Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ADAB TERHADAP JENAZAH


( TATA CARA MENGKAFANI JENAZAH)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas :

Mata Kuliah : Agama Islam


Dosen Pengampu : H. Sahwan, S.Sos.,MM

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Linda Isnaini Jannati (093STYC22)


2. Manik Chindra Widari(105STYC22)
3. Nirmala Putri (126STYC22)
4. M. Aditya (096STYC22)
5. Maria Sucianti (107STYC22)
6. Khairunnufus (086STYC22)
7. Muhammad Rauhi (117STYC22)
8. Nurfarianti (130STYC22)
9. Muhammad Zakwan Syahid (120STYC22)
10. Lalu Wahyu Dirgantara Aji (090STYC22)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN TAHAP AKADEMIK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-
Nya makalah Mata Kuliah Al-Islam dengan judul ”Perawatan Jenazah” ini dapat selesai tepat
pada waktu yang telah ditentukan.

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan demi kemajuan penulis untuk
kedepannya. Karena seperti pepatah mengatakan ”Tiada gading yang tak retak”. Akhir kata
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Mataram,15 November 2022

Penulis :

Kelompok 5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah
diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memperhatikan dan menghormati
orang-orang yang meninggal dunia.
Orang yang meninggal dunia perlu dihormati karena orang yang meninggal adalah
makhluk Allah swt yang sangat mulia. Oleh sebab itu, menjelang menghadap ke haribaan
Allah swt, orang meninggal perlu mendapat perhatian khusus dari yang masih hidup.
Pengurus jenazah termasuk syariat Islam yang perlu diketahui oleh seluruh umat
Islam. Hal itu dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan atau pengurusan jenazah sesuai
dengan tuntunan syariat Islam. Akan tetapi masih banyak masyarakat islam yang masih
belum mengerti tentang apa-apa yang harus dilakukan ketika ada ada saudara kita yang
muslim meninggal dunia. Oleh karena itu penting sekali mengetahui tentang penyelenggaraan
jenazah.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka pokok
permasalahannya adalah:
1.2.2 Bagaimana adab terhadap jenazah?
1.2.2 Apa saja kriteria kain kafan?
1.2.3 Bagaimana tata cara mengkafani jenazah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan di atas, maka makalah ini bertujuan
untuk:
1.3.1 Mengetahui bagaimana adab terhadap jenazah.
1.3.2 Mengetahui kriteria kain kafan.
1.3.3 Mengetahui bagaimana tata cara mengkafani jenazah
BAB II
PEMBAHASAN

Dengan adanya seorang Muslim yang meninggal dunia,maka timbul kewajiban bagi
umat islam untuk merawat jenazah.Dalam islam hukum merawat jenazah adalah fardhu
kifayah. Adapun fardhu kifayah yang berkaitan dengan kematian seorang muslim adalah
memandikan,mengkafani,menyalatkan,dan menguburkannya. Mengkafani mayit hukumnya
sebagaimana memandikannya, yaitu fardhu kifayah. Berdasarkan hadits dari Abdullah bin
Abbas radhiallahu’anhu tentang orang yang meninggal karena jatuh dari untanya, di dalam
hadits tersebut Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
‫ن‬Bِ ‫ و َكفِّنُوهُ في ثَوْ بَ ْي‬، ‫ا ْغ ِسلوهُ بما ٍء و ِس ْد ٍر‬
“Mandikanlah ia dengan air dan daun bidara. Dan kafanilah dia dengan dua lapis
kain” (HR. Bukhari no. 1849, Muslim no. 1206).
Kadar wajib dari mengkafani jenazah adalah sekedar menutup seluruh tubuhnya
dengan bagus. Adapun yang selainnya hukumnya sunnah. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :
ُ‫ِإ َذا َكفَّنَ َأ َح ُد ُك ْم َأ َخاهُ فَ ْليُ َحس ِّْن َكفَنَه‬
“Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya, maka hendaklah
memperbagus kafannya” (HR. Muslim no. 943).
Kecuali orang yang meninggal dalam keadaan ihram, maka tidak ditutup kepalanya.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
َّ ، ُ‫ وال تُ َخ ِّمروا رأ َسه‬، ُ‫وال تُ َحنِّطُوه‬
‫فإن هللاَ ي ْب َعثُهُ يو َم القيام ِة يُلَبِّي‬
“Jangan beri minyak wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah” (HR. Bukhari no. 1849,
Muslim no. 1206).

