Disusun Oleh:
3. Khotijah (1403066061)
2015
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menangani jenazah itu sangat besar pahalanya, seperti yang tertera pada hadist
Imam Bukhori dari Abi Hurairoh sesungguhnya Rasulallah bersabda:
من اتبع جنازة مسلم إيمانا واحتسابا وكان معها حتى يصلى عليها ويفرغ من
ومن صلى عليها ثم رجع قبل, كل قيراط مثل احد,دفنها فإنه يرجع من األجر بقيراطين
) (رواه البخاري.أن تدفن فله قيراط
“ Barang siapa yang ikut mengiring jenazah orang islam, karna iman dan tanpa
pamrih, sampai ikut menshalati hingga mayit dikubur, maka ia mendapatkan dua qirat.
Dari tiap qirat seperti besarnya gunug uhud, dan apabila ikut dalam melaksanakann
sholat namun tidak dapat ikut dalam pemakaman jenazah, baginya adalah satu qirat.”
(HR. Bukhori)1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dapat dirumuskan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara tununan (talqin) kepada orang yang akan meninggal (sakartul
maut)?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah?
3. Bagaimana cara mengkafani jenaza?
4. Bagaimana cara sholat jenazah?
5. Bagaimana cara menghantarkan jenazah?
6. Bagaimana cara menguburkan jenazah?
7. Bagaimana cara talqin mayit?
8. Bagaimana cara tahlil?
1
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 140
2
BAB II
PEMBAHASAN
من كان اخر كالمه "ال اله اال هللا" دخل الجنة
“barang siapa diahir hayatnya sempat mengucapkan: “laaa ilaha illa Allah”. Ia akan
masuk sorga.” ( HR.Bukhori dan Muslim)
Apabila muslim tersebut telah meninggal dunia, hal yang perlu dilakukan pertama
adalah mengucapkan kata “inna lillahi wa inna ilaihi rajiun”, dan ketika simayit
meninggal dalam keadaan mata dan mulut terbuka hendaklah memejamkan matanya dan
segera menutup mulutnya, demikian juga tubuhnya harus segera ditutupin kain. Sabda
Rasullah Saw:
3
dan muliakanlahh derajatnya, lapangkan dan teerangilah kuburnya, dan berikan pengganti
sepeninggalnya). (HR. Muslim)2
Bagi kelurga yang ditinggalkan, dilalarang keras untuk meratapi, terlebih apabila disertai
dengan menampar-nampar pipi, merobek-robek baju. Nabi Saw bersabda:
Bagi keluarga yang sitinggalkan diharuskan mempercepat melunasi hutang mayit ketika
hidup, Nabi Saw bersabda:
B. Memandikan jenazah
Apabila seorang meninggal dunia, wajib bagi muslim untuk segera memandikannya,
kecuali orang yang mati syahid dan yang dalam keadaan ihram. Sementara itu, untuk
mengenai kewajiban memandikannya berdasarkan hadits berikut. Dasar wajibnya
memandikan jenazah ini adalah hadits nabi yang berkenaan dengan seorang yang meninggal
karena jatuh dari untanya, “mandikanlah dengan air dan sidrin (daun bidara).”, orang yang
mati syahid dalam peperangan ditangan orang- orang kafir, tidak dimandika, walau ia dalam
keadaan junub sekalipun. Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Rosulullah saw. bersabda:
2
H.E. Hassan Saleh (Edutor), Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqih Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hlm: 229.
4
5) Memandikan jenazah sebanyak tiga kali atau boleh lebih. Hal ini disesuaikan dengan
yang dibutuhkan atau yang dilihat perlu oleh orang- orang yang memandikannya.
6) Memandikan jenazah dengan hitungan ganjil. Ketika akan memandikan jenazah dengan
lebih dari tiga kali, hendaklah memandikannya dengan hitungan ganjil (tiga kali, lima
kali, atau tujuh kali, dan seterusnya).
7) Mencampur air mandi dengan sidrin. Hendaklah air mandi yang digunakan untuk
memandikan dicampur dengan sidrin (daun bidara) atau yang serupa, seperti sabun, dan
lainnya.
8) Mencampur air dengan wewangian. Pada akhir proses memandikan jenazah, hendaknya
mencampuri airnya dengan parfum, kapur barus, atau sejenisnya.
