Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FIQIH JENAZAH
(PENYELENGGARAAN JENAZAH)

Disusun oleh
KELOMPOK 12
NAMA ANGGOTA:
Bintang Hakim Permana (07011182126021)
Ahmad Ikhsan (07011182126027)
Indah Anggraeni (07011182126017)
Poppy Natalia Anggaresta (07011182126005)
Alfina Widya Syakira (07011282126120)
Diah Wulandari (07011282126124)
Aisyah Fatma Calista (07011282126117)

DOSEN PENGAMPU
DR. APRIYANTI, M. PD. I

MATAKULIAH AGAMA JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU


SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam menganjurkan ummatnya agar selalu ingat akan mati, Islam juga
menganjurkan ummatnya untuk mengunjungi orang yang sedang sakit menghibur dan
mendo’akannya. Apabila seseorang telah meninggal dunia, hendaklah seorang dari
mahramnya yang paling dekat dan sama jenis kelaminnya melakukan kewajiban yang
mesti dilakukan terhadap jenazah, yaitu memandikan, mengkafani, menyembahyangkan
dan menguburkannya.

Menyelenggarakan jenazah, yaitu sejak dari menyiapkannya, memandikannya,


mengkafaninya, menshalatkannya, membawanya ke kubur sampai kepada
menguburkannya adalah perintah agama yang ditujukan kepada kaum muslimin sebagai
kelompok. Apabila perintah itu telah dikerjakan oleh sebahagian mereka sebagaimana
mestinya, maka kewajiban melaksanakan perintah itu berarti sudah terbayar. Kewajiban
yang demikian sifatnya dalam istilah agama dinamakan fardhu kifayah.

Karena semua amal ibadah harus dikerjakan dengan ilmu, maka mempelajari ilmu
tentang peraturan-peraturan di sekitar penyelengaraan jenazah itupun merupakan fardhu
kifayah juga. Akan berdosalah seluruh anggota sesuatu kelompok kaum muslimin
apabila dalam kelompok tersebut tidak terdapat orang yang berilmu cukup untuk
melaksanakan fardhu kifayah di sekitar penyelenggaraan jenazah itu.

Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah selanjutnya akan dipaparkan secara
terperinci insya Allah tentang penyelenggaraan jenazah. Di dalam makalah ini akan
dijelaskan hal-hal yang dikerjakan dalam penyelenggaraan jenazah dan juga doa-doa
yang diucapkan dari pemandian hingga pemakaman.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sikap seorang mukmin jika ada muslim lain yang baru saja meninggal
dunia?
2. Bagaimana cara memandikan jenazah ?
3. Apa saja yang disiapkan dalam pengafanan jenazah dan bagaimana cara mengafani
jenazah ?
4. Bagaimana cara menshalati jenazah ?
5. Bagaimana cara memakamkan jenazah ?

C. Tujuan
1. Menjelaskan sikap seorang mukmin jika ada muslim lain yang baru saj meninggal
dunia.
2. Mengetahui cara-cara pemandian jenazah.
3. Mengetahui alat-alat dan bahan dalam pengafanan jenazah dan cara mengafani
jenazah.
4. Mengetahui cara-cara menshalati jenazah.
5. Mengetahui cara memakamkan jenazah.
D. Manfaat

Setelah mengetahui tata cara dalam penyelenggaraan jenazah, diharapkan para


pembaca mampu menjadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari yang mampu
dalam mempermudah sanak keluarga yang apabila keluarga tersebut terdapat
kelaurganya yang baru saja meninggal yang mampu diurus oleh pembaca.
BAB II

