Anda di halaman 1dari 19

Nama : Muhamad Davin Akbar Pratama

Nim : 30523045

Prodi : D3 RMIK

Mata Kuliah : Agama

PEMULASARAAN JENASAH MENURUT ISLAM DARI PERSPEKTIF FIQIH


DAN KESEHATAN.

Pendahuluan

Islam menganjurkan banyak hal kepada umatnya, termasuk mengingat


kematian selamanya, mengunjungi keluarga untuk menghibur, dan ikut serta untuk
mendoakannya. Ketika seseorang meninggal, mahram sesama jenis yang paling
dekat dengannya harus memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dengan
jenazah, yaitu memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkannya.
Menyegerakan jenazah dari mulai memandikan, mengkafani, mensholatkan, dan
mengantarkan jenazah sampai ke liang lahat hingga penguburan jenazah
merupakan perintah agama yang dianjurkan kepada umat Islam sebagai
masyarakat sosial. Jika sebagian dari mereka telah menyelesaikan kewajibannya
dengan cara yang seharusnya, maka kewajiban untuk melaksanakan perintah itu
berarti telah tertunaikan. Kewajiban agama ini disebut fardhu kifayah. Karena ilmu
diperlukan untuk semua perilaku ibadah, ilmu mempelajari aturan dan peraturan
seputar pemakaman juga fardhu kifayah. Jika tidak ada cukup orang yang berilmu
dalam lingkungan masyarakat untuk melakukan fardhu kifayah di sekitar
pemeliharaan mayat, itu adalah dosa bagi semua sekelompok Muslim.

Dewasa ini, acap kali pihak keluarga menyerahkan pengurusan jenazah


kepada pihak lain yang dirasa lebih memahami perihal pengurusan jenazah. Hal
tersebut tidak sepenuhnya salah, namun alangkah baiknya pengurusan jenazah
tersebut dilakukan oleh mahram terdekat dari jenazah itu sendiri.

Dalam Islam terdapat beberapa hadits yang membahas mengenai


pengurusan jenazah. Perspektif hadis mengatakan bahwa pengurusan jenazah

1
melalui 4 langkah yaitu memandikan, mengkafani, menyolatkan dan
menguburkan. Substansi dari memandikan adalah membersihkan jenazah dengan
air dan pengharum dengan cara mendahulukan yang kanan. Substansi dari
mengkafani adalah membalut jenazah dengan kain yang tidak berjahit dengan
bilangan mulai dari tiga lapis, lima lapis, atau lebih dengan tetap mengacu pada
bilangan ganjil. Substansi dari menyolatkan adalah melakukan shalat dengan
empat takbir dan dengan doa yang bisa memilih. Substansi dari menguburkan
adalah memasukkan jasad jenazah ke liang lahat dan memiringkannya ke arah
kiblat (Dalimunthe, 2013).

Pembahasan

Menurut ilyas Mustawa, Manusia sebagai makhluk Allah memiliki dua


dimensi. Dimensi pertama adalah kelebihan, keagungan dan keutamaan Manusia.
Dimensi kedua adalah kelemahan-kelemahan dan kekurangan manusia. Konsep
manusia dalam perspektif ajaran Islam disebutkan dalam Al-Qur-an surat At-Tiin
ayat 4, "Manusia adalah makhluk terbaik." Oleh karena manusia harus selalu
melakukan kebaikan (amal Shaleh).

Menurut Al-Qur-an manusia terbagi dua. Pertama sebagai makhluk Religi


sebagaimana disebutkan dalam surat Ar-Ruum ayat 30; "Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." Manusia
harus senantiasa mejalankan Dimensi Ubudiyah dalam arti seluruh aspek
kehiduan dan kegiatan manusia itu harus bernuansa ibadah (dilandaskan kepada
Allah SWT).

Kullu nafsin Zaaiqatul Maut (QS. Al 'Imran ayat 195). Artinya: "Setiap yang
bernyawa akan merasakan mati. "Innalillahi wainna ilaihi rooji'un. Artinya
"Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepadanyalah kami akan kembali ".

Kenapa setiap ada yang meninggal atau kesusahan atau suatu bencana
yang menimpa selalu mengucapkan kalimat itu? Karena itu adalah suatu bentuk
kepasrahan pada Allah, ketidakberdayaan kita melawan kehendak dan takdir
Allahm Semuanya adalah milik Allah dan hanya kepadanya semua akan kembali.

2
Kita tidak dapat mengira, memprediksi apalagi meramalkan
kematian, bencana, kesusahan atau musibah yang bisa saja menimpa. Bukan
hanya musibah, nikmat Allah juga tidak dapat diprediksi. Semua atas kehendak
Allah semata.

Kematian itu pasti, dan kita harus lapang dada menghadapinya, karena
“yang hidup pasti akan mati” (Q.S. 29:57). Tidak dapat dihindari perihal mengurus
seseorang yang sudah meninggal, karena mengenai ini hukumnya Fardhu kifayah,
yang mana berarti kewajiban terhadap manusia. Jika sebagian dari mereka telah
melakukannya, sebagian lagi dibebaskan dari kewajiban, tetapi jika tidak ada yang
melakukannya, maka mereka semua berdosa (Sulaiman, 2011).