9) Melepaskan gelungan atau kepangan rambut. Apabila saat akan dimandikan rambut
jemazah dalam keadaan terikat, tergelung, atau dikepang, hendaknya ikatan , gelungan,
atau kepangan tersebut dilepaskan. Dengan demikian rambut jenazah menjadi terurai.
Kemudian, hendaklah mencuci rambutnya dengan baik.
10) Mengepang rambut setelah dicuci (jenazah perempuan). Untuk jenazah perempuan,
setelah rambutnya dicuci,hendaklah rambutnya dikepang kemudian letakan dibelakang.
11) Mendahulukan bagian kanan. Hedaknya memulai memandikan jenazah dari anggota
badan sebelah kanan dan anggota yang biasa dibasuh ketika wudhu.
12) Yang memandikan jenazah adalah sesama jenis. Hendaklah yang memandikan jenazah
laki- laki adalah orang laki- laki dan yang memandikan jenazah perempuan adalah orang
perempuan.
13) Orang yang memandikan jenazah hendaklah orang yang jujur, saleh , dapat dipercaya,
dan menyimpan rahasia. Sehingga hanya menyiarkan dari pengalamanya nanti hal- hal
yang baik dan menutupi hal- hal yang jelek.3
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah saw. bersabda:
.ليغسل موتاكم المأمونون
“Hendaklah yang memandikan jenazah-jenazahmu itu orang- orang yang dapat
dipercaya.”.
3
Ahmad Tafsir,Materi Pendidikan Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009),hlm.52
5
9) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
wangi- wangian.
10) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
11) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya itulah yang
wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil.
12) Jika keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib
dibuang dan dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu
diulangi mandinya, cukup hanya dengan membuang najis itu saja.
13) Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas dan dibirkan menyulur
kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan handuk dan
dikepang.
14) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak membasahi
kain kafannya.
15) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak mengandung
alkohol.4
C. Mengkafani jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Hukum
mengkafani jenazah hukumnya fardhu kifayah. Kafan yang digunakan utuk membungkus
jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh tubuhnya.
a. Mengkafani jenazah dilakukan sesuai dengan petunjuk Rasulullah saw.:
1) Mengkafani jenazah dengan baik
Sabda Rasulullah saw.:
اذاكفّن أحدكم أخاه فليحسنكفنه
“Jika seseorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka kafanilah dia
dengan baik.” (HR Ahmad,Muslim,dan Abu Daud)
2) Hendaknya mengkafani dengan kain putih
Sabda Rasulullah saw.:
البسوا من ثيابكم البياض فإنهاخيرثيابكم وكفنوافيهاموتاكم
“ berpakaianlah dengan kain putih dari pakaian kalian, karena itulah sebaik-baik
pakaianmu. Dan kafanilah jenazah-jenazah dengan kain putih.” (HR Khamsah,
selain Nasai; disahihkan Tirmidzi)
3) Dianjurkan mengkafani dengan 3 helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah
laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk jenazah perempuan.
Diriwayatkan oleh jema’ah dari Aisyah, katanya:
ليس فيهاقميص,كفن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فى ثالثة أثواب بيض سحوليةجدد
وال عمامة
”Nabi saw. dikafani dengan tiga helai kain putih mulus yang baru, tanpa kemeja dan
tanpa sorban,”.
4) Mengkafani jenazah yang menutupi seluruh tubuhnya. Menurut satu riwayat hadits,
bahwa kaki jenazah Mas’ab bin Umair yang tewas pada perang Uhud tidak cukup
ditutup dengan pakaian yang dikenakannya, sehingga harus ditutup dengan kain
idzkhir (sejenis serban).
5) Mengkafani jenazah dengan mengepang rambutnya tiga kepang
Rasulullah saw. bersabda:
4
M. Rizal Qasim, pengamalan Fiqih I, Jakarta:Tiga Serangkai,2000,hlm.66
6
وإذاأجمرتم الميت فأجمروه ثالثا
“Dan jika kalian hendak mengepang rambut jenazah, maka kepanglah menjadi tiga.”