PEMBAHASAN

Menyelenggarakan jenazah bukan saja setelah seseorang meninggal, tetapi


semenjak orang itu sakit, menjelang ajal, di waktu datangnya ajal, menyiapkannya
sesudah itu, sampai selesai menguburnya semuanya telah dicontohkan dan diajarkan
Rasulullah tentang itu secara terperinci, lengkap dan sempurna.
Walaupun penyelenggaraan jenazah itu merupakan fardhu kifayah, tetapi agama
menganjurkan supaya sebanyak mungkin orang menyertai shalat jenazah, mengantarnya
ke kubur dan menyaksikan penguburannya. Oleh sebab itu, kalau seseorang tidak
menguasai ilmu tentang aturan agamanya mengenai perkara ini, akan sangat aib
baginya.
Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa pasti
mengalami kematian. Allah SWT telah berfirman :
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah
diberikan dengan sempurna balasanmu............(Q.S. Ali ‘Imran/3 : 185)
Jika ada kerabat yang meninggal,keluarga yang meninggal hendaknya ikhlas dan rela
melepaskan kepergiannya. Semua yang di dunia ini hanyalah milik Allah SWT dan akan
kembali kepada-Nya.
‫ﺍﻨﺎﷲﻮﺍﻨﺎﺍﻠﻳﻪﺭﺠﻌﻭﻥ‬
“........Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali.” (Q.S.Al-
Baqarah/2 : 156)
Nabi Muhammad saw juga bersabda :
“Dari Abu Hurairah,Nabi saw. bersabda : “Banyak-banyaklah kamu mengingat hal yang
memutuskan kesenangan,yaitu mati.”(H.R. at- Tirmidzi)

A. Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal
Sikap Seorang Muslim jika ada Muslim Lain yang Baru Saja Meninggal adalah:
a. menutup(memejamkan) matanya,
Doa menutup mata muslim yang baru saja meninggal :
‫ﻋﻗﺑﻪﺍﻠﻐﺎﺒﺭﻴﻥﻮﺍﻏﻓﺭﻠﻧﺎﻮﻠﻪﻴﺎﺭﺏﺍﻠﻌﺎﻠﻣﻳﻥﺍﻠﻟﻬﻡﺍﻏﻓﺮﻠﻬﺫﺍﻠﻣﻳﺕﻮﺍﺭﻔﻊﺪﺭﺠﺗﻪﻔﻰﺍﻠﻣﻬﺪﻴﻳﻥﻮﺍﺨﻠﻓﻪﻔﻰ‬
b. menutup mulutnya,yaitu dengan mengikat dagu dan kepalanya,
c. menutup badannya dengan kain agar auratnya tidak terlihat,
d. diperbolehkan menciumnya sebagai tanda berduka cita,
e. membayar utangnya,
“Dari Abu Hurairah,Rasulullah saw. bersabda: “Diri orang mukmin itu
tergantung (tidak sampai ke hadirat Allah) karena utangnya,hingga utang itu
dibayar.”(H.R. at- Tirmidzi)
f. memberi tahu keluarga,kerabat,dan teman-temannya agar mereka segera
mengurus,mendoakan dan menyhalatkannya,
g. tidak melukainya,sebagaimana tidak melukai badan orang yang masih hidup,
h. tidak mencelanya.
B. Pemandian Jenazah
Semua jenazah muslim yang wajib dimandikan kecuali muslim yang mati syahid, yakni
yang terbunuh dalam peperangan melawan kaum kafir.
Dalil wajibnya memandikan jenazah ialah hadits Nabi SAW yang berkenaan dengan
sahabat yang meninggal karena jatuh dari ontanya:
”Dari Ibnu Abbas Ia berkata: Tatkala seorang laki-laki jatuh dari kendaraannya lalu ia
meninggal, sabda Beliau: “Mandikanlah dia dengan air serta daun bidara” (atau dengan
sesuatu yang menghilangkan daki seperti sabun).” (H.R Bukhari dan Muslim).
Memandikan mayat hukumnya adalah fardhu kifayah atas musilmin lain yang masih
hidup. Artinya, apabila diantara mereka ada yang mengerjakannya, maka kewajiban itu
sudah terbayar dan gugur bagi muslimin selebihnya. Karena perintah memandikan
mayat itu adalah kepada umumnya kaum muslimin
Sedangkan muslim yang mati syahid tidaklah dimandikan walau ia dalam keadaan junub
sekalipun, melainkan ia hanya dikafani dengan pakaian yang baik untuk kain kafan,
ditambah jika kurang atau dikurangi jika berlebih dari tuntunan sunnah, lalu
dimakamkan dengan darahnya tanpa dibasuh sedikitpun juga.
Diriwayatkan oleh Ahmad bahwa Raslullah SAW bersabda
“Janganlah kamu mandikan mereka, karena setiap luka atau setiap tetes darah akan
semerbak dengan bau yang wangi pada hari kiamat”.
Dan beliau menyuruh agar para syuhada dari perang Uhud dikubukan dengan darah
mereka tanpa dimandikan dan disembahyangkan.
a. Syarat Wajib Memandikan Jenazah.Syarat wajib mandi ialah:
1. Mayat orang Islam,
2. Ada tubuhnya walaupun sedikit, dan
3. Mayat itu bukan mati syahid.
b. Tahap-tahap memandikan jenazah
1. Letakkan mayat pada tempat yang tinggi,seperti bangku panjang,batabg pisang
yang dijejerkan,dan lain-lain.
2. Gunakan tabir untuk melindungi tempat memandikan dari pandangan umum.
3. Ganti pakaian jenazah dengan pakaian basahan, seperi sarung agar lebih mudah
memandikannya,tetapi auratnya tetap ditutup.
4. Sandarkan punggung jenazah dan urutlah perutnya agar kotoran di dalamnya
keluar.
5. Basuhlah mulut,gigi,jari,kepala dan janggutnya.
6. Sisirlah rambutnya agar rapi.
7. Siramlah seluruh badan lalu bilas dengan sabun.
8. Wudhukanlah jenazah.
Laki-laki:
‫ﻨﻮﻴﺖﺍﻟﻮﻀﻮﺀﻟﻬﺬﺍﻟﻣﻳﺖﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
Wanita :
‫ﻨﻮﻴﺖﺍﻟﻮﻀﻮﺀﻟﻬﺬﻩﺍﻟﻣﻳﺗﺔﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
9. Siram dengan air yang dicampur kapur barus,daun bidara,atau daun lain yang
berbau harum.
c. Yang Berhak Memandikan Mayat
Jikalau mayat itu laki-laki, yang memandikannya laki-laki pula. Perempuan tidak
boleh memandikan mayat laki-laki, kecuali istri dan mahramnya. Sebaliknya juga jika
mayat itu adalah perempuan. Jika suami dan mahram sama-sama ada, maka istri lebih
berhak memandikan suaminya.
Bila seorang perempuan meninggal dan di tempat itu tidak ada perempuan, suami
