Anda di halaman 1dari 16

ESAI AGAMA

“PEMULASARAAN JENAZAH MENURUT ISLAM DARI PERSPEKTIF FIQH


DAN KESEHATAN”

Untuk Memenuhi Penugasan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Agama


Dosen Pengampu : Safari Hasan, S.IP. MMRS.

Disusun Oleh
Jassmine Ainulya Indra Ramadhani
NIM 10323070

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI

Tahun Ajaran 2023/2024


Pemulasaraan Jenazah dalam Islam: Menjembatani Tradisi dari Perspektif
Fiqh dan Kesehatan untuk Kesejahteraan Umat

Setiap makhluk yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami kematian, itu
artinya bahwa kematian adalah suatu yang pasti bagi setiap makhluk yang telah
diciptakan tak ada yang kekal dan tak ada yang abadi kecuali Allah SWT.
Perkembangan zaman dan teknologi yang begitu pesat ditambah dengan
indahnya gemerlap dunia membuat banyak manusia tertipu oleh daya tarik dunia
ini yang sesungguhnya dunia ini hanyalah sebagai tempat persinggahan
sementara sedangkan tempat yang abadi dan kekal adalah di akhirat kelak.
Banyak orang yang tidak percaya akan adanya akhirat sehingga menyepelekan
masalah yang satu ini, ada pula yang dikarenakan perkembangan zaman hingga
banyak orang melupakan akan akhirat.

Syariat Islam mengajarkan bahwa setiap manusia pasti akan mengalami


kematian yang tidak pernah diketahui kapan waktunya. Sebagai makhluk ciptaan
Allah SWT dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, maka Islam sangat
menghormati orang muslim yang telah meninggal dunia. Oleh sebab itu, orang
yang telah meninggal dunia mendapatkan perhatian khusus dari muslim lainnya
yang masih hidup.

Kata jenazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari
bahasa Arab dan menjadi turunan dari isim masdar yang diambil dari fi’il madhi
janaza-yajnizu-janazatan wa jinazatan. Bila huruf jim dari kata tersebut dibaca
fathah (janazatan), kata ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Dalam
kamus al-Munawwir, kata jenazah diartikan sebagai “seseorang yang telah
meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan”.

Menurut istilah, kata jenazah ialah seseorang yang meninggal dunia dan
berpisahnya roh dengan jasadnya. Lebih jauh, kata Jenazah memiliki makna
“seseorang yang telah meninggal dunia yang sudah terputus masa kehidupannya
dengan alam dunia ini”. Jenazah adalah orang yang telah keluar ruh (nyawa) dari
jasadnya, atau juga disebut mayat. Umat Islam yang masih hidup berkewajiban
untuk mengurus jenazah.

1
Kematian adalah salah satu siklus dalam kehidupan yang pasti dilalui oleh
setiap orang. Manakala kematian terjadi, maka peristiwa tersebut akan
memberikan dampak pada keluarga dan masyarakat sekitarnya. Pada orang yang
meninggal, kematian berarti hilangnya berbagai hak dan kewajiban sosial serta
hukum yang tadinya dimiliki oleh yang bersangkutan. Sedangkan, bagi keluarga
yang ditinggalkan, kematian akan menyebabkan terjadinya perubahan status
sosial dan hukum dalam kaitannya dengan almarhum(ah), seperti turunnya
warisan, hak untuk menikah lagi, dan sebagainya.

Terjadinya kematian seorang individu akan menyebabkan timbulnya


serangkaian pengurusan dan perawatan terhadap jenazah yang perlu dilakukan
sampai saatnya jenazah tersebut dikubur atau dikremasi. Termasuk dalam proses
pengurusan tersebut adalah pemeriksaan jenazah, penerbitan surat keterangan
kematian, autopsy, bahkan hingga pengawetan jenazah.

Sebagaimana didalam Q.S Al-Imran ayat: 185. “Tiap-tiap yang berjiwa


akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke
dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain
hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. Ayat ini menganjurkan kepada kita
semua agar selalu mengingat kematian yang suatu saat pasti akan tiba dan
mempersiapkan diri dengan sebaiknya untuk menyambut kematian tersebut.