(Hadits riwayat Hakim, dan sah menurut Syarat Muslim)
6) Mengkafani jenazah disertai wangi- wangian. Dalam suatu hadits yang artinya:
" Ibnu Umar r.a. melulurkan jenazah Said bin Zaid [dengan wangi-wangian].” (HR
Bukhari)
7) Mengkafani jenazah tidak boleh berlebih-lebihan. Karena, hukumnya makruh.
Hendaknya kain kafan itu kain yang bagus tetapi tidak terlalu mahal harganya atau
sampai seseorang itu memaksakan sesuatu yang diluar kemampuannya. Berkata
Sya’bi : Ali mewasiatkan: Janganlah kamu berlaku boros menyediakan kain kafanku
nanti, karena Rasulullah saw. berpesan:
(رواهأبوداوفىاسناده.التغالوا فى اكفن فإنه يسلب سلبا سريعا
)رفيه مقال:أبومالك
“janganlah kamu berlebih- lebihan dalam memilih kain kafan, karena ia juga tak
akan bertahan lama.” (Riwayat Abu Daud. Dalam isnadnya terdapat Abu Malik
seorang yang menjadi pembicara)5
8) Jenazah yang mati syahid dan sedang ihram dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya.
Dalam hadis yang disahkan Al- Tirmidzi mengungkapkan bahwa jenazah Mas’ud
ibn Umair yang tewas dalam perang uhud henya dikafani dengan pakaian yang
dikenakannya, sehingga kakinya harus ditutupi dengan kain idzkhir (sejenis serban).
(HR Khamsah, selain Nasai).
Demikian pula perlakuan yang sama terhadap jenazah orang yang tengah ihram,
sebagaimana sabda Rasulullah saw. :
وحنطوه إالالمية المحرم فالتخمروارأسه وال تحنطوه وال تمسوه بطيب
“ lulurkanlah jenazah dengan wangi- wangian, kecuali jenazah orang- orang yang
melakukan ihram, maka janganlah kalian tutupi kepalanya, jangan pula kalian beri
ramuan badannya, dan jangan pula kalian beri harum- haruman,”. (HR. Jamaa).6
b. Berdasarkan petunjuk Rasulullah saw., maka cara mengkafani jenazah adalah sebagai
berikut:
a) Untuk jenazah laki- laki
a) Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan
jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang.
b) Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi aurat
jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah
membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.
c) Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu,
menyusul lembaran kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama.
d) Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali.
Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan kakinya agar tidak
lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala.7
5
Sayyid Sabiq,Fikih Sunnh 4,(Bandung: PT Alma’arf, 2008),hlm.106
6
Hasan Saleh,Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008),hlm.232-234
7
M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999), hlm. 23-27
7
b) Untuk jenazah perempuan dikafani dengan lima helai kain putih yang terdiri dari:
a) Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi
b) Lembar kedua berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian kepalanya.
c) Lembar ketiga berfungsi sebagai baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan
kirinya)
d) Lembaran keempat berfungsi untuk menutup pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Adapun tatacara mengkafani jenazah perempuan yaitu:
1. Susunlah kain kafan yang sudah dipotong- potong untuk masing- masing
bagian dengan tertib. Kemudian, angkatlah jenazah dalam keadaan
tertutup dengan kain yang diletakan diatas kain kafan sejajar, serta ditaburi
dengan wangi- wangian atau dengan kapur barus.
2. Tutuplah lubang- lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran
dengan kapas.
3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4. Pakaian sarung
5. Pakaian baju kurung.
6. Dandani rambutnya dengan tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7. Pakaikan kerudung.
8. Membungkus dengan lembar kain terrakhir dengan cara menemukan
kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung kedalam.
9. Ikat dengan tali pengikat yang telah disediakan.8
D. Shalat Jenazah
Sebelum disalatkan, ketentuan yang harus dipenuhi adalah:
1. Melunasi hutang, membayar biaya pengurusan jenazah, serta melaksanakan
wasiatnya, Sabda Nabi Saw:
نفس المؤمن معلقة بدينه حتى يقضى
“ Nyawa orang mu`min itu tergantung hutangnya, hingga dilunasinya”. ( HR.