2.1 Adab Terhadap Jenazah


Dari Aisyah dan Ibnu Abbas radhiallahu anhuma keduanya berkata:
“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah


bersabda:
“Janganlah kalian mencela orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah
mendapatkan apa yang telah mereka kerjakan”. (HR. Al-Bukhari no. 6516)

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa
bersabda: Kewajiban yang ditunjukkan kepada orang banyak. Apabila sebagian dari mereka
telah mengerjakannya, maka terlepaslah yang lain dari kewajiban itu. Tetapi jika tidak ada
seorangpun yang mengerjakannya,maka mereka berdosa semuanya.

“Bersegeralah kalian menyelesaikan penyelenggaraan jenazah. Karena bila jenazah itu


orang saleh maka berarti kalian telah mempercepat kebaikan untuknya, dan jika dia bukan
orang saleh maka berarti kalian telah menyingkirkan kejelekan dari pundak kalian”. (HR.
Al-Bukhari no. 1315 dan Muslim no. 944). Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda
“Jiwa seorang mukmin itu bergantung dengan hutangnya hingga terbayar.” (HR. At-
Tirmizi no. 1079, Ibnu Majah no. 2404, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih Al- Jami’ no. 6779).

Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-
anak Adam.” (QS. Al-Isra`: 70) Karenanya disyariatkan untuk memuliakan seluruh manusia
secara umum, baik yang muslim maupun yang kafir, tentunya sesuai dengan bentuk
pemuliaan yang dibenarkan oleh syariat Islam itu sendiri. Pemuliaan ini baik ketika mereka
masih hidup maupun setelah mereka meninggal. Di antara bentuk pemuliaan kepada orang
yang telah meninggal adalah beradab kepada mereka dan memperlakukan mereka sesuai
dengan tuntunan Islam. Di antara adab tersebut adalah:
2.1.1 Dibolehkan untuk mencium jenazah.
2.1.2 Dilarang mencela jenazah walaupun itu jenazah orang fasik dan orang kafir. Kecuali
jika pada celaan itu ada maslahat besar kepada yang mendengarnya agar mereka
waspada dari amalan jelek jenazah tersebut.
2.1.3 Dilarang menyebarkan aib dan kejelekan fisik dan sifat si mayit kecuali ada
maslahat yang besar seperti di atas.
2.1.4 Menyegerakan pengurusan jenazahnya secepat mungkin, mulai dari pemandian
sampai penguburan.
2.1.5 Dilarang memperlambat penyelenggaraan jenazah tanpa uzur yang dibenarkan
syariat apalagi jika uzurnya melanggar syariat.
2.1.6 Keluarga melunasi semua hutang jenazah. Pelunasannya bisa diambil dari harta
jenazah atau kalau dia tidak mempunyai harta maka dianjurkan ahli warisnya atau
keluarganya yang lain membayarkannya karena jiwanya tergantung dengan
utangnya.
2.1.7 Dilarang duduk dan menginjak kuburan. Ini telah kami sebutkan pada artikel
tersendiri.

3.1 Kriteria Kain Kafan


3.1.1 Kain kafan untuk mengkafani mayit lebih utama diambilkan dari harta mayit.
Dan semua biaya pengurusan jenazah lebih didahulukan untuk diambil dari harta
mayit daripada untuk membayar hutangnya, ini adalah pendapat jumhur ulama.
Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
….‫َو َكفِّنُوْ هُ فِي ثَوْ بَ ْي ِه‬
“Kafanilah dia dengan dua bajunya”
Artinya, dari kain yang diambil dari hartanya.
3.1.2

Setelah selesai memandikan dan mengeringkan mayit,disyariatkan mengafani mayit.