atau mahramnya, maka mayat itu hendaklah “ditayammumkan” saja, tidak boleh
dimandikan oleh laki-laki yang lain. Kecuali kalau mayat itu adalah anak-anak, maka
laki-laki boleh memandikanya Begitu juga kalau yang meninggal adalah seorang laki-
laki.
Jika ada beberapa orang ayng berhak memandikan, maka yang lebih berhak ialah
keluarga yang terdekat dengan si mayyit, dengan syarat ia mengetahui kewajiban mandi
serta dapat dipercaya. Kalau tidak, berpindahlah hak itu kepadakeluarga jauh yang
berpengetahuan serta amanah (dipecaya).
Rasulullah SAW bersabda :
”Dari ‘Aisyah Rasul bersabda: “Barang siapa memandikan mayat dan dijaganya
kepercayaan, tidak dibukakannya kepada orang lain apa-apa yang dilihat pada mayat
itu, maka bersihlah ia dari segala dosanya, seperti keadaannya sewaktu dilahirkan oleh
ibunya”. Kata Beliau lagi: “Yang memimpinnya hendaklah keluarga yang terdekat
kepada mayat jika ia pandai memandikan mayat. Jika ia tidak pandai, maka siapa saja
yang dipandang berhak karena wara’nya atau karena amanahnya.” (H.R Ahmad)
d. Cara Memandikan Jenazah
Dalam memandikan jenazah sebaiknya mayat diletakkan di tempat yang tinggi,
seperti ranjang atau balai-balai; di tempat yang sunyi, berarti tidak ada orang yang
masuk ke tempat itu selain orang yang memandikan dan orang yang menolong
mengurus keperluan yang bersangkutan. Pakaian mayat diganti dengan kain mandi atau
basahan, sebaiknya kain sarung supaya auratnya tidak mudah terlihat.
Mula-mula jenazah didudukkan secara lemah lembut dengan posisi miring ke
belakang, orang yang memandikan meletakkan tangan kanan di bahu jenazah dengan
ibu jarinya pada lekukan tengkuk dan lututnya menahan punggung jenazah. Lalu perut
jenazah diurut dengan tangan kiri untuk mengeluarkan kotoran yang mungkin keluar.
Kemudian jenazah ditelentangkan dan kedua kemaluannya dibersihkan dengan tangan
kiri yang dibalut dengan perca. Setelah perca pembalut tangan diganti, mulut; gigi dan
lubang hidungnya juga dibersihkan.
Berikutnya, jenazah diwudhukan seperti wudhu orang hidup. Setelah itu
kepalanya, kemudian jenggotnya dibasuh dengan menggunakan sidr, dan dirapikan
dengan sisir, dengan memperhatikan agar rambut yang gugur dikembalikan. Setelah itu
dibasuh bagian kanan kemudian bagian kirinya badannya, lalu tubuhnya dibaringkan ke
kiri dan dibasuh bagian belakang sebelah kanan. Kemudian dibaringkan ke sebelah
kanan dan dibasuh pula bagian belakang badannya yang sebelah kiri. Untuk semua ini
digunakan air bercampur sidr, setelah itu air bercampur sidr tadi dihilangkan dengan
menyiraminya secara merata dengan air bersih. Kemudian sekali lagi disiram dengan air
bercampur sedikit kapur.
Dengan melakukan rangkaian ini, berarti telah selesai satu kali mandi, namun
masih disunnahkan melakukannya sampai tiga kali. Nabi Muhammad bersabda kepada
para wanita yang memandikan putrinya Ummi Kulsum:
“Kamu mandikanlah ia tiga kali, lima kali atau lebih jika kamu pandang hal itu perlu,
dengan air dan sidr; dan taruhlah kapur atau sedikit kapur pada yang terakhir.
Mulailah dengan bagian sebelah kanan dan tempat-tempat wudhu’nya”. (H.R Bukhari)
Apabila ternyata setelah selesai dimandikan masih ada najis yang keluar, maka najis itu
wajib dibersihkan.
Niat dalam pemandian jenazah :
a. Dewasa Laki-laki
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺖﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
b. Dewasa Perempuan
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺘﺔﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
c. Anak Laki-laki
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺖﺍﻟﻄﻞﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬
d. Anak Perempuan
‫ﻧﻮﻳﺖﺍﻟﻐﺴﻞﻟﻬﺬﺍﻟﻤﻴﺘﺔﺍﻟﻄﻔﻠﺔﻓﺮﺽﺍﻟﻜﻔﺎﻳﺔﷲﺗﻌﺎﻟﻰ‬