Islam menaruh perhatian yang sangat serus dalam masalah ini, sehingga
hal ini termasuk salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat manusia,
khususnya umat Islam. Perawatan jenazah merupakan hak si mayat dan
kewajiban bagi umat Islam untuk melakukannya dengan rangkaian kepengurusan
yang terbaik. Pelayanan pemulasaraan jenazah juga diatur dalam SK MENKES RI
No. 129/MENKES/SK/11/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Islam adalah agama yang menghormati manusia, baik yang hidup maupun
yang meninggal. Allah SWT berfirman:

ً ‫ض‬
‫يل‬ ِ ‫علَى َكثِير مِ َّمن َخلَقنَا تَف‬
َ ‫ت َوفَضَّلنَاهُم‬ َّ َ‫َولَقَد ك ََّرمنَا َبنِي آد ََم َو َح َملنَاهُم فِي ال َب ِر َوال َبح ِر َو َرزَ قنَاهُم مِ ن‬
ِ ‫الط ِي َبا‬

"Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka
di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami

2
lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna." (QS. Al-Isra' : 70).

Pemulasaraan jenazah dalam perspektif fiqh, yaitu sebagai pembelajaran


hukum Islam, memberikan panduan atau tata cara terkait perawatan jenazah.
Mulai dari tata cara memandikan jenazah, kapan dan di mana shalat jenazah
diadakan, hingga tata cara penguburan. Peraturan-peraturan ini tidak hanya
menunjukkan kepatuhan terhadap ajaran agama, tetapi juga mencerminkan
penghormatan terhadap jiwa yang telah berpindah. Perawatan jenazah dalam
Islam bukanlah sekadar kewajiban formal, melainkan suatu penerapan dari nilai-
nilai kemanusiaan dan etika agama. Melalui proses perawatan ini, umat Muslim
diajak untuk mengingat kematian sebagai bagian dari siklus hidup, serta untuk
merenungkan makna kehidupan. Etika yang terkandung dalam perawatan jenazah
juga mencakup sikap hormat dan bela sungkawa terhadap keluarga yang
ditinggalkan, serta solidaritas antar umat Islam.

Sedangkan, hampir sama dengan perspektif fiqh, dalam perspektif


kesehata pun perawatan jenazah diawali dengan tindakan memandikan yang
bukan hanya memiliki makna ritual, tetapi juga sebagai suatu proses pembersihan
tubuh dari kotoran dan bakteri. Proses ini secara langsung menciptakan
lingkungan yang higienis dan sehat. Penggunaan air dan sabun yang bersih
menggambarkan kepedulian terhadap aspek kesehatan.

Perawatan jenazah dalam Islam menekankan pentingnya menjaga


kebersihan dan sterilisasi selama proses pemulasaraan atau perawatan. Hal ini
bukan hanya mencerminkan kepedulian terhadap kebersihan individu yang telah
meninggal, tetapi juga melibatkan tanggung jawab terhadap kesehatan
masyarakat secara umum. Penerapan tata cara yang higienis pada jenazah dapat
membantu mencegah penyebaran penyakit yang ditimbulkan dari si mayat dan
menjaga lingkungan sekitar.

Proses perawatan jenazah juga menekankan pentingnya mendukung


kesejahteraan keluarga yang ditinggalkan. Aspek kesehatan mental dan
emosional keluarga menjadi perhatian utama, dan ajaran Islam menunjukkan
kepedulian terhadap dukungan sosial dan psikologis untuk membantu keluarga

3
melewati proses berduka. Mengingat dengan berperginya anggota keluarga,
tentunya keluarga yang ditinggalkan akan merasa kehilangan dan sedih, sehingga
perlu adanya dukungan untuk menguatkan baik dari segi fisik, batin, dan pikiran.
Oleh karena itu, kita sebagai pelayat ataupun sesama umat Muslim memiliki
kewajiban untuk turut menguatkan satu sama lain dengan menghiburnya dan
senantiasa memberi dukungan agar bisa tabah dan ikhlas untuk kepergian orang
terdekatnya.

Pendidikan kesehatan di kalangan umat Muslim menjadi penting untuk


memastikan bahwa disaat kita melakukan perawatan jenazah tidak hanya
dilakukan secara rutin, tetapi juga sesuai dengan standar kebersihan dan
kesehatan yang dianjurkan. Menyampaikan informasi mengenai pentingnya
kesehatan dalam pemulasaraan jenazah dapat membentuk pola pikir umat Muslim
terhadap praktik ini.