Dipersyaratkan mengafani agar bisa menutupi. Disunahkan agar bisa berwarna putih dan
bersih baik baru (itu yang afdhal) atau yang baru dicuci.Batasan/ukuran kafan yang wajib
adalah kain yang mentupi seluruh badan mayit.
Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga
lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis
kain.Disunahkan mengharumkan dengan dupa yang dibakar setelah kain kafan itu diperciki
dengan air mawar atau yang lainnya agar baunya harum dan tetap lengket dengan kain kafan
itu.
3.1.1 Cara mengkafani Jenazah Laki-laki
1. Dengan membeberi tiga lapis kain secara ditumpuk
2. lalu mayit itu diletakkan dengan wajib ditutup dengan kain atau semisalnya,lalu
diletakkan di atas lapis-lapis kafan dengan terlentang
3. Berikutnya diberi wewangian yang diletakkan pada kapas untuk diletakkan
diantara kedua bokong mayit yang diikat denagn sepotong kain.
4. Kemudian sisa kapas yang diberi wewangian untuk kedua mata, kedua lubang
hidung, mulut, kedua lubang telinga, dan di anggota sujudnya seperti dahi, hidung
kedua tangan, kedua lutut dan ujung kedua kakinya. Pada lipatan-lipatan tubuh
seperti kedua ketiak, kedua lipatan belakang lutut, dan pusar.
5. Wewangian diberikan pada kain kafan dan kepala mayit. Ujung kain kafan
lembaran yang paling atas bagian kiri ditutupkan ke bagian kanan mayit, lalu
ujung kain kafan sebelah kanan ditutupkan ke bagian kiri badan mayit. Demikian
pula lembaran kedua dan ketiga. Sisa ujung kain kafan diatas kepala lebih
banyak daripada sisa ujung kain kafan dibawah kedua kakinya.
6. Ujung kain kafan diatas kepala dikumpulkan dan diarahkan
kewajahnya,sedangkan sisa kain kafan bagian bawah kaki dikumpulkan dan
diarahkan keatas kedua kakinya. Semua lapisan itu diikat dengan pengikat agar
tidak pudar dan terlepasdidalam kubur.
Cara mengafani mayit perempuan :
Untuk mayit perempuan dikafani dengan lima lembar kain: sarung untuk
menyarunginya,dipakaikan baju,dipakaikan kerudung diatas kepalanya,lalu dibalut dengan
dua lembar kain kafan.
2. MENYALATKAN JENAZAH

Shalat Jenazah merupakan salah satu praktik ibadah shalat yang dilakukan umat Muslim
jika ada Muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan shalat jenazah ini adalah
fardhu kifayah. Artinya jika dalam suatu wilayah tak ada seorang pun yang
menyelenggarakan shalat jenazah,maka seluruh penduduk wilayah itu akan menanggung
dosa. Akan tetapi jika ada beberapa orang saja yang menyelenggarakannya, maka penduduk
yang lain bebas akan kewajiban tersebut.
Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid
(yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang
mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh
dimandikan. Shalat jenazah ini boleh dikerjakan di setiap waktu, karena shalat ini termasuk
shalat yang mempunyai sebab. Shalat jenazah boleh dikerjakan kaum wanita. Beberapa
jenazah boleh di shalati secara bersama-sama. 11[11]
a. Syarat-syarat shalat jenazah
 Suci dari hadast besar atau kecil, badan, pakaian atau tempat suci dari najis,
menghadap kiblat, serta menutup aurat.
 Shalat jenazah baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.
 Jenazah diletakkan disebelah kiblat orang yang menshalatkan.12[12]

b. Rukun shalat jenazah


 Niat
 Berdiri bagi yang mampu
 Empat kali (termasuk takbiratul ikhram)
 Membaca surat Al-fatihah setelah takbir yang pertama (takbiratul ikhram)
 Membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, setelah takbir kedua
 Membaca do’a untuk jenazah setelah takbir yang ketiga 13[13]
 Membaca do’a untuk jenazah dan orang yang menyhalatinya setelah takbir yang keempat
 Membaca salam ke kanan dan ke kiri

c. Sunah shalat jenazah


 Mengangkat kedua tangan saat bertakbir
 Merendahkan suara pada setiap bacaan (israr)
 Membaca isu’adzah (A’uudzu billaahi minasy syaithaanir rajlim)
 Disamping itu, posisi imam hendaknya didekat kepala jenazah laki-laki atau didekat
pinggul jenazah perempuan
 Shaf hendaknya dijadikan 3 shaf atau lebih. Satu shaf sekurang-kurangnya 2 orang.

d. Cara Melaksanakan Shalat Jenazah 14[14]


 Berdiri tegak menghadap kiblat, kedua belah tangan berada disamping sejajar dengan
pinggul,menghadap kiblat, sedangkan kepala agak tunduk ke sajadah. Hati dan fikiran
berkonsentrasi, Lalu membaca lafal niat sholat jenazah yaitu,

a. jika jenazah orang laki-laki :

