬ ‫َّللاُ َو ا َ هن ُم َح همدًا َر ُ‬ ‫ش َها َدةُ ا َ ْن الَ اِلَهَ اِاله ه‬ ‫َو ُه َو َ‬
‫َّللا‬
‫ق هِ‬ ‫ق ِم ْن َخ ْل ِ‬ ‫سله َم فَالَ يُ ْز ِع َجاكَ َوالَ يُ ْر ِعبَاكَ ‪َ .‬وا ْعلَ ْم اَنه ُه َما َخ ْل ٌ‬ ‫علَ ْي ِه َو َ‬ ‫َّللاُ َ‬ ‫صلهى ه‬ ‫ِم ْن ا ُ هم ِة ُم َح هم ٍد َ‬
‫ساَالَكَ َم ْن َربُّكَ ؟ َو َما ِد ْينُكَ ؟ َو َما ا ْعتِقَا ُدكَ ؟ َو َما اله ِذ ْي ُمته‬ ‫َّللا‪َ .‬واِذَا َ‬‫ق هِ‬ ‫ق ِم ْن َخ ْل ِ‬ ‫تَعَالَى َك َما ا َ ْنتَ َخ ْل ٌ‬
‫سأَالَكَ الثها ِلث َ َة َو ِه َي‬ ‫َّللاُ َر ِبّ ْي‪َ .‬واِذَا َ‬‫سأَالَكَ الثها ِن َي َة فَقُ ْل لَ ُه َما َ ه‬ ‫َّللاُ َر ِبّ ْي‪َ .‬واِذَا َ‬ ‫علَ ْي ِه؟‪ .‬فَقُ ْل لَ ُه َما َ ه‬ ‫َ‬
‫سالَ ُم ِد ْينِ ْي َو ُم َح هم ٌد‬ ‫ف َوالَ فَ َزعٍ‪ َ .‬ه‬
‫َّللاُ َربِّ ْي َواْ ِإل ْ‬ ‫ق بِالَ ُخ ْو ٍ‬ ‫ط ْل ٍ‬‫ان َ‬‫س ٍ‬ ‫سنَى فَقُ ْل لَ ُه َما بِ ِل َ‬ ‫ا ْل َخاتِ َمةُ ا ْل ُح ْ‬
‫س ِل ُم ْو َن ا ِْخ َوانِ ْي َواِ ْب َرا ِه ْي ُم ا ْل َخ ِل ْي ُل‬ ‫صلَ َواتُ فَ ِر ْي َ‬
‫ضتِ ْي َوا ْل ُم ْ‬ ‫ام ْي َوا ْل َك ْعبَةُ قِ ْب َلتِ ْي َوال ه‬ ‫ـي َوا ْلقُ ْرآ ُن اِ َم ِ‬ ‫نَ ِب ِيّ ْ‬
‫َّللاِ ‪.‬‬
‫س ْو ُل ه‬
‫َّللاُ ُم َح هم ٌد َر ُ‬ ‫ع َلى قَ ْو ِل الَ اِلَ َه اِاله ه‬ ‫ا َ ِب ْي َواَنَا ِعشْتُ َو ُمتُّ َ‬
‫س ْك بِ َه ِذ ِه ا ْل ُح هج ِة يَا ‪ ........‬بِ ْن ‪َ ........‬وا ْعلَ ْم اَنهكَ ُم ِق ْي ٌم بِ َهذَا ا ْلبَ ْر َزخِ اِلَى يَ ْو ِم يُ ْب َعث ُ ْو َن‪ .‬فَ ِإذَا قِ ْي َل‬ ‫ت َ َم ه‬
‫ع َل ْي ِه‬
‫َّللاُ َ‬ ‫صلهى ه‬ ‫ق اَجْ َم ِع ْي َن‪ .‬فَقُ ْل ُه َو ُم َح هم ٌد َ‬ ‫ِي بُ ِع َث فِ ْي ُك ْم َوفِى ا ْل َخ ْل ِ‬ ‫الر ُج ِل الهذ ْ‬ ‫لَكَ َما تَقُ ْو ُل فِ ْي َهذَا ُّ‬
‫علَ ْي ِه‬ ‫َّللاُ الَ اِلَهَ اِاله ُه َو َ‬ ‫س ِب َي ه‬ ‫ت ِم ْن َر ِبّ ِه فَاتهبَ ْعنَاهُ َوآ َمنها ِب ِه‪ .‬فَ ِإ ْن ت َ َوله ْوا فَقُ ْل َح ْ‬ ‫سله َم َجا َءنَا ِبا ْلبَ ِّينَا ِ‬ ‫َو َ‬
‫ب ا ْل َع ْر ِش ا ْل َع ِظ ْي ِم‪.‬‬ ‫ت َ َو هك ْلتُ َو ُه َو َر ُّ‬
‫ق َوا َ هن‬ ‫س َؤا َل ُم ْنك ٍَر َونَ ِك ْي ٍر حَقٌّ َوا َ هن ا ْلبَ ْع َث َح ٌّ‬ ‫ق َواَ هن نُ ُز ْو َل ا ْلقَ ْب ِر حَقٌّ َو ا َ هن ُ‬ ‫َوا ْعلَ ْم ا َ هن ا ْل َم ْوتَ َح ٌّ‬
‫ساع ََة‬ ‫ار َحقٌّ َوا َ هن ا ْل َجنهةَ حَقٌّ َوا َ هن ال ه‬ ‫ق َوا َ هن النه َ‬ ‫ط َح ٌّ‬ ‫الص َرا َ‬ ‫ان حَقٌّ َوا َ هن ِ ّ‬ ‫يز َ‬ ‫اب حَقٌّ َوا َ هن ا ْل ِم َ‬ ‫س َ‬ ‫ا ْل ِح َ‬
‫ث َم ْن فِى ا ْلقُبُ ْو ِر‬ ‫َّللاَ َي ْب َع ُ‬
‫ب فِ ْي َها َو ا َ هن ه‬ ‫آتِ َيةٌ الَ َر ْي َ‬
‫‪Dilanjutkan dalam bahasa jawa:‬‬