Ada beberapa hal yang harus dilakukan terhadap jenazah sebelum


penyelenggaraan jenazah dimulai, yaitu : Dipejamkan matanya, mendo’akan dan
meminta ampunkan atas dosanya. Dilemaskan tangannya untuk disedekapkan
didada dan kakinya diluruskan. Mengatupkan rahangnya supaya mulut tidak
terbuka. Meletakkan tubuhnya membujur ke utara dan badannya ditutupi kain.
Menyebarkan kabar kematiannya ke kerabat dan tetanggannya. Melunasi
hutangnya jika ia mempunyai hutang, Segerakanlah fardhu kifayahnya. Dan
segera ikut serta dalam pemulasaraan jenazah.

Salah satu bentuk penghormatan terhadap manusia adalah pemulasaraan


jenazah, yaitu memandikan, mengafani, menshalatkan, dan menguburkan
jenazah dengan cara yang baik dan sesuai dengan syariat. Pemulasaraan jenazah
merupakan kewajiban fardhu kifayah bagi umat Islam, yang berarti jika ada
sebagian orang yang melaksanakannya, maka kewajiban itu gugur bagi yang lain,
dan jika tidak ada yang melaksanakannya, maka semua orang yang mengetahui
akan berdosa.

Tata cara pemulasaraan atau perawatan jenazah menurut Islam yang baik
dan benar menurut islam meliputi :

4
Memandikan Jenazah

Setiap orang muslim yang meninggal wajib dimandikan, Hukum


memandikan jenazah orang yang beragama Islam adalah wajib dan
pelaksanaannya adalah fardhu kifayah, dalam artian jika sebagian orang telah
melakukannya maka kewajiban tersebut gugur dari orang Islam yang lain. Adapun
syarat-syarat orang yang diperbolehkan untuk memandikan jenazah adalah isam,
berakal, dan baligh. Niat memandikan Jenazah. Bisa dipercaya merahasiakan aib
dan cacat tubuh jenazah Mengetahui tata cara memandikan jenazah.

Orang yang utama untuk memandikan jenazah berbeda antara jenazah


laki-laki dan perempuan. Bagi jenazah laki-laki, orang yang utama untuk
memandikan jenazah laki-laki urutannya adalah sebagai berikut : Orang yang
mendapat wasiat untuk memandikan. Bapak, kakek, kerabat dekat dan mahram
laki-laki dan istri dari yang meninggal. Sedangkan bagi jenazah wanita, orang yang
lebih utama untuk memandikan jenazah perempuan urutannya adalah Ibu, nenek,
kerabat dekat dari pihak perempuan. Suami dari jenazah. Jika yang meninggal
seorang perempuan sedangkan disekitarnya yang masih hidup laki-laki semuanya
dan dia tidak mempunyai suami, atau sebaliknya jika yang meninggal seorang laki-
laki dan yang disekitarnya semua perempuan dan dia tidak mempunyi istri. Maka
jenazah tersebut tidak dimandikan tetapi cukup ditayamumkan oleh seorang dari
mereka yang menggunakan lapis tangan.

Menurut Perspektif Fiqh :

Tata cara mengurus jenazah yang pertama adalah memandikan jenazah.


Hal ini sebagai tindakan untuk memuliakan dan membersihkan tubuh orang yang
sudah meninggal dunia. Adapun tata cara memandikan jenzah dalam Islam yang
benar menurut perspektif fiqh adalah meletakkan jenazah dengan kepala agak
tinggi di tempat yang disediakan. Setelah itu, ambil kain penutup dari jenazah dan
ganti dengan kain basahan agar auratnya tidak terlihat. Bersihkan giginya, lubang
hidung, lubang telinga, celah ketiaknya, celah jari tangan, dan kaki serta
rambutnya, langkah berikutnya adalah membersihkan kotoran jenazah baik yang
keluar dari depan maupun dari belakang terlebih dahulu. Caranya, tekan perutnya
perlahan-lahan agar apa yang ada di dalamnya keluar. Kemudian siram atau

5
basuh seluruh anggota tubuh jenazah dengan air sabun. Setelah itu, siram dengan
air yang bersih sambil berniat sesuai jenis kelamin jenazah. Niat memandikan
jenazah laki-laki adalah Nawaitul ghusla adaa 'an hadzal mayyiti lillahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku berniat memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (pria)
ini karena Allah Ta'ala." Niat memandikan jenazah perempuan adalah Nawaitul
ghusla adaa 'an hadzihil mayyitati lillahi ta'aalaa. Artinya : "Aku berniat
memandikan untuk memenuhi kewajiban dari jenazah (wanita) ini karena Allah
Ta'ala."

