Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

PSKIATRI
PERAWATAN JENAZAH

OLEH:
MEGA NUR ANISA PUSPITANING GATI
201710330311111

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

Syariat Islam mengajarkan bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah
diketahui kapan kematian itu tiba. Karena manusia adalah makhluk sebaik-baik ciptaan Allah
swt dan ditempatkan pada derajat yang tinggi, Islam sangat memperhatikan dan menghormati
orang-orang yang meninggal dunia.
Dalam kenyataan masih banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari umat Islam
yang belum mengetahui bagaimana tatacara mengurus jenazah. Masih banyak praktek
perawatan jenazah yang berbau bid’ah (larangan yang tidak pernah dilakukan Nabi
Muhammad Saw.) Dalam hal menghadapi orang yang menjelang ajal (sakaratul maut), Nabi
Saw. menganjurkan kepada orang-orang Islam di sekitarnya untuk melakukan hal-hal sebagai
berikut: Menengoknya dengan memberikan nasihat-nasihat terbaik bagi si sakit dan memberi
semangat kepadanya, menganjurkan untuk selalu bersabar dan selalu berbaik sangka kepada
Allah,menganjurkan si sakit untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak kemurnian
tauhid, berdoa untuk si sakit, menalqin si sakit dengan bacaan syahadat agar dapat
mengakhiri hidupnya dengan baik (husnul khatimah). 6.Menghadapkan si sakit ke arah kiblat.
1.2. Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang perawatan jenazah

prognosis penyakit tersebut.

1.3. Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan memperluas wawasan
penulisataupun pembaca mengenai perawatan jenazah
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Perawatan jenazah merupakan bagian dari etika islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW kepada umatnya. Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu
kifayah, artinya apabila sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup. Akan
tetapi jika tidak ada seorangpun yang melakukannya, maka berdosalah seluruh masyarakat
yang berada di daerah itu, pengurusan jenazah juga merupakan tanda penghormatan terhadap
jenazah.

Kata jenazah diambil dari bahasa Arab  (‫ )جن ذح‬yang berarti tubuh mayat dan kata ‫جن‬
‫ ذ‬  yang berarti menutupi. Jadi, secara umum kata jenazah memiliki arti tubuh mayat yang
tertutup. Penyelenggaraan jenazah adalah fardu kifayah bagi sebagian kaum muslimin,
khususnya penduduk setempat terhadap jenazah muslim/ muslimah.

2.2 Muqaddimah

Setiap mayat muslim wajib dimandikan, dikafani, di-shalatkan, dan dimakamkan


kecuali orang mati syahiddalam memerangi kaum kafirindan bayi keguguran (siqth) apabila
ia lahir sebagai mayat sebelum sempurna bulannya (6 bulan). Secara khusus Nabi
memberikan tuntunan dalam perawatan jenazah ini yang meliputi memandikan jenazah,
mengkafani, menshalatkan, sampai menguburkannya.

Dalam hal ini Nabi tidak memberikan aturan yang rinci, hanya ketentuan umum saja
yang mempermudah kita umat Islam untuk mengembangkannya sendiri di tengah masyarakat
yang memiliki budaya yang berbeda-beda. Namun secara khusus Nabi juga memberikan
ranbu-ranbu mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.Orang mati
syahid dikekalkan bekas kesyahidannya. Bayi keguguran (siqth) yang belum sampai pada
batas ditiupkannya ruh (4 bulan) tidak wajib dishalatkan dan dimandikan karena ia masih
merupakan benda padat (jamad).