USHOLLI 'ALAA HAADZALMAYYITI ARBA'A TAKBIRAATIN FARDHOL


KIFAAYATI MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit ini empat kali takbir fardhu kifayah karena menjadi
makmum karena Allah Ta’ala.
a. jika jenazah orang perempuan:

USHOLLI 'ALAA HAADZIHIL MAYYITATI ARBA'A TAKBIRAATIN FARDHOL KIFAAYATI


MA'MUUMAN LILLAAHI TA'AALA.
Artinya :
Saya niat shalat atas mayit perempuan ini empat kali takbir fardhu kifayah karena
menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
 Setelah selesai membaca lafal niat tersebut, kedua belah tangan diangkat, sejajar
dengan kedua bahu sambil mengucap “ALLAHU AKBAR”. Pada saat tangan diangkat
dan mulut mengucapkan kalimat takbir ini,dihati mengatakan: “aku niat shalat atas
jenazah ini,4 takbir, fardhu kifayah mengikuti imam, karna Allah Ta’ala.
 Setelah takbir pertama membaca surat Al-fatihah
 Setelah takbir kedua membaca shalawat kepada Nabi
SAW : Shalawat yang lengkap :

 Selesai membaca sholawat, di lanjutkan dengan terakhir yang ke tiga,dan membaca do’a
yang di tunjukan untuk jenazah:

a. jika jenazah laki-laki :

b. Jika jenazah perempuan :


 Setelah membaca do’a untuk jenazah, dilanjutkan dengan takbir yang keempat sambil
mengangkat kedua tangan,tanpa ruku’ dan membaca:
a. Jika jenazah laki-laki:
b. Jika jenazah perempuan:
c. Jika ingin lebih sempurna maka di tambah dengan lafal.
 Setelah itu dilanjutkan dengan membaca salam sambil menoleh ke kanan dan ke kiri:

3. MENGUBURKAN JENAZAH
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu
kifayah. Adapun yang wajib dilakukan,paling sedikit dengan membaringkannnya dalam
sebuah lubang lalu menutup kembali lubng tersebut dengan tanah,sehingga tidak terlihat lg
jasadnya,tidak tercium baunya,dan terhindar dari binatang buas dan sebagainya.Akan tetapi
yang lebih sempurna ialah dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Memperdalam lubang kuburan kira-kira 2 meter atau lebih dari permukaan tanah.
2. Lubang untuk menguburkan mayit sebaiknya berbentuk lahd (lahad) , yaitu liang yang
bagian bawahnya dikeruk sebelah ke kiblat,dan setelah jenazah dibaringkan disana,liang
tersebut ditutupi dengan bilah-bilah papan yang di tegakkan,kemudian di timbun
dengan tanah.Akan tetapi jika tanah kuburan itu kurang keras,dan dikhawatirkan dapat
longsor boleh juga menguburkan jenazah dengan membaringkannya ditengah-tengah
lubang kemudian menutupinya dengan papan,ranting dan dedaunan seperti di atas.
3. Ketika memasukkan mayit kedalam kubur,sebaiknya membaca Bismillah wa ‘ala millati
Rasulillah atau Bismillah wa ‘alasunnati Rasulillah.Kemudian meletakannya dengan
tubuhnya di miringkan ke sebelah kanan dan wajahnya menghadap kiblat.Disamping
itu,para ulama menganjurkan agar kepala si mayitdi letakkan diatas bantal dari tanah
liat atau batu,kemudian ikatan-ikatan kafannya dilepaskan,dan bagian dari kafannya di
pipinya dibuka sedikit agar pipinya itu menempel danga tanah.Dianjurkan pula bagi
yang menghadiri penguburan,menebarkan sedikit tanah kearah kepala si mayitsetelah
dibaringkan kedalam kuburannya sebanyak 3 kali,sambil mengucapkan bagian dari ayat
al-qur’an,pada kali pertama : Minha Khalaqnakum (yang artinya: Dari tanah Kami
menciptakanmu); pada yang kedua : wa fihanu’idukum (artinya : dan kepada tanah
Kami mengembalikanmu); dan pada yang ketiga: wa minha nukhrijukum taratan
ukhra(artinya
:dan dari tanah pula Kami mengeluarkanmu lagi).
4. Selesai penguburannya,yaitu ketika lubang telah ditimbuni kembali dengan
tanah,hendaknya mereka yang hadir mendo’akan bagi mayit tersebut dan memohon
ampunan baginya dari Allah SWT.Sebagian ulama terutama dari kalangan
madzhab Syafi’i,menganjurkan agar dibacakan talqin(do’a yang biasa di baca di atas
kuburan guna menuntun si mayit untuk menjawab pertanyaan malaikat).15[15]