C. Mengafani Jenazah
Setelah dimandikan,kewajiban yang harus kita lakukan adalah mengafani. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengafani jenazah yaitu sebagai berikut.
1. Kain kafan harus dalam keadaan baik,tetapi tidak boleh berlebihan. Tidak dari jenis
yang mewah dan mahal harganya.
“Janganlah kamu berlebig-lebihan (memilih kain yang mahal) untuk kafan karena
sesungguhnya kafan itu akan hancur dengan segera.”(H.R.Abu Dawud)
2. Kain kafan hendaknya bersih dan kering serta diberi minyak wangi.
3. Laki-laki dikafani dengan tiga lapis kain kafan, sedangkan perempuan
dengan lima lapis.
“Dari Aisyah,Rasulullah saw. dikafani dengan tiga lapis kain putih bersih yang terbuat
dari kapas,tanpa baju dan tanpa serban di dalamnya.(H.R.al-Bukhari)
Hadits lain yang mengatakan lima lapis bagi perempuan yaitu :
“Dari Laila binti Qanif,katanya,”Saya adalah salah seorang yang turut memandikan
Ummu Kulsum binti Rasulullah saw.ketika wafatnya. Yang mula-mula diberikan
Rasulullah saw. kepada kami adalah kain basahan,kemudian baju,kemudian tutup
kepala,lalu kerudung, dan sesudah itu dimasukka ke dalam kain yang lain(yang
menutup sekalian badan). Sedangkan Rasulullah saw. berdiri di tengah pintu membawa
kafannya dan memberikannya kepada kami sehelai-sehelai.”(H.R.Abu Dawud)
4. Orang yang meninggal dalam ihram,baik ihram haji maupun umrah,tidak boleh diberi
wangi-wangian dan tutup kepala.
Cara mengafani jenazah :
a. Hamparkan kain sehelai demi sehelai,
b. Taburkan wangi-wangian tiap helai,
c. Letakkan jenazah di atas kafan dengan pelan-pelan,
d. Letakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada,
e. Ikatlah dengan kuat yaitu dengan 3,5 atau 7 ikatan.
-Doa menyobek Kain Kafan
‫ﺍﻠﻠﻬﻡﺍﺠﻌﻝﻠﺑﺎﺴﻪﻋﻦﺍﻠﻛﺮﻴﻡﻮﺍﺩﺨﻟﻪﻴﺎﺍﷲﺘﻌﺎﻠﻰﺒﺭﺤﻣﺗﻚﺍﻠﺟﻧﺔﻴﺎﺍﺭﺤﻢﺍﻠﺭﺤﻣﻳﻦ‬
D. Menyhalati Jenazah
a. Syarat-syarat shalat jenazah
1. Jenazah sudah dimandikan dan dikafani
2. Letak jenazah sebelah kiblat dari orang yang menyembahyangi,kecuali bila shalat
dilakukan di atas kuburan atau shalat gaib.
3. Shalat jenazah sama halnya dengan shalat yang lain,yaitu harus : suci dari hadas
dan najis,suci badan tempat dan pakaian,menutup auratnya,dan menghadap
kiblat.
b. Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah
Shalat jenazah tidak dengan ruku’ dan sujud,tidak dengan adzan dan iqamat. Caranya