2.3 Memandikan Jenazah


Memandikan mayat dalam Islam merupakan suatu ibadah yang mutawatir,baik dalam
bentuk ungkapannya maupun dalam bentuk prakteknya. Nabi Shalallohu alaihi wa salam
yang telah suci dan disucikan juga dimandikan.
Syarat wajib mandi:
a.       Mayat orang Islam
b.      Ada tubuhnya walaupun sedikit
c.       Mayat itu bukan mati syahid

Sekurang-kurangnya memandikan mayat itu ialah seluruh jasad mayat disirami air
sekali secara merata dengan syarat tidak ada penghalang, yaitu hilangnya segala kotoran dari
jasad si mayat, yang dapat menghalangi sampainya air ke jasad mayat itu dengan siraman
satu kali. Orang yang memandikan mayat sebaiknya adalah keluarga terdekat dari si mayat,
kalau dia tahu cara memandikannya. Apabila mayat itu laki-laki seharusnya yang
memandikan juga laki-laki. Apabila mayat itu perempuan yang memandikan juga perempuan.
Kecuali untuk anak kecil, maka boleh dimandikan oleh orang yang berlainan jenis kelamin.
Nabi bersabda: “Apakah yang menyusahkanmu seandainya engkau mati sebelum aku, lalu
aku memandikanmu dan mengkafani, kemudian aku menshalatkan dan menguburmu” (HR.
Ahmad, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Hiban, Ad-Daruquthni, dan Al-Baihaqi dari ‘Aisyah).

Ada 2 (dua) cara (tertib) memandikan mayat secara sempurna sebagaimana


dipaparkan di bawah ini. Cara (tertib)pertama, mayat didudukkan di atas tempat yang tinggi
secara pelan-pelan – miring sedikit ke belakang. Tangan kanannya dan jarinya diletakkan di
antara kedua pundaknya (bahunya) dan ibu jarinya diletakkan pada lekuk bagian belakang
lehernya agar kepalanya tidak miring. Pengurusan Jenazah 3punggungnya disandarkan
berserta lututnya yang sebelah kanan supaya tidak jatuh; perutnya ditekan kuat-kuat tetapi
tidak berlebihan agar segala kotoran yang ada dalam perutnya dapat keluar (agar tidak keluar
sesudah dimandikan).

Adapun cara memandikan jenazah secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut: Menaruh
mayat di tempat yang tinggi supaya memudahkan mengalirnya air yang telah disiramkan ke
tubuh mayat. Melepaskan pakaian mayat lalu ditutup dengan kain agar auratnya tidak terlihat,
kecuali anak kecil. Orang yang memandikan mayat hendaknya menggunakan sarung tangan,
terutama ketika menggosok aurat si mayat. Mengurut perut si mayat dengan pelan untuk
mengeluarkan kotoran-kotoran yang ada dalam perutnya, kecuali perut perempuan yang
hamil. Memulai membasuh anggota badan si mayat sebelah kanan dan anggota tempat wudlu.
Membasuh seluruh tubuh si mayat dengan rata tiga kali, lima kali, tujuh kali, atau lebih
dengan bilangan ganjil. Di antaranya dicampur dengan daun bidara atau yang sejenisnya yang
dapat menghilangkan kotoran-kotoran di badan mayat, seperti sabun,sampo, dan sebagainya.
Menyiram mayit berulang-ulang hingga rata dan bersih dengan jumlah ganjil. Waktu
menyiram tutuplah lubang-lubang tubuh mayit agar tidak kemasukan air. Jangan lupa
membersihkan rongga mulut mayit, lubang hidung, lubang telinga, kukunya, dan sebagainya.
Yang terakhir, siramlah dengan larutan kapur barus atau cendana. Untuk mayat perempuan
setelah rambutnya diurai dan dimandikan hendaknya dikeringkan dengan semacam handuk
lalu dikelabang menjadi tiga, satu di kiri, satu di kanan, dan satu di ubun-ubun, lalu ketiga-
tiganya dilepas ke belakang. Setelah selesai dimandikan, badan mayat kemudian dikeringkan
dengan semacam handuk.

2.4 Mengkafani jenazah

Hukum mengkafani jenazah atau mayat juga fardlu kifayah. Mengkafani mayat
berarti membungkus mayat dengan selembar kain atau lebih yang biasanya berwarna putih,
setelah mayat selesai dimandikan dan sebelum dishalatkan serta dikubur. Mengkafani mayat
sebenarnya sudah cukup dengan satu lembar kain saja yang dapat menutup seluruh tubuh si
mayat. Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus.Mayit anak kecil dikafani dengan satu lapis kain dan boleh dikafani dengan tiga
lapis kain.Sedangkan mayit anak kecil wanita dikafani dengan satu baju dan dua lapis kain.