Setelah membaca niat, miringkan jenazah ke kanan, basuh bagian


lambung kirinya sebelah belakang. Setalah itu, siram dengan air bersih dari kepala
hingga ujung kaki dan siram lagi dengan air kapur barus. Jenazah kemudian
diwudhukan seperti orang yang berwudhu sebelum sholat. Perlakukan jenazah
dengan lembut saat membalik dan menggosok anggota tubuhnya. Jika keluar dari
jenazah itu najis setelah dimandikan dan mengenai badannya, wajib dibuang dan
dimandikan lagi. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu diulangi
mandinya, cukup hanya dengan membuang najis tersebut. Bagi jenazah wanita,
sanggul rambutnya harus dilepas dan dibiarkan terurai ke belakang. Setelah
disiram dan dibersihkan, lalu dikeringkan dengan handuk dan dikepang. Keringkan
tubuh jenazah setelah dimandikan dengan handuk sehingga tidak membasahi kain
kafannya. Selesai memandikan jenazah, berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol sebelum dikafani. Biasanya menggunakan air kapur barus.

Menurut perspektif kesehatan :

Selain dari perspektif fiqh, perlu kita ketahui memandikan jenazah menurut
perspektif kesehatan juga perlu diperhatikan, seperti Proses memandikan jenazah
menekankan pentingnya tata cara higienis dalam penanganan jenazah.
Penggunaan air yang bersih, sabun, dan perlengkapan kebersihan lainnya
berperan dalalm menjaga kebersihan tubuh jenazah dan mencegah penyebaran
penyakit, Orang yang melakukan prosedur memandikan jenazah disarankan untuk
menggunakan sarana pelindung pribadi seperti sarung tangan untuk menghindari
kontak langsung dengan tubuh jenazah. Hal ini tidak hanya melindungi seseorang
yang melakukan tetapi juga memastikan kebersihan proses secara keseluruhan,

6
Dalam beberapa konteks, penggunaan cairan disinfektan atau antiseptik dapat
direkomendasikan untuk menambah lapisan perlindungan terhadap penyebaran
mikroorganisme yang ditimbulkan dari si mayat, Proses memandikan jenazah
harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka atau cedera pada tubuh
jenazah yang dapat membahayakan kesehatan orang yang melakukan prosedur
memandikan jenazah.

Mengkafani Jenazah

Mengkafani jenazah adalah menutupi dan membungkus jenazah dengan


sesuatu yang dapat menutupi tubuhnya.Kain kafan hendaknya kain yang bersih,
berwarna putih dan sederhana yakni tidak mahal harganya dan tidak pula terlalu
murah. Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya.
Kafan yang digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk
menutup seluruh tubuhnya.

Hal-hal yang dianjurkan dalam mengkafani jenazah adalah dengan 3 helai


kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk
jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian
membalut jenazah dengan kain kafan tersebut. Pada lapis yang pertama dibubuhi
wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah diatas kafan tersebut dalam posisi
terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi wewangian pada selakangan
jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi kapas untuk menutupi
aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian hendaklah
membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah.

Menurut perspektif fiqh :

Tata cara mengurus jenazah berikutnya yaitu mengafani jenazah. Ada


beberapa perbedaan cara mengafani jenazah laki-laki dan perempuan. Adapun
tata cara mengafani jenazah menurut perspektif fiqh adalah sebagai berikut : Cara
Mengafani Jenazah Perempuan adalah Langkah pertama, bentangkan dua lembar
kain kafan yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah. Letakkan kain sarung
tepat pada badan antara pusar dan kedua lututnya. Setelah itu, persiapkan baju

7
gamis dan kerudung di tempatnya. Selanjutnya, sediakan 3–5 utas tali dan
letakkan di paling bawah kain kafan. Sediakan juga kapas yang sudah diberikan
wangi-wangian, yang nantinya diletakkan pada anggota badan tertentu. Jika kain
kafan sudah siap, angkat dan baringkan jenazah di atas kain kafan. Letakkan
kapas yang sudah diberi wangi-wangian tadi ke tempat anggota tubuh seperti
halnya pada jenazah laki-laki. Kemudian, selimutkan kain sarung pada badan
jenazah, antara pusar dan kedua lutut. Pasangkan baju gamis berikut kain
kerudung. Untuk yang rambutnya panjang bisa dikepang menjadi 2/3, dan
diletakkan di atas baju gamis di bagian dada. Terakhir, selimutkan kedua kain kafan
selembar demi selembar mulai dari yang lapisan atas sampai paling bawah.
Setelah itu ikat dengan beberapa utas tali yang tadi telah disediakan.