sebagai berikut.
Sesudah berdiri seperti biasanya akan mengerjakan shalat, lalu mengerjakan :
1. Niat, sengaja mengerjakan shalat atas jenazah dengan 4 takbir, menghadap
kiblat,karena Allah.
-Laki-laki Dewasa
‫ﺃﺼﻟﻰﻋﻟﻰﻫﺬﺍﻟﻣﻳﺕﺍﺮﺒﻊﺘﻛﺒﻳﺮﺍﺕﻔﺮﺽﺍﻛﻓﺎﻳﺕﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
-Wanita Dewasa
‫ﺃﺼﻟﻰﻋﻟﻰﻫﺬﻩﺍﻟﻣﻳﺗﺔﺍﺮﺒﻊﺘﻛﺒﻳﺮﺍﺕﻔﺮﺽﺍﻛﻓﺎﻳﺕﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
-Anak Laki-laki
‫ﺃﺼﻟﻰﻋﻟﻰﻫﺬﺍﻟﻣﻳﺕﺍﻟﻁﻓﻞﺍﺮﺒﻊﺘﻛﺒﻳﺮﺍﺕﻔﺮﺽﺍﻛﻓﺎﻳﺕﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
-Anak Perempuan
‫ﺃﺼﻟﻰﻋﻟﻰﻫﺬﻩﺍﻟﻁﻟﺔﺍﺮﺒﻊﺘﻛﺒﻳﺮﺍﺕﻔﺮﺽﺍﻛﻓﺎﻳﺕﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
-Mayit Gaib
‫ﺃﺼﻟﻰﻋﻟﻰﺍﻟﻤﻴﺖﺖﺍﻟﻐﺎﺋﺐﺍﺮﺒﻊﺘﻛﺒﻳﺮﺍﺕﻔﺮﺽﺍﻛﻓﺎﻳﺕﷲﺘﻌﺎﻟﻰ‬
2. Setelah membaca niat, talu takbiratul ikhram (mengucapkan “Allaahu
Akbar),lalu meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada perut
(sedekap),kemudian membaca surat Fatihah (tidak membaca surat yang
lain),setelah membaca Fatihah lalu takbir kedua yaitu mengucapkan “Allaahu
Akbar”.
3. Selesai takbir yang kedua, lalu membaca salawat atas Nabi Muhammad saw.
‫ﺍﻠﻟﻬﻡﺼﻞﻋﻟﻰﻤﺤﻣﺩﻮﻋﻟﻰﺍﻞﻤﺤﻣﺩﻜﻣﺎﺼﻟﻳﺕﺍﻠﻰﺍﺒﺭﺍﻫﻳﻡﻮﺍﻠﻰﺍﻞﺍﺒﺭﻫﻳﻡﻮﺒﺎﺭﻚﺍﻠﻰﻣﺤﻣﺩﻮﺍﻠﻰﺍﻞﻣﺤﻣﺩﻜﻣﺎﺒﺎﺭﻜﺕﺍﻠﻰﺍﺒﺭﺍﻫﻳ‬
‫ﻡﻔﻰﺍﻠﻣﻳﻥﺍﻨﻙﺤﻣﻳﺩﻤﺟﻳﺩ‬
4. Setelah takbir yang ketiga, lalu membaca do’a setidak-tidaknya sebagai berikut.
‫ﻮﻋﺎﻔﮥﻮﺍﻋﻑﻋﻧﮥ)ﻫﺎ(ﻮﺍﺭﺤﻣﮥ)ﻠﻬﺎ(ﺍﻠﻟﻬﻡﺍﻏﻓﺭﻠﮥ‬
Supaya lebih sempurna bacalah doa sebagai berikut.
‫ﺍﻠﻟﻬﻡﺍﻏﻓﺭﻠﮥ‬ (‫)ﻠﻬﺎ‬ ‫ﻮﺍﺭﺤﻣﮥ‬ (‫)ﻫﺎ‬ ‫ﻮﻋﺎﻔﮥ‬ (﴾‫ﻫﺎ‬ ‫ﻮﺍﻋﻒﻋﻨﮥ‬
﴿‫ﺏﻮﺜﻟﺍﻰﻘﻨﻳﺎﻤﻛﻱﺎﻄﺨﻟﺍﻦﻣ﴾ﺎﻫ﴿ﻪﻘﻧﻮﺩﺮﺒﻟﺍﻮﺝﺪﻟﺍﻮﺀﺎﻤﻟﺎﺑ﴾ﺎﻫ﴿ﮥﻠﺴﻏﺍﻮ﴾ﺎﻫ﴿ﮥﻠﺧﺪﻣﻊﺳﻮﻮ﴾ﺎﻫ﴿ﮥﻟﺰﻧﻢﺭﻛﺍﻮ﴾ﺎﻫ‬
﴾‫ﻓﺘﻨﺔﺍﻟﻘﺒﺮﻭﻋﺬﺍﺏﺍﻟﻨﺎﺭ ﴾ﺎﻫ﴿ ﻭﻗﻪ ﴾ﺎﻫ﴿ ﺩﺍﺭﺍﺧﻴﺮﺍﻣﻦﺯﻭﺟﻪ ﺍﻻﺑﻴﺾﻣﻦﺍﻟﺪﻧﺲﻮﺍﺑﺪﻟﻪ﴿ﻫﺎ‬
Keterangan :
Bila mayat perempuan lafads “Lahaa” menjadi “Lahu” dan selanjutnya.
- Posisi imam untuk menshalati jenazah laki-laki adalah di samping kepala mayat.
- Posisi imam untuk menshalati jenazah perempuan adalah disamping perut mayat.
Bila mayat anak-anak,do’anya sebagai berikut.
‫ﺍﻟﻠﻬﻢﺍﺟﻌﻠﻪﻓﺭﻃﺎﻻﺑﻮﻳﻪﻭﺳﻠﻔﺎﻭﺫﺧﺮﺍﻭﻋﻅﺔﻭﺍﻋﺘﺒﺎﺭﺍﻭﺷﻔﻴﻌﺎﻭﺛﻘﻞﺑﻪﻣﻮﺍﺯﻳﻨﻬﻤﺎﻭﺍﻓﺮﻍﺍﻟﺼﺒﺮﻋﻠﻰﻗﻠﻮﺑﻬﻤﺎﻭﻻﺗﻔﺘﻨﻬﻤﺎﺑﻌﺪﻩ‬
‫ﻭﻻﺗﺤﺮﻣﻨﺎﺍﺟﺮﻩ‬
5. Setelah selesai takbir keempat, lalu membaca doa sebagai berikut.
‫ﺍﻟﻠﻬﻢﻻﺗﺤﺮﻣﻨﺎﺍﺟﺮﻩﻭﻻﺗﻔﺘﻨﺎﺑﻌﺪﻩﻭﺍﻏﻔﺮﻟﻨﺎﻭﻟﻪ‬
Akan lebih sempurna dan lebih lengkap dengan membaca do’a:
‫ﺍﻟﻠﻬﻢﻻﺗﺤﺮﻣﻨﺎﺍﺟﺮﻩﻭﻻﺗﻔﺘﻨﺎﺑﻌﺪﻩﻭﺍﻏﻔﺮﻟﻨﺎﻭﻟﻪﻭﻻﺧﻮﺍﻧﻨﺎﺍﻟﺬﻳﻦﺳﺒﻘﻮﻧﺎﺑﺎﻻﻳﻤﺎﻥﻭﻻﺗﺠﻌﻞﻓﻰﻗﻠﻮﺑﻨﺎﻏﻼﻟﻠﺬﻳﻦﺍﻣﻨﻮﺍﺭﺑﻨﺎﺍﻧﻚﺭﯗ‬
‫ﻑﺭﺣﻴﻢ‬
6. Kemudian memberi salam.