Berbagai Tata Cara Berkaitan Dengan Kuburan


1. Menurut Syafi’i dalam Al-Mukhtashar,sebaiknya tidak menggunakan tanah tambahan
untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika menggalinya.
2. Dibolehkan menaikkan kuburan kira-kira sejengkal lebih tinggi dari permukaan
tanah,semata-mata agar diketahuibahwa itu adalah kuburan,sehingga tidak diinjak atau
diduduki.
3. Dianjurkan memercikkan air serta meletakkan kerikil(batu-batu kecil) diatas kuburan
Kemudian meletakkan sepotong batuatau kayu dan sebagainya diatas kuburan sebagai
tanda agar diketahui oleh para peziarah.
4. Sebaiknya tidak membuat bangunan diatas kuburan ataupun memoles permukaannya
dengan plester semen.,kapur dan sebagainya.Sebagian ulama mengharamkan hal itu,dan
sebagiannnya lagi meski tidak mengharamkan namun menegaskan bahwa perbuatan
seperti itu tidak disukai.16[16]
Ta’ziah (Pernyataan turut Berdukacita)
Ucapan ta’ziah terutama dari para kerabat,kawan-kawan serta para tetangga yang
ditunjukkan kepada keluarga yang kematian salah seorang diantara mereka adalah perbuatan
yang dianjurkan dalam agama. Yaitu demi menghibur keluarga yang sedang berduka cita dan
mendoakan bagi si mayit.
Waktu Berta’ziah
Sebagian ulama membatasi waktu berta’ziah hanya selama tiga harisetelah kematian
atau setelah mayit dikuburkan dengan maksud agar tidak memperbarui kenangan duka
anggota keluarga yang ditinggalkan. Kecuali bagi orang yang tidak beradadi kota pada waktu
itu,dibolehkan mengucapkan ta’ziah ketika pulang walaupn setelah lewat tiga hari.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun kita tidak akan pernah
mengetahui kapan kematian itu tiba.Manusia adalah ciptaan Allah swt yang sempurna.

diantara ciptaan Allah swt yang lain. Allah swt akan memulihkan manusia yang beramal
saleh dan memberi balasan atas apa yang dilakukan di dunia. Yang beramal saleh akan
mendapat balasan dengan kebaikan dan barakah-Nya. Sementara itu, yang tidak beramal
saleh akan menerima azab-Nya.
Orang yang meninggal wajib dihormati karena ia adalah makhluk Allah swt yang
mulia. Oleh sebab itu, sebelum jenazah meninggalkan dunia menuju alam baru (kubur)
hendaklah dihormati dengan cara dimandikan, dikafani, disholatkan, dan dikuburkan.Hukum
merawat jenazah dalam islam adalah fardhu kifayah.
B. Saran
Sebagai seorang muslim apabila ada seseorang yang meninggal dunia maka
disunahkan bagi kita untuk merawat jenazah tersebut mulai dari
memandikannya,mengafani,menyalatkan dan menguburkannya.Oleh karena itu apabila kita
tahu dan mampu maka janganlah ragu untuk melakukannya serta kita harus senantiasa
melakukan amr ma’ruf nahi munkar dan selalu mengingat bahwa kematian itu dapat datang
kapan dan dimana saja.
DAFTAR PUSTAKA

Muhdiyat,H.M.A.2008.Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari


Bandung.
Kamal Pasha, B.Ed, Drs. Musthafa dkk.2003. Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis
tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.

Shalih,Syaikh.2008.Ringkasan Fiqih Lengkap.Jakarta:PT Darul Falah

PelangiBintang.2011.pelangibintang.http://pelangibintang.blogspot.com/2011/11/12.html.

http://santriema.blogspot.co.id/2015/10/niat-sholat-jenazah-perempuan-dan-laki.html.

http://al-atsariyyah.com/adab-adab-kepada-jenazah.html.
“Abu Bakar radhiallahu ‘anhu mencium Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau
wafat.” (HR. Al-Bukhari no. 1241)

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha dia berkata: Nabi Shallallahu’alaihiwasallam telah bersabda:

Anda mungkin juga menyukai