Ahmad, Ibnu Hibban, dan Tirmidzi)
2. Terlepas dari perselisian mayat yang wajib dishalatkan, telah disepakati semua
jenazah orang islam, baik laki-laki atau perempuan, besar atau kecil wajib dishalati,
kecuali mereka yang mati syahid saat peperangan dan yang sedang menjalankan
ikhram.9 Adapunn orang yang meninggal karena bunuh diri diperselisihkan, ada yang
melarang karna dianggap putus asa, sedangan orang yang berputus asa dianggap
kafir. Namun, adapula yang membolehkan, karna bagaimanapun ia adalah orang
islam, yang berarti telah berikrar “ Laa ilaha illa Allah” sedangkan terhadap orang
yang telah berikrar seperti itu, Nabi menyatakan “ Sholu man qola La ilaha illa
Allah” (lakuan shalat terhadap orang yang berkata “Laa ilaha illa Allah”.10
Jika jenazahnya laki-laki, sebaiknya imam berdiri setentang kepalanya. Jika jenazahnya
perempuan, imam berdiri setentang pingganya. Dalam satu riwayat diceritakan bahwa
ketika melakukan shalat jenzah laka-laki
8
M.Rizal Kasim,pengamalan fiqih 1,(Jakarta: Tiga Serangkai,2000),hlm.69
9
Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum). Hlm: 21
10
Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008). Hlm:
235-236
8
Sebagai mana pada umumnya, untuk shalat jenazahpun disyariatkan toharah,
menutup aurat, dan menghadap kiblat. Adapun rukun shalat jenazah :
E. Mengantarkan Jenazah
11
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm. 141-143
9
Posisi jenazah yang diantarkan ke pemakaman adalah berada di depan, tidak di
belakang para pengantarnya,kecuali pengantar yang kendaraan, mereka berada di depan
jenazah.
2. Sikap terhadap iringan Jenazah
Jika kita melihat orang membawa jenazah, maka kita dianjurkan untuk berdiri sebagai
penghoramatan terakhir kepadanya, bahkan terhadap jenazah non Muslim sekalipun. Sabda
Nabi SAW:
Adapun dalam membawa jenazah dan mengantar jenazah, disyariatkan beberapa hal,
seperti dicantumkan di bawah ini:
12
Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo Persada,2008). Hlm:
238-239
13
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm:
10
Mayit kemudian diangkat dari keranda, baiknya dilakukan dari arah kepala
jenazah terlebih dahulu secara pelahan. Bagi orang yang memasukan jenazah ke liang
kubur hendaknya membaca:
بسماهلل وعلى ملّة رسول هللا صل هللا عليه وسلم
“ Dengan nama Allah sesuai dengan ajaran Rasulallah.”
Setelah itu jenazah diletakan dalam liang kubur ( jenazah wajib menghadap
kekiblat), seperti diibaratkan orang yang sedang melaksanakan shalat sunnahnya kepala
jenazah diposisikan dipaliang atas (biasanya menggunakan batah mentah), pipi kanan
jenazah dibuka dan ditempelkan ketanah, dengan posisi jenazah disandarkan pada ding-
ding liang kubur, kemudian punggung simayit diganjal (biasanya menggunakan adonan
batu batah mentah namun berbentuk bulat) hal ini bertujuan agar simayit tidak berubah
posisi menjadi terlentang. Makruh bagi jenazah yang di dalam kuburannya dikasih alas,
apabila ada khudhur seperti karnah tanah basah maka diperbolehkan, begitupun pada
mayit yang dikuburkan dengan keadaan simayit berada dalam peti.
Adapun detail langkah-langkah dalam proses pemakaman jenazah, dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Sebelumya telah disiapkan lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu penutup
liang lahat secukupnya, dan batu nisan.
2. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah menuju
kuburan.
3. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat.
4. Ada dua orang yang akan menerima jenazah di liang kubur.
5. Jenzah diturnkan secara perlahan sambil membaca:
“Dengan nama Allah dan menurut agama Rasulullah SAW.”
6. Jenazah dibaringkan dan dimiringkan kea rah kiblat.
7. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah, sehingga wajahnya
tetap menghadap kiblat.
8. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
9. Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan.
10. Minimbun liang kubur dengan tanah sehingga rata kembali.
11. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun.
12. Menyirami dengan air.
13. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa.