Berdasarkan pesan Imam Ghazali bahwa sesungguhnya Allah telah


memberi mereka kebahagiaan dan faktor yang cukup, tidak ada yang harus
memilih untuk hidup sendiri di bumi ini. Hal ini karena melanggar fitrah, potensi,
dan kebiasaan manusia. Satu orang membutuhkan orang lain dan orang lain
membutuhkan orang itu, sehingga kehidupan dapat terjadi dengan
sebaikpbaiknya. Hal ini juga berkaitan dengan pengurusan jenazah. Dapat
dikatakan bahwa memang ada nilai sosioedukasi dalam pelaksanaannya, yaitu
tolong menolong seseorang dimana ahli waris atauyang mengurusimayit tidak
akan bisa mengurusjenazahnya sendirian tanpa bantuan orang lain. Petunjuk dari
Nabi SAW mengenai mengurus mayat adalah petunjuk terbaik. (Valentine, 2020)

Maftuh Ahnan et al., (2005) menegaskan dalam bukunya bahwa kita harus
memenuhi empat kewajiban terhadap mayat, yaitu: memandikan, mengkafani,
menshalatkan dan menguburkannya.Adapun tahapan-tahapan dalam pengurusan
jenazah adalah sebagai berikut :

Pertama, memandikan. Ketika datangnya kematian, tubuh mayit harus


segera dimandikan. Memandikan mayit adalah suatu keharusan, baik laki-laki atau
perempuan, kecil maupun besar. Dengan kata lain, hal ini merupakan perintah
kepada semua kaum muslim, kecuali orang-orang yang mati syahid maka tidak
ada kewajiban untuk dimandikan. Memandikan mayit merupakan sarana mayat
agar hadast dan najis yang ada di tubuhnya hilang dan bersih, sehingga ketika
dikafani dan disholatkan dalam keadaan suci. (Islam, 2004)

3
Dalam hal ini yang lebih berhak untukmemandikan mayit adalah keluarga
terdekatnya, apabila tidak ada keluarganya serahkan kepada orang-orang yang
paham dengan baik proses memandikan jenazah dan mampu menjaga dan
menutupi aib mayit. Jika jenazahnya seorang perempuan, maka disunnahkan
membuka ikatan rambutnya dan membasuh dirinya, serta mengikatnya di
belakang punggungnya dan menekuk bagian belakang lehernya. Saat semua
proses selesai, hendaknya badan mayit dikeringkan terlebih dahulu agar tidak
basah, lalu oleskan parfum pada tubuh

Kedua, mengkafani. Setelah selesai memandikan jenazah, langkah


selanjutnya adalah mengkafaninya, dilakukan dengan segera setelah
memandikan selesai. Untuk mengkafani diutamakan dan lebih baiknya yang
melakukan proses mengkafani ialah keluarga atau orang yang paling dekat
dengannya. Pada dasarnya, tujuan dari pembungkusan kain kain kafan pada
tubuh adalah untuk menutupinya serta menunjukkan rasa hormat. Karena
menutup aurat dan menghormatinya adalah wajib, baik masih hidup maupun
sudah meninggal. Kain kafan sebaiknya menutup seluruh tubuh, baik jenazah laki-
laki dan perempuan. Untuk jenazah laki-laki menggunakan tiga lapis kain kafan
secara langsung dan setiap helainya menutupi seluruh tubuh. Untuk jenazah
perempuan ditutup dengan lima helai kain kafan, lembar kain yang digunakan
untuk sarung, baju, kerudung, dan sisanya dipakai untuk menutupi seluruh tubuh.
(Rasji, 1994)

Disunnahkan kainkafan yang dipergunakan hendaknya berwarna putih dan


tidak terlalu mahal atau mewah. Sebagaimana yang dijelaskan dalam hadist Nabi
yang artinya, “Apabila salah seorang diantara kalian mengkafani saudaranya,
maka hendaklah memperbagus kafannya.”(Al-Albani, 2010)

Macam-macam kain kafan adalah sebagai berikut: a) Kain kafan Ad


Dharurah, artinya kain kafan baju wajib untuk menutupi seluruh tubuh, tanpa cacat
di bagian bawah tubuh, b) Kain kafan Al-Kifayah, artinya kain kafan yang cukup.
Dimana kain kafan ini dua pakaian yang menutupi seluruh tubuh (tidak banyak di
bawah), baik kain maupun lipatannya harus menutupi seluruh tubuh.
Mencukupkan dengan keduanya dan dibolehkan, serta tidak dimakruhkan, c) Kain
kafan As-sunnah, artinya baju untuk laki-laki yang baligh atau yang mendekati

4
masa baligh memakai tiga pakaian dan wanita lima. Kain kafan gamis memanjang
dari leher hingga ujung kaki, dan lengan tidak memperlihatkan sisi dada dan perut,
bagian bawah tidak harus selebar pakaian orang hidup, tetapi harus sejajar.

Ketiga,menshalatkan.Setelahmemandikandanmengkafanijenazah,selanjut
nya adalah menshalatkan. Sholat jenazah merupakan fardhu kifayah bagi umat
Islam yang menghadirinya. Ini adalah kewajiban yang dibebankan pada semua
Muslim, tetapi jika satu orang memenuhinya, semua orang dianggap telah
memenuhinya. Namun, pada setiap Muslim yang mendengar berita kematian
hendaknya ikut untuk menshalatkan. Karena semakin banyak orang yang
menshalatkan jenazah, semakin baik juga bagi jenazah tersebut, sebab ia
didoakan lebih banyak oleh orang.

Shalat jenazah tidak menggunakan rukuk dan sujud, tentu saja pilarnya
berbeda dari yang biasanya. Sholat jenazah meliputi niat dan empat takbir.
Pertama membaca Ta’awudz, lalu membaca surah Al-Fatihah, lalu takbir kedua
dan membaca sholawat nabi, takbir ketiga berdoa untuk pengampunan jenazah
dan seluruh jamaah, dan kemudian diakhiri dengan salam. (Albani, 2003)

Selanjutnya, mengenai posisi imam ketika shalat, jika untuk laki-laki sejajar
dengan kepala mayit, sedangkan untuk perempuan sejajar dengan perut pada
wanita.(Mufid A. R)

Keempat, menguburkan. Kewajiban selanjutnya adalah menguburkan


jenazah. Sebelum penguburan, makam harus disiapkan, dengan kedalaman
sekitar dua meter, agar tidak tercium bau yang aneh, dan tidak dimakan binatang
buas. Selain itu juga untuk menjaga kehormatan jenazah, serta agar masyarakat
tidak terpengaruh oleh bau busuk. Sebagaimana hal ini berdasarkan hadist nabi
Saw yang artinya, “Galilah dan luaskanlah, serta baguskanlah kuburan mereka.“
( HR At Tirmidzi).

Anjuran untuk melakukan proses penguburaniniadalahlaki-lakiyang


mengubur tubuh, walaupun mayit itu perempuan. Hal ini karena alasan berikut: a)
Inilah yang dilakukan umat Islam pada zaman Nabi Shallallahu Alaihi wa sallam
hingga saat ini, b) Karena laki-laki lebih baik dalam melakukan hal ini, c) Jika hal
ini dilakukan oleh seorang wanita, maka aurat wanita tersebut akan diperlihatkan
kepada seorang laki-laki yang bukan mahramnya. Dalam hal ini wali jenazah

5
adalah orang yang paling berhak menguburkan jenazah, berdasarkan firman Allah
: berdasarkan keumuman firman Allah SWT yang artinya, ”Dan orang yang
memiliki hubungan kerabat sebagian diantaranya mereka lebih berhak dari pada
yang lain”. (Al-Anfal: 75).

Pemakaman tidak boleh dilakukan pada malam hari. Kecuali ada keadaan
darurat, seperti tidak segera dikubur, jenazah akan membusuk, atau takut dikubur
di siang hari (saat perang) diduduki musuh, atau karena harus segera pergi, dsb.
Sebagaimana sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Jabir RA. “Janganlah kalian
memakamkan jenazah kalian pada malam hari kecuali dalam keadaan
terpaksa.(Albani S. M.)

TUJUAN PENCIPTAAN MANUSIA

Terdapat beberapa ayat yang memiliki indikasi tentang maksud atau tujuan
penciptaan manusia, indikasi tersebut antara lain termuat dalam ungkapan seperti
: al-ibadah, al-khilafah (khalifah), dan al-amanah. Ketiga ungkapan kata tersebut
tertuang dalam beberapa ayat Al-Qur’an

Al-Ibadah

Ungkapan kata al-ibadah beserta musytaq-nyadalam al-Quran terulang


sebanyak 275 kali (M. Fuad Abdul Baqiy, t.th.:560-565). Namun demikian disini
hanya akan dipaparkan beberapa ayat yang paling relevan dengan pokok kajian,
yaitu:

1. QS Al-Baqarah ayat 21:

ْ ‫يٰٓاَيُّ َها النَّاس اعْبد ْوا َربَّكم الَّ ِذ‬


َ‫ي َخلَقَك ْم َوالَّ ِذيْنَ م ِْن قَبْلِك ْم لَعَلَّك ْم تَتَّق ْون‬

Artinya: “Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan


kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.(QS Al-
Baqarah:21)

2. QS Al-Dzariyat ayat 56:

‫س ا َِّْل ِليَعْبد ْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَقْت الْ ِجنَّ َو‬


َ ْ‫اْلن‬

Artinya: “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah-Ku”.

6
Ayat 21 dari surat al-Baqarah merupakan ajakan untuk menghambakan diri
hanya kepada Allah SWT. Ayat-ayat sebelumnya menggambarkan beberapa
kelompok manusia, yaitu kelompok orang-orang kafir yang menolak hidayah dan
kelompok orang-orang munafik yang masih dalam keadaan ragu-ragu. Lalu pada
ayat ini manusia diajak untuk memeluk agama tauhid, yaitu dengan
menghambakan diri pada Allah SWT, Tuhan satu-satunya, tunduk serta
mengikhlaskan diri padanya. Kemudian mereka diingatkan bahwa Allahlah Tuhan
yang telah mencipta, mengatur urusan dengan sunnahnya serta menganugerahi
mereka hidayah dan jalan untuk bertaqarrub. Maka dari itu tidak ada yang layak
dan pantas untuk disembah selain Dia, sebab mensyarikatkannya hanya akan
mendatangkan azab dan kehancuran. Lalu dijelaskan bahwa penghambaan diri
kepadanya serta sesuai dengan ketentuan yang digariskan, dapat menghantarkan
mereka kepada taqwa, yaitu suatu derajat dimana seseorang dapat merasakan
kehadiran Tuhan dalam diri serta memiliki kesadaran ketuhanan yang matang (Al-
Maraghiy, t.th. juz I:63).