E. Menguburkan Jenazah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penguburan jenazah adalah :
a. Jenazah segera dikuburkan.
“Dari Abu Hurairah,Rasulullah saw. bersabda,”Hendaklah kamu segerakan mengubur
jenazah,karena jika orang shaleh,maka kamu mendekatkannya pada kebaikan,dan jika
ia bukan orang yang shaleh,supaya kejahatan itu lekas terbuang dari tanggunganmu.”
(H.R.Muslim)
b. Liang lahat dibuat seukuran jenazah dengan dengan kedalaman kira-kira
setinggi orang ditambah setengah lengan,lebar kira-kira 1 meter.
c. Liang lahat tidak dibongkar dengan binatang buas. Maksud menguburkan
jenazah adalah untuk menjaga kehormatan mayat dan menjaga keehatan orang-orang
disekitar makam dari bau busuk.
d. Mayat dipikul dari empat penjuru.
“Barang siapa yang mengikuti jenazah maka hendaklah memikul pada keempat penjuru
ranjang(keranda) karena sesungguhnya seperti itu adalah dari sunah Nabi.(H.R.Ibnu
Majah)
e. Setelah sampai di tempat pemakaman,jenazah dimasukkan ke liang lahat dengan
posisi miring ke kanan dan dihadapkan ke kiblat. Ketika meletakkan jenazah di dalam
kubur,kita membaca do’a:
‫ﺒﺳﻢﺍﷲﻮﻋﻟﻰﻤﻟﺔﺮﺴﻭﻝﷲ‬
Artinya :
Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah.(H.R.at-Tirmidzi)
f. Lepaskan tali-tali pengikat,lalu tutup dengan papan,kayu,atau bambu,dan timbun
sampai galian liang kubur menjadi rata.
Doa Orek Kubur :
‫ﻤﻧﻬﺎﺨﻟﻗﻛﻢﻮﻤﻧﻬﺎﻨﻌﻳﺪﻜﻢﻮﻤﻧﻬﺎﻨﺧﺭﺠﻜﻢﺘﺎﺭﺓﺍﺧﺭﻯ‬
g. Mendoakan dan memohonkan ampun atas jenazah.

