Nim : 30523045
Prodi : D3 RMIK
Pendahuluan
1
melalui 4 langkah yaitu memandikan, mengkafani, menyolatkan dan
menguburkan. Substansi dari memandikan adalah membersihkan jenazah dengan
air dan pengharum dengan cara mendahulukan yang kanan. Substansi dari
mengkafani adalah membalut jenazah dengan kain yang tidak berjahit dengan
bilangan mulai dari tiga lapis, lima lapis, atau lebih dengan tetap mengacu pada
bilangan ganjil. Substansi dari menyolatkan adalah melakukan shalat dengan
empat takbir dan dengan doa yang bisa memilih. Substansi dari menguburkan
adalah memasukkan jasad jenazah ke liang lahat dan memiringkannya ke arah
kiblat (Dalimunthe, 2013).
Pembahasan
Kullu nafsin Zaaiqatul Maut (QS. Al 'Imran ayat 195). Artinya: "Setiap yang
bernyawa akan merasakan mati. "Innalillahi wainna ilaihi rooji'un. Artinya
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah kami akan kembali ".
Kenapa setiap ada yang meninggal atau kesusahan atau suatu bencana
yang menimpa selalu mengucapkan kalimat itu? Karena itu adalah suatu bentuk
kepasrahan pada Allah, ketidakberdayaan kita melawan kehendak dan takdir
Allahm Semuanya adalah milik Allah dan hanya kepadanya semua akan kembali.
2
Kita tidak dapat mengira, memprediksi apalagi meramalkan
kematian, bencana, kesusahan atau musibah yang bisa saja menimpa. Bukan
hanya musibah, nikmat Allah juga tidak dapat diprediksi. Semua atas kehendak
Allah semata.
Kematian itu pasti, dan kita harus lapang dada menghadapinya, karena
“yang hidup pasti akan mati” (Q.S. 29:57). Tidak dapat dihindari perihal mengurus
seseorang yang sudah meninggal, karena mengenai ini hukumnya Fardhu kifayah,
yang mana berarti kewajiban terhadap manusia. Jika sebagian dari mereka telah
melakukannya, sebagian lagi dibebaskan dari kewajiban, tetapi jika tidak ada yang
melakukannya, maka mereka semua berdosa (Sulaiman, 2011).
Maftuh Ahnan et al., (2005) menegaskan dalam bukunya bahwa kita harus
memenuhi empat kewajiban terhadap mayat, yaitu: memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkannya.Adapun tahapan-tahapan dalam pengurusan
jenazah adalah sebagai berikut :
3
Dalam hal ini yang lebih berhak untukmemandikan mayit adalah keluarga
terdekatnya, apabila tidak ada keluarganya serahkan kepada orang-orang yang
paham dengan baik proses memandikan jenazah dan mampu menjaga dan
menutupi aib mayit. Jika jenazahnya seorang perempuan, maka disunnahkan
membuka ikatan rambutnya dan membasuh dirinya, serta mengikatnya di
belakang punggungnya dan menekuk bagian belakang lehernya. Saat semua
proses selesai, hendaknya badan mayit dikeringkan terlebih dahulu agar tidak
basah, lalu oleskan parfum pada tubuh
4
masa baligh memakai tiga pakaian dan wanita lima. Kain kafan gamis memanjang
dari leher hingga ujung kaki, dan lengan tidak memperlihatkan sisi dada dan perut,
bagian bawah tidak harus selebar pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar.
Ketiga,menshalatkan.Setelahmemandikandanmengkafanijenazah,selanjut
nya adalah menshalatkan. Sholat jenazah merupakan fardhu kifayah bagi umat
Islam yang menghadirinya. Ini adalah kewajiban yang dibebankan pada semua
Muslim, tetapi jika satu orang memenuhinya, semua orang dianggap telah
memenuhinya. Namun, pada setiap Muslim yang mendengar berita kematian
hendaknya ikut untuk menshalatkan. Karena semakin banyak orang yang
menshalatkan jenazah, semakin baik juga bagi jenazah tersebut, sebab ia
didoakan lebih banyak oleh orang.
Shalat jenazah tidak menggunakan rukuk dan sujud, tentu saja pilarnya
berbeda dari yang biasanya. Sholat jenazah meliputi niat dan empat takbir.
Pertama membaca Ta’awudz, lalu membaca surah Al-Fatihah, lalu takbir kedua
dan membaca sholawat nabi, takbir ketiga berdoa untuk pengampunan jenazah
dan seluruh jamaah, dan kemudian diakhiri dengan salam. (Albani, 2003)
Selanjutnya, mengenai posisi imam ketika shalat, jika untuk laki-laki sejajar
dengan kepala mayit, sedangkan untuk perempuan sejajar dengan perut pada
wanita.(Mufid A. R)
5
adalah orang yang paling berhak menguburkan jenazah, berdasarkan firman Allah
: berdasarkan keumuman firman Allah SWT yang artinya, ”Dan orang yang
memiliki hubungan kerabat sebagian diantaranya mereka lebih berhak dari pada
yang lain”. (Al-Anfal: 75).
Pemakaman tidak boleh dilakukan pada malam hari. Kecuali ada keadaan
darurat, seperti tidak segera dikubur, jenazah akan membusuk, atau takut dikubur
di siang hari (saat perang) diduduki musuh, atau karena harus segera pergi, dsb.
Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir RA. “Janganlah kalian
memakamkan jenazah kalian pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa.(Albani S. M.)
Terdapat beberapa ayat yang memiliki indikasi tentang maksud atau tujuan
penciptaan manusia, indikasi tersebut antara lain termuat dalam ungkapan seperti
: al-ibadah, al-khilafah (khalifah), dan al-amanah. Ketiga ungkapan kata tersebut
tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur’an
Al-Ibadah
Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah-Ku”.
6
Ayat 21 dari surat al-Baqarah merupakan ajakan untuk menghambakan diri
hanya kepada Allah SWT. Ayat-ayat sebelumnya menggambarkan beberapa
kelompok manusia, yaitu kelompok orang-orang kafir yang menolak hidayah dan
kelompok orang-orang munafik yang masih dalam keadaan ragu-ragu. Lalu pada
ayat ini manusia diajak untuk memeluk agama tauhid, yaitu dengan
menghambakan diri pada Allah SWT, Tuhan satu-satunya, tunduk serta
mengikhlaskan diri padanya. Kemudian mereka diingatkan bahwa Allahlah Tuhan
yang telah mencipta, mengatur urusan dengan sunnahnya serta menganugerahi
mereka hidayah dan jalan untuk bertaqarrub. Maka dari itu tidak ada yang layak
dan pantas untuk disembah selain Dia, sebab mensyarikatkannya hanya akan
mendatangkan azab dan kehancuran. Lalu dijelaskan bahwa penghambaan diri
kepadanya serta sesuai dengan ketentuan yang digariskan, dapat menghantarkan
mereka kepada taqwa, yaitu suatu derajat dimana seseorang dapat merasakan
kehadiran Tuhan dalam diri serta memiliki kesadaran ketuhanan yang matang (Al-
Maraghiy, t.th. juz I:63).
Al-Khilafah
7
ٰۤ
ِ َْواِ ْذ قَا َل َربُّكَ لِلْ َملىِٕ َك ِة ِانِ ْي َجاعِل فِى ْاْلَر
ض َخ ِليْفَة ۗ قَال ْٰٓوا اَتَ ْجعَل فِيْ َها َم ْن
َ الد َم ٰۤا َء َونَحْن ن
َس ِبح ِب َح ْمدِكَ َونقَدِس لَكَ ۗ قَا َل اِنِ ْٰٓي اَ ْعلَم َما َْل تَ ْعلَم ْون ِ يُّفْسِد فِيْ َها َويَ ْسفِك
Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa
Allah menciptakankhalifah(Adam dan keturunannya) di muka bumi. Ayat ini dan
ayat-ayat sebelumnya mengungkapkan betapa banyaknya nikmat yang
dianugerahkan kepada manusia beriman,dimana mereka berpaling serta meng-
hindarkan diri dari kemaksiatandan kekafiran sekaligus mengajak manusia lainnya
menuju keimanan dan ketaqwaan. Adapun ayat-ayat sesudahnya meng-
ungkapkan bagaimana pertumbuhan manusia dalam bentuk dialog dan diskusi,
dimana semua itu menggambarkan rahasia dan hikmah yang agung. Khalifah
adalah pengganti Allah yang mengatur urusannya di tengah-tengah kehidupan
manusia. Di samping itu khalifah juga dapat dipahami sebagai “suatu regenerasi
yang silih berganti dimana mereka bertugas untuk memakmurkan dan
mensejahterakan bumi”(Hasan al-Himshi, t.th: 6). Dengan demikian khalifah
adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan
kesejahteraan dunia
8
nya memiliki keistimewaan yang khas.Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri
adalah bahwa diantara keturunan adam terdapat segolongan umat yang lari dari
fitrahnya, dimana mereka menyalahi kemaslahatan dan kebijaksanaan serta
berbuat kerusakan dan onar dimuka bumi. Namun demikian, Allah akan
mengirimkan ilham (wahyu) agar mereka tunduk dan berserah kepadanya.