Karena itu dalam mengkafani mayat ini ikutilah petunjuk-petunjuk yang diberikan
oleh Nabi Saw., di antaranya adalah sebagai berikut: Kafanilah mayat dengan sebaik-baiknya.
Nabi Saw. bersabda: “Apabila salah seorang dari kamu mengkafani saudaranya, maka
hendaklah ia mengkafaninya dengan baik” (HR. Ahmad, Muslim, dan Abu Daud dari Jabir).
Pakailah kain kafan yang berwarna putih. Kafanilah mayat laki-laki dengan tiga lapis dan
mayat perempuan dengan lima lapis. Lima lapis ini terdiri dari sarung, baju kurung,
kerudung, lalu pembungkus dan kemudian dibungkus satu lapis lagi. Lulurlah mayat dengan
semacam cendana, yaitu wangi-wangian yang biasa untuk mayat, kecuali mayat yang sedang
berihram. 2.5 Menshalatkan Jenazah

2.5 Menshalatkan Jenazah

Pada shalat jenazah tidak ada ruku’ dan sujud. Adapun rukun shalat jenazah ada 7
(tujuh), yaitu: (1) niat, (2) 4 (empat) takbir, (3) berdiri jika mampu, (4) membaca Al-Fatihah,
(5) bershalawat kepada Nabi SAW, (6) berdo’a untuk mayat, dan (7) salam. Menshalatkan
jenazah Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk mendoakan jenazah (mayat)
seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad Saw. memerintahkan kepada
kita agar melakukan shalat jenazah ini jika di antara saudara kita yang Muslim meninggal
dunia. Dari hadits-hadits itu jelaslah bahwa shalat jenazah itu sangat dianjurkan, meskipun
anjuran untuk shalat jenazah ini tidak sampai wajib atau fardlu ‘ain. Hukum menshalatkan
jenazah hanyalah fardlu kifayah. Adapun yang diwajibkan untuk dishalatkan adalah jenazah
orang Islam yang tidak mati syahid (mati dalam peperangan melawan musuh Islam). Terkait
dengan hal ini Nabi bersabda: “Shalatkanlah olehmu orang yang mengucapkan ”la Ilaha
illallah’ (Muslim)” (HR. ad-Daruquthni). Dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir, ia
berkata:“Bahwa Nabi Saw. telah memerintahkan kepada para shahabat sehubungan dengan
orang-orang yang mati dalam peperangan Uhud, supaya mereka dikuburkan beserta darah
mereka, tidak perlu dimandikan dan tidak pula dishalatkan”.(HR. al-Bukhari).

Jenazah yang boleh di shalati adalah jenazah orang islam yang bukan mati syahid
(yaitu mati dalam keadaan melawan orang kafir atau orang musyrik). Sedangkan orang yang
mati syahid dan bayi yang gugur dalam kandungan (atau sejak dilahirkan, sebelum
mati,belum dapat bersuara atau menangis) tidak boleh di sholati, juga tidak boleh
dimandikan. Syarat-syarat shalat jenazah ialah Suci dari hadast besar atau kecil, badan,
pakaian atau tempat suci dari najis, menghadap kiblat, serta menutup aurat. Shalat jenazah
baru didirikan jika jenazah sudah selesai dimandikan dan dikafani.

2.6 Memakamkan Jenazah

Pemakaman mayat dibuat dalam liang lahat (kubur) jika tanahnya kuat/keras, yaitu
digali bagian bawah pinggir kubur; utamanya menghadap kiblat sekedar cukup untuk mayat.
Telah disepakati kaum muslimin bahwa menguburkan jenazah merupakan fardhu kifayah.
Minimal jenazah dibawa dengan cara yang tidak mengandung arti penghinaan pada mayit.
Adapun cara membawa yang sempurna adalah ketika mayit siap diberangkatkan, memberi
kesaksian bahwa mayit adalah orang baik. Namun tidak semua mayit boleh disaksikan baik.
Untuk mayit yang jelas fasiq, maka tidak boleh disaksikan baik. Mayit dibawa dengan
memakai keranda (Madura : kathél), dan dibawa oleh beberapa orang sesuai dengan
kebutuhan, minimal dua orang. Diutamakan yang membawanya berjumlah ganjil.Seperti
halnya saat dilahirkan, mayit diberangkat-kan dengan kepala di depan (menghadap ke arah
tujuan). Sunnah mempercepat langkah kaki lebih dari sekedar berjalan biasa. Namun tidak
dengan berlari. Membawa mayit hendaknya dengan sopan dan penuh penghormatan. Hukum
mengantar jenazah ke kuburan sunnah bagi laki-laki, makruh bagi perempuan.