Sedangkan cara Mengafani Jenazah Laki-laki adalah sebagai berikut :


Pertama, siapkan tali-tali pengikat kafan secukupnya. Kemudian, letakkan secara
vertikal tepat di bawah kain kafan yang akan menjadi lapis pertama. Bentangkan
kain kafan lapis pertama yang sudah dipotong sesuai ukuran jenazah. Langkah
berikutnya, beri wewangian pada kain kafan lapis pertama. Setelah itu,
bentangkan kain kafan lapis kedua yang sudah dipotong sesuai ukuran
jenazah.Beri wewangian pada kain kafan lapis kedua. Setelah itu, bentangkan kain
kafan lapis ketiga yang sudah dipotongsesuai ukuran jenazah. Beri wewangian
pada kain kafan lapis ketiga dan letakkan jenazah di tengah-tengah kain kafan
lapis ketiga. Tutup dengan kain lapis ketiga dari sisi kiri ke kanan, kemudian kain
dari sisi kanan ke kiri. Kemudian tutup dengan kain lapis kedua dari sisi kiri ke
kanan, kemudian kain dari sisi kanan ke kiri. Selanjutnya,tutup dengan kain lapis
pertama dari sisi kiri ke kanan,kemudian kain dari sisi kanan ke kiri dan Ikat dengan
tali pengikat yang telah disediakan.

Menurut perspektif kesehatan :

Sedangkan menurut perspektif kesehatan, mengkafani jenazah perlu


memperhatikan beberapa hal berikut : Orang yang terlibat dalam proses
pengkafanan dapat menggunakan sarana pelindung pribadi seperti sarung
tangan, terutama jika ada kekhawatiran terhadap penularan penyakit.
Penghindaran kontak langsung dengan tubuh jenazah dapat membantu

8
mencegah penyebaran penyakit. Meskipun jenazah sudah meninggal, tetapi
langkah-langkah pencegahan masih penting untuk menjaga kesehatan. Kain
kafan dan area sekitar harus tetap bersih dan higienis. Penggunaan kain yang
mudah dicuci dan proses pengkafanan yang dilakukan di tempat yang sesuai
dengan standar kebersihan.

Menshalatkan Jenazah

Shalat jenazah ialah sholat yang dikerjakan sebanyak 4 takbir dalam


rangka mendo’akan orang muslim yang meninggal tersebut. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan shalat jenazah antara lain : Jenazah diletakkan
diarah kiblat (di depan imam apabila berjama’ah atau di depan orang yang
menshalatkan apabila sendiri). Posisi jenazah, kepalanya sebelah kanan dan
kakinya sebelah kiri imam. Apabila jenazahnya laki-laki imam hendaklah berdiri
lurus di depan kepalannya atau sejajar dengan dada jenazah, dan apabila
jenazahnya perempuan hendaklah imam menghadap setengah perut atau
pinggang jenazah

Menurut perspektif fiqh :

Setelah selesai memandikan dan mengafani jenazah, tata cara mengurus


jenazah berikutnya menyolatkan jenazah. Adapun tata cara menyolatkan jenazah
adalah Berniat (di dalam hati), Berdiri bagi yang mampu, Melakukan empat kali
takbir (tidak ada ruku’ dan sujud), Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah,
Setelah takbir kedua, membaca shalawat "allahumma sholli ‘ala Muhammad",
Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk jenazah sebagai berikut :
Allahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa
wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal
khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron
khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-
hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar.

Artinya : "Ya Allah, ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya,


selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan

9
tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia
dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana
Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik
dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik
daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya
(atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan
Neraka." (HR. Muslim no. 963).