Tata Cara Menguburkan Jenazah :


Dalam penguburan jenazah, kita tidak boleh sembarangan. Kita harus mengetahui tata
cara penguburannya. Tata cara tersebut adalah sebagai berikut.
a. Waktu Untuk Mengubur Mayat
Mengubur mayat boleh pada siang atau malam hari beberapa sahabat Rasulullah Saw
dan keluarga beliau dikubur pada malam hari.
b. Memperdalam Galian Lubang Kubur
Maksud mengubur mayat ialah supaya tertutup, tidak nampak jasadnya dan tidak
tercium baunya dan juga agar tidak mudah dimakan burung atau binatang lainnya. Oleh
sebab itu, lubang kubur harus cukup dalam sehingga jasad mayat itu aman dari hal-hal
di atas.
c. Tentang Liang Lahad
Cara menaruh mayat dalam kubur ada yang ditaruh di tepi lubang sebelah kiblat,
kemudian di atasnya ditaruh semacam bata dengan posisi agak condong, supaya
nantinya setelah ditimbun mayat tidak langsung tertimpa tanah. Cara ini dalam bahasa
Arab disebut lahad.
Ada juga dengan menggali di tengah-tengah dasar lubang kubur, kemudian mayat
diletakkan di dalamnya, lalu di atasnya diletakkan semacam bata dengan posisi
mendatar untuk penahan tanah timbunan. Cara ini dalam bahasa Arab disebut syaqqu
atau dlarhu.
Cara lain ialah menaruh mayat dalam peti dan menanam bersama peti tersebut ke dalam
kubur. Atau peti tersebut terlebih dahulu diletakkan dalam keadaan kosong dan terbuka,
kemudian setelah mayat dimasukkan ke dalam peti lalu peti itu ditutup lalu ditimbun
dengan tanah.
d. Cara Memasukkan Mayat ke Dalam Lubang Kubur
Cara terbaik ialah dengan mendahulukan memasukkan kepala mayat dari arah kaki
kubur, karena demikian menurut sunnah Rasulullah SAW.
e. Menghadapkan Mayat ke Arah Kiblat
Baik di dalam lahad, syaqqu maupun dikubur di dalam peti, mayat diletakkan miring ke
kanan menghadap kea rah kiblat dengan menyandarkan bagian tubuh sebelah kiri ke
dinding kubur atau dinding peti supaya tidak terlentang kembali.
f. Tentang Mengalas Dasar Kubur
Para ulama mazhab empat berpendapat makruh menaruh hamparan atau bantal di bawah
mayat di dalam kubur. Bahkan para ulama menganjurkan supaya ditaruh tanah di bawah
pipi mayat sebelah kanan setelah dibukakan kain kafannya dari pipi itu ditempelkan
langsung ke tanah.
g. Berdo’a Waktu Menaruh Mayat Dalam Kubur
Pada waktu mayat dimasukkan ke dalam kubur maka dianjurkan supaya membaca do’a:
‫ﺒﺳﻢﺍﷲﻮﻋﻟﻰﻤﻟﺔﺮﺴﻭﻝﷲ‬
Artinya: “Dengan nama Allah dan atas agama Rasulullah”.
h. Menutupi Kubur Mayat Perempuan Pada Waktu Ia Dimasukkan Kedalamnya
Bagi mayat perempuan hendaknya dibentangkan kain dan sebagainya di atas kuburnya
pada waktu ia dimasukkan kedalamnya.
i. Mencurah Kubur Dengan Tanah Tiga Kali
Sesudah mayat diletakkan dengan baik, maka masing-masing orang yang menyaksikan
penguburan itu dianjurkan mencurahi lubang kubur itu dengan tanah tiga kali dengan
tangannya dari arah kepalanya. Sesudah itu, dilanjutkan ditimbun dengan tanah galian
kubur itu sampai cukup.
j. Sunat Menyapu Kubur Dengan Telapak Tangan
Disunnatkan bagi orang yang menyaksikan pemakaman mayat, menyapu kubur dari
arah kepala mayat sebanyak tiga kali.
k. Sunat Berdo’a Untuk Mayat Seusai Pemakaman
Disunatkan memohon ampun bagi mayat dan minta dikuatkan pendiriannya seusai ia
dimakamkan, karena pada saat itu ia sedang ditanya di dalam kubur.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Apabila seorang muslim meninggal, maka fardhu kifayah atas orang yang hidup
menyelenggarakan empat perkara, yaitu:
1.Memandikan mayat Syarat wajib mandi ialah mayat orang Islam, ada tubuhnya
walaupun sedikit, dan mayat itu bukan mati syahid.
2.Mengkafani mayat Kain kafan sekurang-kurangnya selapis kain yang menutupi
seluruh badan mayat. Tetapi sebaiknya tiga lembar untuk laki-laki dan lima lembar
untuk perempuan.
3. Menshalatkan mayat
Syarat-syaratnya yaitu:
a. Sebagaimana syarat-syarat shalat lainnya, seperti menutup aurat; suci badan; dll.
b. Dilakukan sesudah mayat dimandikan dan dikafani.
c. Letak mayat di sebelah kiblat orang yang menyalatkan.
Rukun-rukunnya yaitu:
a. Niat,
b. Berdiri jika mampu
c. Takbir empat kali
d. Membaca al-fatihah setelah takbiratul ihram
e. Membaca shlawat atas Nabi sesudah takbir kedua
f. Mendo’akan mayat sesudah takbir ketiga
g. Memberi salam
4. Menguburkan jenazah
Merupakan kewajiban yang terakhir. Dalamnya kubur sekurang-kurangnya sampai kira-
kira bau busuk mayat tidak tercium dari atasnya dan tidak dapat dibongkar oleh binatang
buas.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami cara-cara dalam
penyelenggaraan jenazah baik memandikan,mengafani,menyhalatkan maupun
menguburkannya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmani,Haidir Ali.Risalah Tuntunan Shalat Lengkap.Surabaya:Nuriah.


Haludi,Khuslan,Abdurrohim Said.2007.Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
Agama Islam 2 untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas. Malang : Tiga Serangkai.

Ahjad, Nadjih. 1991. Kitab Janazah. Jakarta: Bulan Bintang

Lead,Makky.2008.[Tanpa Alamat Website]. Indoskripsi Penyelenggaraan Jenazah. (9


Mei 2008)

Anda mungkin juga menyukai