14. Para pengantar pulang bersama-sama.
Orang yang berhak memasukan jenazah kedalam kubur adalah orang yang
memiliki hak menyolatinya, akan tetapi jika simayit perempuan maka yang berhak
memasukan jenazah kekuburannya adalah suaminya walaupun suami tidak ikut
menyolati, jika tidak ada maka mukhrimnya, kemudian budaknya, kemudian orang laki-
laki yang tak memiliki kelamin, kemudian orang laki-laki yang kemaluannya terpotong,
kemudian orang laki-laki yang tidak memiliki testis, dan jika tidak ada lagi maka orang
yang saleh. Hal ini dituturkan karena perempuan tidak berhak memasukan jenzah ke
dalam kubur dikarenakan keapesan didalam kebiasaannya.
Adapun kesunahan ketika menguburzenazah lainnya yaitu dengan meninggikan
tanah kuburan minimal satu kilan, dalam prosesi pemakaman diharapkan sepi (tidak sibuk
atau ribut sendiri), memberi tanda pada bagian atas kepala kuburan biasanya
menggunakann nissan atau kayau pohon bambu, dan sunnah menaruh pelapa kurma yang
11
masih basah (adat dijawa menggantinya dengan tudung atau daun pohon kelapa yang
masih muda).14
G. Cara talqin mayit
Sesudah jenazah dikebumikan atau dikubur jikalau jenazah itu seorang yang
baligh maka jenazah tersebut dianjurkan untuk ditalkin walaupun yang meninggal adalah
orang yang mati syahid, hal ini didasari oleh firman Allah Swt:
وذكّر فإن الذكرى تنفع المؤمنين
”“berilah pitutur sesungguhnya pitutur itu memberi manfaat bagi muslim,
ش ْي ٍئ َها ِلكٌ اِاله َوجْ َههُ َ .لهُ ا ْل ُح ْك ُم َو ِا َل ْي ِه ت ُ ْر َجعُ ْو َن ُ .ك ُّل نَ ْف ٍس الرحْ َم ِن اله َر ِح ْي ِمُ .ك ُّل َ َّللا هس ِم ه ِ ِب ْ
ت َ .و ِانه َما ت ُ َوفه ْو َن ا ُ ُج ْو َر ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة .فَ َم ْن ُزحْ ِز َح ع َِن النه ِار َوا ُد ِْخ َل ا ْل َجنه َة فَقَ ْد ذَائِقَةُ ا ْل َم ْو ِ
ارةً ع ا ْلغُ ُر ْو ِرِ .م ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْمَ ,وفِ ْي َها نُ ِع ْي ُد ُك ْمَ ,و ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ت َ َازَ .و َما ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا اِاله َمتَا ُ فَ َ
ض بَ .و ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم ِل ْلعَ ْر ِ بَ .وفِي َها نُ ِعي ُد ُك ْم ِللدُّو ِد والت ُّ َرا ِ ا ُ ْخ َرىِ .م ْن َها َخ َل ْقنَا ُك ْم ِل ْْلَجْ ِر َوالثهوا ِ
سله َمَ .هذَا َما علَ ْي ِه َو َ صلهى ه
َّللاُ َ َّللاِ َ سو ِل ه علَى ِمله ِة َر ُ َّللاِ َواِلَى ه
َّللاِ َو َ اَّللِ َو ِم َن ه
َّللاِ َو ِب ه
س ِم ه بِ .ب ْ سا ِ َوا ْل ِح َ
ون.ض ُر َ اح َدةً فَ ِاذَا ُه ْم َج ِمي ٌع لَ َد ْينَا ُمحْ َ ص ْي َحةً َو ِون .ا ِْن كَا َنتْ اِاله َ سلُ َ صدَقَ ا ْل ُم ْر َ الرحْ َم ُن َو َ ع َد ه َو َ
Jika hendak disempurnakan dengan bahasa arab, maka, dilanjutkan
آلن فِ ْي بَ ْر َزخٍ ِم ْن ع ْنكَ ال ُّد ْنيَا َو ِز ْينَت ُ َها َ .و ِص ْرتَ اْ َ َّللاُ .ذَ َهبَتْ َ ت .......يَ ْر َح ُمكَ ه يَا ِ ......ب ْن ِ /ب ْن ِ
آلخ َر ِة. علَ ْي ِه فِ ْي دَا ِر ال ُّد ْنيَا َوقَد ِْمتَ ِب ِه اِلَى د َِار اْ ِ ار ْقتَنَا َ ِي فَ َ س ا ْل َع ْه َد الهذ ْ آلخ َر ِة .فَالَ ت َ ْن َ بَ َر ِاز ْيخِ اْ ِ
َان ا ْل ُم َو هكالَ ِن بِكَ َوبِأ َ ْمثَا ِلكَ َّللاِ .فَ ِإذَا َجا َءكَ ا ْل َم َلك ِس ْو ُل ه َّللاُ َو ا َ هن ُم َح همدًا َر ُ ش َها َدةُ ا َ ْن الَ اِلَهَ اِاله ه َو ُه َو َ
َّللا
ق هِ ق ِم ْن َخ ْل ِ سله َم فَالَ يُ ْز ِع َجاكَ َوالَ يُ ْر ِعبَاكَ َ .وا ْعلَ ْم اَنه ُه َما َخ ْل ٌ علَ ْي ِه َو َ َّللاُ َ صلهى ه ِم ْن ا ُ هم ِة ُم َح هم ٍد َ
ساَالَكَ َم ْن َربُّكَ ؟ َو َما ِد ْينُكَ ؟ َو َما ا ْعتِقَا ُدكَ ؟ َو َما اله ِذ ْي ُمته َّللاَ .واِذَا َق هِ ق ِم ْن َخ ْل ِ تَعَالَى َك َما ا َ ْنتَ َخ ْل ٌ
سأَالَكَ الثها ِلث َ َة َو ِه َي َّللاُ َر ِبّ ْيَ .واِذَا َسأَالَكَ الثها ِن َي َة فَقُ ْل لَ ُه َما َ ه َّللاُ َر ِبّ ْيَ .واِذَا َ علَ ْي ِه؟ .فَقُ ْل لَ ُه َما َ ه َ
سالَ ُم ِد ْينِ ْي َو ُم َح هم ٌد ف َوالَ فَ َزعٍ َ .ه
َّللاُ َربِّ ْي َواْ ِإل ْ ق بِالَ ُخ ْو ٍ ط ْل ٍان َس ٍ سنَى فَقُ ْل لَ ُه َما بِ ِل َ ا ْل َخاتِ َمةُ ا ْل ُح ْ
س ِل ُم ْو َن ا ِْخ َوانِ ْي َواِ ْب َرا ِه ْي ُم ا ْل َخ ِل ْي ُل صلَ َواتُ فَ ِر ْي َ
ضتِ ْي َوا ْل ُم ْ ام ْي َوا ْل َك ْعبَةُ قِ ْب َلتِ ْي َوال ه ـي َوا ْلقُ ْرآ ُن اِ َم ِ نَ ِب ِيّ ْ
َّللاِ .
س ْو ُل ه
َّللاُ ُم َح هم ٌد َر ُ ع َلى قَ ْو ِل الَ اِلَ َه اِاله ه ا َ ِب ْي َواَنَا ِعشْتُ َو ُمتُّ َ
س ْك بِ َه ِذ ِه ا ْل ُح هج ِة يَا ........بِ ْن َ ........وا ْعلَ ْم اَنهكَ ُم ِق ْي ٌم بِ َهذَا ا ْلبَ ْر َزخِ اِلَى يَ ْو ِم يُ ْب َعث ُ ْو َن .فَ ِإذَا قِ ْي َل ت َ َم ه
ع َل ْي ِه
َّللاُ َ صلهى ه ق اَجْ َم ِع ْي َن .فَقُ ْل ُه َو ُم َح هم ٌد َ ِي بُ ِع َث فِ ْي ُك ْم َوفِى ا ْل َخ ْل ِ الر ُج ِل الهذ ْ لَكَ َما تَقُ ْو ُل فِ ْي َهذَا ُّ
علَ ْي ِه َّللاُ الَ اِلَهَ اِاله ُه َو َ س ِب َي ه ت ِم ْن َر ِبّ ِه فَاتهبَ ْعنَاهُ َوآ َمنها ِب ِه .فَ ِإ ْن ت َ َوله ْوا فَقُ ْل َح ْ سله َم َجا َءنَا ِبا ْلبَ ِّينَا ِ َو َ
ب ا ْل َع ْر ِش ا ْل َع ِظ ْي ِم. ت َ َو هك ْلتُ َو ُه َو َر ُّ
ق َوا َ هن س َؤا َل ُم ْنك ٍَر َونَ ِك ْي ٍر حَقٌّ َوا َ هن ا ْلبَ ْع َث َح ٌّ ق َواَ هن نُ ُز ْو َل ا ْلقَ ْب ِر حَقٌّ َو ا َ هن ُ َوا ْعلَ ْم ا َ هن ا ْل َم ْوتَ َح ٌّ
ساع ََة ار َحقٌّ َوا َ هن ا ْل َجنهةَ حَقٌّ َوا َ هن ال ه ق َوا َ هن النه َ ط َح ٌّ الص َرا َ ان حَقٌّ َوا َ هن ِ ّ يز َ اب حَقٌّ َوا َ هن ا ْل ِم َ س َ ا ْل ِح َ
ث َم ْن فِى ا ْلقُبُ ْو ِر َّللاَ َي ْب َع ُ
ب فِ ْي َها َو ا َ هن ه آتِ َيةٌ الَ َر ْي َ
Dilanjutkan dalam bahasa jawa:
Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), sak iki sira wis mati lan sak iki sira wis ngalih marang
alam kubur, yaiku alam barzah, sira aja nganti lali marang perkara kang sira sungkemi nalika sira
14
Al-Faqir Ahmad Syaqowi Amin, Fasholatan Lengkap, (Semarang: Al-Munawar). Hlm: 152
12
fisah karo kita kabeh. Yaiku nyakseni yen temen ora ana pangeran kang khaq, kejaba gusti Allah,
lan yakseni yen gusti Muhammad iku utusan ne gusti Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), sing ngati-ngati yen sampean di tekani malaikat lorokang dipasrahi nyoba marang sira,
sira aja kaget lan gemeter, ngertiya!, setemen ne kang bakal nekani sira iku pada-pada makhluq
Allah. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), yen malaikat loro takon marang sampean
mekenen: sapa pengeran mu?, apa agamamu?, siapa nabi mu?, apa i`tiqodmu?, lan apa kang sira
sungkemi nalika sira mati?. Yen sira ditakoni kaya mengkonon jawaba!. Fangeranku iku gusti
Allah, yen dikaping pindoni takonne jawab maning!, gusti Allah iku pengeranku, lan lamon
ditakoni maning kafing teloni iku pungkasan: aja gemeter lan aja kuatir: gusti Allah iku pangeran
ku, agama islam iku agamaku, kitab al-Quran iku panutanku, shalat sembayang kewajibanku,
wong islam kabeh iku sedulurku, nabi ibrahim iku persesat bapakku, aku urif lan mati ttepi
ucapan “laaa ila haa illa Allah MukhammadurrasulaAllah Saw”. Hai fulan ( diganti dengan nama
mayit), khujjah kang tak warai marang sira iki, cekelana temen-temen, ngertiya yen sira bakal
manggon ning alam qubur besuk dina kiamat yaiku besok dian wong ahli kubur pada ditangi
aken. Hai fulan ( diganti dengan nama mayit), ngertiya yen mati iku hak manggon ing qubur,
pitakonne mungkar lan nangkir ana ing kubur, dina ne tangi saking kubur, ana ne khisab, taroju,
wot sirotol mustaqim, neraka lan surga iku kabeh hak mesti ana ne, setuhunne dian kiamat iku
mesti teka ne, lan setuhunne gusti Allah mesti iku mesti bakal nagi aken wong kang ana ing
dalem kubur,
Kemudian baca:
. ولقنه حجته. ويا حاضراليس يغيب آنس وغربته. اللهم يا أنيس كل وحد.ونستودعك ياهللا
والحمد هلل. وسالم على المرسلين. سبحان ربك رب العزة عما يصفون.ياهللا يا رب العالمين
. آمين.رب العالمين
H. Cara Tahlil
BAB III
Kesimpulan
Membimbing orang yang sedang dalam keadaan sakarat al-Maut itu, tuntutan bagi
muslim yang masih hidup. Dengan menyuruh orang yang sakarat al-Maut itu, mengikuti
perkataan kita dengan lafadz “Laa ila ha illa Allah”.