Kemudian pada ayat 56 surat al-Dzariyat dijelaskan bahwa tujuan hakiki


dan penciptanya jin dan manusia adalah dalam rangka berbudidaya kepadanya.
Pada ayat sebelumnya diungkapkan bagaimana pengingkaran orang-orang
Quraisy terhadap kerasulan Muhammad bahwa mereka menuding bahwan
Muhammad adalah tukang sihir dan sebagainya. Hal itu bukanlah sesuatu yang
baru, karena umat-umat sebelumnya juga berbuat serupa ketika menolak para
nabi yang diutus. Lalu Nabi Muhammad diajak untuk berpaling dari mereka serta
hendaklah ia senantiasa berzikir, sebab itulah yang dapat mendatangkan manfaat
bagi kaum beriman.

Al-Khilafah

Lafaz al-khalifah dan yang semakna dengannya (al-khalifah, al-khalaif dan


al-khulafa) terulang dalam al-Quran sebanyak 9 kali, yaitu dalam al-Quran Surat
al-Baqarah ayat 30, surat al-An’am ayat 165, surat al-A’raf ayat 69 dan 74, surat
Yunus ayat 14 dan 73,surat al-Namal ayat 62, surat Fathir ayat 39 dan surat Shad
ayat 26. (M.Fuad Abdul Baqiy, t.th.: 305). Dalam hal ini akan dikemukakan
beberapa ayat yaitu:

1.QS. al-Baqarah ayat 30

7
ٰۤ
ِ ْ‫َواِ ْذ قَا َل َربُّكَ لِلْ َملىِٕ َك ِة ِانِ ْي َجاعِل فِى ْاْلَر‬
‫ض َخ ِليْفَة ۗ قَال ْٰٓوا اَتَ ْجعَل فِيْ َها َم ْن‬
َ ‫الد َم ٰۤا َء َونَحْن ن‬
َ‫س ِبح ِب َح ْمدِكَ َونقَدِس لَكَ ۗ قَا َل اِنِ ْٰٓي اَ ْعلَم َما َْل تَ ْعلَم ْون‬ ِ ‫يُّفْسِد فِيْ َها َويَ ْسفِك‬

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,


“Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman,
“Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

2.QS. al-An’am ayat 165


ٰۤ
‫س ِريْع‬ َ َ‫ضك ْم ف َْوقَ َب ْعض د ََرجت ِل َيبْل َوك ْم ِف ْي َمآٰ اتىك ۗ ْم اِنَّ َربَّك‬
َ ‫ض َو َرفَ َع َب ْع‬ َْ ‫ف‬
ِ ْ‫اْلر‬ ْ ‫َوه َو الَّ ِذ‬
َ ‫ي َج َعلَك ْم خَل ِٕى‬
ِ ‫الْ ِعقَا‬
‫ب َواِنَّه َلغَف ْور َّرحِ يْم‬

Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di


bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk
mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya
Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun,
Maha Penyayang.

Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat bahwa
Allah menciptakankhalifah(Adam dan keturunannya) di muka bumi. Ayat ini dan
ayat-ayat sebelumnya mengungkapkan betapa banyaknya nikmat yang
dianugerahkan kepada manusia beriman,dimana mereka berpaling serta meng-
hindarkan diri dari kemaksiatandan kekafiran sekaligus mengajak manusia lainnya
menuju keimanan dan ketaqwaan. Adapun ayat-ayat sesudahnya meng-
ungkapkan bagaimana pertumbuhan manusia dalam bentuk dialog dan diskusi,
dimana semua itu menggambarkan rahasia dan hikmah yang agung. Khalifah
adalah pengganti Allah yang mengatur urusannya di tengah-tengah kehidupan
manusia. Di samping itu khalifah juga dapat dipahami sebagai “suatu regenerasi
yang silih berganti dimana mereka bertugas untuk memakmurkan dan
mensejahterakan bumi”(Hasan al-Himshi, t.th: 6). Dengan demikian khalifah
adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menjaga kemaslahatan dan
kesejahteraan dunia

Adanya “protes” Malaikat kepada Tuhan tentang pengukuhan Adam se-


bagai khalifah adalah sebuah isyarat dan gambaran bahwa Adam dan keturunan-

8
nya memiliki keistimewaan yang khas.Namun satu hal yang tidak dapat dipungkiri
adalah bahwa diantara keturunan adam terdapat segolongan umat yang lari dari
fitrahnya, dimana mereka menyalahi kemaslahatan dan kebijaksanaan serta
berbuat kerusakan dan onar dimuka bumi. Namun demikian, Allah akan
mengirimkan ilham (wahyu) agar mereka tunduk dan berserah kepadanya.
Sehingga dengan ikhtiarnya, mereka mampu mengendalikan dan meminimalisir
kecendrungan negatifuntuk berbuat kerusakan. Semua itu mengandung hikmah
yang sangat tinggi tentang keagungan dan kemahakuasan Sang Khaliq.

Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan menobatkan manusia sebagai
khalifahdi muka bumi. Pengukuhan manusia sebagai khalifah ini mencakup
khilafah(kepemimpinan) antar sesama mereka serta khilafah terhadap makhluk
lainnya di alam ini. Khilafah antar sesamanya adalah berupa penugasan Allah
terhadap beberapa hambanya yang terpilih (nabi dan rasul) untuk menyampaikan
syariat (wahyu) kepada manusia. Sedangkan khilafah manusia terhadap makhluk
lainnya adalah berupa pengendaliannya terhadap alam secara umum, baik di
darat, laut maupun di udara serta juga mencakup bagaimana pengendaliannya
terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan atau barang barang tambang yang tersimpan
di dalam bumi.Dalam hal ini manusia engankekuatan akalnya mengatur dan
mengendalikan bumi sesuai dengan sunnah yang digariskan. Namun demikian,
tidak semua manusia dapat menjalankan misi tersebut, karena diantara mereka
banyak yang berbuat kerusakan serta menumpahkan darah, sehingga semua itu
akan menganggu stabilitas dan kemakmuran bumi. Namun di balik semua itu
terkandung hikmah yang cukup dalam akan kekuasaan dan keagungan Sang
Pencipta.

QS al-Baqarah/2 ayat 30 ini adalah informasi awal tentang akan dinobat-


kanya manusia sebagai khalifah, sedangkan QS al-An’am/ 6 ayat 165 adalah
penobatan dan pengukuhanmanusia sebagai khalifah. Ayat-ayat sebelumnya
berbicara dalam konteks pokok-pokok agama (ushul aldin), yaitu penolakan.

Al-Amanah

Ungkapan kata al-amanah terulang dalam al-Quran sebanyak 6 kali yang


juga terdapat dalam enam ayat. Kata tersebut dalam bentuk
mufrad(tunggal/singular) terulang sebanyak dua kali,sedangkan dalam bentuk

9
jamak/ plural terulang sebanyak empat kali. Ayat-ayat tersebut terdapat dalam Al-
Quran surat al-Baqarah ayat 283, surat al-Nisa ayat 58, surat al-Anfal ayat 27,
surat al-Mukminun ayat 8, surat al-Ahzab ayat 72 dan surat al-Ma’arij ayat 32.

Dalam tulisan ini akan dikemukakan QS al-Ahzab ayat 72 mengingat


bahwa ayat ini sangat terkait erat dengan pokok permasalahan, khususnya
tentang tugas yang diemban oleh manusia. Ayat tersebut ialah:

ۗ ‫س‬
‫ان اِنَّه‬ ِ ْ ‫ض َوالْ ِجبَا ِل فَاَبَيْنَ اَ ْن يَّ ْحمِلْنَ َها َواَ ْشفَقْنَ ِمنْ َها َو َح َملَ َها‬
َ ْ‫اْلن‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِ ْ‫اْلر‬ ِ ‫علَى السَّمو‬ َ ْ ‫ضنَا‬
َ َ‫اْل َمانَة‬ َ ‫اِنَّا‬
ْ ‫ع َر‬
َ َ‫كَان‬
‫ظل ْوما َجه ْوْل‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh”.

Selanjutnya pada ayat 72 ini Allah SWT menjelaskan tentang bagaimana


susah dan sulitnya menanggung beban dalam rangka mencapai taqwa,qaulan
sadi dan serta ketaatan kepada Allah dan Rasulnya. Adapun kaitan (munasabah)
yang signifikan antara ayat ini dengan kedua ayatsebelumnya adalah bahwa pada
dua ayat sebelumnya Allah SWT menerangkan betapa mulia dan agungnya
ketaqwaan dan ketaatan kepadanya, lalu pada ayat ini Allah jelaskan bagaimana
susahnya mengemban amanah yang diberikan kepada makhluknya hingga langit,
bumi dan gunung-gunung yang begitu gagah dan kekar menolak untuk
mengemban amanah tersebut.

Kata ‫( العرض‬yang terdapat pada ayat 72) adalah ungkapan kesiapan bagi
langit dan bumi. (Al-Maraghiy,t.th. juz VIII: 45). Selanjutnya kata ‫ الحمل‬berarti

‫ الشيء اقالل‬menjadikan atau menganggapsesuatu menjadi sedikit) (Ibnu


Zakariya,1994: 384).Al-Raghib al-Asfahaniy menerangkan bahwa kata ini
“menggambarkan sesuatu yang sangat banyak” (AlAsfahaniy, 1999: 131). Jika
kedua pendapat ini dipadukan maka akan melahirkan makna yang sinergik dan
searah, dimana maksudnya adalah bahwa kata ini memiliki makna sesuatu yang
berat atau banyak, lalu ia dianggap sedikit atauringan sehingga dapat dipikul atau
diangkat. Hal ini senada dengan ayat dimana al-amanah adalah sesuatu yang
berat lalu dengan rasa percaya diri yang cukup tinggi manusia berusaha untuk

10
memikulnya dengan mengangap bahwa hal itu ringan baginya atau mampu untuk
ia pikul.

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya Dia tidaklah men-
ciptakan langit dan bumi dimana keduanya memiliki fisik yang besar sertake-
kuatan terpendam untuk mampu mengemban beban taklif, yaitu berupa perintah,
larangan serta kearifan dalam menjaga kemaslahatan agama dan dunia.
Kenyataan adalah bahwasanya Allah SWT memberikan beban itu semua kepada
manusia, yaitu untuk menerima dan menjalankannya plus dengan segala ke-
kurangan yang ia miliki. Di samping itu,manusia juga sering dikalahkan oleh
hasutan yang senantiasa membawa pada nafsu amarah, sehingga manusia sering
berbuat zalim sesamanya. Selanjutnya manusia juga sering ditunggangi oleh
nafsu syahwat serta kecendrungan untuk lepas tangan dari tanggung jawab, se-
hingga mendatangkan akibat fatal dan kerusakan dari semua apa yang mereka
lakukan. Maka dari itu Allah SWT membebankan taklif kepada manusia agar ia
mampu mematahkan semua bentuk kekerasan (kekejaman), meminimalisir pe-
ngaruhnya serta membendung hawa nafsu agar manusia terhindar dari perbuatan
dan kejadian yang membawa kehancuran (Al-Maraghiy,t.th. juz VIII:45).