Sehingga dengan ikhtiarnya, mereka mampu mengendalikan dan meminimalisir
kecendrungan negatifuntuk berbuat kerusakan. Semua itu mengandung hikmah
yang sangat tinggi tentang keagungan dan kemahakuasan Sang Khaliq.
Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan menobatkan manusia sebagai
khalifahdi muka bumi. Pengukuhan manusia sebagai khalifah ini mencakup
khilafah(kepemimpinan) antar sesama mereka serta khilafah terhadap makhluk
lainnya di alam ini. Khilafah antar sesamanya adalah berupa penugasan Allah
terhadap beberapa hambanya yang terpilih (nabi dan rasul) untuk menyampaikan
syariat (wahyu) kepada manusia. Sedangkan khilafah manusia terhadap makhluk
lainnya adalah berupa pengendaliannya terhadap alam secara umum, baik di
darat, laut maupun di udara serta juga mencakup bagaimana pengendaliannya
terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan atau barang barang tambang yang tersimpan
di dalam bumi.Dalam hal ini manusia engankekuatan akalnya mengatur dan
mengendalikan bumi sesuai dengan sunnah yang digariskan. Namun demikian,
tidak semua manusia dapat menjalankan misi tersebut, karena diantara mereka
banyak yang berbuat kerusakan serta menumpahkan darah, sehingga semua itu
akan menganggu stabilitas dan kemakmuran bumi. Namun di balik semua itu
terkandung hikmah yang cukup dalam akan kekuasaan dan keagungan Sang
Pencipta.
Al-Amanah
9
jamak/ plural terulang sebanyak empat kali. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam Al-
Quran surat al-Baqarah ayat 283, surat al-Nisa ayat 58, surat al-Anfal ayat 27,
surat al-Mukminun ayat 8, surat al-Ahzab ayat 72 dan surat al-Ma’arij ayat 32.
ۗ س
ان اِنَّه ِ ْ ض َوالْ ِجبَا ِل فَاَبَيْنَ اَ ْن يَّ ْحمِلْنَ َها َواَ ْشفَقْنَ ِمنْ َها َو َح َملَ َها
َ ْاْلن َ ْ ت َو
ِ ْاْلر ِ علَى السَّمو َ ْ ضنَا
َ َاْل َمانَة َ اِنَّا
ْ ع َر
َ َكَان
ظل ْوما َجه ْوْل
Kata ( العرضyang terdapat pada ayat 72) adalah ungkapan kesiapan bagi
langit dan bumi. (Al-Maraghiy,t.th. juz VIII: 45). Selanjutnya kata الحملberarti
10
memikulnya dengan mengangap bahwa hal itu ringan baginya atau mampu untuk
ia pikul.
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya Dia tidaklah men-
ciptakan langit dan bumi dimana keduanya memiliki fisik yang besar sertake-
kuatan terpendam untuk mampu mengemban beban taklif, yaitu berupa perintah,
larangan serta kearifan dalam menjaga kemaslahatan agama dan dunia.
Kenyataan adalah bahwasanya Allah SWT memberikan beban itu semua kepada
manusia, yaitu untuk menerima dan menjalankannya plus dengan segala ke-
kurangan yang ia miliki. Di samping itu,manusia juga sering dikalahkan oleh
hasutan yang senantiasa membawa pada nafsu amarah, sehingga manusia sering
berbuat zalim sesamanya. Selanjutnya manusia juga sering ditunggangi oleh
nafsu syahwat serta kecendrungan untuk lepas tangan dari tanggung jawab, se-
hingga mendatangkan akibat fatal dan kerusakan dari semua apa yang mereka
lakukan. Maka dari itu Allah SWT membebankan taklif kepada manusia agar ia
mampu mematahkan semua bentuk kekerasan (kekejaman), meminimalisir pe-
ngaruhnya serta membendung hawa nafsu agar manusia terhindar dari perbuatan
dan kejadian yang membawa kehancuran (Al-Maraghiy,t.th. juz VIII:45).
11
Syariat Islam menganjurkan untuk mencampurkan daun bidara dalam
memandikan Jenazah. Bahwasanya pendapat para ulama, daun bidara tersebut
ketika dicampurkan dengan air dan lalu diaduk dengan tangan apabila busanya
sudah terlihat maka digunakan untuk seluruh anggota tubuh.
Lalu, sabda Rasulullah Saw, mengenai dengan Zainab ra. (Putri Rasulullah
SAW),
Mengganjilkan basuhan pada jenazah sebanyak tiga kali, lima kali atau
tujuh kali. Selaian itu menekan perut jenazah ketika memandikannya secara
lembut agar kotoran keluar dari perutnya. Membersihkan kotoran tersebut dengan
menggunakan air pada bagian dubur.
Mendahulukan bagian yang kanan, dalam hal ini ialah apabila ingin
memandikan bagian tubuh seperti tangan yakni bagian tangan kanan harus
didahulukan dari tangan kiri.
Dari Ummu Athiyyah r.a., berkata lalu “Rasulullah saw., bersabda kepada
wanita yang memandikan putri Rasulullah saw. :
12
wudhu nya.”(HR. Al-Bukhari)
Diwajibkan untuk menutup seluruh anggota tubuh dan bila tidak ada di
dapatkan kain yang menutupi anggota tubuh maka ketika ada kain pendek yang
tidak menutupi seluruh anggota tubuh nya maka kepalanya ditutup. Dan telah
diriwayatkan oleh Muslim, anjuran mengenai mengkafani dengan baik
bahwasanya dari Jabir ra., lalu Rasulullah saw., bersabda “Apabila salah seorang
diantara kalian mengkafani saudaranya, hendaknya ia mengafaninya dengan
baik.”
Kain yang digunakan untuk mengkafani mayat yakni kain yang bagus serta
suci dan menutupi seluruh anggota tubuh jenazahyakni bukan yang diharamkan
seperti pemakaian kain sutera serta penggunaannya yang tidak berlebihan.
Rasulullah saw., bersabda,
سلَ ْمإِذَا
َ علَيْ ِه َو
َ قَالَ َرس ْوْل :ب َْقَتَا َدةَقَا َل
ِ َ عنْا
َ
َو ِلََ اَ َحدك ْماَخَاهفَلْي ْح ِسنْ َكفَنَه
Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: Jika seorang diantara kalian
mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.”12(HR.
at-Tirmidzi)
13
berbeda dengan anak laki-laki hanya cukup satu helai dan sedangkan anak
perempuan dikafani dengan dua helai kain.
Dan untuk jenazah laki-laki diharamkan untuk mengenakan kain sutra dan
berbeda dengan jenazah perempuan yang diperbolehkan mengenakan kain sutra.
Akan tetapi para ulama tidak senang jika jenazah perempuan mengenakan kain
sutra karena dianggap berlebihan. Hal ini berdasarkan perkataan dari Imam
Ahmad, “Saya tidak kagum jika ada seorang perempuan yang dikafani dengan
kain sutra.”
Akan tetapi dalam mengkafani jenazah, ketika ada yang wafat dan memiliki
harta untuk diwariskan lalu jenazahnya dikafani oleh harta yang ia miliki. Apabila
tidak memiliki harta, mengkafani jenazah sudah menjadi tanggung jawab orang
yang memberi nafkah saat masih hidup. Dan menurut Sayyid Sabiq apabila tidak
memiliki orang yang mengkafaninya, bisa diambil dari Baitul Maldan menjadi
kewajiban kaum muslimin untuk mengkafani jenazah.
َعلَي ْهَا ثُّتَبِعَ َها َحتت ْدفَن َ َم ْن خ ََر َج َم َع َجنَازَ ة م ِْن بَيْتِ َها َو
َ صلى
Seorang yang mengikuti shalat jenazah ada syarat dan rukun terkait shalat
jenazah. Syarat shalat jenazah diantaranya ialah badannya suci dari hadats kecil
dan besar, menghadap arah kiblat dan menutupi aurat. Sedangkan rukun shalat
14
jenazah diantaranya ialah niat, berdiri bagi yang mampu, takbir sebanyak empat
kali, membaca Al-Fatihah, membaca doa kepada Rasulullah saw.
Kedua,yakni berdiri bagi yang mampu merupakan bagian dari rukun shalat
jenazah, karena salah satu keistimewaan dari salat jenazah yakni dilakukan
dengan berdiri tanpa ada gerakan rukuk, sujud dan duduk diantara dua sujud.
15
dalam hal ini ialah menguburkan jenazah diwaktu matahari terbit dan terbenam
diperbolehkan karena tidak ada unsur kesengajaan.
KESIMPULAN
16
Dimana, penyelenggaraan jenaza seseorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya kewajibaan ini dibebankan kepada seluruh mukallaf ditempat itu,
tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajibaan seluruh
mukallaf. Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah memandikan,
mengkafani, menshalati, dan mengkuburkan. Adapun hikmah yang dapat diambil
dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :
17
DAFTAR PUSTAKA
Abu Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya. 1994. Mu’jam alMaqayis fi
Lughah, Beirut: Dar alFikr.
Ahnan Maftuh, M. d. (2005). Berita dari Alam Kubur.Surabaya: Terbit
Terang.
18
Muhammad Hasan al-Himshi, Mufradat Al-Quran, Tafsir wa Bayan, Beirut:
Dar al-Fikr, t.th
19