Cara memandika jenazah: Siapkan terlebih dahulu segala sesuatu yang dibutuhkan.
Ambil kain penutup dan gantikan kain basahan sehingga auratnya tidak kelihatan. Mandikan
jenazah pada tempat yang tertutup.Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran. Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
13
perlahan- lahan. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir kearah kepala. Masukan jari
tangan yang telah dibalut dengan kain bersih ke mulut jenazah, gosokan giginya dan bersihkan
hidungnya, kemudian wudlukan. Siramkan air kesebelah kanan dahulu kemudian kesebelah kiri
tubuh jenazah. Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur
dengan wangi- wangian. Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok
anggota tubuhnya. Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh keseluruh tubuhnya
itulah yang wajib, disunahkan mengulanginya dengan beberapa kali dalam bilangan ganjil. Jika
keluar dari jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan
dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah diatas kafan tidak perlu diulangi mandinya, cukup
hanya dengan membuang najis itu saja. Bagi jenazah wanita, sanggul rambutnya harus dilepas
dan dibirkan menyulur kebelakang, setelah disiram dan dibersihkan lalu dikeringkan dengan
handuk dan dikepang. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain sehingga tidak
membasahi kain kafannya. Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi- wangian yang tidak
mengandung alkoh.
Cara mengkafani: Untuk jenazah laki- laki, Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian
khusus. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan jenazah.
Kemudian lembaran pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran
kedua dan ketiga seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali
pengikatnya yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala
dan kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kearah kaki dan arah kepala. Untuk
jenazah perempuan Lembar pertama yaitu kain berfungsi untuk menutupi. Lembar kedua
berfungsi sebagai kerudung untuk menutupi bagian kepalanya. Lembar ketiga berfungsi sebagai
baju kurung (yang terbuka sisi kanan dan kirinya). Lembaran keempat berfungsi untuk menutup
pinggang hingga kaki. Lembar kelima berfungsi untuk menutup pinggul dan paha.
Cara salat jenazah: Niat shalat atas mayit Membaca surat Al Fatihah, pada takbir yang ke
dua. Membaca salawat atas nabi, setelah takbir yang kedua. Doa untuk jenazah, pada ketiga.
Doa untuk jenazah, pada takbir yang ke empat. Kemudian salam (diucapkan secara lengkap).
Cara penghantaran jenazah:Posisi mayit di depan, Berdiri sebagai penghormatan. Jika
berpapasan dengan iring-iringan jenazah Cara penguburan jenazah: Sebelumya telah disiapkan
lubang kuburan sesuai dengan ukuran jenazah, kayu penutup liang lahat secukupnya, dan batu
nisan. Di rumah duka, disiapkan keranda atau pusara jenazah untuk mengusung jenzah menuju
kuburan. Di pekuburan, keranda diletakkan di sebelah kiblat. Ada dua orang yang akan
menerima jenazah di liang kubur. Jenzah diturnkan secara perlahan. Jenazah dibaringkan dan
dimiringkan kea rah kiblat. Memberinya bantalan tanah liat di bawah kepala dan pipi jenazah,
sehingga wajahnya tetap menghadap kiblat. Tali pengikat kain kafan luar, semuanya dibuka.
Menutup liang lahat dengan kayu yang telah disiapkan. Minimbun liang kubur dengan tanah
sehingga rata kembali. Pasanglah batu nisan sebelum liang kubur selesai ditimbun. Menyirami
dengan air. Setiap orang yang hadir disunnahkan membaca doa Para pengantar pulang bersama-
sama. Cara talkin, membacakan pitutur kemayit, tentang pertannyaan malaikat dan hari ahir.
Cara tahlil meliputi, memngirimkan fatikah, dan membaca tahlil.
14
Daftar Pustaka
Ahmad Tafsir,Materi Pendidikan Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009).
H.E. Hasan Saleh (Edutor),Kajian Fiqih Nabawi dan Fiqih Kontemporer,(Jakarta:PT Rajagrafindo
Persada,2008).
M. Nashiruddin Al-Albani. Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. (Jakarta: Gema Insani, 1999).
Syekh Ahmad bin Hasan As-Syahiry, Fatul Qorib, (Surabaya: Darul Ulum).
15