‫‪Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), sak iki sira wis mati lan sak iki sira wis ngalih marang‬‬
‫‪alam kubur, yaiku alam barzah, sira aja nganti lali marang perkara kang sira sungkemi nalika sira‬‬

‫‪14‬‬
‫‪Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm: 152‬‬

‫‪12‬‬
fisah karo kita kabeh. Yaiku nyakseni yen temen ora ana pangeran kang khaq, kejaba gusti Allah,
lan yakseni yen gusti Muhammad iku utusan ne gusti Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), sing ngati-ngati yen sampean di tekani malaikat lorokang dipasrahi nyoba marang sira,
sira aja kaget lan gemeter, ngertiya!, setemen ne kang bakal nekani sira iku pada-pada makhluq
Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), yen malaikat loro takon marang sampean
mekenen: sapa pengeran mu?, apa agamamu?, siapa nabi mu?, apa i`tiqodmu?, lan apa kang sira
sungkemi nalika sira mati?. Yen sira ditakoni kaya mengkonon jawaba!. Fangeranku iku gusti
Allah, yen dikaping pindoni takonne jawab maning!, gusti Allah iku pengeranku, lan lamon
ditakoni maning kafing teloni iku pungkasan: aja gemeter lan aja kuatir: gusti Allah iku pangeran
ku, agama islam iku agamaku, kitab al-Quran iku panutanku, shalat sembayang kewajibanku,
wong islam kabeh iku sedulurku, nabi ibrahim iku persesat bapakku, aku urif lan mati ttepi
ucapan “laaa ila haa illa Allah MukhammadurrasulaAllah Saw”. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), khujjah kang tak warai marang sira iki, cekelana temen-temen, ngertiya yen sira bakal
manggon ning alam qubur besuk dina kiamat yaiku besok dian wong ahli kubur pada ditangi
aken. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), ngertiya yen mati iku hak manggon ing qubur,
pitakonne mungkar lan nangkir ana ing kubur, dina ne tangi saking kubur, ana ne khisab, taroju,
wot sirotol mustaqim, neraka lan surga iku kabeh hak mesti ana ne, setuhunne dian kiamat iku
mesti teka ne, lan setuhunne gusti Allah mesti iku mesti bakal nagi aken wong kang ana ing
dalem kubur,

Kemudian baca:

.‫ ولقنه حجته‬.‫ ويا حاضراليس يغيب آنس وغربته‬.‫ اللهم يا أنيس كل وحد‬.‫ونستودعك ياهللا‬
‫ والحمد هلل‬.‫ وسالم على المرسلين‬.‫ سبحان ربك رب العزة عما يصفون‬.‫ياهللا يا رب العالمين‬
.‫ آمين‬.‫رب العالمين‬
H. Cara Tahlil

Adapun cara tahlil sebagai berikut:

1. Menghadiahkan fatikha kepada Nabi Saw, keluarga-Nya, dan sahabat-Nya.


2. Menghadiahkan fatikha kepada para Nabi dan Rasull, para syuhada, para
orang salaeh, qutoba, abdil Ulama Amilin, Mushonifin, Mukhlisin, malaikat.
3. Menghadiahkan fatikha kepada ahli qubur muslim baik laki-laki atau
perempuan, dan pengkhusussan fatikha untuk fulan (orang yang meninggal).

BAB III
Kesimpulan

Membimbing orang yang sedang dalam keadaan sakarat al-Maut itu, tuntutan bagi
muslim yang masih hidup. Dengan menyuruh orang yang sakarat al-Maut itu, mengikuti
perkataan kita dengan lafadz “Laa ila ha illa Allah”.
Cara memandika jenazah: Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan.
Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga auratnya tidak kelihatan. Mandikan
jenazah pada tempat yang tertutup.Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya

13
perlahan- lahan. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukan jari
tangan yang telah dibalut dengan kain bersih ke mulut jenazah, gosokan giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudian wudlukan. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri
tubuh jenazah. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi- wangian. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok
anggota tubuhnya. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya
itulah yang wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil. Jika
keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan
dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup
hanya dengan membuang najis itu saja. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas
dan dibirkan menyulur kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan
handuk dan dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak
mengandung alkoh.
Cara mengkafani: Untuk jenazah laki- laki, Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian
khusus. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran
kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali
pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala
dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala. Untuk
jenazah perempuan Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi. Lembar kedua
berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian kepalanya. Lembar ketiga berfungsi sebagai
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya). Lembaran keempat berfungsi untuk menutup
pinggang hingga kaki. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.

Cara salat jenazah: Niat shalat atas mayit Membaca surat Al Fatihah, pada takbir yang ke
dua. Membaca salawat atas nabi, setelah takbir yang kedua. Doa untuk jenazah, pada ketiga.
Doa untuk jenazah, pada takbir yang ke empat. Kemudian salam (diucapkan secara lengkap).
Cara penghantaran jenazah:Posisi mayit di depan, Berdiri sebagai penghormatan. Jika
berpapasan dengan iring-iringan jenazah Cara penguburan jenazah: Sebelumya telah disiapkan
lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu penutup liang lahat secukupnya, dan batu
nisan. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah menuju
kuburan. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat. Ada dua orang yang akan
menerima jenazah di liang kubur. Jenzah diturnkan secara perlahan. Jenazah dibaringkan dan
dimiringkan kea rah kiblat. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah,
sehingga wajahnya tetap menghadap kiblat. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan. Minimbun liang kubur dengan tanah
sehingga rata kembali. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun. Menyirami
dengan air. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa Para pengantar pulang bersama-
sama. Cara talkin, membacakan pitutur kemayit, tentang pertannyaan malaikat dan hari ahir.
Cara tahlil meliputi, memngirimkan fatikah, dan membaca tahlil.

14
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir,Materi Pendidikan Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009).

Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar).

H.E. Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada,2008).

Hasan Saleh,Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008)

M.Rizal Kasim,pengamalan fiqih 1,(Jakarta: Tiga Serangkai,2000).

M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999).

Al-Majmu`at, (Cirebon: Hablana).

Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum).

.Sayyid Sabiq,Fikih Sunnh 4,(Bandung: PT Alma’arf, 2008).

Syarif Majmu`. Yakhtawi ala` Qur`aniah wa ad`iyah, wa wastigfarot, watawajuhati ila


Allah Azzawajala, washalawati `ala Rasulillahi Saw. (Maktaba, Sumber Berkah)

15

Anda mungkin juga menyukai