Takbir keempat membaca doa sebagai berikut : Allahumma laa tahrimnaa


ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu”. Artinya:"Ya Allah, jangan
menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami
sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia". Untuk jenazah perempuan,
kata –hu diganti –haa. Dan yang terakhir Salam.

Menurut perspektif kesehatan :

Sedangkan menurut perspektif kesehatan, menshalatkan jenazah juga ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah Dalam situasi di mana
penularan penyakit menjadi perhatian, wajib menjaga jarak antara shaf-shaf
(barisan) dan memastikan kebersihan tempat shalat. Penggunaan sajadah dan
perlengkapan pribadi masing-masing dapat mengurangi risiko penularan. Orang
yang sedang sakit atau membawa penyakit menular disarankan untuk tidak ikut
shalat jenazah secara langsung. Ini adalah langkah kesehatan preventif untuk
melindungi komunitas dari risiko penularan. Memastikan kebersihan diri dan
pakaian saat melaksanakan shalat jenazah menjadi prinsip utama dari perspektif
kesehatan. Ini mencakup mencuci tangan, menggunakan masker jika diperlukan,
dan menjaga kebersihan pribadi. Dalam situasi darurat atau pandemi, ajaran Islam
memperbolehkan fleksibilitas dalam melaksanakan shalat jenazah.

Menguburkan Jenazah

Mengubur jenazah merupakan prosesi terakhir dari perawatan jenazah,


dalam meletakkan jenazah kedalam liang kubur, hendaknya membaringkan
jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah dan wajahnya menghadap kearah

10
kiblat. kedua kakinya bertumpu pada sisi kanan dan menghadap kiblat. bagi orang
yang mengantar jenazah ke pemakaman untuk melemparkan tiga kali genggaman
tanah dengan kedua tangannya usai penutupan liang lahatnya.

Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah


Meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak diratakan
dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan. Hendaknya
gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk. Hendaknya memberi tanda pada
makam dengan batu,kayu papan atau sejenisnya agar diketahui bagi keluarganya.
Hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk memohonkan
kemantapan dalam menjawab setiap tanya dalam kubur dan ampunan bagi
jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.

Menurut perspektif fiqh:

Perawatan jenazah yang terakhir adalah menguburkan jenazah. Adapun


tata cara menguburkan jenazah adalah seperti berikut : Jenazah dikubur dalam
sebuah lubang dengan kedalaman setinggi orang berdiri dengan tangan melambai
ke atas dan dengan lebar seukuran satu dzira’ lebih satu jengkal. Berdasarkan
sebuah hadits riwayat Imam Turmudzi berkenaan dengan para sahabat yang
terbunuh pada waktu perang uhud, beliau bersabda:

‫ َوأَح ِسنُوا‬،‫ َوأَو ِسعُوا‬،‫احف ُِروا‬

Artinya: “Galilah liang kubur, luaskan dan baguskan.”

Wajib memiringkan jenazah ke sebelah kanan dan menghadapkannya ke


arah kiblat. Sekiranya jenazah tidak dihadapkan ke arah kiblat dan telah diurug
tanah maka liang kubur wajib digali kembali dan menghadapkan jenazahnya ke
arah kiblat bila diperkirakan belum berubah. Disunahkan untuk menempelkan pipi
jenazah ke bumi. Bila tanahnya keras disunahkan liang kubur berupa liang lahat.
Yang dimaksud liang lahat di sini adalah lubang yang dibuat di dinding kubur
sebelah kiblat seukuran yang cukup untuk menaruh jenazah.

11
Jenazah diletakkan di lubang tersebut kemudian ditutup dengan
menggunakan batu pipih agar tanahnya tidak runtuh mengenai jenazah. Jenazah
diletakkan di belahan liang kubur tersebut kemudian di bagian atasnya ditutup
dengan batu pipih lalu diurug dengan tanah. Setelah jenazah diletakkan secara
pelan di dasar kubur disunahkan pula untuk melepas tali ikatannya dimulai dari
kepala. Akan lebih baik bila orang yang meletakkan dan meluruskan jenazah di
liang kubur adalah orang laki-laki yang paling dekat dan menyayangi si mayit pada
saat hidupnya. Pada saat meletakkannya di liang lahat disunahkan membaca :

‫س َّل َم‬
َ ‫علَي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫للا‬ َ ‫ّللا‬ ُ ‫علَى‬
ُ ‫س َّن ِة َر‬
ِ َّ ‫سو ِل‬ َ ‫ِبس ِم للاِ َو‬

“Bismillâhi wa ‘alâ sunnati Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.”


Mengikuti sunah Rasulullah sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat
Imam Abu Dawud dari sahabat Abdullah bin Umar, bahwa bila Rasulullah
meletakkan jenazah di dalam kubur beliau membaca : ”bismillâhi wa ‘alâ sunnati
Rasûlillâhi shallallâhu ‘alaihi wa sallama.” Sementara Syekh Nawawi Banten
dalam kitab Kâsyifatus Sajâ menambahkan bahwa ketika proses mengubur
jenazah disunahkan menutupi liang kubur dengan semisal kain atau lainnya. Ini
dimaksudkan barangkali terjadi ada yang tersingkap dari diri jenazah sehingga
terlihat apa yang semestinya dirahasiakan.

Menurut perspektif kesehatan :

Sedangkan menurut perspektif kesehatan, menguburkan jenazah juga ada


beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah : Pemilihan tempat
penguburan harus memperhatikan keamanan dan kesehatan lingkungan. Lokasi
yang tidak merugikan kesehatan masyarakat atau air tanah adalah pertimbangan
penting. Orang yang terlibat dalam proses penguburan dapat menggunakan
peralatan pelindung pribadi seperti sarung tangan dan masker untuk menghindari
kontak langsung dan melindungi kesehatan mereka. Jika ada risiko penularan
penyakit, harus diambil langkah-langkah pencegahan, seperti memastikan bahwa
jenazah sudah dikafani dengan benar dan menggunakan perlengkapan pelindung
tambahan jika diperlukan. Proses penguburan harus juga memperhatikan

12
kesehatan mental dan sosial keluarga yang berduka. Dukungan emosional dan
psikologis menjadi aspek penting dari perspektif kesehatan.

Terlepas dari dua perspektif diatas, pemulasaraan jenazah memiliki tujuan


yang mulia, yaitu menjaga kebersihan dan kesehatan jenazah, serta mencegah
penyebaran penyakit dan bau busuk, menghormati jenazah sebagai makhluk Allah
yang memiliki hak dan kewajiban, menyempurnakan ibadah jenazah dengan
mengucapkan doa dan istighfar untuknya, menyampaikan pesan dan wasiat
jenazah kepada keluarga dan ahli warisnya, menyediakan tempat peristirahatan
terakhir bagi jenazah yang aman dan tenang, menyadarkan orang yang hidup
akan kematian dan kehidupan akhirat.

Namun, dalam kondisi tertentu, seperti contoh adanya wabah penyakit


yang menular, seperti Covid-19, pemulasaraan jenazah dapat menimbulkan
bahaya bagi yang melaksanakannya atau bagi orang lain. Oleh karena itu,
diperlukan penyesuaian dan penanganan khusus dalam pemulasaraan jenazah
pasien Covid-19, agar tidak melanggar syariat dan tidak merugikan orang lain.
Dalam hal ini, diperlukan pandangan dari perspektif fiqih dan kesehatan.

Dari perspektif fiqih, pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 tetap


mengikuti prinsip-prinsip dasar yang sama dengan jenazah pada umumnya, yaitu
memandikan, mengafani, menshalatkan, dan menguburkan. Namun, ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu Memandikan jenazah pasien Covid-
19 harus dilakukan dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) yang
memenuhi standar kesehatan, seperti sarung tangan, masker, baju hazmat, dan
sebagainya. Hal ini untuk mencegah penularan virus dari jenazah ke orang yang
memandikan atau sebaliknya. Memandikan jenazah pasien Covid-19 harus
dilakukan dengan menghindari kontak langsung dengan mulut, hidung, mata, dan
telinga jenazah, serta menutup lubang-lubang tersebut dengan kapas yang
dibasahi dengan disinfektan. Memandikan jenazah pasien Covid-19 harus
dilakukan dengan segera setelah jenazah dinyatakan meninggal, dan tidak boleh
ditunda-tunda atau disimpan di kamar mayat., dan sebagainya.

Dari perspektif kesehatan, pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 harus


dilakukan dengan mengikuti protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah
dan otoritas kesehatan, yaitu Melakukan pemeriksaan dan penanganan jenazah

13
pasien Covid-19 oleh tenaga kesehatan yang profesional dan terlatih, serta
menggunakan APD yang lengkap dan sesuai standar. Melakukan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya mematuhi protokol kesehatan
dalam pemulasaraan jenazah pasien Covid-19, serta menghindari stigma dan
diskriminasi terhadap jenazah atau keluarganya. Melakukan evaluasi dan
pengawasan secara berkala terhadap pelaksanaan pemulasaraan jenazah pasien
Covid-19, serta melakukan perbaikan dan peningkatan jika diperlukan.

Dan sebagaimana semestinya pemulasaraan jenazah akan tetap


dilaksanakan dengan segala kondisi baik itu dari perspektif fiqh maupun dari
perspektif kesehatan. Apapun kondisinya, perlu dan wajib untuk kita sesama umat
muslim melaksanakan perintah dari sang pencipta. Hanya saja bagaimana
keberlangsungan perawatan jenazah dapat disesuaikan dengan kondisi yang ada.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemulasaraan jenazah


pasien Covid-19 harus dilakukan dengan mengikuti syariat Islam dan protokol
kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah dan otoritas kesehatan. Hal ini
bertujuan untuk menghormati hak-hak jenazah sebagai makhluk Allah yang mulia,
serta untuk menjaga keselamatan dan kesehatan orang yang hidup dari bahaya
penularan virus. Dengan demikian, pemulasaraan jenazah pasien Covid-19 dapat
menjadi ibadah yang bermanfaat bagi jenazah, keluarga, dan masyarakat.

Islam telah mengingatkan kita semua bahwa setiap insan yang bernyawa
pasti mengalami kematian. Setiap muslim memiliki kewajiban terhadap
saudaranya muslim yang meninggal dunia. Kewajiban ini bersifat kolektif karena
itu dimasukkan sebagai suatu jenis ibadah yang hukumnya fardu kifayah, artinya
kewajiban bagi seluruh umat muslim, tetapi apabila sudah dilaksanakan oleh
beberapa orang yang melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban itu bagi
seluruh umat muslim. Kewajiban-kewajiban terhadap orang yang meninggal
adalah memandikan,mengkafani,menyalatkan, dan menguburkannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Begini Isi Lengkap Fiqih Pemulasaraan Jenazah Pasien Covid-19 Menurut NU. (n.d.).
Retrieved January 16, 2024, from
https://kalam.sindonews.com/berita/1567879/69/begini-isi-lengkap-fiqih-
pemulasaraan-jenazah-pasien-covid-19-menurut-nu
Pandangan Syariah dalam Pemulasaraan Jenazah Covid-19 | Republika Online. (n.d.).
Retrieved January 16, 2024, from
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qw4g28430/pandangan-syariah-dalam-
pemulasaraan-jenazah-covid19
Pengampu, D., Sadarela, :, & Pd, M. (n.d.). MAKALAH FIQIH IBADAH PENGURUSAN
JENAZAH.
Safinatun Naja: Fikih Pengurusan Jenazah - Rumaysho.Com. (n.d.). Retrieved January
16, 2024, from https://rumaysho.com/31808-safinatun-naja-fikih-pengurusan-
jenazah.html
Tata Cara Mengubur Jenazah Menurut Hukum Islam. (n.d.). Retrieved January 16, 2024,
from https://www.nu.or.id/syariah/tata-cara-mengubur-jenazah-menurut-hukum-
islam-Bx2S4
Tata Cara Mengurus Jenazah dalam Islam, Umat Muslim Wajib Tahu. (n.d.). Retrieved
January 16, 2024, from https://www.merdeka.com/jateng/tata-cara-mengurus-
jenazah-dalam-islam-umat-muslim-wajib-tahu-kln.html
Tata Cara Pemulasaraan Jenazah COVID-19 & Ketentuan Syariat Islam. (n.d.). Retrieved
January 16, 2024, from https://tirto.id/tata-cara-pemulasaraan-jenazah-covid-19-
ketentuan-syariat-islam-giio
Tata Cara Pengurusan Jenazah dalam Islam, Ketahui Hukum dan Syarat-Syaratnya - Hot
Liputan6.com. (n.d.). Retrieved January 16, 2024, from
https://www.liputan6.com/hot/read/5099591/tata-cara-pengurusan-jenazah-dalam-
islam-ketahui-hukum-dan-syarat-syaratnya?page=4

15

Anda mungkin juga menyukai