Pengurusan Jenazah Dalam Islam

Adapun mengenai hal dalam penyelenggaraan jenazah, bahwasanya


dalam Syariat Islam ada beberapa tata cara penyelenggaraan jenazah. Mengenai
tata cara dalam memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mensalatkan jenazah
serta menguburkan jenazah dengan aturan yang ada dalam Syariat Islam.

A. Penyelenggaraan Memandikan Jenazah

Adapun tentang penyelenggaraan memandikan jenazah, dalam hal ini


adalah hukumnya wajib. Karena Rasulullah saw. Memerintahkan dalam sabda
beliau tentang seorang laki-laki saat dalam keadaan ihram yang jatuh dari untanya
sehingga menyebabkan lehernya yang remuk.

ِ ‫اِ ْغسِل ْوه‬


‫بََ اء َو ِسدْر‬

Artinya:“Mandikanlah dia dengan air dan daun bidara”(HR. Al-Bukhari)

11
Syariat Islam menganjurkan untuk mencampurkan daun bidara dalam
memandikan Jenazah. Bahwasanya pendapat para ulama, daun bidara tersebut
ketika dicampurkan dengan air dan lalu diaduk dengan tangan apabila busanya
sudah terlihat maka digunakan untuk seluruh anggota tubuh.

Lalu, sabda Rasulullah Saw, mengenai dengan Zainab ra. (Putri Rasulullah
SAW),

َ ‫اِ ْغسِلْنَ َها ثَ َل اث أَ ْوخ ََْاسا أَ ْو‬


‫سب ْاعا‬

Artinya:“Mandikanlah dia tiga atau lima atau tujuh kali”(HR. Al-Bukhari)

Mengganjilkan basuhan pada jenazah sebanyak tiga kali, lima kali atau
tujuh kali. Selaian itu menekan perut jenazah ketika memandikannya secara
lembut agar kotoran keluar dari perutnya. Membersihkan kotoran tersebut dengan
menggunakan air pada bagian dubur.

Hal yang harus diperhatikan saat penyelenggaraan memandikan jenazah


yakni bagi yang memandikan jenazah, harus memiliki sifat amanah, salehserta
dapat dipercaya lalu diyakini mengetahui mengenai hukum memandikan jenazah.
Maksudnya,ialah ketika menemukan sesuatu yang baik maka memberitahukan
kepada orang lain dan ketika menemukan sesuatu yang tidak baik maka
menyembunyikan dan merahasiakan hal tersebut.

Diwajibkan untuk yang memandikan jenazah ialah orang yang dibebani


hukum, yakni seorang mukallaf. Karena dengan itu, kewajiban diperuntukan untuk
seorang mukallaf dan yang belum mencapai mukallaf maka tidak berkewajiban
untuk memandikan mayat.

Mendahulukan bagian yang kanan, dalam hal ini ialah apabila ingin
memandikan bagian tubuh seperti tangan yakni bagian tangan kanan harus
didahulukan dari tangan kiri.

Dari Ummu Athiyyah r.a., berkata lalu “Rasulullah saw., bersabda kepada
wanita yang memandikan putri Rasulullah saw. :

ِ ‫اِبْدَانَ يَيَا ِميِنِ َها َو َم َوا‬


‫ضحِ الوضو ءِ مِن ْهَا‬

Artinya: “Mulailah dengan bagian tubuh yang kanan dan anggota-anggota

12
wudhu nya.”(HR. Al-Bukhari)

B. Penyelenggaraan Mengkafani Jenazah

Mengenai tentang mengkafani jenazah, adalah hukum nya wajib sesuai


denganperkataan Khababtentang kisahmengkafani Mush’abbin Umar. Sabda
Rasulullah saw.

َ‫علَى ِر ْجلَيْ ِه مِن‬


َ ‫ع َل‬ َ ْ‫ي َرأ‬
َ َْ َ‫ َوأَ ْن ت‬. ‫سه‬ ْ
َ ‫ان تََ ِط‬
‫الْ َِ ْذخِ ر‬

Artinya: “memerintahkan kami agar menutup kepalanya dan meletakkan di atas


kedua kakinya agar tertutup dengan pohon idzkhir.”(HR. Al-Bukhari)

Diwajibkan untuk menutup seluruh anggota tubuh dan bila tidak ada di
dapatkan kain yang menutupi anggota tubuh maka ketika ada kain pendek yang
tidak menutupi seluruh anggota tubuh nya maka kepalanya ditutup. Dan telah
diriwayatkan oleh Muslim, anjuran mengenai mengkafani dengan baik
bahwasanya dari Jabir ra., lalu Rasulullah saw., bersabda “Apabila salah seorang
diantara kalian mengkafani saudaranya, hendaknya ia mengafaninya dengan
baik.”

Kain yang digunakan untuk mengkafani mayat yakni kain yang bagus serta
suci dan menutupi seluruh anggota tubuh jenazahyakni bukan yang diharamkan
seperti pemakaian kain sutera serta penggunaannya yang tidak berlebihan.
Rasulullah saw., bersabda,

‫سلَ ْمإِذَا‬
َ ‫علَيْ ِه َو‬
َ ‫قَالَ َرس ْوْل‬ :‫ب َْقَتَا َدةَقَا َل‬
ِ َ ‫عنْا‬
َ
‫َو ِلََ اَ َحدك ْماَخَاهفَلْي ْح ِسنْ َكفَنَه‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abi Qatadah, ia berkata: Jika seorang diantara kalian
mengurus mayyit saudaranya, hendaklah ia memperbagus kain kafannya.”12(HR.
at-Tirmidzi)

Mengkafani jenazah harus dengan kain yang menutupi lalu tidak


memperlihatkan kulit. Hendaknya, kain ini yang biasa dipakai karena tidak boleh
membebani jenazah tersebut dan menjadi sunnah mengkafani jenazah laki-laki
dengan tiga helai kain. Untuk mayyit wanita dikafani dengan lima lembar kain,

13
berbeda dengan anak laki-laki hanya cukup satu helai dan sedangkan anak
perempuan dikafani dengan dua helai kain.

Dan untuk jenazah laki-laki diharamkan untuk mengenakan kain sutra dan
berbeda dengan jenazah perempuan yang diperbolehkan mengenakan kain sutra.
Akan tetapi para ulama tidak senang jika jenazah perempuan mengenakan kain
sutra karena dianggap berlebihan. Hal ini berdasarkan perkataan dari Imam
Ahmad, “Saya tidak kagum jika ada seorang perempuan yang dikafani dengan
kain sutra.”

Akan tetapi dalam mengkafani jenazah, ketika ada yang wafat dan memiliki
harta untuk diwariskan lalu jenazahnya dikafani oleh harta yang ia miliki. Apabila
tidak memiliki harta, mengkafani jenazah sudah menjadi tanggung jawab orang
yang memberi nafkah saat masih hidup. Dan menurut Sayyid Sabiq apabila tidak
memiliki orang yang mengkafaninya, bisa diambil dari Baitul Maldan menjadi
kewajiban kaum muslimin untuk mengkafani jenazah.

C. Penyelenggaraan Menshalatkan Jenazah

Para jumhur ulama menyatakan bahwa hukum menshalatkan jenazah


adalah fardhu kifayah apabila kaum muslimin menghadirinya. Dan keutamaan
shalat jenazah yakni.

َ‫علَي ْهَا ثُّتَبِعَ َها َحتت ْدفَن‬ َ ‫َم ْن خ ََر َج َم َع َجنَازَ ة م ِْن بَيْتِ َها َو‬
َ ‫صلى‬

َ ‫ط مِثْل احد َو َم ْن‬


‫صلى‬ َ ‫ان م ِْن اَ ْجركَل قِ ْيََ ا‬
ِ ‫ط‬َ ‫كَانَ لَه قِ ْيََ ا‬
‫علَي ْهَا‬
َ

‫ثُّ َر َجعَكَانَ لَه مِثْل احد‬

Artinya:“Siapa yang keluar mengikuti jenazah dari rumahnnya dan ikut


menshalatkan lantas ikut mengantarkan sampai dimakamkan maka balasan
baginya adalah dua qirath. Yang mana satu qirath sama dengan gunung uhud.
Dan barangsiapa yang menshalatkan lalu pulang maka baginya satu qirath.”(HR.
Muslim)

Seorang yang mengikuti shalat jenazah ada syarat dan rukun terkait shalat
jenazah. Syarat shalat jenazah diantaranya ialah badannya suci dari hadats kecil
dan besar, menghadap arah kiblat dan menutupi aurat. Sedangkan rukun shalat

14
jenazah diantaranya ialah niat, berdiri bagi yang mampu, takbir sebanyak empat
kali, membaca Al-Fatihah, membaca doa kepada Rasulullah saw.

Pertama, dalam melaksanakan shalat jenazah, yakni untuk memenuhi


rukun shalat diawali dengan niatdalam hati untuk melaksanakan salat jenazah
yang berada di depannya, melakukan takbiratul ihram serta mengangkat kedua
tangannya, apabila hal itu telah dilakukan maka letakkan tangan yang kanan diatas
tangan kiri.

Kedua,yakni berdiri bagi yang mampu merupakan bagian dari rukun shalat
jenazah, karena salah satu keistimewaan dari salat jenazah yakni dilakukan
dengan berdiri tanpa ada gerakan rukuk, sujud dan duduk diantara dua sujud.

Ketiga,pelaksanaan shalat jenazah dilakukan dengan takbir sebanyak


empat kali.Pembacaan Surah Al-Fatihah dilakukan pada saat takbir pertama shalat
jenazah, sebagian ulama seperti ats-Tsauri dan penduduk Kuffah berpendapat
bahwa pembacaan Surah Al-Fatihah tidak perlu dibaca dalam shalat jenazah dan
sebagian yang lain berpendapat bahwa membaca Surah Al-Fatihah ialah suatu
keharusan.

Untuk bacaan shalawat kepada Rasulullah saw. Sudah cukup ketika


membaca kalimat “Allahuma Shalli Alaa Muhammad”dan dibaca ketika setelah
takbir kedua. Selanjutnya ialah pembacaan doa untuk jenazah.Apabila jenazah
lebih dari satu orang baik laki-laki atau perempuan, jenazah dibariskan di dalam
satu barisan depan imam dan dihadapkan ke arah kiblat dengan shalat di waktu
yang bersamaan dan satu kali shalat.Lalu cara yang diajarkan oleh Rasulullah
saw. Ketika imam menshalatkan jenazah laki-laki posisi imam tersebut hendaknya
berada di bagian kepala jenazah.

D. Penyelenggaraan Menguburkan Jenazah

Para ulama sepakat bahwa menguburkan jenazah dan menutupi badannya


itu secara syariat hukumnya ialah fardhu kifayah. Selain itu menurut mayoritas
para ulama apabila jenazah dimakamkan ketika saat matahari terbit maupun
terbenam apabila ada unsur kesengajaan hukumnya ialah makruh. Apabila
dikarenakan adanya suatu kekhawatiran yang terjadi pada kondisi jenazah maka

15
dalam hal ini ialah menguburkan jenazah diwaktu matahari terbit dan terbenam
diperbolehkan karena tidak ada unsur kesengajaan.

Dianjurkan untuk menggali kubur lebih dalam setinggi berdirinya orang


dewasa agar sehingga baunya tidak sampai tercium dan badannya tidak dimakan
oleh binatang buas.

Cara memasukan jenazah yakni dengan mendahulukan kaki masuk


kedalam liang dan jika tidak memungkinkan untuk kaki yang terlebih dahulu maka
diperbolehkan bagian manapun untuk dimasukkan ke dalam liang.

Anjuran yang sesuai adalah jenazah diletakkan dengan posisi ke kanan


menempel pada tanah dan wajahnya dihadapkan ke arah kiblat. Dan yang
meletakkan hendaknya membaca,

َّ ‫علَى ِملَّ ِة َرس ْو ِل‬


ِ‫َّللا‬ َ ‫َّللا َو‬
ِ َّ ‫بِس ِْم‬

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Dan atas agama Rasulullah.”

Selanjutnya dengan memberikan bantal daribatu atau tanah dan


meletakkan di pipi kanannya setelah kain kafan yang menempel pada pipinya
dibuka.Setelah itu, hal yang perlu dilakukan yakni meletakkan tanah sebanyak tiga
ke dalam liang kubur dari arah kepala nya dan menggunakan kedua tangannya.
Terakhir, mendoakan jenazah setelah dikebumikan agar segala dosa selama
didunia diampuni diakhirat dan membantu untuk menjawab pertanyaan Malaikat.

KESIMPULAN

Manusia diciptakan Allah SWT bertujuan di antaranya adalah untuk


beribadah kepada-Nya danmenjadi khalifah Allah SWT di mukabbumi (Khalifah
Allah fi al-Ardh). Dalam menjalankan kedua misi tersebut, manusia juga diberi
beban yang cukup berat, yaitu berupa al-amanah atau beban takhlif. Semua itu
akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Allah SWT berupa pahala dan dosa
atau balasan surga dan neraka sesuai dengan kadaral ibadah, al-khalifah dan al-
amanah yang ia lakukan selama hidup di dunia. Dan Bahwasanya manusia
sebagai mahluk yang mulia disisi allah swt dan untuk menghormati kemuliannya
itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazanya.

16
Dimana, penyelenggaraan jenaza seseorang muslim itu hukumnya adalah fardhu
kifayah. Artinya kewajibaan ini dibebankan kepada seluruh mukallaf ditempat itu,
tetapi jika telah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajibaan seluruh
mukallaf. Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah memandikan,
mengkafani, menshalati, dan mengkuburkan. Adapun hikmah yang dapat diambil
dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain :

• Memperoleh pahala yang besar.


• Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama muslim.
• Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan
belangsukawa atas musibah yang dideritanya.
• Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia supaya
mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
• Sebagai bukti bahwa manusia adalah makluk yang paling mulia, sehingga
apabila salah seseorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan
sebaik baiknya menurut aturan allah swt dan rasulnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Abu Husain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya. 1994. Mu’jam alMaqayis fi
Lughah, Beirut: Dar alFikr.
Ahnan Maftuh, M. d. (2005). Berita dari Alam Kubur.Surabaya: Terbit
Terang.

Ahmad Musthafa al-Maraghiy, 1074. Tafsir al-Maraghiy, Mesir: Musthafa


al-Bab al-Halabiy.

Aisyah Bintu Syati. 1999. Manusia Dalam Perspektif al-Quran,


Penterjemah: Ali Zawawi, judul Asli: Maqal fi al-Insan, Dirasah Quraniyyah,
Jakarta: Pustaka Firdaus.

Al-Albani, M. N. (2010). Ringkasan Shahih Muslim.Jakarta: Pustaka As-


sunnah.

Albani, M. N. (2003).Imam Nawawi: Shahih Riyadhushshalihin.Jakarta:


Pustaka Azzam

Albani, S. M. (n.d.). Menyelelenggarakan Jenazah Antara Sunnah dan


Bid’ah

Dr. Reza Pahlevi Dalimunthe, L. M. (2013). Eksistensi Pengurusan


Jenazah Pada Masyarakat Bandung Timur Perspektif Hadist. Lembaga Peneliti
UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Islam, K. M. (2004). Mati itu Spektakuler.Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Mufid A. R, R. K. (n.d.). Merawat Jenazah, Tahlil, Tawasul, Ta’ziah dan


Ziara Kubur

Muhammad Fuad Abdul Baqi. 1992. Mu’jam al-Fahrasy li al-Fazh alQuran


al-Karim, Beirut: Dar alFikr,

18
Muhammad Hasan al-Himshi, Mufradat Al-Quran, Tafsir wa Bayan, Beirut:
Dar al-Fikr, t.th

R, S. (2011). 2011.Bandung: Sinar Baru Algesindo


Rasji, H. S. (1994). Fiqih Islam.Bandung: Sinar Baru Algensindo
Raghib al-Ashfahaniy, al-Mufradat fi Gharib al-Quran, Beirut: Dar
alMa’rifah, 502
Valentine, N. Y. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan serta Hikmah Pengurusan
Jenazah. Belagea : Jurnal Pendidikan Islam vol.5 no.2, 301.

19

Anda mungkin juga menyukai