Ada perbedaan keutamaan dalam cara menurunkan atau memasukkan mayat ke dalam
kubur. Menurut jumhur ulama, mayat dimasukkan dari tempat diletakkannya kedua kaki
mayat; menurut pendapat lain (pendapat Imam Abu Hanifah), mayat dimasukkan dari arah
kiblat karena lebih mudah. Wal hasil, cara memasukkan mayat ke dalam kubur ada
pilihannya; semua cara itu bagus karena tercantum dalam sunnah.

2.7 Sunnah-sunnah dalam Pemakaman

Mayat dibaringkan ke sebelah kanan; wajah dan kedua kakinya disandarkan ke


dinding kubur sehingga mendekati keadaan orang yang ruku’, punggungnya disandarkan
dengan semacam labinah (batu bata), kubur mayat diperciki air dingin, sedikit dengan air
mawar karena para malaikat menyukai bau harum yang wangi, membacakan talqin mayat,
esudah kematiannya sampai 3 (tiga) hari, berta’ziyah kepada keluarga mayat, berziarah
kubur. Menurut Syafi’i dalam Al-Mukhtashar, sebaiknya tidak menggunakan tanah tambahan
untuk menimbuni kuburan,selain yang telah dikeluarkan ketika menggalinya.
BAB 3
KESMPULAN

Hukum dalam pengurusan jenazah merupakan fardhu kifayah, artinya apabila


sebagian orang telah melaksanakannya, maka dianggap cukup. Syariat Islam mengajarkan
bahwa manusia pasti akan mati, namun tidak akan pernah diketahui kapan kematian itu tiba.
Secara khusus Nabi memberikan tuntunan dalam perawatan jenazah ini yang meliputi
memandikan jenazah, mengkafani, menshalatkan, sampai menguburkannya. Memandikan
mayat dalam Islam merupakan suatu ibadah yang mutawatir,baik dalam bentuk ungkapannya
maupun dalam bentuk prakteknya.

Disunahkan mengafani mayit laki-laki dengan tiga lapisan kain dan mengafani mayit
perempuan dengan lima lembar kain yang terdiri dari: sarung,kerudung,dan dua lembar
pembungkus. Menshalatkan jenazah Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk
mendoakan jenazah (mayat) seorang Muslim. Dalam berbagai haditsnya Nabi Muhammad
Saw. Pemakaman mayat dibuat dalam liang lahat (kubur) jika tanahnya kuat/keras, yaitu
digali bagian bawah pinggir kubur; utamanya menghadap kiblat sekedar cukup untuk mayat.
DAFTAR PUSTAKA

Azhar, C., & Aristyasari, Y. F. (2020). Implementasi Perawatan untuk Orang yang Telah
Meninggal oleh Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah Bantul. Journal of Islamic and
Muhammadiyah Studies, 1(1), 41-49.

Buku Ajar Praktik Ibadah, Fakultas Tarbiyah IAIN SU Medan. 2012

Buku P3KMI terbitan IAIN Surakarta 2012

Darmawangsa, A., & Abdullah, N. (2020). Training of Trainer Penyelenggaraan Jenazah


Bagi Tokoh Masyarakat. Al-Tafaqquh: Journal of Islamic Law, 1(1), 90-94.

Shalih,Syaikh.2008.Ringkasan Fiqih Lengkap.Jakarta:PT Darul Falah

Sobirin, M., & Al-Amin, M. (2017). Perawatan Jenazah Menurut Islam dan Hindu. Al-
Hikmah, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai